Friday, January 27, 2017

Patrialis : "Demi Allah Saya Betul Betul di Dzalimi”

DUNIA HAWA - Pertama-tama saya ingin menyampaikan bahwa apa yang saya tulis pada artikel ini adalah murni opini dan pemikiran saya pribadi dengan beberapa referensi yang saya anggap bisa dipercaya, jadi jika ada yang tidak setuju atau sependapat dengan saya maka silahkan sampaikan dikolom komen karena perbedaan pendapat itu adalah anugrah.


Bangsa Indonesia benar benar sedang ditimpa musibah yang amat berat karena pucuk pengadil tertinggi dinegeri inipun tidak bisa lepas dari yang namanya korupsi jahanam, Orang yang dianggap sebagai negarawan yang arif lagi bijaksana serta jujur pun tergiur dengan uang yang bergambar Presiden Soekarno dan Bung Hatta. Sungguh apakah mereka tidak malu dengan dua sosok revolusioner bangsa ini tapi menurut KPK suap diberikan dalam bentuk US Dollar dan Dollar Singapura, Pantas

Mungkin saya tidak akan dengan telak menyebutkan siapa yang saya maksud diatas karena para pembaca seword sudah pasti mengetahui siapa sosok terhormat itu dan saya sangat MARAH dengan orang ini karena sudah jelas dia tertangkap tangan oleh KPK lalu dia masih bisa mengatakan bahwa dia didzalimi? OMG, ancur ... ancur negara ini.

Berikut Kutipannya yang saya ambil dari kompas.com :

Hakim konstitusi Patrialis Akbar membantah menerima suap. Mantan Menteri Hukum dan HAM tersebut tidak terima dengan penetapannya sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Hal itu dikatakan Patrialis seusai menjalani pemeriksaan di Gedung KPK Jakarta, Jumat (27/1/2017). Seusai diperiksa, Patrialis ditahan oleh KPK.

“Demi Allah, saya betul-betul dizalimi. Saya tidak pernah menerima uang satu rupiah pun dari Pak Basuki,” ujar Patrialis.

Patrialis justru menganggap dirinya sebagai korban, bukan seorang pelaku korupsi. Ia meminta agar para hakim Mahkamah Konstitusi serta masyarakat memahami bahwa dirinya sedang mendapat perlakuan tidak adil.

Pak Patrialis saya berpesan jika kau menyebut nyebut nama ALLAH SWT untuk menutupi kebohongan dan kejahatan maka laknat ALLAH SWT akan datang pada kau.

Saya sudah kehabisan kata – kata untuk menggambarkan perasaan saya terhadap sikap Bapak Patrialis yang terhormat, Kau adalah orang yang beruntung pak karena Kau adalah Orang yang pernah menempati semua pucuk pimpinan dinegeri ini mulai dari Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif.

Saya tidak pernah meragukan kehebatan Bapak dalam ilmu hukum dan tata negara tapi semua ilmu kau itu bagai topeng semata dibalik sifat busuk kau yang sungguh menjijikan.

Pak Patrialis yang terhormat, sebagai Anak Bangsa yang bercita – cita ingin membuat bangsa ini menjadi bangsa yang maju saya menjadi pesimis apakah Bangsa ini benar – benar bisa maju jika di Legislatif dan Yudikatif tidak mencerminkan perbuatan untuk memajukan Bangsa ini, Kalian bagai srigala yang haus akan darah dan tidak pernah puas akan apa yang sudah negara ini berikan pada kalian.

Kami Rakyat Indonesia sudah memberikan Kau Jabatan, Kekuasaan, Kehidupan dan Martabat tapi kenapa kau menyia – nyiakan itu? Apakah kau tidak menganggap kami rakyat ada sehingga kau bisa sewenang – wenang dalam menyalahgunakan kepercayaan kami?

Pak saya masih ingat betul pada saat SMA saya mendengar Bapak Membuat Usulan untuk "Menghukum Mati Koruptor", namun kenapa kau sekarang yang menjadi Koruptor? Dulu kau sangat lantang menyuarakan "Katakan Tidak pada[hal] Korupsi?" Kenapa sekarang kau yang korupsi?

