Monday, April 3, 2017

Pecandu Seks Sekaligus Narkoba, Apa Jadinya?


DUNIA HAWA - Ketika seseorang divonis sebagai pecandu, konotasi yang diasosiasikan padanya cenderung buruk. Ini karena sebutan itu cenderung digunakan untuk mendeskripsikan seseorang yang selalu terbuai untuk melakukan suatu hal, baik positif maupun negatif, tapi dalam kadar atau frekuensi melampaui batas normal.

Dua hal yang kerap dijadikan "pendamping" kata pecandu adalah seks dan narkoba. Pecandu seks adalah seseorang yang selalu tergoda untuk melakukan hubungan intim dengan pasangan atau orang lain. 

Tidak hanya tergoda, desakan pada psikisnya begitu kuat sehingga sering kali ia mendapatkan apa yang dia mau. Hasrat yang begitu besar membuatnya ingin terus melakukan seks. Termotivasi hawa nafsu sebegitu dalamnya, ia bisa melakukan kapan saja, dengan siapa saja dan dimana saja, semua asal keinginannya tercapai.

Bahkan ia bisa memperdayakan hal lain seperti nonton film porno atau mencoba sex toys untuk menemukan kepuasan batin dan fisiknya itu. 

Kemudian ada pecandu narkoba. Pecandu dalam topik ini dapat digambarkan sebagai seseorang yang tidak pernah bisa berhenti melakukan atau memakai narkoba hingga ia rela menghambur-hamburkan uangnya untuk membeli barang tersebut.

Selain itu, orang bisa dikatakan pecandu narkoba saat perilakunya sudah mulai berubah dari normal. Umumnya orang tersebut mengindikasikan ketergantungan akut pada narkoba melalui penurunan perhatian pada kesehatan dan sekelilingnya.

Bila dilihat dari sisi kerugian, dua-duanya sama-sama memiliki dampak negatif. Pecandu seks berpotensi miliki masalah kesehatan seperti HIV/AIDS, bahkan psikisnya di mana ia kesulitan berkomitmen lantaran selalu ingin bercinta dengan siapa saja yang bisa atau ada di depan matanya. 

Pecandu narkoba juga ancam kesehatan seseorang dari berbagai sisi. Tidak hanya fisik dan psikis saja, kejiwaan seseorang bisa secara permanen terganggu oleh penggunaan narkoba yang terlampau sering. Kematian merupakan kemungkinan yang paling fatal namun nyata bagi pecandu narkoba.

Namun, bagaimana jika keduanya digabungkan? Sebetulnya masing-masing memiliki keterkaitan erat satu sama lain. Ketergantungan narkoba bisa memicu ketergantungan pada seks dan juga sebaliknya. 

Seseorang yang sudah ketergantungan seks sebelum kenal obat-obatan terlarang cenderung lebih sulit berkomitmen, miliki pasangan, bertahan hidup lama dan bahagia dibandingkan seseorang yang gila seks setelah menggunakan narkoba terlebih dahulu.

Pecandu narkoba, khususnya sabu atau ekstasi, umumnya menjadi senang bercinta lantaran zat yang dibawanya memicu hawa nafsu. Jika pecandu tersebut bercinta dalam frekuensi normal sebelum menjadi pecandu narkoba, maka kemungkinan besar barang haram tersebut akan hanya meningkatkan kegilaan pada seks beberapa persen saja.

Lain halnya dengan pecandu seks yang tidak perlu dipicu apa pun hasratnya sudah melampaui batas. Penggunaan narkoba seperti sabu atau ekstasi bisa membuatnya tidak terkendali dan lama-lama kehilangan akal sehat sekaligus emosinya.

Intinya, kedua hal tersebut berhubungan. Tidak sedikit jumlah orang yang ketergantungan seks sekaligus narkoba. Namun untuk mana yang lebih parah, tergantung dari kondisi mana duluan yang ia alami.

@health liputan6


Salam “Peace” Dua Jari Ahok, Afgan dan Maia


DUNIA HAWA - Ahok terkenal dengan sosok yang  galak, tegas, ngomongnya terkesan kasar dan to the point (blak-blak an). Banyak orang yang merasa sosok Ahok ini keterlaluan, seenaknya dan tidak memandang orang lain. Kalau buat masyarakat yang cerdas, jelas sosok inilah yang ditunggu-tunggu selama ini. Ahok galak, Ahok tegas, Ahok ngomong kasar, itu karena Ahok membela kepentingan masyarakat Jakarta. Ahok melakukan itu hanya kepada oknum-oknum yang mau merugikan masyarakat Jakarta. Sebenarnya, berkat Ahoklah APBD kita tidak dirampok oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Tapi itu kan Ahok yang dulu, sekarang kan namanya Basuki. Ahok yang sekarang lebih kalem lho. Ga percaya?

