Wednesday, June 28, 2017

Logika Hadis 72 Bidadari


DUNIA HAWA "Kalau agama bukan dogma, lalu kenapa muslim percaya ada pesta seks dengan 72 bidadari di surga?", seseorang bertanya kepada saya

Ini pertanyaan yang sering datang dan ada lagi pertanyaan dari kaum perempuan, "Kalau lelaki dapat bidadari trus kenapa yang wanita gak dapat bidadara ?"

Sebelum menjawab, saya harus menjelaskan dulu bahwa di Islam ada yang namanya Firman Tuhan yang tertera dalam kitab suci bernama Al-quran. Ini mutlak adanya..

Selain itu ada petunjuk lainnya bernama hadis, atau rekaman perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad SAW yang diceritakan kembali dan diceritakan kembali terus oleh beberapa rentetan pencerita. Karena ini berupa cerita dari cerita maka dalam hadis ada derajatnya, ada yang shohih (diakui kebenarannya) dan ada yang dhaif (atau diragukan).

Masalah tafsir Alquran dan derajat serta tafsir hadis inilah yang sering menjadi perdebatan diantara para ulama terdahulu..

Oke, anggap saja kita sepakat bahwa hadis 72 bidadari itu shohih. Lalu dimana logikanya ada pesta seks di surga?

Untuk memahami itu kita harus kembali di zaman dimana perkataan itu diucapkan, yaitu masa di mana Nabi Muhammad SAW masih hidup. Kita namakan zaman itu sebagai zaman jahiliyah..

Kebayang dong, Nabi harus membuat mengerti orang arab yang jahil, bodoh dan barbar yang hidup tanpa aturan waktu itu ? Susah setengah mati. Seperti menjelaskan rumus pithagoras ke anak PAUD...

Nah, Nabi pun membuat bahasa-bahasa "pendekatan" supaya mereka mengerti. Bahasa yang disesuaikan dengan tingkat pengetahuan mereka pada waktu itu.

Itulah kenapa surga selalu digambarkan dengan bahasa "sungai", "emas" dan "wanita" sebagai trophy jika mereka berbuat baik dan mengikuti aturan.

Kebayang kan manusia -pada waktu itu- tanpa ada rangsangan mau berbuat seperti yang di harapkan supaya dunia itu teratur?

"Kalau begitu Nabi bohong dong, bahwa surga itu tidak seperti itu ?"

Tidak. Surga itu ada dan itu adalah janji Tuhan. Yang dipakai hanya bahasa pendekatan saja supaya mereka mengerti.

Surga itu kenikmatan langit bukan kenikmatan dunia dan kenikmatan langit jauh lebih nikmat dari semua kenikmatan dunia. Tetapi tidak mungkin menjelaskan kenikmatan langit dengan bahasa langit, harus dengan bahasa dunia supaya manusia - pada zaman barbar itu - mengerti.

Kenikmatan buat mereka waktu itu ya salah satunya wanita, maklum dulu itu banyak kaum ngacengan..

Dari sini kita bisa melogikakan, bahwa bahasa "bidadari" sebagai bahasa pendekatan kepada manusia untuk menggambarkan kenikmatan dalam bentuk yang lebih rendah.

Kita sendiri tidak akan paham bagaimana bentuk bidadari itu, bagaimana bentuk malaikat itu yang sebenarnya karena kita hanya bisa mengetahuinya dalam bahasa pendekatan. Kita hanya mampu mengira2 sesuai akal kita yang rendah..

Jadi untuk mengartikan teks pada masa sekarang, kita harus juga melihat konteks atau pada masa apa ayat itu dikeluarkan..

Kalau kita memahami ini, kita juga akan paham bahwa akal dan logika berperan penting dalam menafsirkan suatu pesan supaya tidak salah kaprah. Sebagai manusia zaman sekarang, sudah tidak layak lagi kita menggambarkan "wanita-wanita yang bisa dientup seenaknya" di surga nanti, toh itu bahasa untuk kaum masa jahiliyah.

Kecuali anda termasuk otak jadoel dan tidak berkembang..

Itu baru satu tafsir dengan menggunakan logika. Ada lagi tafsir dalam mengartikan bahasa sastra di kitab suci yang harus dipahami seluruh pesannya, bukan mengartikan kata per kata..

Slavoz Zizek, seorang filsuf budaya kontemporer asal Slovenia sering membuat sindiran kepada kaum tekstual yang selalu salah mengartikan terjemahan dan tafsir.

Diambil dari tulisan SZ yang dikumpulkan oleh seorang psikiater bernama Mortensen dalam menjelaskan hadis 72 bidadari dari terjemahannya..

"Seseorang berkata “Gerbang surga telah dibuka untukmu. Ada perawan bidadari anggun bermata lentik menunggumu.” Beberapa sesaat setelah memasuki gerbang surga, lanjut Zizek, “Betapa terkejutnya para fundamentalis-jihadis yang hanya menemukan panganan lezat, bukan bidadari yang diharapkannya.”

Hal ini karena menurut Zizek "al-hur" bermakna panggangan lezat, bukan bidadari.

Menarik kan ?

Ilmu pengetahuan selalu berkembang begitu juga cara memaknai apa yang tertulis dalam kitab atau hadis.

Di Sunni dan Syiah sendiri ada sedikit perbedaan dalam mengartikan hadis. Kalau Sunni selalu melihat sanadnya -atau jalur periwayatnya- lebih dulu, sedangkan syiah selalu melihat matan -atau isi hadis tersebut- dulu.

Meskipun begitu, kedua mazhab besar dalam Islam ini tidak sembarangan dalam menafsirkan tentu harus ada ahlinya..

Baik sekian dulu ya, para nastar dan kastenjel yang tercinta.. Jangan lupa kopi sebagai teman setia..

Seruput.

@denny siregar 

Monday, June 26, 2017

Ritual Lebaran, Ritual Permaafan


DUNIA HAWA Setiap akhir Bulan Ramadlan, umat Islam di seluruh dunia merayakan “hari spesial” yang bernama Idul Fitri sebagai tanda dari berakhirnya sebulan penuh ibadah puasa.

Kata Idul Fitri tentu saja dari Bahasa Arab ‘id al-fitr yang berarti "kembali kepada fitrah” atau kesucian sebagaimana bayi yang baru lahir di dunia ini. Dalam konsep teologi Islam, berbeda dengan Kristen, setiap bayi manusia lahir dalam keadaan "fitrah” atau "suci dan bersih” dari dosa (kullu mauludin yuladu ala al-fitrah).

Dengan demikian, kata Idul Fitri memiliki makna simbolik bahwa dengan menjalankan sebulan penuh puasa, maka kaum Muslim ibarat seperti bayi yang baru dilahirkan ke muka bumi yang "suci-murni tak berdebu” karena ibadah puasa, seperti dijanjikan oleh Allah SWT, telah menghapus dosa-dosa mereka kepada-Nya. Karena dosa-dosanya telah dihapus, maka perlu "dirayakan” sebagai ekspresi rasa terima kasih dengan mengumandangkan kalimat-kalimat pujian dan takbir kepada-Nya serta berbagai aktivitas kemanusiaan. Dalam Islam, konon tradisi dan perintah merayakan Idul Fitri ini bermula setelah Nabi Muhammad SAW hijrah dari Makah ke Madinah, seperti dikisahkan dalam sebuah Hadis yang dinarasikan oleh Anas bin Malik.

Masing-masing umat Islam memiliki cara-cara unik untuk merayakan Idul Fitri ini. Masing-masing negara dimana kaum Muslim menjadi mayoritas, termasuk Indonesia, juga mempunyai tradisi perayaan Idul Fitri yang menarik dan spesial. Di Indonesia, ritual tahunan ini disebut Hari Raya Idul Fitri atau juga populer dengan sebutan Lebaran.

Tradisi Saling Memaafkan

Tidak jelas dari mana asal-usul kata "Lebaran” ini. Sebagian menganggap kata Lebaran ini berasal dari Bahasa Jawa lebar” ("usai”), Bahasa Maduralober ("tuntas”), Bahasa Sunda lebar("melimpah ruah” atau kadang juga disebut "boboran”), atau Bahasa Betawi lebar ("luas dan dalam”). Apapun asal-usulnya yang jelas kata Lebaran mengandung makna tuntas, komplit, atau usai menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh sehingga diharapkan hati dan pikiran umat Islam menjadi semakin luas, legowo, dan melimpah 'ruah' dengan pintu maaf. Inilah makna terpenting dari Lebaran. Kata Lebaran ini bukan hanya dipakai untuk Idul Fitri atau Idul Adha (Lebaran Haji) saja tetapi juga untuk "Lebaran Cina” yaitu untuk menandai tahun baru dalam sistem kalendar Tionghoa. Menariknya, kata ini tidak dipakai untuk menyebut Hari Raya Natal. Tidak ada istilah "Lebaran Natal” tetapi cukup "Natalan”. 

Dalam tradisi Jawa khususnya, menurut budayawan Umar Khayam, tradisi lebaran seperti yang kini lazim dipraktikkan oleh kaum Muslim di Jawa dan lainnya ini bermula sejak abad ke-15, yakni sejak diperkenalkan oleh Sunan Bonang, salah satu anggota Wali Songo (atau wali sembilan) yang berjasa dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa khsusnya tetapi juga di kawasan lain (silakan simak studi Ahmad Sunyoto, Atlas Wali Songo).

Sunan Bonang inilah yang konon awalnya memperkenalkan tradisi Lebaran dengan meminta umat Islam untuk saling bermaaf-maafan sebagai "penyempurna” atas pengampunan atau permaafan yang diberikan oleh Tuhan. Dengan kata lain, dengan puasa, Tuhan telah mengampuni atau memaafkan dosa-dosa umat Islam yang dilakukan kepada-Nya, maka dengan saling memaafkan satu sama lain, dosa dan kesalahan kepada sesama juga menjadi termaafkan. Karena Islam bukan hanya mengurusi masalah relasi manusia dengan Tuhan (habl mi Allah) saja tetapi juga hubungan manusia dengan sesama umat manusia (habl min al-nas), maka permaafan dari kedua belah pihak juga sangat penting.