Bapak Patrialis Akbar yang Terhormat jika kau mengatakan bahwa kali ini kau didzalim, lalu apa kata yang pantas untuk mengatakan apa yang AHOK saat ini alami?

Salam,

Dari Pengagumu Dulu

@mahriansyah


Anggita, Perempuan Yang Tertangkap Bersama Patrialis, Apartemen Dan Lancome

DUNIA HAWA - Meski sebuah kebetulan, Antasari dan Patrialis yang menjadi pemberitaan luas di media massa ternyata punya kesamaan ketika tertangkap. Ada seorang wanita di samping mereka ketika terjadi penangkapan. Kalau Antasari tertangkap di hotel, maka Patrialis ditangkap di sebuah Mall. Antasari sendiri pada akhirnya dipenjara sedangkan Rani saat ini tidak lagi terdengar kabarnya.


Anggita Eka Putri nama wanita yang ikut tertangkap ketika Patrialis mengalami OTT KPK. Anggita yang belum terkonfirmasi statusnya, menjadi sebuah tanda tanya besar dalam kasus ini. Ada beberapa dugaan yang menyebutkan bahwa Anggita adalah calon isteri muda Patrialis. Benar atau tidaknya, hanya Patrialis, Anggita dan keluarganya yang bisa menjawab. Karena pada saat ditangkap, keluarga anggita juga ada di mall tersebut.

Coba-coba mengorek mengenai Anggita, ternyata dalam pemberitaan sudah tersebar isu kalau uang suap yang diterima Patrialis diduga untuk membeli apartemen baru untuk Anggita. Dugaan ini disampaikan seorang penegak hukum yang tidak disebutkan namanya.

Penegak hukum itu mengatakan keterangan Anggita dibutuhkan dalam pemeriksaan. Sebab, menurut penegak hukum tersebut, Patrialis akan membelikan Anggita apartemen seharga Rp 2 miliar. “Bagian dari uang suap itu diduga untuk beli apartemen,” ujarnya.

Wuih.. Pantas pada saat tertangkap, Patrialis sedang memegang uang USD 20 ribu yang adalah termin ketiga dari pemberian suap yang dijanjikan. Kalau dijadikan rupiah, maka total uang yang didapatkan Patrialis sekitar Rp 260 juta. Harga yang cukup untuk membeli sebuah apartemen di Jakarta ukuran standar. Tetapi kalau melihat uang lain yang sudah diterima, maka apartemen yang dibeli bisa saja di atas ukuran standar.

Saya tidak heran kalau isu ini dikaitkan dengan Patrialis yang pada saat itu ditemukan dengan Anggita. Anggita yang berumur 24 tahun dan sudah punya anak sedikit banyak pasti punya relasi dengan Patrialis. Kalau tidak, mana mungkinlah mereka jalan-jalan di mall dan keluarga Anggita pun ikut.

Anggita yang sampai saat ini statusnya sampai saat ini masih misterius, bukanlah wanita biasa-biasa. Anggita menurut saya, adalah wanita kelas menengah ke atas. Salah satu indikasi saya adalah tas plastik yang dibawa anggita saat dia ditangkap. Anggita tertangkap kamera sedang membawa tas plastik bertuliskan Lancome.

Usut punya usut, Lancome ternyata merek parfum dan kosmetik mahal. Harga parfumnya saja bisa tembus jutaan untuk produk terbaik. Meski ada juga harga di bawah Rp 100 ribu, maka itu produk-produk make up kecil dan biasa. Tetapi kalau sudah belinya di Gran Indoneisa, maka bisa dipastikan harganya tidak murah. Saya sendiri saja baru tahu kalau ada merek Lancome. hehehe.. Maklum, saudara perempuan saya sanggupnya beli merek-merek biasa.

Pola hidup mewah memang selalu menjadi pemicu sikap korupsi. Mahalnya biaya hidup karena harus membeli produk-produk mewah membuat para pejabat kita melakukan praktik korup. Itulah mengapa isteri-isteri pejabat dalam beberapa kesempatan diingatkan untuk hidup sederhana supaya tidak membuat suaminya melakukan korupsi.