Ditengah gempuran dalam ajang kontestasi politik dimana banyak orang yang ramai membicarakan aksi damai 313, Ahok menyampakan salam “peace” dengan caranya sendiri. Kehadiran ahok yang penuh canda tawa dan senyum saat menanggapi aksi damai yang menuntut agar dirinya dicopot dari jabatannya. Foto-foto yang menampakkan kegembiraan dimana ahok terlihat berpose sambil menunjukkan dua jarinya bersama Afgan dan Maia Estianty (mantan si botak yang katanya bangkrut itu lho) diunggah Ahok di akun Instagram-nya, @basukibtp, Sabtu (1/4/2017). Sejauh ini, foto itu mendapatkan like dari warga Instagram sebanyak 39.632.

Ada 6 foto yang diunggah Ahok dengan cara multiple upload. Salah satunya memperlihatkan Ahok yang menggunakan kemeja kotak-kotak hitam putih diapit Maia dan Afgan. Mereka terlihat menunjukkan pose 2 jari.
Dalam captionnya, ahok berterimakasih pada Maia dan Afgan karena telah rela membatalkan menonton konser coldplay di singapura demi datang pada acara ahok show.

“Terima kasih sudah datang @maiaestiantyreal dan @afgansyah.reza yang rela batalin nonton Coldplay buat jadi bintang tamu Ahok Show. Terima kasih sudah jadi inspirasi jutaan anak muda Indonesia,” tulis Ahok di caption fotonya itu.

“Challenge seru dan obrolan tadi malam bisa anda tonton di bit.ly/youtubeahok. Jangan lupa nonton #AhokShow minggu depan dengan co-host dan bintang tamu yang lain,” lanjut Ahok dalam caption-nya.

Menarik sebenarnya melihat keceriaan yang terlihat pada senyum Ahok dengan Maia dan Afgan. Ketika harus membandingkan mana sebenarnya yang lebih damai antara aksi damai 313 atau Ahok yang dengan tenang menanggapi segala tuduhan yang menimpa dirinya terkait isu penistaan agama, sepertinya foto Ahok dengan Maia serta Afgan lebih enak dilihat. Bukan karena Ahok berfoto dengan musisi terkenal yang cantik dan ganteng, tapi karena keceriaan yang terpancar dari ekspresi mereka. Lalu mana yang lebih damai? Tuntutan yang terus dilayangkan dengan serentetan aksi yang malah membuat kondisi Jakarta seakan memanas, atau ekspresi keceriaan dengan “salam peace” yang terlihat di beberapa foto yang tersebar di instagram Ahok? Tentunya hal ini akan menimbulkan banyak persepsi. Jika kita memilih untuk bersikap subjektif, akan ada banyak alasan untuk mendukung salah satu kubu. Tapi jika kita sadar dan obyektif dan memposisikan diri sebagai manusia yang sangat mendambakan kedamaian, sepertinya kita akan tau jawabannya. Pun meski kita sebenarnya adalah kubu yang kontra terhadap ahok karena dugaan penistaan agama yang ramai diberitakan sebelumnya.

Salam dua jari mungkin dulunya lebih dikenal masyarakat saat kontestasi pemilihan Presiden. Namun Ahok kebetulan juga dapat nomor urut yang sama. Tren salam dua jari ini akhirnya juga diteruskan oleh Ahok. Kalo dihubung-hubungkan, tanpa mengaitkan dengan konteks kontestasi politik, salam dua jari ini memang menimbulkan kesan damai sejak dulu. Salam dua jari atau salam peace ini memang kerap ditunjukkan untuk memberikan pesan damai dan pesan damai dengan mengacungkan dua jari ini sepertinya akan lebih enak dilihat daripada mengepalkan jari.

Jadi sepertinya kita akan lebih damai ketika saling menerima perbedaan dan memberikan suara dengan cara yang benar-benar damai dan dengan senyuman yang mendinginkan hati. Bukannya kita adalah saudara sesama manusia yang sama-sama menginginkan kebahagiaan yang terpancar lewat senyuman. Tentunya kita kan menjadi satu bangsa yang kuat dimana kita juga disatukan dengan harapan dan cita-cita yang sama bernama Indonesia.

Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Kura-kura begitulah.

@puputo


Prabowo Menyesal Usung Anies?


DUNIA HAWA - Tadinya Prabowo mau mengusung Sjafrie Sjamsoeddin-Sandiaga di Pilgub DKI. Sjafrie yang berlatar-belakang militer, cocok dengan gaya Prabowo. Namun keinginan Prabowo itu, ditentang oleh PKS yang tidak suka militer. Mengapa? PKS akan susah mengendalikan calon yang berlatar-belakang militer. Sosok militer biasanya sudah bertahun-tahun dilatih untuk setia pada Pancasila dan UUD 1945. Dalam jiwa seorang militer, telah dipatri bahwa NKRI adalah harga mati.

