Sunday, February 19, 2017

Pak Hary Tanoe, Tuhan Berfirman Katakan Ya Jika Ya


DUNIA HAWA - Hary Tanoe adalah seorang pengusaha yang rajin dan aktif pelayanan di Gereja. Berkat yang dilimpahkan Tuhan kepada Hari Tanoe sangat melimpah. Beliau dikaruniai talenta untuk mengelola bisnisnya sehingga menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.

Beliau juga dijuluki sebagai raja media karena hampir sebagian besar media Televisi di negeri ini dikuasai oleh MNC Group, perusahaan miliknya. Melalui polesan tangan dinginnya, MNC Group berkibar perkasa di negeri ini. Bahkan sengketa kepemilikan TPI dengan mbak Tutut, putri mantan Presiden kedua Republik Indonesia, dimenangkannya dengan mudah.

Hary Tanoe sering menekankan bahwa bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Saya percaya Tuhan punya kuasa sehingga hidupnya berkelimpahan materi karena apa yang diperolehnya di dunia yang fana ini bagi saya Hary Tanoe adalah sosok pengusaha yang takut akan Tuhan dan taat akan perintah-Nya.

Kira-kira dua tahun yang lalu, masih terekam jelas dalam ingatan saya, dalam salah satu acara Natalan di salah satu stasiun Televisi milik beliau, Hary Tanoe pernah menyampaikan di depan audience bahwa umat Kristen butuh makanan rohani. Semakin kenyang seseorang akan makanan rohani, maka akan memperoleh jiwa yang semakin sehat.


Beliau menekankan sekalipun kita sibuk dengan kegiatan dunia, kita harus menyempatkan diri memperoleh makanan rohani setiap minggu, sehingga hidup kita diberkati Tuhan Sang Pencipta Semesta Alam.

Namun kini setelah Hary Tanoe terjun ke dunia politik, beliau kini berbeda. Bagaikan domba yang tersesat, beliau lebih sibuk dengan kepentingan duniawi sehingga kurang mendapatkan makanan rohani yang bergizi bagi jiwa beliau.

Saya tidak tahu apakah Hary Tanoe sudah melupakan firman Tuhan yang menyatakan carilah dahulu kerajaan Allah, maka segala sesuatu akan dilimpahkan kepadamu? Saya tidak tahu.

Yang saya tahu sebelum beliau terjun total ke dunia politik, Hary Tanoe adalah pengusaha yang mencari terlebih dahulu kerajaan Allah dengan rajin pelayanan memberikan makanan rohani agar kenyang sehingga berkat yang melimpah melalui bisnis-bisnisnya dilimpahkan Allah kepadanya.

Kini Hary Tanoe lebih sibuk mengurusi duniawi dibawah kendaraan politiknya, Perindo. Sekalipun partai Perindo milik Hary belum menjadi peserta pemilu dan belum memiliki representasi di legislatif, tapi sudah positif memberikan dukungannya kepada pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.

Terlebih lagi setelah Antasari Azhar mengungkapkan fakta bahwa dulu Hary Tanoe diutus Cikeas untuk membujuknya agar tidak menahan Aulia Pohan yang terjerat kasus korupsi kala itu.

Hary Tanoe membantah dengan keras bahwa pengakuan Antasari Azhar itu adalah fitnah yang keji kepada dirinya. Beliau tidak merasa diutus Cikeas untuk membujuk Antasari Azhar agar tidak menahan besannya SBY, Aulia Pohan.

Siapakah yang layak dipercaya? Kalau saya pribadi, saya lebih percaya kepada Antasari Azhar yang adalah mantan Ketua KPK yang telah teruji integritasnya. Selain itu, tidak ada hujan tidak ada angin, apa yang mendasari seorang Antasari Azhar menyeret nama seorang Hary Tanoe? Think about it.

Antasari Azhar tidak punya urusan dan kepentingan politik dengan Hary Tanoe, lantas untuk apakah seorang Antasari Azhar harus membual tentang Hary Tanoe? Apa kepentingan terselubung Antasari Azhar terhadap Hary Tanoe? That doesn’t make any sense, right?

Jika benar bahwa Antasari Azhar memfitnahnya, bagaimana mungkin seseorang yang sudah menderita dipenjara selama hampir delapan tahun lamanya, mau cari penyakit lagi dengan memfitnah orang sehingga berpotensi membuatnya kembali ke penjara?