Tradisi Lebaran yang juga unik di kalangan masyarakat Islam Jawa adalah "sungkeman” dan "kupatan”.Sungkeman adalah tradisi meminta maaf, doa, dan berkah kepada orang tua, kakek-nenek, atau tokoh dan orang-orang yang dituakan (sesepuh) dengan cara jongkok bersimpuh di hadapan mereka sambil memegang dan mencium tangan mereka. Banyak yang sampai menangis waktu mempraktikkan tradisi sungkeman ini karena merasa terharu atau merasa bersalah selama ini. Tradisi sungkeman ini juga menunjukkan atau sebagai simbol dedikasi dan penghormatan dari yang muda terhadap yang tua.

Selanjutnya, tradisi kupatan ini juga memiliki makna simbolik. Kupat atau ketupat, yang konon awalnya diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga, berasal dari kata "ngaku lepat” dalam Bahasa Jawa yang berarti "mengakui kesalahan”. Nasi putih adalah simbol "kesucian” semenetara janur yang menyilang-nyilang yang dipakai untuk membungkus ketupat tadi adalah simbol "dosa dan kesalahan”. Maka, pada waktu Lebaran, janur-janur itu (baca, "dosa dan kesalahan”) harus dibuka dan dilepas agar nasi putih (baca, kesucian) bisa terbebas, tidak lagi terbelenggu. Dengan memakan ketupat, diharapkan umat Islam bisa membuang segala hal yang batil, dosa, dan khilaf, untuk kemudian menjadi "manusia baru” yang bersih dari dosa, kesalahan, dan keangkaramurkaan.

Spirit Lebaran yang Bermakna

Jadi jelaslah bahwa baik Idul Fitri maupun Lebaran beserta simbol-simbol tradisi dan budayanya memiliki atau mengandung makna filosofi yang sangat dalam. Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dewasa ini, mengimplementasikan makna Idul Fitri dan Lebaran dalam kehidupan sehari-hari menjadi sangat mendesak, penting dan fundamental. Apalagi belakangan ini, masyarakat Indonesia seperti tersegregasi atau terpecah-belah karena ulah sejumlah tokoh rasis-sektarian (baik tokoh politik, tokoh agama, maupun tokoh ekonomi dan bisnis) yang demi mewujudkan kepentingan individu dan kelompoknya, rela mengorbankan kepentingan masyarakat publik yang lebih luas.

Nafsu kekuasaan, syahwat politik, kerakusan berdagang, serta gairah yang menggebu-gebu untuk menyeragamkan pemikiran dan praktik keagamaan orang lain telah mengakibatkan mereka menjadi gelap mata melakukan apa saja, termasuk merusak moralitas publik-masyarakat, asal ambisinya tercapai, nafsunya terpenuhi, syahwatnya terlampiaskan, dan kerakusannya terwujud.

Ini belum termasuk ulah para pengguna medsos yang tidak bertanggung jawab yang demi mewujudkan cita-cita dan kepentingannya, rela meritualkan hajatan hujatan dan makian antarsesama umat manusia. Mereka bahkan rela memusuhi keluarga dan sudaranya sendiri hanya karena perbedaan pendapat dan pemikiran serta afiliasi politik dan organisasi keagamaan. Akibatnya, Islam yang menggarisbawahi tentang pentingnya silaturahmi, persaudaraan, dan persahabatan antarmanusia ini seolah menjadi sirna berganti menjadi permusuhan, kebencian, dan pertengkaran bukan hanya dengan "umat lain” saja bahkan dengan sesama pemeluk agama itu sendiri.

Di sinilah spirit Lebaran dan Idul Fitri ini menjadi sangat penting dan bermakna, khususnya bagi umat Islam, untuk mengubah pemikiran, gagasan, pandangan, dan perspektif yang tadinya dipenuhi rasa benci, curiga, dan antipati menjadi rasa cinta, percaya, dan empati kepada orang dan umat lain apapun agama dan etnis mereka. Maaf adalah "kata magis” yang bisa meluluhlantakkan ego dan superioritas. Saya berharap spirit Lebaran dan Idul Fitri ini menjadi momentum nasional untuk membudayakan maaf kepada siapa saja yang telah melakukan kesalahan dan kekhilafan demi Indonesia dan umat manusia yang rukun, damai, dan sentosa. Wallahu a'lam bi shawwab.

@sumanto al qurtuby

Sumanto Al Qurtuby 

Dosen Antropologi Budaya dan Direktur Scientific Research in Social Sciences, King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi, serta Senior Scholar di National University of Singapore. Ia memperoleh gelar doktor dari Boston University dan pernah mendapat visiting fellowship dari University of Oxford, University of Notre Dame, dan Kyoto University. Ia telah menulis ratusan artikel ilmiah dan puluhan buku, antara lain Religious Violence and Conciliation in Indonesia (London & New York: Routledge, 2016)

Islam Darah Daging


DUNIA HAWA Apa hukumnya menyeberang di sembarang tempat? Apa dalilnya? Apa hukumnya kirim spam? Apa hukumnya menyalip di antrian? Apa hukumnya terima komisi? Terhadap pertanyaan-pertanyaan semacam itu saya akan balik bertanya, “Apa hukumnya berhenti pakai otak?”

Banyak orang mengibaratkan Quran itu sebagai manual. Diibaratkan seperti kita membeli produk elektronik, dan kita diberi manual untuk memakainya. Quran, katanya, adalah manual book yang berisi panduan hidup di dunia. Semua sudah diatur di Quran, dan hadist.

Sebenarnya Quran itu bukan manual book, dalam arti ia bukan panduan praktis. Ia adalah panduan dasar. Hadist lebih banyak memuat hal-hal praktis, tapi sekali lagi hadist-hadist pun bukan panduan praktis. Artinya, kita tidak akan selalu menemukan jawaban atas berbagai persoalan dalam hadist.

Islam adalah panduan moral yang menjadi basis tingkah laku. Ada hal-hal yang secara khas diatur. Namun ada banyak pula yang tidak perlu diatur secara spesifik, karena menyangkut hal-hal yang sifatnya universal. Quran tidak perlu memuat larangan “jangan mencuri”, karena larangan mencuri itu adalah sesuatu yang sifatnya universal. Demikian pula, tidak ada larangan untuk menempeleng orang.

Intinya, Islam mengajarkan kebaikan. Garis besar dan contoh-contohnya ada di Quran dan hadist. Tapi kita tidak boleh berhenti sampai di situ saja. Kita harus melakukan eksplorasi, menemukan sendiri kebaikan-kebaikan untuk dilaksanakan, juga keburukan-keburukan untuk ditinggalkan, dengan akal budi kita sendiri.

Definisi tentang kebaikan dan keburukan itu sendiri dinamis. Ada yang bersifat tetap, ada pula yang berubah. Ada pula yang bergeser fokusnya. Mencuri itu buruk. Tapi apa itu mencuri? Zaman dulu mencuri itu dilakukan dengan masuk ke rumah orang untuk mengambil barang. Kini orang bisa mencuri lewat internet. Pencurian lewat internet tidak ada dalil yang melarangnya. Tapi substansinya tetap, bahwa mengambil sesuatu yang bukan hak kita adalah pencurian.

Sebagian besar kita tidak punya akses yang cukup baik pada berbagai seluk beluk hukum Islam. Dalam arti kita tidak punya cukup alat atau tool untuk mengaksesnya. Tapi hal itu sebenarnya tidak akan menghalangi kita untuk menjadi orang baik. Kita telah dibekali dengan Islam dalam darah daging kita, yaitu akal budi.

Dengan akal budi sebenarnya kita tahu bahwa menyerobot antrian itu tidak baik. Perbuatan tidak baik tidak diizinkan dalam Islam. Maka meski kita tidak tahu apa dalil yang dipakai untuk menghukumi masalah ini, kita tahu bahwa perbuatan menyerobot antrian harus kita tinggalkan.

Jadi, bagi saya, ketimbang sibuk bertanya-tanya soal apa hukum ini, apa dalil untuk itu, sebaiknya kita mempertajam akal budi kita tentang apa yang baik dan apa yang buruk.

@hasanudin abdurahman

Sunday, June 25, 2017

Selamat Idul Fitri 1438H

Kemuliaan seseorang dilihat dari keikhlasannya dalam memaaafkan setiap salah dan khilaf atas dirinya. Maka maafkanlah keluarga, sahabat, bahkan musuh sekalipun di hari suci ini.

Selamat Idul Fitri 1438H



Mohon Maaf Lahir dan Batin



@dunia hawa

Thursday, June 15, 2017

Poligami Bukan Perintah Tuhan


DUNIA HAWA Mumpung maljum, daripada sibuk membunuh yahudi, enaknya bahas poligami. Poligami ini dari jaman ke jaman menjadi pro dan kontra di dalam Islam sendiri. Ayat untuk berpoligami memang ada, tetapi benarkah poligami itu sendiri perintah Tuhan?

Kalau kita melihat konteksnya -saat ayat-ayat di turunkan- bukan teksnya, maka kita akan paham bahwa ayat-ayat turun dalam situasi kejahiliyahan bangsa Arab saat Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW datang.

Pada masa itu bangsa Arab dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, bodoh dan barbar. Banyak sejarah yang berbicara bahwa ada ketidak-teraturan pada masa itu. Bahkan bangsa Arab pada masa itu terkenal suka menguburkan hidup-hidup anak perempuannya, karena malu sebab tidak bisa mewakili garis keturunan mereka.

Nah, turunnya Islam adalah mengatur ketidak-teraturan itu menjadi aturan. Poligami sendiri bukanlah tradisi Islam, tetapi tradisi bangsa Arab pada masa jahiliyah. Pada masa itu, mengawini ratusan wanita adalah hal yang biasa.

Karena selain sebagai penyaluran seksual, wanita juga bisa melahirkan keturunan-keturunan supaya klan-klan mereka semakin besar. Kepemilikan terhadap wanita pada masa itu dianggap sebagai simbol kemakmuran. Semakin banyak isteri, maka dianggap semakin kaya.

Pahami itu dulu.