Untuk mengimbangi keinginan Prabowo itu, PKS dengan berani mengumumkan pasangan Sandiaga- Mardani. Prabowo sebetulnya sempat mengiyakan pasangan ini. Media sempat memberitakan bahwa Prabowo akan mendukung Sandiaga-Mardani. Namun di saat bersamaan ada manufer dari Cikeas. Mantan Presiden SBY langsung memimpin koalisi Cikeas yang beranggotakan 4 partai, yakni Demokrat, PPP Romy, PKB, PAN mengusung calon sendiri.

Saat itu nama Yusril Ihzra Mahendra berseliweran sangat kuat sebagai calon. Namun karena track record Yusril yang gagal membesarkan partainya sendiri, akhirnya koalisi Cikeas secara mengejutkan mengusung Agus Yudhoyono-Silvi sebagai cagub dan cawagub DKI Jakarta. Prabowo terkejut. Koalisi Cikeas ternyata tidak mau berkoalisi dengan Gerinda untuk mengusung satu calon. Keadaan itu membuat Gerinda-PKS harus mengusung calon sendiri.

Menjelang batas waktu pendaftaran di KPU, Prabowo sudah bulat mengusung Sandiaga sebagai cagub. Namun siapa wakilnya? Apakah Mardani? Atau Syafrie Syamsoeddin, Yusril atau yang lain? Dalam waktu yang sempit itu nama Anies Baswedan, semakin bergema. Istanapun sudah mewanti-wanti agar nama Anies sedapat mungkin tidak masuk dalam kalkulasi Prabowo. Mengapa? Anies sangat berbahaya.

Anies akan memanfaatkan apapun posisinya untuk menjadi capres pada Pilpres 2019 mendatang. Jika kemudian ada pemahaman publik bahwa Anies dipecat dari menteri walaupun ia sebagai pendukung utama Jokowi pada Pilpres 2014, karena etos dan kinerjanya yang buruk, itu bukanlah alasan utama.

Alasan utama pemecatan Anies adalah gelagat Anies yang berambisi dan sangat berambisi menjadi calon presiden tahun 2019 mendatang. Jadi Anies secara diam-diam akan memecat Jokowi dari kursi Presiden. Bila publik bertanya-tanya mengapa ada salah hitung anggaran Rp 23,3 triliun? Bisa dengan mudah menjawabnya. Bisa jadi dana salah hitung itu diarahkan untuk mendukung ambisi Anies menjadi capres 2019 mendatang jika ia tetap menjadi menteri.

Nama Anies yang diplot sebagai calon wakil Sandiga pun sudah dibisikkan kepada Prabowo. Menurut para pembisik, nama Anies sangat berpotensi mengalahkan Ahok karena ia korban kezaliman Jokowi. Saat itu Prabowo masih bimbang soal kapabilitas seorang Anies. Apa betul seorang mantan menteri yang dipecat laku sebagai cagub DKI? Sampai detik itu Prabowo masih tidak percaya.

Prabowo mulai percaya kepada Anies, ketika istana melakukan blunder. Ada isu yang menyebutkan bahwa istana meminta Partai Gerinda dan PKS agar tidak mengusung Anies Baswedan dalam Pilkada 2017. Istana pun digadang-gadang mengutus Menteri Sekretaris Negara Praktino menemui Ketum Gerinda Prabowo Subianto dan Wakilnya Fadli Zon. Walaupun isu pertemuan ini telah dibantah oleh Praktino, namun publik masih setengah percaya atas isu itu.

Ketika isu berkembang bahwa istana tidak menghendaki Anies, Prabowo malah semakin yakin kepada Anies. Para pembisik kemudian terus-menerus meyakinkan Prabowo bahwa Anies bisa mengalahkan Ahok karena dia adalah korban kezaliman Jokowi. Jadilah Prabowo akhirnya menjadikan Anies sebagai wakil Sandiaga. Jadi dalam kacamata Prabowo, Sandiaga-Anies adalah pasangan yang ideal.

Sial bagi Gerinda. Ternyata ketika dihubungi, Anies tidak mau kalau posisinya hanya dijadikan wakil. Dia mau jika calon gubernur. Terdesak oleh batasan waktu yang sempit dari KPU disertai lobi membahana dari PKS, akhirnya Gerinda menyetujui Anies sebagai cagub. Hal yang kemudian membuat Sandi kecewa. Namun karena sudah terlanjur disebut sebagai cagub atau cawagub, Sandi akhirnya setuju dengan hati dongkol.

Dalam perkembangan selanjutnya, terlihat PKS yang paling bersemangat memenangkan Anies. Di balik pertemuan Anies-Rizieq, peran PKS sangat signifikan. PKS berhasil menarik FPI masuk koalisi Gerinda-PKS. FPI yang secara senyap mendukung Agus-Silvi sebelumnya, berhasil ditarik oleh PKS. FPI pun mengkhianati SBY.

