Wednesday, May 10, 2017

Gerakan Ihkwahnul Muslimin di Indonesia


DUNIA HAWA - Bagaimana pemerintahan kita nanti jika Jokowi kalah pilpres 2019?

Untuk melihat itu kita harus melihat dulu krisis di Mesir sesudah Ikhwanul Muslimin disana diberantas habis oleh Jenderal Al Sissy.

Mesir yang merupakan induk dari keberadaan IM sekarang menjadi neraka buat mereka. Pimpinan mereka dihukum mati dan organisasinya diberi label terlarang. Al Sissy tahu betul betapa bahayanya IM yang gerakan mereka halus sekali dengan militansi dan penguasaan masjid, majelis taklim, pengajian dan lain-lain.

Hebatnya IM ini, mereka tidak bergerak sendiri. Mereka menggunakan "tangan orang lain" untuk mewujudkan hasrat mereka, menguasai kepemimpinan di suatu negara.

Mereka memainkan "bisikan halus" kepada para politikus yang haus kekuasaan dan harta, kepada para gerakan radikal yang mudah diperdaya dan kepada mafia ekonomi yang nantinya bersedia dijadikan sapi perah mereka.

Karena sudah mengakarnya IM di Mesir dan penguasaan tempat ibadah disana yang juga menjadi basis kekuatan mereka, maka Al Sissy tidak mempunyai cara lain selain "membunuh" mereka dengan segala resiko yang ada.

Dan kita lihat, membunuh IM di Mesir tidak mudah. Mesir chaos berbulan-bulan sebelum akhirnya kembali tenang.

Ketika Ikhwanul Muslimin diperangi habis di Mesir, saya pada waktu itu memperkirakan, IM akan memindahkan basisnya di kedua negara dengan penduduk muslim terbesar, yaitu Turki dan Indonesia.

Coba perhatikan situasi waktu "kudeta" di Turki.

Tiba-tiba saja Erdogan mengumumkan bahwa terjadi kudeta di negerinya. Dan dengan alasan itu, Erdogan membersihkan jajarannya dari jaringan "Fethullah Gulen" seorang ulama besar di Turki.

Jaringan Gullen termasuk jaringan terkuat di Turki. Mereka menguasai perpustakaan, acara televisi, pendanaan yang kuat. Bahkan gerakan Gullen yang mengenalkan Islam yang damai, agamis, berwawasan menjadi gerakan baru di sana yang sudah muak dengan konsep sekuler.

Pemikiran Gullen yang demokratis ini juga banyak di adopsi oleh para hakim, tentara dan aparat sipil negara. Gerakan Gullen inilah yang mencemaskan Erdogan yang "ingin berkuasa selamanya"

Maka masuklah Ikhwanul Muslimin dan membisikkan bagaimana cara Erdogan mewujudkan mimpinya. Keinginan Erdogan dan IM bertemu dan dibuatlah cara yang halus dengan main kudeta2an. Ribuan orang yang dituding pengikut Gullen ditangkap dan dipenjarakan.

Ikhwanul Muslimin yang kemudian menguasai pemerintahan dengan Erdogan sebagai boneka hidupnya.

Dengan model referendum yang dimenangkan oleh Erdogan, IM memantapkan kekuasaannya dengan memberikan pengaruh yg lebih kuat di Turki.

Erdogan itu hanya boneka sementara dengan janji manis terhadap kekuasaan. IM menunggu sampai Erdogan wafat untuk kemudian menggantinya nanti dengan orang mereka sendiri dan penguasaan Turki akan menjadi sempurna.

Coba perhatikan...

Mesir mengusir IM tahun 2013 dan IM menguasai Turki dengan kudeta halus tahun 2016. IM hanya butuh 3 tahun saja untuk bisa berpindah dari satu inang ke inang lainnya. Cepat sekali. Dan sesuai prediksi, sasaran berikutnya adalah Indonesia.

IM -dengan nama lain PKS- sudah menancapkan pengaruhnya di Indonesia melalui pemerintahan SBY. Dan bertahun-tahun di pemerintahan, mereka sudah ada dimana-mana di lembaga pemerintahan, menyebarkan benih mereka.

Ketika Pemilu 2014, PKS tersingkir. Jokowi yang memerintah. Maka kita lihat bahwa PKS selalu ada di tempat yang berseberangan dengan koalisi Jokowi. Mereka harus merebut kembali kekuasaan atas wilayah.

Ciri IM dalam memilih pemimpin sementara punya pola yang sama. Orangnya suka retorika, haus kekuasaan dan tidak sungkan menghalalkan segala cara. IM memainkan politikus, pengusaha dan kelompok radikal dalam satu gerakan untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah.

Dan jangan salah, selama 10 tahun berada di lembaga pemerintahan pada waktu SBY berkuasa, IM sudah menguasai posisi-posisi penting disana.

Menteri boleh ganti, tapi jajaran bawah yang menguasai teknis tetap orang mereka. Itulah kenapa saya tidak berharap banyak ketika Menkominfo mengatakan akan memblokir situs radikal. Tidak akan ampuh, karena sebelum diblokir sudah ada peringatakan duluan supaya situs radikal itu membuat alamat2, baru.

Lah, mereka sudah menguasai Kominfo sejak lama. Orang2nya sudah pada mapan disana. Itulah kenapa situasi Jokowi sangat lemah. Banyak perintahnya yang tidak berjalan dan efektif. Departemen agama, pendidikan sampai kominfo sudah dikuasai. Dan sangat mungkin aparat militer juga ada yang di pihak mereka.