Lalu turunlah Nabi Muhammad Saw dengan berbagai peraturan. Karena beliau adalah "penyampai pesan" maka identifikasi pesannya adalah firman dari Tuhan.

Nabi lalu mengatur supaya wanita mendapat kehormatan yang sangat tinggi dan tidak dijadikan sebagai budak, alat maupun aksesoris saja. Perintah Tuhan supaya para lelaki tidak menyalurkan syahwatnya semena-mena dibukukan dalam kitab suci. Dengan garis bawah tebal bahwa sang lelaki harus berlaku adil.

Jadi kita bisa simpulkan, bahwa poligami itu sudah ada sejak lama dan Nabi Muhammad Saw hanya mengatur semua ketidak-teraturan pada masa itu. "Kalau begitu poligami bukan sunnah dong bang?" Tanya seorang teman pada waktu itu.

Sunnah itu bisa diartikan "mengikuti perilaku dan perkataan Nabi". Kalau melihat konsep poligami yang ada, sebenarnya tidak tepat bahwa poligami dikatakan sunnah Nabi, karena toh poligami itu sudah ada sejak masa sebelum Nabi.

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak pernah berpoligami ketika bunda Khadijah, isteri pertama yang sangat dicintai beliau, masih ada. Tidak ada satu kabarpun yang menceritakan bahwa Nabi punya isteri lebih dari satu ketika isteri pertama beliau masih ada. Nah, jika disebut sunnah maka seharusnya keberadaan tetap bersama isteri pertama sampai akhir hayatnya, itulah sebenar-benarnya sunnah.

Ketika bunda Khadijah wafat, maka dikabarkan Nabi Muhammad Saw menikah lagi dengan beberapa wanita selama hidup beliau. "Nah tuh, kok Nabi bisa menikah dengan banyak wanita seenaknya ??"

Kembali lagi kita harus melihat konteks, atau situasi pada masa itu. Itu masa dimana banyak janda-janda yang ditinggal mati suaminya saat perang. Nabi pun menolong janda-janda itu supaya tetap selamat secara ekonomi juga supaya keturunan mereka tetap mendapat nama keluarga.

"Bantu ya bantu aja, ngapain dinikahi segala.."

Ya jangan samakan situasi sekarang dengan masa itu. Masa itu banyak fitnah yang ingin dialamatkan ke Nabi Muhammad Saw. Jika ada berita Nabi bahwa Nabi dekat dengan seorang wanita maka stigma penzina akan melekat pada beliau. Jika begitu, maka kesucian beliau akan dipertanyakan sepanjang masa...

Selain itu banyak faktor yang menbuat Nabi harus menikah lagi - sesuai kondisi pada masa itu. Mulai dari penguatan persahabatan dengan bangsa lain sampai membangun klan juga supaya musuh tidak mudah menyerang.

Dari sana kita seharusnya bisa menyimpulkan, yang disebut SUNNAH itu adalah "menikahnya" atau "alasan dibalik menikahnya"?.

Beda dengan sekarang yang sama sekali tidak mengikuti sunnah Nabi. Isteri pertama masih sehat dan cinta, eh sudah menikah dua, tiga sampe empat. Mereka emoh menunggu isteri pertama wafat dulu, baru menikah lagi dengan alasan yang kuat.

Pokoknya RUKUN, itu koentji.

Memang beda cara penafsiran berdasarkan nafsu dengan penafsiran berdasarkan logika dengan melihat semua aspek sebelum menemukan makna. Yang pake nafsu, ngelihat teks langsung bicara dengan kengacengan-nya, "Poligami itu perintah Tuhan!!".

Padahal itu sifatnya himbauan kepada orang Arab jahiliyah pada masa itu, bukan perintah. Kalau itu perintah, Nabi Muhammad Saw yang seharusnya pertama kali melakukannya dengan berpoligami ketika bunda Khadijah masih ada.

Begitu, sooonnn.. ngerti ora?

"Sial, gagal lagi dong gua mau kawin ma si Entim yang semlohai tetangga sebelah dengan alasan perintah Tuhan.."

Ya kalau mau kawin lagi sih, kawin aja.. Bilang kalau itu petunjuk nafsumu. Halal kok, asal semua memahami dan menerima. Tapi jangan bawa-bawa sunnah Nabi apalagi nama Tuhan, itu aja..

"Mana kopinya? Gua puyeng nih kalau isteri gua baca ginian dia pasti langsung merasa terwakili..."

Aku sudah menghilang dikegelapan. Sudah saatnya temanku itu yang bayar. Nanti aku tinggal bliang saja, bahwa membayari seorang teman yang lagi bokek itu perintah Tuhan. Beres, dah..

@denny siregar

Berhubungan Intim Pada Bulan Ramadan


Benarkah hubungan Intim dapat dilakukan pada bulan Ramadan?


DUNIA HAWA Bagi umat Islam, melakukan kegiatan seksual/hubungan intim antara suami dan istri di siang hari pada bulan Ramadan tentu saja dilarang. Namun, bagi pasangan yang ingin melakukan hubungan seks atau bersebadan, dapat melakukannya pada malam hari/setelah berbuka atau sebelum sahur tiba. Agar tetap segar dan bisa melakukan ibadah wajib pada hari selanjutnya, inilah tips berhubungan seks pada bulan Ramadan bagi mereka yang melaksanakan puasa.


1. Niatkan beribadah


Melakukan hubungan seks pada malam hari di bulan Ramadan diganjar pahala karena dikategorikan sebagai ibadah. Jadi, mengapa tidak melakukannya?


2. Tidak menodai kesucian bulan Ramadan


Berhubungan intim antara suami dan istri di bulan ramadan tidak akan menodai kesucian bulan itu. Apalagi jika hubungan seks yang dilakukan pasangan suami istri merupakan fitrah manusia. Hanya saja, harus dilakukan setelah berbuka puasa atau sebelum waktu sahur tiba.


3. Quicky menjadi solusi


Bagi umat Islam, bulan ramadan adalah bulan yang istimewa. Setiap ibadah yang dilakukan pada bulan ini diganjar banyak pahala, maka setiap detiknya tentu amat berharga. Jika Anda tetap ingin melakukan hubungan seks, maka quicky atau sesi seks kilat bisa menjadi solusi. Lakukan komunikasi bersama pasangan agar mendapatkan kepuasan batin secara maksimal.


4. Mandi bersih/junub


Setelah melakukan hubungan seks bersama pasangan di malam hari, segera lakukan mandi wajib atau mandi junub untuk membersihkan diri sebelum melakukan ibadah wajib seperti sholat 5 waktu dan berpuasa. Mandi air hangat bisa mengembalikan tubuh dalam kondisi fit.


5. Aturlah waktu


Mengatur waktu adalah kunci penting melakukan hubungan seks di bulan puasa. Anda bisa melakukannya setelah berbuka atau sebelum masuk waktu sahur.


6. Saling mengerti


Jangan memaksakan kehendak akan membuat hubugan suami istri akan berjalan mulus tanpa hambatan.


7. Makan makanan bergizi


Jaga kondisi tubuh tetap bugar dengan mengonsumsi makanan bergizi sepanjang bulan puasa. Asup pula buah-buahan dan lengkapi dengan vitamin serta olahraga ringan jelang berbuka puasa.

@esquire.co.id

Monday, June 5, 2017

Berhubungan Intim Siang Hari di Bulan Ramadan, Hukumnya?


Ada beberapa denda yang harus dibayarkan.

DUNIA HAWA Meski sudah halal, berhubungan intim di siang hari saat Ramadan menjadi larangan tersendiri. Bahkan, berhubungan intim di waktu di waktu tersebut dapat akan membatalkan puasa.

Dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, Abu Hurairah bercerita,

بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ ، فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكْتُ . قَالَ « مَا لَكَ » . قَالَ وَقَعْتُ عَلَى امْرَأَتِى وَأَنَا صَائِمٌ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « هَلْ تَجِدُ رَقَبَةً تُعْتِقُهَا » . قَالَ لاَ . قَالَ « فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ » . قَالَ لاَ . فَقَالَ « فَهَلْ تَجِدُ إِطْعَامَ سِتِّينَ مِسْكِينًا » . قَالَ لاَ . قَالَ فَمَكَثَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – ، فَبَيْنَا نَحْنُ عَلَى ذَلِكَ أُتِىَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِعَرَقٍ فِيهَا تَمْرٌ – وَالْعَرَقُ الْمِكْتَلُ – قَالَ « أَيْنَ السَّائِلُ » . فَقَالَ أَنَا . قَالَ « خُذْهَا فَتَصَدَّقْ بِهِ » . فَقَالَ الرَّجُلُ أَعَلَى أَفْقَرَ مِنِّى يَا رَسُولَ اللَّهِ فَوَاللَّهِ مَا بَيْنَ لاَبَتَيْهَا – يُرِيدُ الْحَرَّتَيْنِ – أَهْلُ بَيْتٍ أَفْقَرُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِى ، فَضَحِكَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – حَتَّى بَدَتْ أَنْيَابُهُ ثُمَّ قَالَ « أَطْعِمْهُ أَهْلَكَ »

“Suatu hari kami duduk-duduk di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian datanglah seorang pria menghadap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu pria tersebut mengatakan, “Wahai Rasulullah, celaka aku.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apa yang terjadi padamu?” Pria tadi lantas menjawab, “Aku telah menyetubuhi istri, padahal aku sedang puasa.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah engkau memiliki seorang budak yang dapat engkau merdekakan?” Pria tadi menjawab, “Tidak”. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Apakah engkau mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?” Pria tadi menjawab, “Tidak”. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Apakah engkau dapat memberi makan kepada 60 orang miskin?” Pria tadi juga menjawab, “Tidak”. Abu Hurairah berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas diam. Tatkala kami dalam kondisi demikian, ada yang memberi hadiah satu wadah kurma kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,“Di mana orang yang bertanya tadi?” Pria tersebut lantas menjawab, “Ya, aku.” Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Ambillah dan bersedakahlah dengannya.” Kemudian pria tadi mengatakan, “Apakah akan aku berikan kepada orang yang lebih miskin dariku, wahai Rasulullah? Demi Allah, tidak ada yang lebih miskin di ujung timur hingga ujung barat kota Madinah dari keluargaku. ” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu tertawa sampai terlihat gigi taringnya. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Berilah makanan tersebut pada keluargamu.” (HR. Bukhari no. 1936 dan Muslim no. 1111).