Bila kemudian suara Agus tiba-tiba anjilok dan suara Anies melambung hingga hampir 40%, itu karena pada detik-detik terakhir, suara kaum khilafah yang tiba-tiba meninggalkan Agus-Silvi dan berbalik mendukung Anies-Sandi. Inilah yang dipahami oleh SBY pasca kekalahan Agus. Tak heran kemudian, SBY secara diam-diam mendukung Ahok-Djarot untuk membalas pengkhianatan ini.

Ketika Anies-Sandi maju di putaran kedua dan head to head dengan Ahok, Prabowo pada awalnya bersemangat. Ternyata instingnya memilih Anies-Sandi cukup tajam. Namun di sinilah masalahnya. Sekarang Anies disetir penuh oleh PKS dan FPI. Kelakuan PKS-FPI untuk melakukan segala cara memenangkan Anies, membuat Prabowo muntah. Dua partai ini sebetulnya bertolak-belakang. PKS yang agamis-konservatif dan Gerinda yang nasionalis dipaksa kawin demi kepentingan politik.

Ulah para pendukung Anies dengan politisasi jenazah, demo-demo, selebaran-selebaran SARA dan rencana tamsya Al-Maidah membuat gerah Prabowo. Kemarin, Minggu 2 April 2017, ketika ada debat di Kompas TV dan didukung penuh oleh Prabowo, ternyata Anies-Sandi tidak datang. Itu salah satu bukti bahwa Prabowo kini mulai hilang kendali atas Anies. Padahal Prabowo sangat mengharapkan Anies-Sandi bertarung di debat Kompas TV itu. Lalu apa alasan Anies-Sandi absen di debat itu?

Timses Anies-Sandi sudah paham bahwa justru lewat debat, elektabilitas Anies-Sandi tergerus. Karena itu dibuatlah alasan-alasan konyol agar Kompas TV mengubah format debat menjadi format berbagai buah-buah pikiran. Hal yang tidak logis bagi Kompas TV. Jelas alasan itu hanya akal-akalan untuk menghindari debat.

Kini di kubu Anies-Sandi mulai terjadi perpecahan. Ada kubu yang bertarung secara fair, namun ada kubu yang bertarung dengan melambungkan SARA. Potensi kekalahanpun di depan mata. Publik memahami bahwa Anies-Sandi akhirnya takut debat. Jelas Prabowo kecewa. Anies sudah mulai membangkang kepada Prabowo.

Kini Prabowo mulai sadar bahwa Gerinda telah dibusukkan oleh PKS-FPI dengan mengusung Anies. Bahkan sangat mungkin Prabowo mulai ragu kepada Anies yang tidak mempunyai kapasitas menjadi pemimpin DKI-1. Ternyata Anies hanya punya ambisi besar memecat Ahok, memecat Jokowi pada Pilpres 2019 dan bahkan menyingkirkan sendiri Prabowo, namun kemampuannya jauh panggang dari api.

Skenario terburuk pun bisa terjadi. Jika Anies kalah di Pilgub DKI, maka itu Prabowo akan menyesal memilih pemimpin yang hanya pintar beretorika. Jika Anies menang, maka ambisinya yang menyala-nyala menjadi capres, bisa menjadi blunder bagi Prabowo yang juga ingin kembali menjadi capres. Ini juga membuat Prabowo menyesal. Ambisi Anies seperti yang sudah diperingati istana, akan dirasakan Prabowo. Anies akan memecat Prabowo sebagai capres jika berhasil menjadi gubernur. Begitulah kura-kura.

@asaaro lahagu


Inilah Bukti Hukum Sekjen FUI Rencanakan Makar di Gedung DPR/MPR


DUNIA HAWA - Polda Metro Jaya melalui Kadiv Humas Polda Metro Jaya , Kombes Argo Yuwono mengungkapkan bukti mengejutkan terkait rencana makar yang berujung dengan penangkapan lima tersangka permufakatan makar, termasuk Sekjen FUI Muhammad Al-Khaththath. Inilah serangkaian bukti permufakatan makar yang dirancang Muhammad Al-Khaththath:

Pelaku makar diduga akan menabrak pagar belakang Gedung DPR/MPR dengan menggunakan kendaraan truk atau pribadi. Seperti diketahui bahwa di sekitar Gedung DPR/MPR ada beberapa jalan yang sudah direncanakan sebagai jalur masuk ke dalam Gedung DPR/MPR untuk menduduki Gedung DPR/MPR. Dan yang lebih mengejutkan lagi tempat perencanaanpermufakatan makar untuk menggulingkan pemerintahan yang sah ternyata dilakukan di dua tempat, yakni di daerah Kalibata dan di Menteng.

Berdasarkan hasil pendalaman yang dilakukan penyidik Polda Metro Jaya juga terungkap bahwa massa nantinya ada yang masuk melalui gorong-gorong yang terdapat di depan Gedung DPR/MPR , yang ujungnya bisa menembus masuk ke dalam Gedung DPR/MPR untuk menduduki Gedung DPR/MPR.