Meski kasus Patrialis bukanlah karena Isterinya, melainkan wanita lain, tetap saja kemewahan menjadi sandungan bagi Patrialis. Sayang memang sebagai hakim MK dan usianya yang sudah mencapai 58 tahun seharusnya tidak lagi memikirkan hal-hal duniawi dan lebih banyak melakukan perbuatan baik dan bersedekah serta meningkatkan keimanan.

Semoga saja kasus Patrialis ini kembali menjadi peringatan kepada pejabat di Indonesia baik di Eksekutif, legislatif, maupun di yudikatif untuk membiasakan diri hidup sederhana dan bersedekah. Menjauhkan diri dari hidup mewah dan mengendalikan keinginan dan nafsu dunia ini. Supaya ke depan tidak jatuh dalam tindakan korup seperti yang dialami Patrialis saat ini.

Salam Lancome

@palti hutabarat


Ketika Ibadah Jadi Sarang Kebencian

DUNIA HAWA - Pada waktu aksi massa 411 dan 212, saya kebetulan ada di Jakarta. Subuh sesudah shalat, saya mendengar speaker speaker masjid menyerukan warga untuk turun ke jalan dalam aksi massa besar. Suasana pada waktu itu mirip seperti perang.


Yang membuat hati miris adalah ujaran-ujaran kebencian yang keluar dari toa-toa. Bagaimana bisa tempat dimana manusia mensucikan dirinya keluar kata kata angkara murka?

Saya pun kembali teringat ketika di sebuah shalat Jumat, mendengarkan ceramah penuh amarah terhadap yang non Islam. Lucunya, masjid itu berada di komplek perumahan yang banyak non muslimnya. Masih untung mereka banyak sabarnya.

Entah sudah berapa kali saya menulis bahwa pemerintah selayaknya tanggap akan hal ini. Masjid-masjid dikuasai kaum intoleran. Bahkan di sebuah masjid di BUMN, penceramahnya malah menjelek-jelekkan pemerintah dan menggaungkan konsep makar. Sertifikasi penceramah agama adalah langkah maju dari pemerintah saat ini. Mungkin harus ada kejadian dulu baru kita tanggap akan situasi.

Selayaknya kita belajar dari negara lain yang sudah menerapkan itu jauh hari sebelumnya. Iran dan Mesir mungkin bisa jadi rujukan, karena mereka pernah mengalami situasi pahit dimana ulama dijadikan kendaraan untuk kekuasaan..

Ide Menteri agama ini patut diapresiasi. Perlu ada badan non pemerintah yang terdiri dari ulama mumpuni bukan macam ulama MUI yang bisa menerbitkan sertifikasi bagi penceramah agama. Badan ini harus menjaga kredibilitasnya, karena itu sama saja dengan menjaga nilai-nilai agama.

Semoga ke depan hubungan beragama kita bisa lebih erat, karena yang harus kita pahami bersama, apapun agama kita, kita adalah saudara sebangsa.
Seruput kopimu dulu, teman.

"Mereka yang bukan saudaramu dalam iman adalah saudaramu dalam kemanusiaan.." Imam Ali as.

@denny siregar


Bapak/Ibu Jangan Mau Dibodohi Pakai Penampilan

DUNIA HAWA - “Jadi begini Bapak/Ibu, Jangan mau dibodohi pakai penampilan”, Kalau versi Buni Yani mungkin begini bunyinya “Jadi begini Bapak/Ibu jangan mau dibodohi penampilan”. Itu ungkapan dalam hati saya untuk manusia munafik macam Patrialis Akbar, Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) yang juga Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Republik Indonesia, di jaman pemerintahan Presiden RI ke 6, Susilo Bambang Yudhoyono.


“Ajining Rogo Soko Busono lan Ajing Ati Soko Lathi” yang kurang lebih artinya Kekuatan kebaikan Raga berasal dari cara berbusana dan kekuatan kebaikan hati berasal dari ucapan.

Seharusnya seseorang harus bisa mempertanggungjawabkan perbuatan sesuai dengan apa yang ia tampilkan/pakai. Terlebih orang tersebut adalah seorang pejabat publik yang mengemban amanah sebagai Wakil Tuhan  di dunia, Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) RI.