Dari kisah itu, dapat dipetik sedikitnya sembilan makna. Antara lain, wajib bagi yang berhubungan intim di siang hari saat Ramadan untuk membayar kafaroh.

Dalam hadis itu disebutkan, orang yang berhubungan badan di masa puasa Ramadan diharuskan membebaskan satu orang budak.

Jika tak diperoleh, maka orang yang melanggar itu harus berpuasa dua bulan berturut-turut. Jika tetap tidak mampu, dia harus memberi makan kepada 60 orang miskin.

Pembatal puasa lainnya tidak ada kewajiban kafaroh seperti di atas. Seperti misalnya ada yang melakukan onani di siang hari Ramadan.

Menurut Syekh Abdurrahman bin Nashir As Sa'di, kafaroh hanya berlaku bagi puasa di bulan Ramadan. Kafaroh tidak berlaku pada puasa qodho' dan puasa sunah lainnya.

Bersetubuh di siang hari saat Ramadan merupakan dosa besar dan dapat mengarah pada kebinasaan. Disarankan bagi yang berbuat dosa agar segera bertobat kepada Allah SWT, termasuk membayar kafaroh.

Sekedar memberi makan walau tidak dibatasi kadarnya dibolehkan. Kalau sudah mengenyangkan 60 orang seperti kasus di atas, maka sudah cukup.

@dream.co.id

Sunday, June 4, 2017

Tuding KPK Macam-macam, Kubu Ini Akhirnya Terkesan seperti Cacing Kepanasan


DUNIA HAWA Nama ‘sesepuh’ Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais yang terseret dalam kasus korupsi alat kesehatan (alkes) baru-baru ini ternyata memang dipolitisir oleh kubu mereka. Mulai dari permainan politik (bagi saya) yang dilakukan mbah Amien yang ingin menemui Pimpinan KPK, hingga lontaran isu-isu liar yang coba dimainkan oleh pendukungnya membuktikan bahwa kasus yang murni hukum ini mau ditarik ke politik (lagi).

Bumi Indonesia cukup gempar ketika nama Amien Rais, yang katanya Bapak Reformasi itu, disebut Jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menerima dana korupsi alkes ke rekeningnya sebanyak 6 kali, dengan total Rp 600 juta.

Sudah terbukti kok. Ini bukan stigma ataupun permainan kata-kata. Sudah terbukti berapa kali bahwa orang-orang yang menentang dan begitu menunjukkan keinginannya untuk menghancurkan mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ternyata kebanyakan bukan orang-orang yang bersih dan negarawan di negeri ini.

Sebut saja mantan Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Patrialis Akbar yang dengan anehnya mengadakan sejenis konferesi pers yang menyatakan bahwa Ahok menistakan agama Islam pada awal bergulirnya kasus tersebut. Lalu, kita tahu sendiri itu yang katanya Imam Besar (suri teladan) Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab ternyata tidak lain adalah tokoh yang dijadikan tersangka kasus pornografi. Kini giliran Amien Rais kah? Tokoh nasional yang belakangan begitu gencar menebarkan isu bahwa Ahok korupsi ini ternyata justru terbuka kedok dugaan korupsinya.

“Ciri khas buku Marwan Batubara selalu objektif, semuanya berdasarkan fakta dan angka karena bersifat otentik dan otoritatif karena tidak mengada,” ujar Amien di Ruang Kura-kura 2, Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (23/5/2017).

“Harapan kita, setelah baca buku ini, penegak hukum semestinya mempelajari korupsi Ahok lebih teliti dan diproses secara hukum,” kata Amien.

“Selama ini publik dibentuk media massa, kalau sosok ini (Ahok) jujur, bersih, dan tegas. Sehingga diperlakukan menjadi warga istimewa. Seharusnya semua, tapi yang satu ini istimewa,” tuturnya.

“Mudah-mudahan buku yang ditulis ini jadi membuka mata KPK dan lainnya. Saya heran, mudah-mudahan nggak berlaku lagi pencuri kecil dihukum berat dan pencuri besar dilepaskan, nanti akan timbul kehancuran,” tutur Amien dalam kata sambutannya.

Tuhan Tidak Tidur


Ini bukan stigma, dan ini bukan permainan kata-kata saja. Ini adalah bukti bahwa memang Tuhan tidak pernah tidur. Ketika isu dugaan korupsi ini terkuak ke masyarakat, tidak sedikit dari netizen yang mengucapkan “Gusti Mboten Sare“, yang artinya Tuhan tidak tidur.

Berteriak-teriak menuntut Ahok dipenjara dan memfitnah Ahok korupsi, ternyata Amien Rais justru tersangkut dugaan korupsi ini. Saya lebih percaya jaksa KPK bahwa memang benar ada aliran dana tersebut. Karena kalau tidak, mengapa orang ini seperti cacing kepanasan mau bertemu dengan pimpinan KPK coba? Mau mengajak deal-deal atau dorong-dorong sesuatu kah?

Kalau memang orang ini bersih, kenapa tiba-tiba mengaku dengan alibi menerima dana operasional dari Soetrisno Bachir? Itu hanya akal-akalan saja menurut saya agar dianggap bukan korupsi, tapi dana operasional. Apa masuk akal menerima dana operasional 600 juta dari salah seorang yang satu partai?

Lalu, yang memberinya berdalih pula katanya hanya pinjam meminjam. Mau bodohin siapa coba orang-orang ini? Ya kalau ketahuan bilang pinjam meminjam, kalau tidak ketahuan………. yaaaaaaaa……. gitu dehhhh.

Setelah namanya disebut seperti ini, mau pergi umrah pula. Ya boleh-boleh saja sih ya, semoga saja ya bukan akal-akalan saja.

Karena hal itu terjadi 10 tahun lalu, saya me-refresh memori saya. Pada waktu itu, Soetrisno Bachir mengatakan akan memberi bantuan untuk tugas operasional saya, untuk semua kegiatan sehingga tidak membebani pihak lain kalau saya pergi ke mana pun, travel, aksi, itu sudah kita sendiri yang bayar,” kata Amien di kediamannya di Jalan Gandaria, Jakarta Selatan, Jumat (2/6/2017).

“Itu pinjam meminjam, saya baru tanya tadi. Itu kan 10 tahun yang lalu jadi saya harus tanya lagi. Itu pinjam meminjam Rp 750 juta sudah dikembalikan,” ucap Soetrisno. 

Kalau saya dipanggil KPK padahal saya masih umroh, saya khawatir dianggap lari dari tanggung,” kata mantan Ketua MPR ini. 

Mulai Melempar Fitnah-fitnah


Sekarang, giliran pion-pion kecil pendukung PAN yang bekerja. Anggota Komisi III (komisi hukum) DPR dari PAN mulai melontarkan isu-isu yang berkaitan erat dengan sentimen sebagian masyarakat terhadap pemerintahan Presiden Jokowi.

Jaksa KPK pula yang sekarang dikaitkan dengan Kejaksaan Agung dan dianggap merupakan alat pemerintah untuk membalas dendam kepada pihak-pihak yang anti (atau minimal kritis) terhadap pemerintah. Ini adalah isu liar yang merupakan vitamin untuk kubu pembenci pemerintah untuk menggoreng-goreng dugaan korupsi Amien Rais ini agar tertutup dengan isu ketidaknetralan pemerintah dalam kasus hukum.

“Tapi kenapa yang disorot hanya aliran dana ke Pak Amien?” kata Muslim Ayub (Politisi PAN) saat dihubungi, Minggu (4/5/2017).

“Ada kecenderungan Kejaksaan bahkan KPK jadi alat kelompok tertentu untuk melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang kritis terhadap pemerintahan,” ucap anggota Komisi III DPR ini. 

Sepertinya ada cacing-cacing yang selama ini hidup enak dengan kulit yang basah dan berlendir (you know what it is). Lalu, mulai mereka-mereka ini seperti cacing kepanasan ketika kini terbongkar kasusnya ke permukaan. Segala alibi dan cara pembelaan akhirnya digunakan, bahkan yang tidak masuk akal sekali pun. Ketika tidak berhasil, pada akhirnya mulai menggunakan isu sentimen terhadap pemerintah dengan menuding ini tindakan balas dendam belaka, dengan menuding bahwa ini masalah politik saja.

Kini, mereka telah menuding KPK macam-macam, dan sudah pasti akan ada warga yang terpengaruh dan percaya saja. Mungkin memang kini isu seperti ini adalah tameng yang sangat jitu untuk mencuci otak mereka-mereka yang tidak berpikir rasional.

Pada akhirnya, politisi-politisi ***** ini tidak berpikir apakah warga-warga yang bodoh dan seharusnya dituntun untuk berpikir benar ini menjadi semakin sesat atau tidak, karena yang mereka perdulikan hanya keselamatan raga kelompok elit mereka saja. Sungguh memalukan.

Terus saja berdalih, terus saja berbohong. Pada akhirnya kita lihat apakah tipu muslihat kalian ini membawa kalian kepada kebebasan, atau justru kepada kehancuran.

Seperti cacing kepanasan yang kasihan sekali ya………

@aryanto famili

Serangan Di London Bridge Dan Borough Market, Pemerintah Harus Belajar Dan Melihat Ini


DUNIA HAWA Belum lama kejadian ledakan di Manchester, sekarang London kembali berduka. Sepertinya peringatan akan adanya serangan lanjutan pasca bom Manchester benar-benar bukan gertakan belaka.

Para kaki di London Bridge tunggang langgang saat tiba-tiba muncul sebuah mobil van yang melaju kencang dan menabrak dengan membabi-buta, pada Sabtu tengah malam waktu setempat.