Sehingga jika semua massa berhasil menyelinap masuk lewat gorong-gorong yang ada di depan Gedung DPR/MPR, maka Polda Metro Jaya tidak akan bisa mengeluarkan massa yang telah menduduki Gedung DPR/MPR. Yang lebih mengejutkan lagi pula terungkap sudah ada 7 pintu yang sudah direncanakan sebagai pintu masuk massa untuk menyelinap masuk ke dalam Gedung DPR/MPR, selain masuk melalui gorong-gorong yang ada disekitaran Gedung DPR/MPR.

Bahkan dari hasil pendalaman yang dilakukan oleh penyidik Polda Metro Jaya terungkap pula bahwa berdasarkan hasil salah satu rapat yang dilakukan oleh kelima tersangka permufakatan makar, akan melakukan revolusi akan dilakukan pada 19 April 2017 setelah masyarakat DKI Jakarta memberikan hak suaranya pada TPS-TPS yang telah ditentukan. Selain itu yang lebih mengagetkan lagi terungkap dari hasil pemeriksaan Sekjen FUI, Muhammad Al-Khaththath membutuhkan dana sebesar Rp. 3.000.000.000 (tiga miliar rupiah) untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah. Juga terungkap pula bahwa aksi 313 adalah permulaan sebelum melakukan revolusi pada 19 April 2017.

Dan jika didalami dari aspek hukum pidana, maka unsur niat yang terkandung dalam pasal 53 KUHP tentang percobaan sudah terpenuhi, dikarenakan kelima tersangka permufakatan makar sudah memiliki niat sejak awal untuk menduduki Gedung DPR/MPR, bahkan sudah memetakan atau mengkondisikan waktu yang tepat untuk melakukan aksi makar, yakni pada 19 April 2017 setelah pencoblosan dilakukan.

Tidak hanya memetakan waktu bahkan kelima tersangka permufakatan makar juga sudah memetakan mengenai jalur-jalur mana saja yang bisa digunakan agar bisa masuk ke dalam Gedung DPR/MPR hingga berujung pada penggulingan pemerintahan yang sah. Dan yang perlu dipahami bahwa dalam kasus penangkapan kelima tersangka permufakatan makar yang dilakukan oleh Polda Metro Jaya sudah sesuai dengan hukum acara pidana , KUHAP. Karena bukan lagi perbuatan persiapan yang dilakukan oleh kelima tersangka, tetapi sudah permulaan pelaksanaan , yangsudah dimulai yakni aksi 313 berkedok menuntut penjarakan Ahok, tetapi dibalik itu ternyata sudah dikondisikan waktu yang tepat dan cara menyelinap masuk ke dalam Gedung DPR/MPR. Perbuatan pelaksanaann (makar) nanti 19 April 2017 sesuai rencana (jika tidak ditangkap).

Jika dibedah dari Pasal 110 KUHP ayat (2) ke-1, 2, 3 dan 4, semuanya sudah terpenuhi.  Pasal 110 ayat (2) ke-1 yakni unsur menggerakan: Adanya upaya-upaya menggerakan untuk melakukan makar yang dilakukan kelima tersangka permufakatan makar agar menduduki Gedung DPR/MPR dengan cara memberi petunjuk ada yang masuk melalui gorong-gorong yang ada di sekitar Gedung DPR/MPR hingga nantinya berhasil menembus ke dalam Gedung DPR/MPR sampai adanya rencana untuk menggerakan orang lain untuk menabrak pagar belakang Gedung DPR/MPR dengan truk adalah bagian nyata dari rencana makar setelah pencoblosan pada 19 April 2017, yang diskenariokan kelima tersangka. Unsur dalam ayat (2) ke-2 yakni berusaha memperoleh kesempatan dan sarana: kesempatan disini bisa diartikan sebagai jalan untuk melakukan makar, ini bisa dilihat dari skenario yang telah disusun, yakni ada yang masuk lewat gorong-gorong, ada yang masuk lewat 7 pintu di sekitaran Gedung DPR/MPR.

Dan untuk Pasal 110 ayat (2) ke-3 yang memiliki unsur persediaan barang-barang yang digunakan untuk kejahatan juga telah terpenuhi, ini merujuk pada sejumlah uang sebesar 18.770.000 (delapan belas juta tujuh ratus tujuh puluh ribu rupiah) yang telah disita oleh Polda Metro Jaya.

Ayat (2) ke-4 dari Pasal 110 KUHP, yakni mempersiapkan atau memiliki rencana untuk melaksakan kejahatan yang bertujuan untuk memberitahu kepada orang lain, juga sudah terpenuhi, hal itu bisa dibuktikan dari pemetaan lokasi sekitar Gedung DPR/MPR yakni menyangkut jalan masuk ke Gedung DPR/MPR , makar pada 19 April 2017 setelah masyarakat menggunanakan hak suaranya hingga ada truk yang telah diskenariokan untuk ditabrakan ke pagar belakang Gedung DPR/MPR. Jadi baik unsur Pasal 107 KUHP ataupun Pasal 110 ayat (1) (2) ke-1, 2, 3, dan 4 KUHP yang dijeratkan kepada kelima tersangka permufakatan makar, semua unsurnya sudah terpenuhi.