Gerak mereka sekarang melemahkan kredibilitas Jokowi supaya tidak terpilih lagi di 2019 dan akan memilih lawannya yang sudah disiapkan. Anda pasti tahu siapa..

Jika lawannya berkuasa, maka akan ada satu waktu dimana sinetron kudeta Turki dimainkan untuk memperkuat posisi mereka disana.

Akan ada Gullen baru yang mereka singkirkan nantinya. Kira-kira siapa model Gullen yang ada di Indonesia yang tidak akan sepemikiran dengan mereka?

Tentu saja, Nahdlatul Ulama. Pahit kopinya? Ayo seruput dulu biar bisa membayangkan gambar besarnya..


@denny siregar


Keadilan Hukum Ahok Diproses, Sedangkan Rizieq Hanya Selalu Jadi Tersangka


DUNIA HAWA - Ahok, nama Ahok sangat begitu populer sejak Buni Yani memposting video yang sudah diatur sedemikian rupa untuk memprovokasi masa, Ahok yang sedang bekerja buat rakyat, Ahok yang bekerja secara jujur tanpa korupsi, Ahok yang sedang mencoret banyak prestasi buat Jakarta, tiba-tiba berubah menjadi Ahok yang divonis dengan label penistaan agama.

Berubah menjadi Ahok yang halal dibunuh oleh warga bodoh yang termakan oleh hasutan semua itu. Semua karena? Karena memang Buni Yani gemar menjual Agama, terlebih saat itu juga karena sedang dalam masa Pilkada.

Peradilan yang ditekan oleh tuntutan masa sumbu pendek dengan  mengatas namakan Agama, membuat permasalahan Ahok akhirnya diproses kala itu. Gelar Ahok yang hanya sebatas warga, berubah menjadi “Tersangka”

Ahok yang menyandang gelar tersangka penistaan agama sudah diproses secara hukum sejak bulan November 2016 silam, Ahok yang menjalani proses pengadilan, selalu hadir dilayar kaca televisi setiap hari selasa, pemberitaannya tidak pernah tertunda satu kali pun seperti yang kita ketahui.

Ahok selalu tepat waktu dan tidak pernah mangkir satupun dari proses peradilan yang ada.

Sampai akhirnya, kemarin 9 Mei 2017 Ahok akhirnya divonis penjara 2 tahun lamanya, dengan pasal penodaan Agama yang bahkan JPU sendiripun terkaget dengan vonis yang diberikan oleh “Yang Mulia” Majelis Hakim, karena sebelumnya JPU hanya menuntut pidana 1 tahun penjara dengan masa percobaan dua tahun.

Membandingkan dengan Rizieq


27 Oktober 2016 (1)


Sukmawati Soekarnoputri melaporkan Rizieq ke Kepolisian Daerah Jawa Barat karena dianggap menodai Pancasila, sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 154a KUHP dan/atau Pasal 320 KUHP dan/atau Pasal 57a juncto Pasal 68 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.

26 Desember 2016 (2)


Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia melaporkan Rizieq terkait dengan ceramah Imam Besar FPI itu dalam situs YouTube yang dianggap melecehkan umat Kristen ke Polda Metro Jaya. Rizieq dituduh melanggar Pasal 156 dan 156a KUHP serta UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

27 Desember 2016 (3)


Student Peace Institute melaporkan Rizieq dengan tuduhan menyebarkan kebencian bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan, sebagaimana diatur dalam Pasal 156 KUHP dan Pasal 28 ayat 2 juncto Pasal 45 ayat 2 UU ITE.

30 Desember 2016 (4)


Laporan dugaan ujaran kebencian juga dibuat Rumah Pelita (forum mahasiswa-pemuda lintas agama). Ucapan Rizieq dinilai memecah-belah persatuan dan kesatuan Republik Indonesia, memecah-belah umat Islam, serta menimbulkan rasa benci terhadap sesama.

8 Januari 2017 (5)


Jaringan Intelektual Muda Antifitnah melaporkan Rizieq perihal ceramahnya soal mata uang baru berlogo “palu-arit” ke Polda Metro Jaya. Rizieq dilaporkan atas dugaan melanggar Pasal 28 ayat 2 dan Pasal 28 ayat 1 juncto Pasal 45 ayat 2 UU ITE.

10 Januari 2017 (6)


Solidaritas Merah Putih (Solmet) melaporkan Rizieq ke Polda Metro Jaya. Menurut Solmet, warga negara Indonesia merasa tersinggung karena tidak terima dengan pernyataan Rizieq ihwal logo palu-arit dalam lembaran uang rupiah baru.

25 Januari 2017 (7)


Kepala Polda Jawa Barat, Inspektur Jenderal Anton Charliyan, menyampaikan ada yang melaporkan pemimpin FPI, Rizieq Syihab, mengenai ucapan bahasa Sunda sampurasun yang diplesetkan menjadi “campur racun”. Pelapornya adalah Angkatan Muda Siliwangi pada 24 November 2015 ke SPKT Polda Jabar dengan nomor surat LPB/967/XI/2015/JABAR tertanggal 24 November 2015. Kasus ini tengah ditangani Subdit II Ditreskrimsus Polda Jabar.