Sementara di waktu yang hampir bersamaan, tak jauh dari London Bridge, sebuah serangan juga terjadi di Borough Market yang merupakan pasar yang populer dengan sajian kulinernya. Ada banyak restoran dan kafe yang berjajar di sana. Seorang pria tiba-tiba muncul di restoran dengan pisau besar. Pria itu menikam seorang pelayan, yang bersembunyi di balik sebuah partisi. Pelaku juga menusuk seorang pria di belakang, sebelum berlari keluar dari restoran.

Aksi ini menyebabkan 6 orang tewas dan puluhan lainnya terluka. Sedangkan 3 pelaku teroris ditembak mati. Ini merupakan serangan teror ketiga yang menyerang Inggris tahun ini. Sebelumnya, seorang pria yang mengemudikan mobil menabraki pejalan kaki di Westminster Bridge pada bulan Maret lalu.

Terlepas dari siapa pun pelakunya, sudah pasti mereka adalah orang yang biadab, tak berperikemanusiaan, otaknya sudah rusak parah hingga tega melakukan hal seperti ini. Kejadian di Marawi, Filipina juga mengingatkan kita agar lebih waspada karena jaraknya yang sangat dekat dengan wilayah Indonesia. Apa yang terjadi di London dan beberapa wilayah belakangan menandakan semakin banyaknya aksi teror. Apa yang terjadi di London bisa saja terjadi di mana-mana, termasuk Indonesia, apalagi sudah pernah kejadian bom di Kampung Melayu. Jika pemerintah tidak sigap, bisa saja terjadi kecolongan.

Di beberapa media juga diberitakan bahwa beberapa pelaku penyerangan di Marawi adalah WNI. Saya yakin ini hanya sebagian saja, sementara ada lebih banyak lagi tapi tidak terdeteksi. Dan saya juga mendapat kiriman gambar berupa infografik yang mengatakan bahwa ada 1 dari 4 anak dibully karena agamanya, berarti ada sekitar 25 persen yang disurvey mengalami bully. Sedangkan 79,5 persen siswa mempertimbangkan agama dalam memilih teman. Dan menurut laporan KPAI, ada sebagian anak-anak disebut kafir karena beda agama, dan ada siswa SD yang diancam temannya karena beda agama.

Miris? Miris kuadrat malah. Pesan penting dari ini adalah mengapa anak kecil sudah bisa seperti itu? Tidak lain tidak bukan adalah karena mencontoh dan belajar dari luar, bisa saja belajar dari berita dan tayangan di TV, bisa juga belajar dari perilaku orang dewasa di sekitarnya dan atau karena pengaruh lingkungan. Coba kita lirik balik ke belakang saat kasus Ahok mencuat. Bully SARA seperti ini, bisa membentuk karakter anak yang intoleran terhadap sesama. Sejak kecil saja sudah terbentuk paham intoleran di otaknya, maka jangan heran jika besar nanti, akan lebih parah. Ini ditakutkan akan menjadi cikal bakal meluasnya radikalisme di negara ini. Jika infografik tersebut benar, maka bibit-bibit pemecah belah negara sudah mulai ditanam, tinggal tunggu waktunya berbuah dan panen jika pemerintah tidak segera mencabut akarnya.

Anak-anak sekarang, kadang sudah bisa teriak-teriak kafir dan segala macam istilah yang membedakannya dengan anak lain yang berbeda secara SARA. Belajar dari siapa lagi kalau bukan dari lingkungan sekitar. Otak sejak kecil sudah dijejali dengan hal miris seperti ini, menganggap perbedaan adalah suatu keanehan, dan harus dilawan. Apalagi sekarang banyak ujaran kebencian mengarah SARA di media sosial dan juga ulah beberapa kelompok yang bikin rusuh negara. Tidak percaya? Lihat saja beberapa waktu lalu saat pawai obor, sekelompok anak menyanyikan lagu yang liriknya, “Bunuh si Ahok sekarang juga.” Anak kecil sudah pintar ucapkan kata kasar seperti itu? Ancaman radikalisme itu sangat nyata jika banyak anak yang belajar (entah dari mana) seperti ini. Kalau sudah bicara radikalisme, contoh akhirnya sudah banyak di mana-mana. Serangan di London adalah salah satunya.

Anak-anak adalah aset dan generasi bangsa yang berharga, jangan sampai terkena doktrin atau ujaran-ujaran yang bisa memecah-belah bangsa. Ini dikarenakan fakta bahwa anak-anak lebih cepat menyerap informasi, lebih cepat dari daya serap orang dewasa. Kita tentu tidak ingin negara ini kewalahan atau bahkan kacau balau gara-gara hal seperti ini. Faktor penyebabnya harus segera disingkirkan sebelum menancapkan akarnya terlalu dalam hingga sulit dicabut. Dan tak dapat dipungkiri terorisme dan radikalisme telah menjadi momok yang menakutkan sekarang ini. Bahkan ada orang yang mengatakan, karena terorisme, nyaris tak ada tempat aman di mana pun lagi di dunia ini.

Bagaimana menurut Anda?

@xhardy

Ahlih Ibadah yang Sombong


DUNIA HAWA "Saya lebih baik dari dia.." kata Iblis kepada Tuhan sambil menunjuk Nabi Adam as. Iblis jelas tersinggung karena ia beribadah begitu lama kepada Tuhan dengan nilai ritual yang tiada duanya di kalangan jin manapun. 60 ribu tahun bukan waktu yang sedikit. Ibaratnya tuh jidat udah gosong gumosong dipake sujud.

Dan sekarang dengan seenaknya Tuhan menciptakan seorang manusia dihadapannya dan menyuruh dia - si ahli ibadah ini - untuk tunduk kepadanya ?? "Nehi !" Kata iblis membuang muka dengan aksen india dan siap-siap mencari pohon untuk menari di baliknya.

Iblis adalah pelaku ritual yang maha dahsyat. Tidak ada satupun kalangan jin yang mampu menandingi ritualnya. Ia bahkan dianggap sebagai "malaikat" karena ritualnya itu.

Tapi apakah ritual ibadahnya itu menyelamatkan dirinya ? Ternyata tidak.

Tuhan Maha Tahu bahwa dibalik kuatnya ibadah iblis, ada rasa kekaguman terhadap dirinya sendiri. Ada perasaan meninggikan diri dan merendahkan ibadah jin lain. Ada rasa bahwa ia lebih mulya daripada bangsa jin yang lain.

Perlahan-lahan iblis menanamkan benih kesombongan dalam dirinya. Benih yang tumbuh menjadi pohon dengan ranting dengki dan iri, batang hawa nafsu yang penuh curiga dan kebencian yang maha dashyat. Dan semua itu berasal dari satu benih yang ia pupuk setiap hari, yaitu sombong.

Kitab suci mengabarkan bahwa Iblis kemudian dikutuk karena ketidak-taatannya itu. Ia lalu meminta satu permintaan saja kepada Tuhan, "Bolehkah aku menyesatkan anak cucu manusia yang Kau ciptakan itu, Tuhan ?"

Tuhan itu Maha Adil. Entah karena Iblis pernah beribadah dengan baik, maka dibalaslah ibadah itu dengan meluluskan permintaannya..

"Jadi dengan apa Iblis menggoda anak cucu Adam?" Tanya temanku penasaran. Kami sedang minum kopi bersama waktu itu. Aku tersenyum, ini bagian yang paling menarik.

"Iblis tidak suka ketika ada anak cucu Adam yang lebih taat darinya kepada Tuhan. Maka ia merusak semua ritual ibadah seseorang dengan menanamkan benih kesombongan, karena tidak boleh ada dari manusia yang bisa mengalahkannya dalam hal keimanan..."

Temanku terdiam. Ia baru sadar bahwa iblis merusak manusia justru ketika manusia itu mulai merasa ia sedang beriman.


@denny siregar

Saturday, June 3, 2017

Amin Rais Pasti Mangkir Kembalikan Uang Negara Rp 600 juta


DUNIA HAWA Amin Rais dulu jadi idola saya dan mungkin termasuk kalian.     Keponakan saya juga idolakan Amin Rais , sampai tes masuk ke FISIPOL ( Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik ) Universitas Gajahmada di mana Amin Rais sebagai dosen FISIPOL.     Sayangnya tes keponakan saya gagal.

Betapa (amat) jantannya Amin Rais tampil berani lawan Diktator Presiden RI kedua, Bp Soeharto pada tahun 1996.     Terpengaruh orasi Amin Rais yang menyihir, banyak orang terpicu dan berani terjun ke jalan untuk berdemo menuntut presiden Soeharto turun.     Sebenarnya tidak hanya karena Amin Rais saja, masih banyak faktor lain yang menyebabkan demo berhasil menurunkan presiden Soeharto.    Jasa dan peran Amin Rais yang berhasil menjungkalkan pemerintah / rezim Soeharto , layak mendapat predikat terhormat ‘ Bapak Reformasi ‘ dari publik.

Lama-lama perilaku kenegarawanan Amin Rais kayaknya mengalami kemunduran.     Malah kelihatan jelas amat ambisi “serakah” Amin Rais di dunia perpolitikan Indonesia dengan menggusur presiden Gus Dur dan sempat mempermainkan Megawati sehingga tidak layak terpilih sebagai presiden dengan alasan wanita tidak boleh jadi pemimpin / presiden menurut Islam versi Amin Rais .    Walaupun Megawati dan PDI Perjuangannya menang telak dalam pemilu.     Pada waktu itu presiden dipilih oleh MPR , bukan rakyat.    Di dalam MPR, Amin Rais sebagai ketua MPR mainkan politik licik bernuasana agama bahwa presiden harus laki-laki dengan dalil menurut hukum Islam.    Politik Amin Rais berhasil, Gus Dur terpilih sebagai presiden oleh mayoritas anggota MPR , sedangkan Megawati terpaksa melorot jadi wakil presiden.

Ulah Amin Rais lagi, presiden Gus Dur berhasil dilengserkan dengan dalil korupsi dana ( skenario entah siapa ).    Amin Rais mengira , seiring lengsernya gue Dur dan Megawati otomatis jadi presiden dan Amin Rais akan menjadi wakil presiden.    Ternyata Hamzah Haz lah yang diangkat jadi wakil presiden , bukan Amin Rais.