Masyarakat Indonesia patut bersyukur dan bangga kepada Polri, karena ,jika kelima tersangka tidak ditangkap, kemungkinan terburuknya massa yang telah berniat menduduki Gedung DPR/MPR bahkan berniat menabrak pagar belakang Gedung DPR/MPR, bisa melakukan pemaksaan terhadap MPR Saat itu juga untuk langsung menggelar sidang istimewa untuk menggulingkan Presiden/Wakil Presiden. 

Karena yang kelompok radikal tersebut pahami ,MPR berhak memakzulkan Presiden tanpa perlu berlama-lama sebagaimana UUD 1945 yang berlaku hari ini. Karena bisa dipastikan yang jadi pegangan massa jika berhasil memasuki Gedung DPR/MPR adalah bukan UUD 1945 yang berlaku sekarang (hasil amandemen tahun 1999, 2000, 2001 dan 2002) , tetapi yang jadi pegangan massa adalah UUD 1945 yang asli (yang pertama kali diberlakukan pada 1945 sampai sebelum amandemen pertama (1999).

Karena bagi massa , justru UUD 1945 yang berlaku hari ini adalah inkonstitusional sehingga Presiden/Wakil Presiden yang terpilih berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen , harus dimakzulkan. Bahkan massa jika berhasil masuk ke Gedung DPR/MPR pun akan menolak pemeriksaan yang dilakukan MK sebelum Presiden/Wakil Presiden diberhentikan (UUD 1945 setelah amandemen keempat (2002), karena bagi massa apapun yang dihasilkan dari UUD 1945 hasil amandemen adalah inkonstitusional. Jadi saat itulah, MPR akan ditekan habis-habisan hingga berani memberhentikan Presiden/Wakil Presiden karena dianggap massa hasil UUD 1945 setelah amandemen adaLah inkonstitusional Terima kasih Polri sudah berhasil menggagalkan rencana busuk , jahat dan biadab tersebut.

@ricky vinando


Kenapa HTI itu Memonyet Buta?


DUNIA HAWA - Sebenarnya istilah yang biasa digunakan adalah “membabi buta”. Setelah saya pikir bahwa istilah itu sudah terlalu mainstream, lebih baik saya menggunakan istilah baru saja: memonyet buta. Kadang-kadang sedih melihat kaum binatang selalu di-kambinghitam-kan. Nah, kambing sendiri sepertinya jadi korban yang paling celaka.

Kenapa HTI itu memonyet buta? Suara-suara penolakan terhadapnya sudah lama bergaung, makin lama makin bergaung. Saya masih ingat bagaimana HTI gegap gempita membikin-bikin acara. Kalau dirumuskan, acara HTI itu sebenarnya cuman dua. Yakni, demo dan pertemuan. Mari kita lihat soal demonya terlebih dahulu.

Ciri demonya cukup menyolok, tak peduli isu apa yang diangkat, yang penting bendera berkibar-kibar.  Isu yang diangkat dalam demo cuman tiga: Palestina, hancurkan sistem pemerintahan kafir, dan tegakkan syariat Islam. Dalam ketiga isu ini, demo-demo HTI digelar. Anak-anak kecil dilibatkan. Perempuan-perempuan menggendong anak-anak kecilnya. Dengan dalih menanamkan jiwa perjuangan dan cinta terhadap syariat agama, balita-balita yang—menurut istilah Imam Ali bin Abi Thalib dalam kerangka pendidikan anak tengah berada pada fase menjadi raja—tidak mengerti apa-apa, suci dari dosa dan kesalahan, diangkut-angkut ke jalan raya, dibakar terik, atau disiram air hujan!

Anak-anak dan balita-balita yang lucu dan menggemaskan ini, oleh kebiadaban orang tuanya atas nama perjuangan dan cinta terhadap syariat agama, disumpal kedua matanya dengan pemandangan demo, dijejal kedua telinganya dengan teriakan dan pekik kebencian. Seakan-akan, di hadapan wajah-wajah polos dan lugu anak dan balita ini, orang-orang tua mereka berkata, “Nak, lihatlah perjuangan ini. Beginilah beratnya berjuang menegakkan kebenaran. Jangan takut nak. Jangan bersedih. La tahzan!!”

Sampai di sini, teringat saya akan perjuangan kemanusiaan yang sejati, yang jika dibandingkan dengan demo-demo HTI itu seperti membandingkan tingginya langit ketujuh dengan dalamnya sumur ke delapan!