Tanah Megamendung (8)


Anton juga menyebutkan bahwa Rizieq Syihab diduga terkait dengan penyerobotan dan pemilikan tanah negara tanpa hak. “Kami masih menyelidiki. Itu baru dugaan,” ujar Anton pda 25 Januari 2017. Tanah yang dimaksud, yaitu lahan Perhutani di Megamendung, Bogor, dekat rumah Rizieq.

30 Januari 2017 (9)


Aliansi Mahasiswa Anti Pornografi, melaporkan penyebaran konten berbau pornografi yang diduga Rizieq Syihab dan Firza Husein ke Polda Metro Jaya.

Apakah Rizieq Menyelesaikan Semua Kasusnya?


Rizieq bisa sesuka hatinya. Rizieq bisa bebas kapanpun mau datang, atau tidak dipanggil oleh Kepolisian atau tidak. Rizieq bisa mangkir kapanpun juga.

Rizieq yang sudah terbukti banyak sekali membuat kasus, dan juga menjadikannya tersangka, juga kunjung tidak pernah di adili dalam pengadilan, tidak dijatuhkan vonis apa saja.

Ahok menistakan agama, di vonis 2 tahun, Rizieq menistakan agama, menghina agama lain, menjelek-jelekan agama lain saat  katanya dia lagi “Berdakwah”  Kapan divonis juga? Kapan Rizieq diadili dengan kasus penodaan agama saja dahulu, yang lebih jelas ketara, dan nyata ada bukti otentikvideonya. Agama lain tidak boleh “menistakan islam”tapi islam apakah boleh “menistakan agama lain?”

Tidak perlu kasus-kasus yang lain diproses kalau memang begitu memakan waktu cukup lama. Kasus yang sama saja terlebih dahulu, apakah bisa cepat diproses sama seperti Ahok? Kenapa Ahok begitu cepat diproses sedangkan Rizieq tidak?

Apa karena Rizieq beserta anggotanya turun kejalan dan mengancam keutuhan NKRI apabila Ahok tidak diproses? Apakah kita harus melakukan hal yang sama juga untuk Rizieq segera diproses?

Mana yang namanya keadilan, kalau dikit-dikit dikatakan “Kriminalisasi Ulama”. Kenapa hanya Ahok yang divonis sedangkan Rizieq menguap begitu saja?

@bani


Pendukung Ahok Tuntut Rizieq Ditangkap, Rizieq Enggan Pulang ke Indonesia


DUNIA HAWA - Rizieq yang selama ini gahar menuntut Ahok di penjara, kini enggan pulang dari Arab dan malah memanggil Komisi Nasional Hak Asasi manusia (Komnas HAM) ke Arab untuk mengadu. Ia bahkan tidak berani datang ke Indonesia untuk menemui Komnas HAM. Imam besar ini seperti ketakutan dengan tuntutan yang kini semakin kencang karena Ahok sudah di penjara dengan pasal yang sama dengan pasal yang menjerat Rizieq, pasal penodaan agama.

Pentolan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab kemungkinan belum akan kembali ke Indonesia. Rizieq memilih untuk memanggil anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) ke Arab Saudi untuk menceritakan persoalan yang dihadapinya.

“Wawancara untuk penyelidikan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh rezim penguasa. Akan diwawancarai sebagai korban teror dan kriminalisasi,” kata Ketua Presidium Alumni 212 Ansufri ID Sambo alias Ustadz Sambo dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (10/5).

Sambo mengatakan, rencana mengundang anggota Komnas HAM pada pekan depan. Sehingga, kata Sambo, Rizieq kemungkinan masih lama berada di Mekah.

“Beliau rencananya akan lama di Mekkah, Insya Allah,” kata Sambo.

Begitulah ia berkilah bahwa sedang dikriminalisasi. Padahal kita ingat bagaimana ia dan kelompoknya begitu keras ingin Ahok ditahan saat jadi tersangka. Saat itu Ahok tidak ditahan karena diyakini tidak akan kabur tapi kini justru Rizieq yang tidak ingin kembali ke Indonesia dan menyelesaikan masalah ini dengan jantan.

Presidium Alumni 212 pada Senin (8/5) menyampaikan laporan dugaan kriminalisasi terhadap ulama kepada Komnas HAM. Sejumlah tokoh hadir dalam acara itu di antaranya adalah mantan Ketua MPR Amien Rais.

Kasus dugaan kriminalisasi yang diadukan di antaranya kasus yang menyeret Rizieq dalam dugaan penghinaan simbol negara dan kasus dugaan pornografi.

Rizieq mangkir dari pemeriksaan di Polda Metro Jaya pada 25 April lalu. Saat itu polisi hendak memeriksanya terkait kasus dugaan pornografi dalam percakapan diduga dengan Firza Husein yang viral di media sosial.

Alasan Rizieq mangkir saat itu adalah melaksanakan umrah bersama keluarganya. Ada sekitar 18 orang yang ikut dalam rombongan umrah Rizieq.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, polisi akan memanggil kembali Rizieq. Namun belum ditentukan waktu pemeriksaan Rizieq.

Perihal soal kehadiran Rizieq dalam pemeriksaan, juru bicara FPI Slamet Maarif mengklaim pentolan FPI itu akan taat hukum.

Lagi-lagi Kepolisian dikadalin oleh Rizieq, setelah beberapa kali mangkir malah dibiarkan melakukan umroh. . Polisi harus segera mengungkap semua kasus Rizieq kalau perlu ditahan saja biar tidak kabur lagi.