Permainan licik Amin Rais sudah diketahui publik. sehingga saat Amin Rais coba-coba jadi calon presiden RI dan kurang laku.     Dua kali gagal masuk istana kepresidenan , kasihan Amin Rais ya.     Hehehe tanya dulu, perlu tidak kita kasihani Amin Rais ?

Omong-omong, kok otak cangkok saya ngelantur kemana-mana sampai lupa topik uang 600 juta sesuai judul diatas.     Seperti kita semua sudah tahu, jaksa KPK sebutkan bahwa Amin Rais menerima uang Rp 600 juta yang dicurigai ada kaitannya dengan kasus korupsi pengadaan alat kesehatan dengan terdakwa mantan menteri , Siti Fadilah Supari.

Amin Rais gerah dibuatnya.    Sehingga beri bantahan / klarifikasi lewat konferensi pers di kediamannya , Jalan Gandaria, Jakarta Selatan, pada hari Jumat kemarin.     Klarifikasi yang Amin Rais sampaikan yaitu uang Rp 600 juta merupakan bantuan dana operasional dari Soetrisno Bachir, bukan dari aliran dana kasus korupsi pengadaan alat kesehatan.

Sayangnya tidak ada tanya jawab.    Amin Rais mirip bapak mantan presiden ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono, tidak suka berkomunikasi dua arah , di mana terjadi timbal balik dalam komunikasi dua pihak berlawanan seperti konsultasi , tanya jawab.     Malah Amin Rais dan Susilo Bambang Yudhoyono hanya berpidato saja tanpa memberi kesempatan bicara kepada orang lain.

Kita pasti bertanya-tanya, apabila uang Rp. 600 juta ternyata memang benar dari aliran dana kasus pengadaan alat kesehatan, apa Amin Rais bersedia kembalikan uang kepada negara ?

Sebelum menjawab, perlu dibeberkan dulu tentang karakter Amin Rais.    Tentu saja terlalu sedikit , karena kita tidak terlalu mengenal Amin Rais. Tetapi yang sedikit lah bisa mengungkapkan kemungkinan kejadian di masa besok yang dilakoni Amin Rais.

Dulu Amin Rais pernah bernazar kalau Jokowi menang dan terpilih sebagai presiden Indonesia ketujuh, Amin Rais berjalan kaki Ari Yogyakarta ke Jakarta.    Sampai sekarang nazar masih belum terpenuhi , bahkan satu dua meter saja belum pernah.

Teman saya yang satu punya tali persaudaraannya dengan Amin Rais .    Kalau tidak salah , teman saya itu keponakan Amin Rais.     Teman saya sudah besar, kok tega-teganya dikasih duit cuma sepuluh ribu rupiah.

Nah , kedua hal di atas yaitu nazar Amin Rais dan uang sepuluh ribu mencerminkan sifat Amin Rais arogan , meremehkan nazar dan terlalu menyayangi uang.

Maka saya bertaruh, Amin Rais pasti mangkir kembalikan uang negara , entahlah bagaimana caranya agar tidak dituntut mengembalikan uang negara.

Amin sering kasih uang loh sama saya. Pokoknya baik…baik …dermawan pasti. Amin yang kumaksud bukan Amin Rais melainkan Amin Udin.

@winarno

Pengagum Rizieq Ini Ancam Tito Dijadikan Adonan Pempek, Tapi Kena Ciduk


DUNIA HAWA Ada sebuah kisah yang sangat heroik. Saking heroiknya, sehingga tidak pantas diteladani apalagi ditiru. Hanya orang bodoh yang mau meniru apa yang dilakukan orang yang satu ini. Ceritanya bermula dari sini. Cyber Crime Polda Lampung menangkap seorang pria bernama M Ali Amin Said di rumahnya di daerah Lampung.

Polisi menangkap orang ini karena telah menghina Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian di laman Facebook-nya. Kalau saya lihat sih, lebih tepatnya mengancam, meski ancamannya hanya berupa gertak sambal yang tidak pedas sama sekali.

Dan satu info mengenai orang ini, ternyata orang ini adalah seorang pengagum Rizieq lho. Dia menghina Kapolri karena tidak terima dengan tindakan kepolisian yang mengusut kasus chat mesum Rizieq Shihab. Seperti yang kita ketahui, Rizieq telah menjadi tersangka dalam kasus chat mesum, kelanjutannya tinggal menunggu kepulangan Rizieq kembali ke Indonesia. Orang ini tidak terima pujaannya diperlakukan seperti itu, tapi caranya sok heroik, disertai dengan ancaman pula. Kalimat ancaman itu berisi kata-kata dalam bahasa Palembang yang isinya sebagai berikut.

“Tito jika kau berani penjarakan ulama kami (Habib Rizieq Shihab), maka Demi Allah berarti kau sedang menggali liang kubur kau dewek. Jangan lari kau Mang Tito. Dak lamo lagi palak kau itu nak ku giling ku jadike adonan pempek. Tunggu bae kagek ado cerito pempek Palembang rasa Tito.”

Saya hanya bisa tertawa, karena sungguh lucu sekaligus bodoh. Saya malah merasa ancaman di tulisan itu tidak ada unsur ngerinya, melainkan lebih condong ke lawakan basi. Entah kenapa harus pakai analogi pempek, sehingga terkesan kurang garang maknanya. Tapi tak ada cerita, ini sudah masuk dalam bentuk ancaman, terlepas sengaja atau main-main, ini tak bisa dibiarkab. Kalau pun hanya iseng, kalau dibiarkan seperti ini, orang-orang akan berpikir ini hal yang biasa. Lama-lama mereka akan berani menebar ancaman.Orang ini juga pernah ikut pengajian Rizieq Shihab dan juga pernah ikut aksi-aksi yang digagas Rizieq beberapa waktu lalu.

Saya kadang berpikir, kenapa ada sebagian orang yang seperti ini, sungguh berani dan nekat menebar ancaman: kadang ancam polisi, bahkan pemerintah? Ini kalau di luar negeri, sudah dipastikan minimal ditangkap, dijadikan rempeyek atau bahkan kepala terbang entah ke mana. Mentang-mentang berlindung di balik agama dan demokrasi, lantas bisa sesuka hati dalam bertindak. Jago kandang di negeri sendiri bukan prestasi yang membanggakan. Coba saja lakukan hal seperti ini di Thailand atau kalau mau uji nyali lakukan ini di Korea Utara. Jaminan dan garansi dirudal sampai jadi abu. Kalau tidak senang, kritik dengan pedas, bukan dengan nyebar hoax, ancam atau pun intimidasi. Itu adalah pola yang selalu dijadikan panduan bagi seorang pengecut yang tak lebih dari seorang peresah masyarakat.

Dan lucunya ketika pemerintah bertindak tegas terhadap pelaku intimidasi, penyebar teror, kebencian atau hoax, semua itu dianggap sebagai bentuk kezaliman pemerintah. Di mana letak kewarasan dari pikiran seperti itu? Mau jadi apa negara ini kalau intimidasi, teror, hoax dan ujaran kebencian jadi santapan sehari-hari, bebas dilakukan tanpa ditindak?

Kebanyakan dari mereka memiliki pola perilaku yang sama, sama bodohnya, sama sumbu pendeknya. Sering gunakan cara yang menyimpang, tapi dianggapnya benar, sehingga melawan kalau pemerintah menindak tegas, padahal apa yang mereka lakukan sudah jauh menyimpang. Mungkin ide yang bagus kalau mereka ini dikelompokkan, dikumpul lalu dipindahkan ke sebuah pulau kosong dan biarkan mereka dirikan negara yang sesuai dengan kemauan dan yang cocok dengan pola perilaku mereka. Karena apa yang mereka lakukan ini kadang sulit dicerna oleh akal sehat kita.


Mungkin penangkapan ini terkesan keras, tapi tak ada pilihan lain. Karena pembiaran yang terus berlanjut akan menyebabkan makin banyaknya gerombolan sumbu pendek yang tingkahnya makin bikin mual. Setidaknya, jika terus konsisten, mereka akan berpikir ribuan kali sebelum bertindak, meski saya yakin akan ada beberapa yang tetap bandel dan tetap pada perilakunya yang seperti itu.

@xhardy

Persekusi FPI


Foto : Mario korban persekusi anggota FPI

DUNIA HAWA Saya sendiri baru tahu artinya "persekusi". Yaitu perburuan sewenang-wenang terhadap seseorang atau sejumlah warga untuk disakiti. Itu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Itulah yang dilakukan FPI dan rekan-rekannya sekarang. Mereka memburu beberapa warga yang berbeda pandangan dengan mereka terutama pada masalah Habib Rizieq yang memang sekarang menjadi bulan-bulan sesudah menjadi tersangka chat porno.

Perbuatan arogan ini disosialisasikan kemana-kemana di dalam jaringan mereka. Mereka bahkan sudah menyusun daftar siapa saja yang harus dikunjungi dan diintimidasi.

Saya untungnya tidak masuk dalam daftar itu, karena mereka sadar bahwa saya punya ilmu langit yang tidak main-main. Baru saja mereka meluncurkan pengumuman 720 pengacara untuk mengintimidasi saya, besoknya -jreeeng- HRS jadi tersangka.

Apalagi ada isu bahwa mata saya bisa mengeluarkan api kalau marah dan tubuh membesar menjadi hijau lalu memporak-porandakan mereka. Cuman saya jarang pake ilmu ala Hulk ini, karena sudah kehabisan banyak celana.

INTIMIDASI, itulah yang bisa mereka lakukan sekarang ini. Sesudah berhasilnya mereka dalam "memenjarakan" Ahok dan seorang dokter di Balikpapan, mereka menganggap bahwa itu cara yang terbaik dalam melawan dan menguasai media sosial.

Apalagi dalam kasus dr FieraLovita di Solok, kelompok intoleran pendukung HRS ini seperti didukung oleh pemerintah dan aparat daerah yang dengan bahasa malu-malu kambing mengatakan bahwa "intimidasi itu hoax". Makin jumawa-lah mereka..

