Sunday, May 28, 2017

Jaksa Masih Ingin Melanjutkan Banding Perkara Ahok, Ada Apa Ini?


DUNIA HAWA Perkara kasus Ahok atas dugaan penistaan agama kemungkinan akan kembali bergulir, seperti sebagian besar masyarakat ketahui bahwa Ahok sendiri sebelumnya telah menyatakan untuk mencabut banding atas perkaranya dan menerima hasil putusan hakim, seperti yang disampaikan oleh istri Ahok pada saat konferensi pers. Perkiraan saya kasus Ahok ini sudah akan berakhir saat Ahok secara resmi menyatakan untuk mencabut banding beberapa hari yang lalu, namun sepertinya masih banyak pihak yang belum puas atas putusan hakim dan ingin melanjutkan perkara kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok, Atau kalau kita disuruh untuk berfikir positif mungkin saja jaksa keberatan atas putusan hakim dan melanjutkan kasus ini untuk mencari kesalahan dalam putusan hakim sebelumnya dengan tujuan untuk meringankan hukuman Ahok, ah tapi itu hanya halusinasi kayaknya dan bisa saja terjadi jika memang jaksanya benar-benar jaksa yang bener.

Keseriusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta dalam merespon banding yang diajukan oleh jaksa ini sudah terlihat dengan sudah ditetapkannya susunan majelis hakim atas banding perkara Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Berikut adalah susunan majelis hakim yang sudah terbentuk :

• Imam Sungudi (ketua majelis)
• Elang Prakoso 
• WibowoDaniel 
• D PairunanI 
• Nyoman Sutama
• Achmad Yusak

Namun terkait dengan berita ini pihak penasihat hukum Ahok yakni I Wayan Sudirta menyatakan bahwa pihak Ahok dan penasehat hukum siap untuk menghadapinya. Sudirta pun mengaku, tak ada persiapan khusus dari Ahok soal banding ini. Dia menyatakan sang klien siap menghadapi banding jaksa apabila sudah bergulir di persidangan. Demikian pula pihak kuasa hukum.

Ndak apa-apa biarin aja, kita tidak intervensi jaksa. Tidak masalah, tidak harus sama (pencabutan banding),” sebut Sudirta.

Menurutnya, Ahok sudah legawa dengan segala proses hukum yang harus dihadapinya. Namun, kata Sudirta, bukan berarti Ahok merasa kalah melainkan karena gubernur DKI nonaktif itu mengalah demi kepentingan bangsa.

“Dia baru marah kalau ada hal yang merugikan warga. Dia dijadikan tersangka, terdakwa, dengan jiwa besar dihadapi, diberi putusan tidak adil, ditahan walau pahit, dia hadapi. Orangnya sangat kuat. Kalah pilgub dia hadapi,” tuturnya.

“Kalau ndak mampu berdamai dengan keadaan, nggak mungkin beliau cabut banding. Dia tidak merasa kalah tapi mengalah,” lanjut Sudirta.

Mengenai diskusi bersama Ahok untuk membahas perkara banding yang diajukan oleh jaksa, Sudirta menyatakan bahwa hal itu akan dilakukannya pada saat akan mengunjungi Ahok besok selasa.

Kita nunggu perkembangan, Selasa depan ketemu pak Ahok, untuk membahas selanjutnya gimana, berdiskusi, kita dengar omongan pak Ahok. Untuk lain-lainnya juga, kalau ada masukan, informasi, kita diskusikan,” terang Sudirta.

Kondisi Ahok di tahanan sendiri disebutnya sangat baik. Saat ini kondisi Ahok menurut Sudirta jauh lebih fit dari sisi fisik.

Secara fisik makin singset, berisi, karena olahraga 3 jam sehari, lebih banyak olahraga, banyak membaca, berdoa, menulis,” kata dia.

Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, Pengadilan Tinggi DKI Jakarta sudah menetapkan majelis hakim banding perkara Ahok. Majelis banding akan mempelajari berkas perkara Ahok, yang dihukum 2 tahun penjara karena bersalah melakukan penodaan agama di Pengadilan Negeri Jakarta Utara.

Setelah majelis terima berkas, harus dipelajari dulu semuanya. Berkas banding baru ditetapkan Jumat sore. Jaksa belum mencabut,” ujar pejabat Humas Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Johanes Suhadi.

Berkas perkara banding baru ditetapkan pada Jumat (26/5) sore. Rencananya, berkas diserahkan kepada majelis hakim pada Senin (29/5). Ahok sudah mencabut permohonan banding di Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Melalui pihak keluarga, Ahok menyatakan menerima hukuman 2 tahun penjara karena dinyatakan terbukti bersalah melakukan penodaan agama terkait dengan pernyataan soal Surat Al-Maidah 51 saat berkunjung ke Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.

Sedangkan pihak jaksa belum mengambil keputusan setelah Ahok lebih dulu mencabut permohonan banding. Jaksa Agung M Prasetyo menegaskan tim jaksa masih mengkaji dilanjutkan-tidaknya permohonan banding Ahok. Jika menurut kaca mata masyarakat awam, saat Ahok sudah mencabut banding dan siap menerima apapun putusan yang diberikan hakim seharusnya ya sudah Ahok dipenjara dan kasusnya beres. Kenapa masih diungkit-ungkit terus ini kasus? Ahok sudah sangat bersikap baik dengan lapang dada menerima semua putusan sebelumnya demi menjaga kedamaian bangsa, kenapa tidak ada yang mengerti sikap baik Ahok ini? Apakah masih ada yang kurang puas dengan putusan hakim terhadap Ahok? Atau memang ada rencana lain di balik banding yang ajukan oleh jaksa ini?

@andik priyanto


Aksi Intimidasi FPI, Relawan Jokowi Bergerak Bersama Banser


DUNIA HAWA Berita tentang gerakan intimidasi Front Pembela Islam tersebar secara viral di media dan dunia maya.

Setelah kejadian intimidasi dokter Fiera di Solok yang kemudian diungsikan ke Jakarta, menurut berita yang saya dapat dilapangan, dokter Fiera dibantu oleh Putri Presiden keempat Indonesia, Gus Dur. Dan sore ini tersebar lagi berita tentang korban intimidasi FPI di Jakarta terhadap Leonard Wowling, seorang relawan Jokowi-Ahok, yang kemudian mendapatkan reaksi cepat dari para relawan Jokowi-Ahok lainnya.

Untuk informasi saya menerima pesan di group-group media sosial dan whatsup tentang GERAK CEPAT JOKOWI atau GeCe JKW (bisa di cek di www.gerakcepat.id) yang telah melakukan koordinasi dengan Komandan Banser DKI atas arahan dari Ibu Shinta Nuryah Abdurrahman Wahid dan hari ini Banser bersama satgas PDIP serta Laskar Jong Nusantara tengah bergerak untuk mengamankan korban. Sebelumnya korban diminta untuk melapor kepada Polres dan Koramil setempat.

Gerak Cepat Jokowi ini bisa dilihat dan di akses di : https://www.gerakcepat.id

Front Pembela Islam mulai melakukan aksi-aksi intimidasi seperti seolah-olah ingin memperlihatkan pada masyarakat bahwa mereka masih berjaya, masih eksis dan masih memiliki taring yang setiap saat bisa mencakar siapa saja.

Disisi lain, para relawan pun memberikan reaksi tanggap yang cukup cepat. Ini semacam gerakan spontanitas masyarakat. Kalau kebetulan nama gerakan menggunakan nama Presiden Indonesia, mungkin hanya sebagai simbolis bahwa kelompok mereka adalah kelompok yang menentang aksi intimidasi, bukan kelompok yang mendukung intimidasi.