Firnan Tuhan berkata, jangan bersaksi dusta. Saya berharap pak Hary Tanoe sebagai anak Tuhan jujur dalam kasus Antasari Azhar. Katakan ya jika ya, katakan tidak jika tidak. Jangan biarkan mulutmu menjadi tidak tahir dihadapan-Nya.

Bukankah dalam Alkitab ditekankan dalam Matius 5:37, “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.”

Saya tidak tahu apakah karena seorang Hary Tanoe sudah terlalu larut berkecimpung dalam duniawi, khususnya dunia politik, sehingga beliau lupa akan firman Tuhan, jangan mengucapkan saksi dusta, ataukah apakah memang beliau benar bahwa Antasari Azhar memfitnah dirinya? Hanya Tuhan, Cikeas, dan Hary Tanoe yang tahu.

Mungkin saja teguran Tuhan, saham MNC Group milik Hary Tanoe terus melemah. Saham milik MNC Group lainnya, seperti PT Global Mediacom Tbk, PT Bank MNC Internasional Tbk, PT MNC Investama Tbk, PT MNC Sky Vision Tbk juga tumbang tak berdaya. Mungkin Tuhan ingin Hary Tanoe berkata jujur. Mungkin Tuhan tidak ingin Hary Tanoe terlalu larut dalam hal dunuawi yang mementingkan kedagingan semata.

Initinya, apa sih yang pak Hary Tanoe cari di dunia ini? Toh hidup ini hanya sementara saja. Bukankah ketika mati nanti, pak Hary Tanoe tidak bawa apa-apa ke liang kubur selain pakaian di badan?

Semoga tulisan singkat ini dibaca oleh pak Hary Tanoe agar menggugah hati nurani beliau untuk berkata jujur yang sejujur-jujurnya kepada publik, apakah benar dulu beliau diutus Cikeas untuk membujuk Antasari Azhar agar tidak menahan besannya SBY, Aulia Pohan, ataukah hanya fitnah belaka?

Toh sasaran pak Antasari Azhar bukan kepada Hary Tanoe, melainkan kepada pak SBY. Sebaiknya pak Hary Tanoe jujur mengungkapkan realita yang sesungguhnya, karena jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.

Kura kura begitu.

@argo j


Pengkhianatan Rizieq cs Terhadap Cikeas Indikasi Kekalahan Agus di Pilkada


DUNIA HAWA - Ada yang aneh dengan kekalahan Agus Harimurti Yudhoyono di Pilkada DKI tahun 2017 ini. Saya mencoba kembali membuka lembaran kisah serta peristiwa yang sempat membuat nama Agus melambung tinggi, ketika pertama kali namanya diusung sebagai calon Gubernur oleh Partai Demokrat dan koalisinya.

Diawal-awal maju menjadi Cagub, elektabilitas Agus bersaing ketat dengan Ahok untuk merebut hati warga DKI, tak tanggung-tanggung elektabilitas Agus mencapai kisaran 37 persen. Tanpa mengesampingkan paslon lain, yakni Anies-Sandi memang kalah pamor dengan putra sulung SBY waktu itu. Namun sepertinya itu tak bertahan lama, seiring berjalannya waktu, elektabilitas Agus terjun bebas dikisaran 18 persen. Boro-boro untuk bersaing dengan Ahok yang konsisten diangka elektabilitas 35-39 persen, menghadapi elektabilitas Anies-Sandi saja, Agus mulai semepelengan alias memble.

Ada beberapa kisah serta peristiwa yang membuat nama Agus melambung tinggi, salah satu diantara kisah itu yang paling mempengaruhi nama Agus membumbung tinggi yakni adanya relasi FPI dalam hal ini Rizieq Shihab dengan Cikeas (SBY).

Ketika Agus pertama kali datang ke politik Indonesia, sang ayah memiliki harapan penuh terhadap putranya tersebut, yakni harus menang di pilgub DKI. Namun untuk meraih kemengan ini, SBY tahu tidak akan pernah mudah, karena berhadapan dengan Petahana (Ahok).

SBY pun memilih jalan pintas, yakni menggoreng isu SARA untuk menenggelamkan Ahok. Dan pada saat yang bersamaan, Ahok pada saat itu dituduh sebagai penista agama Islam, melalui video editan milik Buni Yani.

Taktik kotorpun dijalankan SBY untuk memuluskan jalan bagi Agus. Dia mengajak Rizieq Shihab menjalain relasi untuk ‘proyek’ hitamnya tersebut. Singkat cerita, desakan massa akhirnya membuat Ahok sebagai tersangka, nama Agus pun mengangkasa.