Sayangnya, perlakuan mereka mendapat perlawanan dari masyarakat. Viralnya pesan dr Fiera Lovita dan video intimidasi terhadap anak usia 15 tahun, membuat aparat pun jengah. Mereka lalu bergerak mengamankan pelaku intimidasi untuk mendapatkan kembali kepercayaan dan rasa aman dari masyarakat.

Hal ini juga tidak terlepas dari koordinasi antaraGP Ansor dan pihak kepolisian. Perilaku main hakim sendiri ini dinilai membuat masyarakat resah. Apalagi ditambah tayangan menampar dan memukul terhadap seorang anak yang masih berusia 15 tahun.

Dari perilaku mereka, kita sadar ada yang berbahaya ketika model peng-intimidasi kelak menguasai negeri ini nanti. Mereka akan menghakimi sendiri apa yang tidak mereka sukai.

Saya jadi teringat kejadian di Mesir ketika Mohammad Morsy dari Ikhwanul Musliminmenjadi Presiden. Serentak para pendukungnya melakukan persekusi dan intimidasi kepada mereka yang berseberangan dengan mereka. Bahkan ada seorang kepala keagamaan yang diseret dan dipukuli sampai mati hanya karena mereka tidak menyukai cara berceramahnya yang memerahkan telinga mereka.

Dari peristiwa ini, kita sudah mulai harus bisa mengidentifikasi siapa yang kita pilih di 2019 nanti. Jangan sampai mereka menguasai negeri ini melalui pemimpin yang terpilih. Bisa mengerikan dampak yang kita dapati.

Dan cara mengidentifikasi yang benar adalah, siapapun calon pemimpin yang mendapat dukungan dari kelompok intoleran, wajib untuk tidak dipilih. Sekian, saya permisi mau minum kopi..

@denny siregar

Pernyataan Setya Novanto, Teroris Tak Punya Agama, Menyesatkan Publik


DUNIA HAWA Setya Novanto membuat pernyataan aneh: teroris tidak punya agama. Benarkah teroris tidak punya agama? Faktanya, lain. Pelaku pemboman, yang disebut para pengantin, melakukan aksi teror karena keyakinan agama. Bahkan diajarkan dengan menjadi pelaku bom bunuh diri mereka akan segera masuk surga dan mendapatkan 72 bidadari yang hot. Itu keyakinan agama, meskipun sesat bukan berarti keyakinan agama pelaku pemboman bisa dinafikan begitu saja.

Fakta lainnya adalah para teroris pun menjalani deradikalisasi menurut agama tertentu, mereka 100% beragama Islam. Ini menunjukkan para teroris beragama. Teroris melakukan perbuatannya karena keyakinan agama – meskipun salah. Itu tujuan deradikalisasi yang di Indonesia gagal total. Keberhasilan deradikalisasi teroris hanya kurang dari 1% saja. (Maka tindakan Densus 88 dan Polri serta TNI untuk membunuhi tersangka teroris patut didukung dan langkah tepat memberantas terorisme di Indonesia.)

Senyatanya, banyak orang tidak berani mengakui, terutama politikus, bahwa teroris bertindak atas nama agama, ideologi, dan keyakinan atau tujuan tertentu.

Simplifikasi alias penyederhanaan tentang terorisme dan radikalisme dengan mengatakan teroris tidak punya agama patut dipertanyakan. Seperti pernyataan Setya Novanto, seperti diberitakan di Tempo.com, pada 29 Mei 2017, bahwa teroris tidak punya agama sama sekali tidak berdasar. Bahkan pernyataan seperti itu bisa tendensius sifatnya.

Penyematan gelar kehormatan bagi pelaku kekerasan, pembunuhan, teror, pemboman, pembajakan, dan bahkan persekusi dan bully bernama teroris sering dilakukan dari sudut pandang seberang, dari sudut pandang dan perspektif lawan. Perspektif para korban teror. Sejumlah fakta menunjukkan para teroris memiliki agama, bukan harus Islam atau Yahudi atau Kristen atau Hindu atau Buddha atau bahkan atheist, atau Shinto sekali pun.

Para pelaku pemboman, teror bom di Indonesia dan dunia, dan perang di Ambon, di Syria, Iraq, Amerika Serikat, di Marawi, semuanya memiliki agama dan menganut agama dan keyakinan tertentu.

Teroris yang menggunakan gas sarin untuk meneror penumpang kereta api pada 27 Juni 1994 adalah kelompok Aum Shinrikyo beragama gabungan Shinto dan Buddha.

Pada Desember 2016 dan sebelumnya, dunia dikejutkan oleh aksi teror bahkan genosida yang dilakukan oleh tentara Myanmar yang beragama Buddha. Bahkan ada tokoh agama Buddha Ashin Wirathu yang selalu mengajak untuk melakukan teror. Di Indonesia ada teroris punya agama, agama Islam seperti Abu Bakar Ba’asyir.

Para tentara Israel yang disebut oleh Hamas sebagai teroris memiliki agama Kristen, Islam atau Yahudi. Hamas pun dicap sebagai teroris oleh Israel, yang pengikut Hamas mayoritas beragama Islam atau Kristen.

Para teroris yang membunuhi pengikut Sikh pada tahun 1 Juni 1984 dilakukan oleh tentara India yang beragama Hindu atau Islam. Pemboman oleh IRA di Irlandia Utara dan Inggris beragama Katolik.

Para pengikut ISIS dari seluruh dunia beragama Islam seluruhnya. Para pengikut teroris Abu Sayyaf juga beragama Islam. Para pelaku pemboman di Paris, London, San Bernardino, Belgia, Jakarta, Bangladesh, Spanyol, Moskow, Iraq, Afghanistan, Mali, Kenya, Syria, Libya, Tel Aviv memiliki agama pula, Islam.

Di Indonesia, para teroris pelaku pemboman jelas beragama Islam seperti Imam Samudera, Gufron, Hambali, Abu Bakar Ba’asyir, Imron bin Muhammad Zein, dan sebagainya.

Maka menyebutkan bahwa para teroris tidak memiliki agama akan semakin memberikan angin kepada para teroris dan simpatisan teroris; bahwa agama mereka tidak disentuh. Fakta nyata tentang semua teror dilakukan atas dasar dan mengatasnamakan perjuangan (1) ideologi, (2) agama, (3) keyakinan, dan (4) tujuan lainnya seperti kebangsaan.

Teroris yang meledakkan diri dengan meneriakkan slogan keagamaan untuk menghancurkan diri dan orang lain jelas memiliki agama dan keyakinan. Para pengantin, istilah bagi para pelaku pemboman dan amaliyah jelas beragama Islam. Soal para pelaku taat atau tidak taat terhadap agama yang dianut oleh para teroris itu bukan menjadi persoalan. Yang jelas dan faktual adalah mereka beragama atau berkeyakinan.

Jadi pernyataan para politikus, tokoh agama, pengamat, dan publik yang menyebut para teroris tidak punya dan tidak beragama adalah menyesatkan. Pernyataan itu sesunguhnya adalah sebuah denial, atau pengingkaran atas fakta nyata.

Tujuan dari pernyataan bahwa teroris tidak memiliki agama adalah untuk mengaburkan kenyataan kejahatan atas nama atau mengatasnamakan agama. Selain itu jelas pernyataan tersebut adalah upaya untuk membohongi diri dan publik atau masyarakat.

Pernyataan itu bersifat denial  (pengingkaran ) dan memiliki hidden agenda (agenda tersembunyi) itu bertujuan antara lain (1) tidak mau membawa-bawa agama pelaku teror, karena (2) bisa melukai para penganut agama pelaku teror, (3) simpati dan menyetujui dalam hati terhadap perbuatan teror yang dilakukan oleh orang yang beragama sama, (4) untuk membela secara politik sentimen dukungan dalam hati para pengikut agama yang menyetujui terorisme.

Maka dalam rangka melawan teroris, sepatutnya para politikus tidak perlu menutup-nutupi kenyataan bahwa teroris bertindak memiliki motif dan keyakinan.  Keyakinan itu juga bisa menjadi alasan seseorang penganut keyakinan untuk melakukan teror. Keyakinan tersebut bisa berupa agama atau ideologi lainnya.

Untuk itu, ketika bom diledakkan oleh orang yang jelas beridentitas agama tertentu, entah itu Yahudi, Kristen, Katolik, atheist, Islam, Hindu atau Buddha, para politikus tidak perlu membuat pernyataan konyol: teroris tidak memiliki agama.

Pun pernyataan itu justru mengaburkan kekerasan atas nama agama dan bisa menjadi picuan karena menjadi permisif. Ketika fanatisme berdasar agama atau ideologi menjadi alasan untuk melakukan teror, sementara politikus semprul menyebutnya sebagai ‘teroris tidak memiliki agama’ maka itu hanya pengingkaran dan pembodohan, atau permisifisme terhadap teror. Kontra produktif.

Maka ketika ada teror, politikus tidak usah membuat pernyataan konyol yang kontra produktif, yang justru terkesan mendukung terorisme atau bersimpati pada kekerasan dan teror – sebagia perjuangan ideologis. Maka pernyataan normatif seperti yang disebutkan oleh Setya Novanto itu tak perlu didengarkan dan diulangi oleh politikus lain. Pun dengan identifikasi pelaku bom dari penganut agama tertentu akan menjadi alat untuk introspeksi dan melakukan tindakan tepat. Tanpa mengenali dengan jelas agama pelaku teror alias teroris dipastikan tidak akan bisa melakukan deradikalisasi, atau tindakan preventif atas teror.

@ninoy karundeng 

Thursday, June 1, 2017

Surat untuk Dek Afi


Foto : Afi Nihaya

DUNIA HAWA Iseng-iseng kebaca tulisan bahwa adek kita Afi dituding melakukan plagiat karena mengkopi tulisan lama seseorang bernama Mita. 

Sebenarnya itu kasus remeh temeh aja, saya juga gak tau kenapa itu bisa sampe booming -sampe berdebat segala- dan akhirnya dek Afi nangis deh di pelukan bapaknya waktu di tanya lagi, "Apakah adek benar melakukan plagiat?". 