Setelah Ahok di penjara kini giliran massa pendukung Ahok yang menuntut keadilan. Mereka juga menuntut agar Rizieq diadili dengan pasal yang sama. Belum lagi dugaan penistaan Pancasila, dan juga kasus chat porno.

Berdasarkan orasi-orasi yang diteriakkan dalam aksi kemarin, memang banyak ucapan yang meminta agar Rizieq lekas ditangkap. Massa menganggap belum ada keadilan ketika Ahok divonis dua tahun penjara, tetapi Rizieq tidak kunjung ditangkap.

“Rizieq sudah jelas melakukan penodaan Pancasila. Rizieq juga melakukan chat mesum dengan Firza Husein. Mengapa dia belum ditangkap?” teriak orator.

Orator juga kerap menggiring massa untuk melantunkan nyanyian dengan lirik penangkapan Rizieq. Itu dilakukan berkali-kali di sela-sela orasi yang sebagian besar berisi tentang dukungan kepada Ahok.

“Kalau mau tangkap Rizieq teriak tangkap,” ujar orator memandu massa dengan sedikit irama.

“Tangkap!” Teriak massa dengan serentak.

Massa lalu menyanyikan Lagu Indonesia Raya bersama-sama sebelum membubarkan diri. Setelah itu, jumlah massa terus berkurang dan lalu lintas berangsur pulih.

Pemerintah telah menunjukkan sikap netralnya, Ahok di penjara meskipun ia dekat dengan Presiden. Tidak ada intervensi meski jelas Ahok dikriminalisasi. Jadi apa alasan Rizieq merasa dikriminalisasi? Jelas sekali bukti-buktinya, ada rekamannya, dan hadapi dan biarkan pengadilan yang membuktikannya.

Di lain sisi, suara-suara kekecewaan semakin meluas. Niat untuk golput pada Pilpres kelak semakin menggema, dan akan menjadi kenyataan jika masyarakat tidak merasa mendapatkan keadilan, yaitu pengadilan terhadap Rizieq dan pentolan-pentolan lainnya, serta pemberantasan radikalisme di Indonesia. Jokowi harus bisa mengembalikan kepercayaan pendukungnya jika ingin tetap menjadi Presiden kelak.

Begitulah kelelawar

@gusti Yusuf


GNPF MUI Ingin Rekonsiliasi, Bachtiar dan Rizieq Siap “Jilat Kaki” Ahok dan Pendukung


DUNIA HAWA - Usai pembacaan vonis dua tahun untuk Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, pihak Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia, GNPF MUI mengimbau seluruh masyarakat Islam untuk menerima keputusan hakim yang (katanya) mulia tersebut.

Ketua GNPF MUI, Bachtiar Nasir mengatakan keputusan menerima vonis tersebut sebagai upaya rekonsiliasi yang memang dibutuhkan oleh Jakarta dan Indonesia. Menurutnya rekonsiliasi harus dijalankan karena ia merasa ada perpecahan dan kesulitan bertenggang rasa di Jakarta. Makian kafir yang dilontarkan dengan mudahnya kepada Ahok, dan pengusiran Haji Djarot dari masjid, seolah-olah dilupakan begitu saja oleh para penduduk bumi datar.

Hal ini menjadi sebuah hal yang paling najis yang saya pernah dengar. Mereka yang memulai, mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Namun ejakulasi masih belum maksimal, seruan untuk mundur dari tuntutan kepada Ahok mulai terdengar dari para petinggi, baik dari GNPF MUI maupun FPI.

Lihat saja ketuanya, Bachtiar Nasir dan Rizieq. Ketakutan mulai mereka rasakan karena mereka sadar, jika ejakulasi mereka berhasil, mereka akan segera dihancurkan oleh tekanan massa yang lebih besar dari yang dapat mereka bayangkan.

Selama ini kita tahu bahwa 7 juta adalah angka yang fiktif, namun ada jumlah yang nyata akan datang dengan kekuatan melawan ormas-ormas bajingan yang radikal dan berani menggunakan nama Islam. Banyak yang mengatakan bahwa ormas-ormas ini justru tidak sedang menjalankan ajaran Islam.

Satu bentuk rekonsiliasi yang ingin diwujudkan oleh GNPF MUI adalah silaturahmi antar tokoh sentral di antara dua kubu yang pernah berseberangan itu. Bachtiar Nasir boleh saja berkata demikian, namun kita tahu bahwa Rizieq sedang ketakutan dan bersembunyi dari kepolisian, sedangkan Ahok sedang mengalami masa tahanan paling lama dua tahun.

“Rekonsiliasi harus dijalankan dan harus ada tenggang rasa menerima segala keputusan setelah berbulan-bulan perpecahan terasa di Jakarta. Sekarang tugas kita adalah menghentikan pertikaian, berusaha memaafkan, dan menjalin kembali tali persaudaraan,” – Bachtiar Nasir, Ketua GNPF MUI

Ciri khas dari kaum bumi datar sangat jelas. Perkataan mereka lebih besar dari nyali mereka. Para pembaca pasti tahu seberapa kecil nyali pimpinan mereka, Rizieq Shihab yang mangkir dari panggilan kepolisian beberapa kali terkait kasus Firza Hots. Lihat juga Buni Yani yang ketakutan dibully oleh para pendukung Ahok di media sosial.