Nama Patrialis Akbar,  sejak kemarin menjadi buah bibir dibeberapa media nasional atas penangkapan dirinya oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Berjenggot dan jidat hitam, itu merupakan bentuk ciri khas fisik seorang Patrialis Akbar, yang kelihatan alim dan Islami. Bahkan Patrialis Akbar pernah menulis buku berjudul “Nasehat Emas Seputar Jenggot”.

Seolah-olah Patrialis Akbar telah memposisikan dirinya sebagai seorang manusia yang alim yang jauh dari kata dosa, termasuk suap-menyuap.

Beberapa waktu yang lalu nama Patrialis Akbar juga sempat mencuat terkait dirinya ikut andil berkomentar atas kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Calon Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahya Purnama alias Ahok. Patrialis Akbar pun ikut mempojokkan Ahok.

Mau memposisikan dirinya sebagai Wakil Tuhan yang bersih dari dosa, namun justru dirinya terjebur dalam salah satu perbuatan dosa. “Angkat topi saya buat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)”. Hajar habis orang yang telah menyalahgunakan wewenang sebagai Hakim Mahkamah Konstitusi (MK).

Teringat pada cuitan Fahri Hamzah bebrapa waktu yang lalu, dalam cuitannya tersebut mengatakan  “Lebih preman mana antara bertato dan berjenggot”, ternyata tidak semua orang bertatu adalah preman, dan ternyata tidak semua orang berjenggot adalah manusia alim  dan baik.

Menteri Perikanan dan Kelautan RI, Susi Pudji Astuti merupakan satu-satunya Menteri di jaman Jokowi yang bernampilan berbeda dengan Menteri yang lain, dalam hal ini Bu Susi pakai tato. Itu adalah bukti nyata bahwasannya orang bertato itu tidak harus preman.

Kemudian, ada Anggota Hakim MK berjenggot, bernama Patrialis Akbar tidak menjamin pula dirinya sebagai manusia yang alim dan baik. Buktinya dia sekarang resmi menjadi tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kemarin, dalam dugaan kasus suap terkait uji materi di Mahkamah Konstitusi.

Benar kata pepatah “Jangan melihat buku dari sampulnya saja”.

Bahkan tertangkapnya Patrialis Akbar oleh KPK berada di salah satu hotel kawasan esek-esek, yang melayani lelaki hidung belang dengan berbagai modus. Mirisnya lagi tertangkapnya Patrialis Akbar  tersebut saat bersama seorang wanita muda cantik, siapa ya kira-kira wanita itu? Husnudzon sajalah semoga wanita baik-baik saja.

Dan kabarnya pengangkatan Patrialis Akbar sebagai Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) atas rekomendasi dari Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI Ke 6, pada tahun 2013 yang lalu. Pengangkatannya saja pun terbilang sangat ganjal, tidak melalui tahapan test and proper test sebagai mana mestinya.

Proses pengangkatanya terkesan dipaksakan, hasilnya pun memprihantikan dan saraf bernuasansa kepentingan politis. Seperti kata Pak Mantan yang selalu bilang “prihatin”.

Tibahlah saatnya Patrialis Akbar bertemu dengan sang Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akhil Mochtar. Selamat berdiskusi di dalam jeruri besi, nikmati masa tua kalian berdua di dalam penjara.

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Arief Hidayat harus menanggung malu atas perbuatan anak buahnya tersebut, Arief Hidayat pun sontak saja langsung meminta ampunan kepada Tuhan karena tidak bisa menjaga kewibawaan lembaga yang dia pimpin.

“Saya minta ampun kepada Tuhan, saya tidak bisa menjaga MK. MK melakukan kesalahan lagi,” kata Arief kepada wartawan, Kamis, 26 Januari 2017.

Allah SWT  membuka topeng paslu sang manusia sok sempurna yang bernama Patrialis Akbar, kedok penampilan  berjenggot dirinya (Patrialis Akbar)  sudah berakhir.