Intimidasi-intimidasi pada masyarakat dengan latar belakang atau tuduhan “Menghina Ulama dan Agama” adalah tindakan yang sangat berlebihan. Karena tidak ada Ulama lain yang dibicarakan siapapun kecuali Rizieq Shihab yang sedang bepergian dan tidak tidak mengindahkan panggilan untuk memeriksaan kasus yang sedang dihadapinya.

Pemerintah dalam hal ini Kepolisian harus menindak tegas dan menjelaskan bahwa kebebasan berpendapatan dari masyarakat adalah hal yang dilindungi oleh Undang-Undang Mereka tidak bisa main hakim sendiri. Saya ingatkan lagi, mereka selalu berlindung dibalik Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 tentang jaminan negara atas kebebasan mengemukakan pendapat di tempat umum.

In fact, menjaga keamanan lingkungan masing2 adalah tanggung jawab masyarakat, polisi hanya membantu dan menjadi back-up. Apalagi di Jakarta, mulai bulan Oktober nanti kan siskamling dan gotong royong akan di hidupkan lagi. Jadi kita tidak bisa selalu menyalahkan polisi sepenuhnya.

Kenapa mereka harus mengintimidasi pendukung Ahok sementara mereka sendiri adalah pendukung bahkan fanatisan dari Rizieq Shihab? Apalagi yang sedang diperlihatkan kelompok beragama ini? Suatu sikap “Adil” kah? Atau sikap ingin menang sendiri. eh jadi kayak anak-naka sekali yah…

Berbeda pendapat dan pilihan itu SAH!


Mereka sudah memutuskan untuk mendukung dan membela Rizieq Shihab dengan segala hal yang sudah diperbuat dan dikatakan oleh Rizieq Shihab. Dan masyarakat lain sudah memutuskan untuk mendukung dan membela Ahok. Silahkan berdiri dimasing-masing sisi, tidak perlu saling mengganggu dan saling mengejek.

Kenapa mereka harus merasa tersinggung dan terhina ketika pihak lain mengkritik RIzieq Shihab dengan segala sepak terjang dia? Tidak kah mereka juga sadar bahwa hinaan dan hujatan bahkan yang masih segar dalam ingatan kita adalah pawai anak-anak menyambut bulan suci Ramadhan berkeliling membawa obor dan menyanyikan lagu yang sangat menyudut dan menghina Ahok yang tidak semestinya dinyanyikan?

Buat apa FPI begitu ribet mengurusi pendapat orang lain sementara mereka tidak mengintropeksi diri apa yang sudah mereka tanamkan pada pendukungnya yang jelas-jelas masih dibawah umur?

Anyway, memang mungkin cerita perpolitikan dan kehidupan di Indonesia harus melalui fase seperti ini. Tapi kalau kita pelajari setiap kejadian, seolah semua akan berbalik kembali ke yang memproduksi. Seperti kata pepatah orang tua, siapa yang menabur, dia yang menuai.

Saya bukan seorang yang suka mengutuk atau mengecam. Tapi seorang yang percaya akan kekuatan do’a dan saya berdoa, semoga para pentolan FPI akan tiba pada masa dimana  semua kejadian, tindakan dan perbuatan yang pernah dilakukan akan menjadi kenang-kenangan yang membuat mereka merasa menyesalinya dan kesadaran yang terlambat yang hanya menimbulkan rasa penyesalan bahwa mereka sudah mendukung kelompok yang menjual agama untuk sepetak tanah di surga.


@erika ebener


Intimidasi Kaum Sorban Putih


Foto : dr Fiera Lovita

DUNIA HAWA Beredar massif di wa saya, kisah dr Fiera Lovita seorang wanita yang di intimidasi FPI. Dr Fiera adalah salah satu teman saya di fesbuk. Beliau adalah seorang dokter di Solok, Sumatera barat. Dan seperti halnya seorang yang cerdas dan lugas, begitupun juga tulisan di statusnya yang menanyakan "larinya habib rizieq dan tak kembali".