Jadi berbicara mengenai upaya rekonsiliasi, tentu Bachtiar Nasir hanya berucap kosong, alias kotoran banteng (bullshit). Kita lihat saja nanti, siapa petinggi yang diutus. Mereka adalah segerombol orang-orang bermasalah dengan hukum. Panggilan yang tidak dipenuhi menjadi salah satu hal yang kita sayangkan.

Jika satu kata saja bernilai dua tahun, kita tentu harus maklum mengapa Rizieq masih tidak berani datang ke Indonesia. Kalimat-kalimat yang begitu banyak menghujat agama Kristen, Pak Jokowi, Pancasila, dan bahkan sampai ke Gus Dur, membuat ia berhutang waktu lebih dari usianya. Belum lagi makian Rizieq kepada Hary Tanoe dengan melontarkan istilah “BABI” kepada Bos MNC tersebut.

Melihat keadaan ini, tentu sebagai orang waras kita harus maklum bahwa Rizieq ketakutan. Ia tahu nilai kalimatnya adalah penjara ratusan tahun. Saya cukup yakin bahwa terlalu banyak kebusukan-kebusukan yang dilontarkan dari mulut busuk Rizieq. Alih-alih menganggap dan dianggap ulama, sejatinya Rizieq adalah seorang provokator yang harus diciduk dan dihukum.

Sampai kapan polisi diam dan mendiamkan Rizieq? Kita sebagai para kaum bumi bulat tidak sempurna sadar bahwa polisi juga bisa salah. Namun jelas-jelas sebuah pelanggaran hukum jika sembilan kasus Rizieq ini tidak ditangani sesegera mungkin. Kecemasan yang ditimbulkan karena mulut busuk Rizieq, harus dibayar lunas. Kepolisian harus berani menangkap Rizieq. Jangan takut kepada pembesar-pembesar yang ada di belakang Rizieq. Jika berani, bongkar saja siapa mereka.

Jadi sebagai warga bumi bulat tidak sempurna, kami tentu sangat menunggu respons dari pihak kepolisian di dalam menindaklanjuti kasus yang menjerat Rizieq. Balada cintanya, penghinaan terhadap Pancasila, Presiden, dan agama tertentu, menjadi banyak senjata yang dapat membunuh karakter Rizieq kapan saja.

Sudah sepantasnya warga Indonesia sekarang mendapatkan keadilan yang seadil-adilnya. Kita tunggu bagaimana pihak pemerintah bersikap mengenai kejadian ini. Kami terima bahwa Ahok boleh saja dijadikan pancingan untuk menguak seluruh kebobrokan hukum dan keberpihakan hukum yang ada. Namun kami tidak terima jika Ahok hanya dijadikan salah satu sarana pemuasan hawa nafsu dan ejakulasi para bajingan yang berbalutkan agama dan politik.

Betul kan yang saya katakan?

@hysebastian


Ada Jusuf Kalla di Balik Vonis Ahok?


DUNIA HAWA - Jusuf Kalla adalah seorang politisi ulung, lihai dan agresif. Publik masih ingat bagaimana Jusuf Kalla (JK) memainkan peran “the real president’ di era Presiden SBY 2004-2009. SBY pun kelimpungan dan terperangah atas permainan nan cantik JK. Secara cerdas JK memanfaatkan politik untuk melanggengkan kepentingan ekonomi keluarganya.

Pada Pilpres 2009, SBY pisah jalan dengan JK dan memilih Budiono (non partai) sebagai wakilnya. Sementara JK langsung berkompetisi dengan SBY dan memilih Wiranto sebagai wakilnya. Hasilnya, lewat jargon “Lanjutkan” SBY-Budiono melenggang ke istana. JK pun tersingkir dan kemudian mencurahkan perhatiannya di Palang Merah Indonesia.

Saat JK mendengar Jokowi mencalonkan diri sebagai calon Presiden 2014, JK langsung berkomentar pedas. “Tapi jangan tiba-tiba karena dia (Jokowi) terkenal di Jakarta, tiba-tiba dicalonkan presiden, bisa hancur negeri ini, bisa masalah negeri”.Namun ketika JK dicalonkan sebagai cawapres Jokowi lewat peran partai yang sudah dirangkul keluarga JK, JK kemudian bersorak kegirangan. Ia berbalik mengagung-agungkan kinerja Jokowi.

Pada Pilpres 2014, secara mengejutkan Jokowi-JK menang atas Prabowo-Hatta. JK pun bersorak dan merasa di atas angin. Ia mungkin berpikir dapat mendikte Jokowi yang minim pengalaman di pentas nasional. Namun apa yang terjadi kemudian? JK tidak berkutik di bawah Jokowi. Publik tidak banyak melihat sepak terjang JK. Publik hanya mengenal JK yang kerap beda pendapat dengan Jokowi soal PSSI, perseteruan KPK-Polri dan lain-lain.

Selama dua setengah tahun mendampingi Jokowi, JK terlihat menderita. Tidak banyak peran yang dia mainkan. Pemanfaatan politik sebagai batu loncatan untuk terus memperluas ekonomi keluarganya, stagnan. JK kemudian semakin terkebiri ketika para loyalis JK seperti Yudi Chrisnandi, Sudirman Said, hingga Anies Baswedan dibabat habis Jokowi.