Alkisah, di atas sahara Nainawa, Imam Husain, keluarga, dan pengikutnya yang setia, yang jumlahnya hanya puluhan itu dikepung oleh ratusan ribu pasukan Yazid bin Muawiyah. Cerita pengepungan ini, oleh para pencerita senantiasa dihubung-hubungkan dengan Syiah padahal ini adalah tragedi kemanusiaan di dalam sejarah, berakhir dengan tragis dan kepiluan. Satu per satu keluarga dan pengikut Imam Husain dipenggal kepalanya, dibombardir anak-anak panah. Di dalam dekapan ibunya, salah satu putra Imam Husain yang masih balita dan kehausan karena mengeringnya air susu, ditembus keningnya dengan lesatan anak panah. Dalam pelukan ibundanya, darah balita yang tak berdosa ini mengalir deras dan mengakhiri nafasnya untuk selama-lamanya.

Demi tegakknya kebenaran, tak mau tunduk pada penguasa zalim, cucunda Rasulullah saw, keluarganya, dan sahabat-sahabatnya ini berkalang tanah. Imam Husain adalah cucu Rasulullah, dan ratusan ribu tentara yang membantainya juga tentara muslim. Husain bin Ali adalah muslim. Para pembantainya juga muslim. Di hadapan ratusan ribu tentara itu, Husain telah berseru untuk mengingatkan bahwa siapa yang mereka hadapi adalah keluarga dari nabi mereka sendiri. Tetapi seruan itu hanya menggema, tak mampu mengusik nurani para tentara, sebab hati mereka telah tertutup tebalnya dinding kezaliman.

Kembali pada demo-demo HTI. Sungguh tak dapat dibandingkan demo-demo yang melibatkan anak-anak tak bersalah itu dengan cerita duka dan kepiluan balita-balita kstaria di atas padang Karbala (Nainawa). HTI yang jelas-jelas sangat lemah dan mudah dihancurkan doktrin-doktrinnya, seperti tak pernah membuat mereka jera dan menyadari kesalahan-kesalahannya. Malah, makin ke sini makin membabi buta. Eh, salah! Makin ke sini makin memonyet buta!

Mereka ini tak mau juga untuk belajar. Ketika diajak debat dan tak sanggup lagi menjawab kritikan, ini tidak membuat mereka sadar. Sebaliknya, ini justru membuat mereka semakin nyinyir untuk menuduh, “Kalian pengikut kafir. Kalian liberal. Kalian munafik!”

Pabila mereka diberi tahu NKRI adalah harga mati dan tak sepantasnya mereka hidup di atas bumi negeri ini, mereka nyinyir, “Adalah hak bagi kami untuk berjuang menegakkan khilafah di atas bumi ini. Bukankah demokrasi mengijinkan bagi kalangan mana pun untuk bersuara?” Padahal mereka  ini berseru-seru, “Demokrasi itu konsep kafir!”

Ketika pawai mereka dibubarkan, justru mereka semakin yakin bahwa perjuangan mereka itu benar dan mewakili kaum muslim yang hendak menggapai cita-citanya. Dengan kata lain, mereka semakin terperosok untuk menuduh pihak lain berada dalam barisan kemunafikan dan kekafiran.

Menghadapi HTI, akal sehat sudah tak mempan lagi. Diajak debat mereka kalah, dan kekalahan itu tak membuat mereka mengakui kekalahannya, justru semakin menuduh kita gila, antek asing, munafik, dan kafir. Diingatkan agar jangan bawa-bawa anak, meraka justru menuduh, “Anak-anakmu akan jadi sepertimu—munafik, kafir.” Disuruh pergi ke Palestina, ngeles mereka melebihi bajaj rongsok yang berpusing-pusing memeningkan kepala.

Mereka didiamkan, makin menjadi-jadi. Tak didiamkan, mereka ini merasa makin benar. Jadi apa yang harus dilakukan sih sebenarnya?

Jujur saja saya tak memperoleh jawaban. Yang bisa saya lakukan hanya berdoa kepada Tuhan, “Ya Allah, lindungilah kami dari monyet-monyet yang terkutuk.”


@taufiqurrahman sk azizy


Timses Anies-Sandi tak Setuju dengan Usulan FPI? Terkait Jakarta Bersyariah


DUNIA HAWA - Aneh bin ajaib. Awalnya Anies Sandi sepakat bakal merealisasikan program seratus hari kerja yang mengusung tema ‘Jakarta Bersyariah’.

Konsep Perda Jakarta bersyariah itu tak lain merupakan usulan dari ormas FPI dan ormas milik kaum bumi datar lainnya. Bahkan calon wakil gubernur Sandiaga Uno juga pernah menjanjikan ke warga DKI Jakarta soal konsep wisata syariah, Sandiaga Uno mengatakan jika dirinya terpilih bakal membuat wisata bersyariah.

“(Konsep syariat) sangat mungkin diterapkan di DKI. Di program OK OCE (One Kecamatan One Center for Entrepreneurship) ini ada pilar bahwa meminjam uang itu berbasiskan syariat. Pola kerja samanya juga berbasiskan syariat, bagi hasil,” kata Sandi

Tentu saja ini menimbulkan pertanyaan yang besar, mengapa bisa Sandiaga Uno mengeluarkan statement seperti ini? Kemungkinan yang paling besar adalah ingin menarik simpati umat Islam. Para kaum bumi datar pun menyambut dengan gembira.