Sejak awal saya khawatir dengan melesatnya dek Afi terlalu tinggi. Sejak tulisannya berjudul "Warisan" di share puluhan ribu orang (bukan jutaan ya spt klaim biasa dr kaum seberang selokan), dek Afi seperti mendapat perhatian berlebih dari banyak orang.

Dan dek Afi memenuhi banyak syarat bagi kita sebagai penonton sinetron siang malam, untuk dieksploitasi semaksimal mungkin. Ia wanita, ia pintar menulis dan ia baru lulus SMA. "Baru lulus SMA" nya itu nilai plus, soalnya kalo udah bangkotan kayak mas Eko Kuntadhi ya gak laku dijual..

Saya jujur sempat khawatir dengan mentalnya..

Kita ini terbiasa makan buah peraman, yang dipaksa matang supaya cepat dijual. Dan dek Afi ini didorong, digiring, diangkat keatas oleh banyak media yang tidak ingin ketinggalan meraup rating dengan menghadirkan fenomena "orang yang lagi terkenal".

Maka muncullah dek Afi dimana-mana, bahkan sampai ke telinga lingkar satu Presiden yang ingin memanfaatkannya untuk mendongkrak kembali nama Presiden yang sebelumnya sempat turun elektabilitasnya..

Dan karena sudah begitu tinggi, ketika ia disentil sedikit, "Apakah benar dek Afi melakukan plagiat?" maka tumpahlah tangisnya di pelukan sang ayah yang terus mendampinginya kemana-mana. Baru terlihat bahwa ia sebenarnya fragile, mudah pecah.

Mentalnya belum siap menghadapi permainan lawan yang ingin menghancurkannya sampai lumat, yang menyerangnya dari segala sisi untuk mencari kelemahannya.

Ia belum berpengalaman seperti Birgaldo Sinaga yang kerap dihujat gay padahal ia lelaki tulen (maaf bro, ini serangan lawan). Dek Afi juga belum terbiasa seperti Ustad Abu Janda al-Boliwudi yang biasa di sebut sebagai ustad gadungan, padahal yang bilang abu janda ustad beneran juga siapa ye?

Sayangnya dari ke 3 lelaki yang saya sebut diatas, meskipun tulisannya terkenal kemana-kemana belum ada yang di undang bertemu Presiden khusus seperti dek Afi (qiqiqi nasibmu prens..).

Saya paham kenapa Presiden gak mau ngundang mereka, wong kalau saya jadi Presiden juga males liat wajah mereka yang sok unyu-unyu tapi sebenarnya ganas ketika melihat janda-janda muda.

Jadi saran saya, biarkanlah dek Afi sendiri dulu sambil berlatih menghadapi serangan-serangan musuh dalam skala kecil sehingga ia terbiasa. Jangan ia diangkat terlalu tinggi sehingga ketika jatuh, sakit sekali.

Dek Afi, sudah harus terbiasa dituduh Syiah, JIL ,liberal - bahkan sampe taraf dianggap mahluk mengerikan sehingga kalau ketemu muka layak dibacakan ayat pengusir setan. Kalau sudah terbiasa dengan itu, dek Afi pasti sudah ketawa-ketawa membaca tudingan-tudingan seperti itu. Anggap saja seperti duduk ditaman. Ada suara jangkrik, ada suara angin dan banyak juga suara monyet-monyet bersautan.

Jadi dek Afi, tidak perlu terlalu serius menanggapi tudingan plagiat itu. Seorang penulis sejati akan terus menulis semua keresahannya dan tidak akan kehilangan arah meski betapa kuat tekanannya. Tulisanku juga sering di copas dimana-mana, tapi tidak pernah marah karena ketika "kata-kata sudah keluar dari lidah, maka ia sudah bukan milikmu lagi".

Bahkan ada yang aneh. Aku dimarahi oleh seseorang lewat komen, pake tulisanku sendiri. Seperti ditabok orang pake sendal sendiri..

Jadi turunlah sejenak dek Afi, angin diatas begitu kencang. Jangan sampai ketenaran menghancurkan kualitas karya-karyamu selanjutnya.

Para generasi milenial membutuhkan seorang patron dalam kehidupan mereka, dan dek Afi bisa menjadi inspirator mereka.

Dengan catatan, asal dek Afi kuat. Apalagi kalau nanti ada 720 pengacara serentak menyerangmu. Kalau sudah sepaham, angkat secangkir susu kental manisnya, dek.. jangan minum kopi dulu, entar kayak abang jadi manis selalu.

@denny siregar

Buku ‘Korupsi Ahok’: Bumerang Bagi Amien Rais, KPK Siap Gigit Koruptor!


DUNIA HAWA Tepat satu minggu yang lalu, buku yang berjudul ‘Usut Tuntas Dugaan Korupsi Ahok’ diluncurkan. Pada saat itu, Amien Rais menjadi pembicara utama dalam peluncuran buku tersebut. Amien Rais mengatakan bahwa buku tersebut dituliskan berdasarkan berbagai fakta yang ada.

Buku tersebut ditulis oleh Marwan Batubara. Acara ini dihadiri oleh Waketum Gerindra, Fery Juliantono, anggota Komisi III DPR Fraksi PKS, Nasir Djamis, dan juru bicara ormas terlarang Hizbut Tahrir Indonesia, Ismail Yusanto. Ketiga perwakilan ini, baik dari Gerindra,PKS, dan HTI, merupakan kumpulan organisasi dan partai pembenci Ahok.

Mereka memiliki dendam kesumat dengan Ahok, sampai-sampai berita hoax pun dianggap sebagai sebuah fakta, oleh Amien Rais. Amien mengatakan bahwa Marwan Batubara selalu objektif, semua berdasarkan fakta dan angka. Buku ini juga dianggap sebagai sebuah buku otentik dan otoritatif karena tidak mengada-ada.

Ia menegaskan sekali lagi agar penegak hukum khususnya KPK berlaku adil dan terbuka matanya setelah membaca buku tersebut. Amien meminta agar jangan ada maling kecil dihukum ringan dan maling besar dilepaskan.

Selama ini publik dibentuk media massa, kalau sosok ini (Ahok) jujur, bersih, dan tegas. Sehingga diperlakukan menjadi warga istimewa. Seharusnya semua, tapi yang satu ini istimewa,” tuturnya.

Dalam peluncuran buku tersebut, sebagai pembicara utama, Amien Rais juga sempat berharap bahwa setelah masyarakat membaca buku tersebut, penegak hukum jadi bisa lebih melek terhadap dugaan kasus korupsi di Jakarta. Jangan ada perlakuan istimewa di hadapan hukum. Tepat seperti yang Amien minta! Buku tersebut ternyata membuat ‘melek’ para penegak hukum, khususnya KPK. Mereka melek dengan kasus korupsi yang melibatkan Amien Rais sendiri. Ia membuka mata para penegak hukum KPK di dalam mengusut tuntas uang senilai 600 juta yang diduga dikirimkan ke rekening Amien Rais. Terima kasih Amien Rais!

Mungkin para penegak hukum di KPK tidak sadar bahwa mereka sudah terlalu lama membiarkan Amien Rais raib dari pantauan hukum. Dengan buku tersebut, para penegak hukum, khususnya KPK akhirnya sadar akan keberadaan Amien dengan dugaan kasus korupsi yang menjeratnya.

Jaksa KPK menilai mantan Menteri Kesehatan era SBY, Siti Fadilah Supari terbukti menyalahgunakan wewenang dalam menggunakan uang dalam pengadaan alat kesehatan pada tahun 2005 di Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan (PPMK) Departemen Kesehatan.

Menurut jaksa KPK, Siti membuat surat rekomendasi mengenai penunjukkan langsung. Ia meminta agar kuasa pengguna anggaran dan pejabat pembuat komitmen menunjuk langsung PT Indofarma Tbk sebagai perusahaan penyedia barang dan jasa. Jaksa juga memberitahu bahwa rekening Amien Rais sepat enam kali menerima transfer uang dengan total Rp 600 juta rupiah, dengan nominal Rp 100 juta per transfer.

Nilai fantastis tersebut tercacat masuk ke rekening Amien Rais pada tanggal 15 Januari 2007 sampai dengan 2 November 2007. Ini merupakan sebuah tindak korupsi yang terstruktur, sistematis dan masif. Terstruktur dengan distribusi nilai yang tidak besar per transfer. Sistematis karena baru terlacak 10 tahun kemudian. Masif karena memang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Siti Fadillah melibatkan banyak para elit politik bajingan yang haus akan kekuasaan dan uang.

Mantan menteri kesehatan Siti Fadilah akhirnya dituntut enam tahun penjara oleh jaksa KPK. Siti juga dituntut membayar denda Rp 500 juta subsider enam bulan kurungan. Dalam pertimbangannya, jaksa menilai perbuatan wanita berjilbab ini tidak mendukung pemerintah dan masyarakat dalam pemberantasan korupsi.

Siti dinilai juga berbelit-belit selama persidangan, tidak berterus terang dan tidak menyesali perbuatan. Mungkin momen bulan suci Ramadan ini merupakan sebuah momen yang tepat untuk menangkap satu per satu. Saya masih percaya para politisi busuk yang menghabiskan uang rakyatnya dengan tindak korupsi, masih sedikit memiliki hati nurani.

Mereka tahu mereka tidak boleh berbohong di bulan suci Ramadan, karena mereka menganggap dosanya sangat besar. Mungkin Amien Rais juga merasa hal ini, berhubung kita mengenal Amien mirip seperti sosok Sengkuni, yang masih sungkan terhadap Tuhan yang ia percaya.

Tentu para pembaca sadar, perlahan-lahan orang yang membenci Ahok, satu per satu berurusan dengan permasalahan. Tersangka yang sudah masuk ke DPO Rizieq dijerat kasus sex chatbersama Firza. Al Khaththath alias Gatot terikat kasus makar. Ahmad Dhani dihantam kasus penghinaan presiden. Sandiaga Uno berurusan dengan KPK terkait penggelapan uang. Masih banyak lagi, dan terakhir, Amien Rais pun ikut terjerat di dalam kasus korupsi alat kesehatan. Gusti ora sare!

Betul kan yang saya katakan?

@hysebastian