Di permukaan, intrik antara Jokowi dan JK tidak begitu tampak. Namun di tataran tersembunyi, ada pertarungan hebat. Penyingkiran loyalis JK di pemerintahan, membuat JK meradang. JK ingin memberi pelajaran kepada Jokowi. Caranya JK menebar pengaruh kepada kelompok-kelompok Islam untuk mendelegitimasi kekuasaan Jokowi.

Ketika Ahok-Djarot sudah resmi diusung oleh Megawati, JK mulai bermanufer. Ia melobi Prabowo agar mengusung Anies (loyalis JK) sebagai calon gubernur DKI Jakarta mengalahkan Ahok. Hal ini diakui sendiri oleh ketua MPR dan PAN Zulkifi Hasan.

JK yakin bahwa Anies dapat mengalahkan Ahok yang double minoritas. Jika Ahok tidak tersandung kasus Al-Maida sekalipun, Ahok tetap akan diserang dengan isu politisasi agama sebaran kebencian berbau SARA. Dan itu bisa dilihat ketika JK sebagai ketua Dewan Masjid tetap membiarkan masjid-masjid untuk dipolitisasi dan menebar kebencian.

Dari berbagai pernyataan JK terkait kasus Ahok, terang bahwa JK ikut berperan menyudutkan Ahok. Ketika Ahok mengatakan bahwa Indonesia belum Pancasilais selama belum ada Presiden yang berasal dari minoritas non Islam, JK merasa tersinggung.

“Jangan mengatakan kalau minoritas itu tidak dipilih, Pancasila tidak lengkap, bukan, salah itu. Berarti sekarang kita tidak Pancasila Indonesia ini, begitu Anda mau? Karena presidennya bukan non-Islam maka tidak Pancasilais? Saya tersinggung!” tegas JK di kantornya, Jalan Merdeka Utara, seperti dilansir Detik.com (21/10/2-16).

Ketika Ahok menyerempet Surat Al-Maidah, JK turut menyalahkan Ahok. Menurutnya Ahok telah salah menyinggung Surat Al-Maidah ayat 51 itu karena menyertakan kata “Dibohongi”. “Itu, bukan ayat itu dipersoalkan, boleh baca semua, saya yang dipersoalkan kata bohong”, ujar Jusuf Kalla kepada wartawan di Kantor Wakil Presiden RI, Jakarta Pusat, Jumat (21/10/2016).

Saat demo besar 411, JK mengatasnamakan Jokowi untuk bertemu perwakilan pendemo termasuk Amin Rais. Saat itu JK secara lantang menegaskan bahwa Ahok akan diproses secara hukum. “Kita sudah berbicara dengan teman-teman yang wakil masalah yang luar biasa banyaknya. Kesimpulannya ialah dalam hal saudara Ahok, kita akan tegakkan dan laksanakan dengan hukum yang tegas. Oleh Kapolri dijanjikan selesai dalam dua minggu, pelaksanaan hukum yang cepat itu. Sehingga semua berjalan sesuai aturan tapi dengan tegas, itu saja”,ujar JK dikutip Tribunnews.com (4/11/2017).

Selang dua minggu kemudian, ucapan JK itu terbukti. Pada tanggal 16 November 2017, kepolisian menetapkan Ahok sebagai tersangka. Saat mendengar Ahok sebagai tersangka, JK mengeluarkan pernyataan agar Ahok menjalani prose hukum dengan baik. “Ahok meski menjalani proses ini. Itu kan tersangka belum tentu terhukum kan? Ya, nantilah (kita lihat bagaimana),” ucap Jusuf Kalla.

Dalam perjalanan sidang Ahok, JK tetap menyindir Ahok. Saat Ahok terpaksa meminta maaf kepada Rais Aam Pengurus Besar Nadlhatul Ulama KH Ma’ruf Amin, JK ikut menyerang Ahok. “Seorang pemimpin itu jangan terpaksa terlalu sering minta maaf, karena terlalu sering minta maaf berarti membikin kesalahan”, kata Kalla, Jumat, 3 Februari 2017 sebagai dikutip Tempo.co (03/02/2017).

Pada putaran pertama 15 Februari 2017, JK ikut menyaksikan perhitungan cepat Pilgub DKI Jakarta putaran pertama.  Ketika jagoannya masuk putaran kedua, JK mulai menyusun strategi untuk memenangkan Anies di putaran kedua. Publik pun bertanya mengapa JK begitu itens menyerang Ahok dan juga ikut menyaksikan perhitungan cepat Pilgub DKI? Jawabannya jelas karena JK ingin jagoannya Anies menang. Kemenangan Anies dan kekalahan Ahok adalah pelajaran pahit bagi Jokowi.

Demi Anies, JK ikut mendorong kelompok-kelompok Islam untuk menyerang habis Ahok. Selain itu orang-orang dekat JK seperti Aksa Mahmud, Erwin Aksa dikerahkan untuk memenangkan Anies. Maka tak heran ketika Anies sudah menang quick count, Anies bisa naik Helikopter ke Balai Kota yang dipinjam dari Erwin Aksa untuk bertemu dengan Ahok.

Setelah Anies mengalahkan Ahok, JK kemudian tampil ngeles di muka publik. Ia mencoba mengelabui publik dengan mengeluarkan pernyataan bahwa Anies dekat dengan Jokowi. Itu sebetulnya hanya sebagai hiburan kepada publik yang sudah mabuk isu-isu SARA. Pun ucapan JK saat mendengar Ahok divonis dua tahun hanyalah bentuk simpati agar terlihat negawaran.“Bagaimanapun Ahok itu gubernur DKI, wakil pusat di daerah. Karena itu saya sampaikan rasa simpati atas apa yang terjadi”, kata JK kepada wartawan di kantornya (9/5/2017).