Jadi masyarakat jangan mudah dibodohi oleh seseorang dengan penampilan, jadikan sebuah pembelajaran kasus Patrialis Akbar tesebut. Bahwa tidak semua orang berpenampilan sok alim itu orang yang baik dan jauh dari dosa.

Apalagi akhir-akhir ini banyak orang berjenggot (kaum sumbu pendek), dan berpakain serba Arabis yang gemar mengkafir-kafirkan sesama manusia.

“Hai  Patrialis Akbar, Mahkamah Konstitusi (MK) harus menanggung beban malu atas ulahmu, dan kamu juga telah menistakan jabatan terhormatmu sebagai Wakil Tuhan di dunia, kini kepercayaan rakyat kepada lembaga terhormat Mahkamah Konstitusi (MK) telah menurun atas olahmu, selamat menikmati masa tuamu di balik jeruji besi penjara, semoga bahagia”.

 Sekia

@saeun muarif


Sialnya Patrialis Akbar

DUNIA HAWA - Patrialis Akbar memang sial. Ia pasti tidak menduga akan tertangkap tangan dalam operasi KPK. Dikabarkan ia menerima suap supaya perkara uji materi tentang peternakan dikabulkan.


Padahal ia sudah membungkus dirinya se-relijius mungkin supaya perbuatan dibelakang layarnya tidak ketahuan.

Tapi ada sebuah teori lain yang beredar dari semak belukar. Bisikan para kodok, kampret sampe jangkrik yang bergosip di malam yang dingin..

Sebenarnya sejak lama Patrialis Akbar diincar karena ia akan sulit berlaku adil jika terjadi sengketa pilgub DKI nanti.

Sudah diketahui bersama bahwa Patrialis Akbar tidak menyukai Ahok. Dalam beberapa statemennya ia berbicara tentang menolak kepemimpinan non muslim dan itu tentu diarahkan kepada Ahok.

Ini berbahaya, apalagi juga Patrialis Akbar pernah sangat dekat dengan SBY. Ia mantan Menteri Hukum dan HAM pada era SBY, bahkan terpilih tanpa fit dan proper test.

Salah satu agenda dalam pilkada DKI nanti akan diarahkan pada sengketa jika paslon Demokrat kalah. Dan ketika masuk ke wilayah sengketa, maka disana Patrialis Akbar akan bermain.

Mirip ketika Akil Mohtar bermain dalam sengketa pilkada Buton. Karena itu, PA diincar sejak dini kelemahannya. Bahkan ada yang berkata bahwa ia sebenarnya dijebak diundang keluar kandang dengan tawaran yang tidak bisa ia tolak. Dan kita tahu, akhirnya PA tertangkap tangan dengan 10 orang lainnya dengan bukti-bukti uang suap bersama mereka.

Demokrat sendiri langsung membantah kalau PA dikaitkan dengan mereka. "Tidak relevan.." Kata Syarif Hasan Ketum Partai Demokrat.

Jika kabar itu benar, maka pertarungan Pilgub DKI ini jadi ajang bersih-bersih dan menahan langkah Demokrat yang berusaha memenangkan pertarungan dengan cara kasar. Kasus Sylvi juga kabarnya adalah permainan. Ikut kata teman saya yang sekarang agak kearab2an, "Wallahu alam bissawab.." Hanya Tuhan yang tahu benar tidaknya.

Pilgub DKI ini ibarat sepakbola, seperti Liga Inggris yang keras. Jurus tackle menackle-nya kuat dan itu juga yang membuat pertarungan menjadi menarik. Karena kepentingan Pilgub DKI ini berhubungan langsung dengan Pilpres 2019. Siapa yang kuasai Jakarta, dia yang akan kuasai permainan...

Ah, benar tidaknya tetap saja gampang menjebak para pecinta uang..

Mau jenggotnya emas kek, jidatnya legam guligam kek, kalo dipancing uang lidahnya menjulur-julur seperti herder kehausan.

Patrialis Akbar memang sedang sial. Mana ketangkepnya di hotel esek-esek lagi, entah kenapa transaksi dilakukan disana. Mungkin ingin mencoba bagaimana rasanya esek-esek bersyariah. 

Seruput.

@denny siregar