Sebelumnya Sandiaga juga pernah mengeluarkan konsep pariwisata Syariah. Kalau hanya pariwisata biasa sih masih tidak apa-apa, tapi yang ini adalah pariwisata malam. Mendengar kata pariwisata malam saja sudah terdengar kotor, pariwisata kok malam? Ini pariwisata atau ‘pariwisata’? Konotasinya beda, mengapa tidak pagi atau siang saja?

“Saya agak jadi bahan tertawan karena meluncurkan konsep pariwisata malam berbasis syariah. Mereka langsung gambar-gambar kolam cetek tempat berendam itu,” kata Sandiaga

“Kalau kita di Turki jam 10 malam akan  dijemput oleh tour operator untuk menyaksikan tari-tarian sufi. Tariannya itu isinya mengagung-agungkan asmaul husna,” ujar Sandi.

Sandi menilai konsep yang sama bisa diterapkan di Jakarta.

“Kita banyak tari-tarian yang bisa dikemas untuk wisata seperti tari saman, tari lilin, tari piring bisa dikemas sebagai sebuah alternatif wisata,” kata Sandi.

Sandiaga memang aneh, bila menginginkan tarian sebaiknya tidak perlu dikemas dengan konsep Islami. Menurut saya ini hanya janji politik Sandiaga yang ditujukan kepada umat kaum bumi datar.

Timses Anies Sandi menolak konsep Jakarta Bersyariah?


Baru-baru ini tim sukses Anies Sandi menolak konsep Perda Jakarta bersyariah. Penolakan konsep Perda Jakarta bersyariah tersebut dibuktikan dengan penolakan pemasangan spanduk yang berada dibeberapa titik. Katanya ada sekitar 100 spanduk yang dipasang.

Timses Anies Sandi mengatakan bawah katanya pemasangan spanduk 100 hari kerja Perda Jakarta bersyariah itu bukan dilakukan oleh mereka. Mereka menilai pemasangan spanduk Jakarta bersyariah itu merupakan bentuk dari kampanye hitam atau black campaign.

Mereka juga menilai pemasangan spanduk itu bagian dari sebuah fitnah yang ditujukan kepada pasangan Anies Sandi.

Timses Anies Sandi bakal lapor ke Bawaslu


Tim pemenangan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan tiga, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, menemukan spanduk yang berisi fitnah terhadap pasangan nomor pemilihan tiga itu. Spanduk tersebut ditemukan di beberapa titik di Jakarta.

Spanduk tersebut bertuliskan “Program 100 Hari Gubernur DKI Jakarta, Wujudkan Jakarta Bersyariah” dan “Bersama Umat Tegakan Syariat Islam di Jakarta, Selangkah Lagi Menuju Kemenangan”.

Spanduk tersebut memuat foto Anies-Sandi dan sejumlah ulama termasuk pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab.

Ketua tim hukum Anies-Sandi, Agus Otto menegaskan, spanduk tersebut merupakan fitnah. Pasalnya, tim Anies-Sandi tidak pernah membuat dan memasang spanduk tersebut.

“Total lebih dari 100 (spanduk), dan sekarang masih penghitungan. Di Jakarta Barat paling banyak, di seluruh DKI ada,” kata Agus di Posko Cicurug, Jakarta Pusat, Senin (3/4/2017).

Agus menjelaskan, pihaknya akan melaporkan temuan itu ke Bawaslu DKI Jakarta. Sebab, menurut Agus, itu merupakan bentuk kampanye hitam.

“Setiap spanduk yang dicopot di tingkat kecamatan kami laporkan ke Panwascam dan kami akan melaporkannya ke Bawaslu DKI juga,” kata Agus. Sumber : Kompas.com

Cari Kambing Hitam


Tentu saja kita heran (sambil geleng-gelengkan kepala) dengan manuver konyol timses Anies Sandi. Sebab mereka klaim bahwa yang memasang spanduk yang berisi 100 hari kerja “Jakarta Bersyariah” bukan mereka. Mereka bakal mencari kambing hitam.

Membuat masalah sendiri dan menyakiti diri sendiri lalu menyalahkan diri sendiri juga. Maksudnya kubu Anies Sandi mau mencari kambing hitam terkait pemasangan spanduk tersebut.

Tak menutup kemungkinan juga mereka bakal menuduh pendukung Ahok Djarot sebagai dalang dibalik pemasangan spanduk misterius tersebut. Padahal saya yakin bahwa yang memasang spanduk misterius itu bisa saja merupakan kelompok mereka sendiri. Siapa lagi kalau bukan ormas yang suka teriak-teriak NKRI Bersyariah.

OK OCE? Sekian dulu.


@saeun muarif