Lalu bagaimana menjawab pertanyaan judul artikel ini: Ada Jusuf Kalla di balik Vonis Ahok?


Saat ada kabar yang disebarkan oleh Laskar Cikeas menyebutkan bahwa ada keterkaitan antara vonis Ahok dengan Wapres JK, Jubir Wapres, Husain Abdullah, mengatakan bahwa gambar JK yang bertemu dengan MA Hatta Ali adalah hoax.“Gambar Ibnu Munzir dipelintir jadi Hatta Ali bertemu beberapa tokoh dan membuat opini sesat, bahwa Hatta Ali mengatur vonis Ahok, padahal tidak”, kata Jubir Wapres Husain Abdullah kepada Detik.com, Rabu (10/5/2017).

Pernyataan Husain yang mengakui bahwa JK memang melakukan pertemuan dengan Hatta Ali di lingkungan Istana Negara dan acara-acara kenegaraan lainnya bisa membuat publik menduga-duga isi pertemuan mereka. Artinya Husain mengakui bahwa JK pernah melakukan pertemuan dengan Hatta Ali. Silahkan beropini apa isi pertemuan JK-Hatta Ali.

Jika melihat penolakan Ahok atas tim Sinkronisasi tim Anies yang di dalamnya terdapat orang JK, Sudirman Said, maka bisa diduga bahwa Ahok yang sudah kalah, masih dianggap keras kepala menjelang akhir masa jabatannya. Ahok bersih keras untuk tidak memasukan semua program Anies-Sandi pada APBDP DKI 2017. Bahkan Ahok mengatakan bahwa rancangan jangka menengah APBD DKI 2018-2022, ia yang akan menandatanganinya. Belum lagi janji Ahok untuk tetap menggusur kembali rumah kumuh di Pasar Ikan, maka lengkaplah Ahok dianggap sebagai ancaman.

Pun mengalirnya bunga ke Balai Kota dan terpaksa dikasih rekor MURI oleh musuh Ahok, Jaya Suprana, bisa membuat lawan-lawan Ahok sakit hati dan emosi. Apalagi ucapan Amin Rais yang mengatakan jika Ahok bebas ia bisa apa saja di pemerintahan Jokowi. Ahok bisa Mendagri, bisa Menhankam atau apa saja.

Jadi jelas jika Ahok divonis bebas, ia akan menjadi ancaman besar bagi lawan-lawannya. Bisa dibayangkan jika ia bebas, lalu Jokowi memintanya menjadi Mendagri dan bertemu dengan JK yang mengusung Anies, maka cerita seru bisa berlanjut di istana. Lalu mengapa Ahok langsung ditahan?

Jika Ahok tidak ditahan, maka Ahok dipandang menghalangi tim Sinkroniasi APBD dari tim Anies. Jika Ahok tidak ditahan, maka hati lawan-lawannya semakin tersayat hatinya melihat fans Ahok terus menyerbu Balai Kota setiap hari. Pertanyaannya: Ada Jusuf Kalla di balik Vonis Ahok? Entahlah. Hanya Tuhan dan JK sendiri yang tahu. Kita hanya bisa menduga dari sinyal-sinyal ucapan JK kepada Ahok selama ini.



@asaaro lahagu

Hukum Tajam kepada Minoritas


DUNIA HAWA - Hari ini adalah hari yang tersedih yang ku rasakan dalam hal berbangsa, setelah didahului oleh dua peristiwa yang juga menyakitkan. Saat penetapan Ahok sebagai tersangka penistaan agama yang kabarnya untuk meredam para demonstran. 

Kedua adalah kekalahan Ahok dalam Pilkada DKI karena pihak lawan memakai cara-cara tidak kesatria dengan memainkan isu-isu agama. Menjual tiket ke surga dan menakut-nakuti mayat pun mereka lakukan. Mimbar Jumat pun dipakai mengulang-ulang ancaman tersebut. Tidak perlu ikut jumatan untuk mendengar khotbah semacam itu. Pengeras suara berbaik hati membagikannya.

Pertarungan yang tidak imbang yang akhirnya mengalahkan Ahok dengan telak. Para pendukung Ahok dapat menerimanya dengan lapang dada. Tidak ada demo dan tidak ada caci maki, hanya ungkapan terima kasih kepada Ahok yang telah memberi begitu banyak untuk Jakarta.

Karangan bunga papan pun tak henti datang menutupi setiap sudut Balai kota hingga Monas sejak kekalahan Ahok-Djarot. Tercatat karangan bunga itu mencapai 9000an buah. Kiriman tidak hanya datang dari warga Jakarta, tapi juga dari daerah-daerah yang jauh dari Ibu Kota, bahkan dari luar negeri.

Menunjukkan bahwa pendukung Ahok tidak hanya berasal dari DKI Jakarta. Belum pernah ada tokoh politik yang demikian dicintai, tidak hanya oleh rakyatnya saja, tapi juga orang-orang bertempat tinggal jauh yang hanya tahu cerita tentang Ahok dari media.