Turunnya Elektabilitas Agus


SBY sebelumnya beranggapan, satu-satunya cara menurunkan elektabiltas Ahok dengan membuatnya menjadi musuh Islam. Namun blunder, Ahok malah konsisten bahkan elektabiltasnya cenderung naik setelah menjadi tersangka. Simpati wargapun berdatangan untuk mendukung Ahok, dan persidangannya selalu dinanti-nantikan.

Sebaliknya elektabilitas Agus malah terjun bebas, banyak orang yang mengatakan bahwa debat pilgub menjadi indikasi penyebab elektabilitas Agus terjun bebas. Itu tidak sepenuhnya benar, menurut kacamata tembus pandang saya, yang menjadi penyebab menurunnya elektabilitas Agus adalah adanya musuh dalam selimut, yakni penghianatan yang dilakukan oleh Rizieq Shihab terhadap cikeas.

Seperti yang sudah saya katakan diawal, bahwa FPI dan Cikeas sudah terikat perjanjian untuk mendemo Ahok sebagai penista Agama, dan mengajak FPI dkk untuk memberikan dukungan penuh Agus. FPI pun merayu beberapa ulama serta HTI untuk menyakinkan SBY bahwa mereka setia mendukung putranya tersebut.

Cikeas akhirnya termakan rayuan FPI, SBY rela memberikan dana besar untuk menjalan Aksi demo 411 dan 212 tahun 2016 yang lalu, target utama jelas, yakni lumpuhkan Ahok sebagai lawan terberat di pilkada tahun ini.

Demo ini tanpa batas dan sangat kental terhadap politik, begitu yang dibaca oleh Jokowi pada saat itu. Melihat ketidak beresan tersebut, jokowi pun turun dari Instana menuju massa demo. “Biasa buat saya seperti itu biasa saja. Ya seperti yang saya sampaikan ada yang menunggangi untuk kepentingan-kepentingan lain.” Ujar Presiden Jokowi.

Memasuki tahun 2017, aksi demo tiga angka mulai kehilangan panggungnya. Apalagi pimpinan demo, Rizieq Shihab mulai terlilit kasus-kasus yang membuat namanya tercoreng. Rakyatpun bertanya-tanya tentang kesahihan ulama Rizieq Shihab.

Cikeas mulai getir, dana sudah mulai menipis, namun hasil masih nihil, Ahok masih berkeliaran dan cenderung elektablitasnya naik. Tak mau jatuh terlalu jauh, Rizieq dan HTI pun banting setir mendukung Anies-Sandi.

Relasi Anies-FPI


Perubahan arah inipun terlalu jelas, Rizieq Shihab buka-bukaan mengundang Anies sandi ke markas FPI. Pertemuan ini jelas, sebagai signal dukungan FPI kepada Anies. Sementara dilain tempat, Cikeas sudah membaca ada yang tidak beres dengan FPI. Merasa ditinggal, Demokrat mulai buat ancang-ancang untuk meminta FPI mengingat kontrak politik yang mereka jalin, yakni dukungan penuh untuk Agus.

FPI berusaha menenangkan kubu Cikeas, dengan mengeluarakan pernyataan, umat Islam DKI Jakarta bebas memilih pasangan nomor 1 atau 3, yang penting jangan kafir (Ahok). Namun pernyataan ini sebenarnya hanya sandiwara, dibelakang layar FPI dan HTI rupanya mendukung penuh Anies Baswedan.

Padahal sebelumnya HTI mengeluarkan fatwa haram pemilu, namun tiba-tiba 3 hari sebelum pilkada, sontak mengatakan tidak haram dan menjatuhkan dukungan kepada paslon nomor 3.

Penghianatan FPI, HTI dkk inilah yang menjadi penyebab jatuhnya suara Agus. Dari semula diangka 32 persen merosot ke angka 19 persen. Penghianatan ini jelas sangat menyakitkan bagi kubu Cikeas, dengan berakhirnya Agus di Pilgub DKI.

Petinggi partai yang mengusung Agus pun merenung ketika suara getir Agus menyatakan dia menerima kekalahannya di Pilgub ini. Sang ayah pun tak bisa berkata-kata lagi, karir anak hangus, penyesalan tidak ada gunanya lagi. Sementara srigala bersorban tersenyum melihat penderitaan ini. Kalau sudah seperti ini, jangan tanya siapa yang salah!

Begitulah kura-kura ..!!

@christovel silaban