Dalam aksi simpatik dengan bunga ini pun masih mendapat sindiran. Tak kurang politikus yang sejak dulu berseberangan dengan Ahok pun mengeluarkan cibirannya. Fitnah tak pernah sepi menerpa Ahok dan pendukungnya. Karangan bunga pun dibakar. Mengapa bunga pun dibenci? Aku tak paham.

Dan hari ini adalah kekalahan terbesar. Hakim memutuskan Ahok bersalah dengan vonis hukuman 2 tahun penjara. Awalnya aku tidak percaya. Tapi akhirnya marah. Ya, marah dalam tangis seperti semua pendukung Ahok yang ada di seluruh Indonesia bahkan di manca negara. 9 Mei 2017 Hari berkabung Ahokers.

Tak kurang LBH Jakarta mengatakan vonis Ahok adalah tragedi bagi hukum di Indonesia, setelah sebelumnya lembaga ini juga mengatakan bahwa Ahok tidak menistakan agama. Banyak pakar hukum yang mengatakan bahwa vonis ini akan menjadi preseden buruk bagi peradilan Indonesia. Ke depannya, orang akan dengan mudahnya dinyatakan sebagai penista agama. Mengerikan.  

Hari ini banyak yang menangis atas putusan tersebut, terlebih melihat Ahok dengan kepala tegak memasuki Rumah Tahanan Cipinang. Hingga saat aku menuliskan ini, para pendukung Ahok masih bertahan di depan Rutan Cipinang.

Aku tahu Ahok itu orang yang kuat. Dia tidak akan jatuh hanya karena hukuman 2 tahun. Dia masih tersenyum melayani orang-orang di Rutan yang memintanya berfoto bersama. Aku jadi teringat ayat emas yang selalu diperkatakan Ahok; “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”

Ayat itu diambil dari Surat Rasul Paulus - yang selama pelayanannya lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam penjara – kepada jemaat di Filipi. Ahok sering megatakan bahwa bila dia meninggal kelak, dia meminta keluarga menuliskan ayat tersebut di batu nisannya.

Aku juga yakin, Ahok juga pasti sudah pernah memikirkan kemungkinan kalau dia akan dijatuhi hukuman penjara. Dan aku percaya dia sudah mempersiapkan mentalnya untuk menjalani semuanya. Walau aku tahu Ahok itu kuat, siap menjalani dengan iklas, tapi kenapa aku masih terus menangis?

Jutaan pendukung Ahok merasakan apa yang kurasakan: KEKECEWAAN.

Air mata mengalir di pipi kami sesungguhnya bukan untuk Ahok semata, tapi atas matinya harapan kaum minoritas untuk dapat berdiri sejajar di negeri ini. Air mata kami tercurah untuk hukum yang tajam kepada minoritas dan tumpul kepada mayoritas. Kami laksana berada dalam terowongan gelap dan cahaya di ujung sana mulai redup.

Kami kaum minoritas tidak berani bermimpi lagi untuk berkarir politik di negeri ini. Segala cara dapat dipakai untuk menghancurkan karir dan hidup kami. Kepala sekolah Negeri yang beragama Kristen ditolak para guru dan murid. Ketua OSIS ditolak karena beragama Kristen. Camat ditolak “warga” karena beragama Kristen. 

Pembangunan rumah ibadah minoritas dipersulit dengan banyak cara, bahkan yang sudah punya izin sekalipun. Patung Buddha di rumah ibadah Klenteng pun bisa membuat massa marah. Dan sekarang, pengadilan sebagai gerbang terakhir harapan kami sudah tidak bisa lagi diharapkan.

Aku memiliki beberapa group WA, salah satunya adalah group teman-teman Kristen alumni Universitas Mulawarman. Mereka sangat positif memberi dukungan bahwa Tuhan pasti punya rencana yang lebih baik, dan semua akan indah pada waktunya. Demikian juga netizen-netizen Kristen diTwitter pun tak kurang memberi semangat bahwa ini bukan akhir segalanya.

Tapi yang menangis untuk keadaan ini bukan hanya non muslim, teman-teman muslim pun sangat banyak yang berduka. Teman-teman seperjuangan untuk mempertahankan kebinekaan dan kesetaraan di negeri ini.

Sejak dari awal penetapan tersangka, Ahok adalah tokoh yang dikorbankan. Terdengar kejam memang. Tapi demikianlah adanya. Mandela yang besar itu pernah di penjara. Soekarno juga. Bahkan tokoh-tokoh besar dalam Alkitab pun pernah melewati jalan yang sama. Ahok pasti mampu melewatinya.

Seberapa unggul pun benih itu, dia harus ditanam dan membusuk di dalam tanah terlebih dahulu. Kemudian dari padanya akan muncul tunas muda segar, tumbuh makin besar dan bercabang banyak. Menjadi tempat bersarang aneka burung dan tempat berteduh aneka satwa.

Pak Ahok, engkaulah benih itu. Satu Ahok ditumbalkan, seribu Ahok akan lahir.  Ahok-ahok junior akan muncul seperti cendawan di musim hujan. Membawa semangat anti korupsi, berani karena bersih dan ringan tangan untuk menolong sesama.

Aku percaya Pak Ahok pun akan membawa perubahan di dalam rumah tahanan. Ahok-ahok muda akan lahir dari sana. Tetaplah tersenyum, Pak Ahok. Hanya itu yang kami butuhkan saat ini untuk menghapus lara kami. Tuhan besertamu.

@mery dt