Tidak disangka ia kemudian di teror karena status-statusnya itu. Ia didatangi banyak angggta FPI yang meminta dia untuk menanda-tangani surat permintaan maaf diatas meterai karena "menghina ulama". Karena tekanan dan demi keselamatan anaknya, ia pun menanda-tangani surat itu dan meng-uploadnya di fesbuk.

Bukannya selesai, teror malah menjadi-jadi. Ia dicaci-maki dengan kata-kata tidak pantas dan terus didatangi, diteror keberadaannya. Kabar terakhir, ia kemudian diselamatkan dengan dipindahkan ke Jakarta oleh rekan-rekannya.

Teror yang sama dihadapi Dr Otto Radjasa di Balikpapan. Dengan alasan "menghina agama" gelombang orang suci mendatangi rumahnya dan mengancam. Mereka kemudian membawa kasus ini ke hukum dan mendesak perangkat hukum untuk memenjarakannya. Nasib Dr Otto sama dengan Ahok, sesudah sidang langsung masuk penjara.

Sebagai catatan, Dr Fiera dan Dr Otto juga beragama Islam, sama dengan mereka yang menteror dan mengintimidasi mereka.

Teror dan intimidasi itulah yang sedang menjadi senjata "Islam ekstrim" itu sekarang. Dengan alasan "menghina ulama" dan menghina "agama" mereka melakukan teror dan intimidasi ke orang-orang yang mereka tidak suka.

Kebayangkan, bagaimana jika nantinya mereka berkuasa?

Mereka bahkan meng-intimidasi saya juga dengan mengumumkan melalui media massa akan melaporkan ke polisi akan status saya yang "menghina ulama". Tidak tanggung-tanggung, 700 lebih pengaacara disiapkan.

Hebat juga ya... :)

Salah satu ciri khas gerakan mereka adalah KEROYOKAN. Mereka merasa lebih aman ketika menyebut jumlah ANGKA yang besar untuk mengintimidasi seseorang. Biasanya itu ciri pengecut yang bersembunyi di balik angka karena tidak mampu bertarung satu lawan satu dengan lawannya.

Karena itu angkanya harus bombastis. Kalau gak 700 ya 7 juta.

Apakah benar angkanya sebesar itu?

Tidak, itu hanya gertak sambal saja. Permainan persepsi, propaganda si lemah untuk menunjukkan diri mereka kuat..

Saya belum koordinasi dengan GP Ansor. Tetapi sebaiknya anda sekarang mulai mencari dan mengantungi nomer-nomer telepon GP Ansor di masing-masing wilayah anda. Tekanan-tekanan massa seperti itu hanya bisa dihadapi dengan hadirnya anggota Ansor dan Banser di tempat anda.

Mereka itu kalau melihat seragam GP Ansor dan Banser, langsung ciut kayak curut. Karena itu, jangan pernah takut. Percayalah....

@denny siregar


Teriakan Anak-Anak 'Bunuh si Ahok' di Pawai Obor 'Bisa Berbahaya'


Foto : Pawai obor di Jakarta diikuti sejumlah anak untuk menyambut datangnya Bulan Ramadan. Namun tidak jelas di lokasi mana di Jakarta, tempat anak-anak berteriak 'bunuh-bunuh' berlangsung.

DUNIA HAWA Anak-anak yang berteriak 'bunuh-bunuh si Ahok' saat ikut dalam pawai obor di Jakarta merupakan sikap yang bisa berbahaya di kemudian hari bila ditolerir, kata seorang psikolog anak.

Teriakan "bunuh-bunuh si Ahok" dengan melodi lagu anak-anak Menanam Jagung di Kebun Kita, terdengar dalam video pendek yang beredar di media sosial.

Pawai obor menyambut Ramadan dilakukan di sejumlah tempat di Jakarta, pada Rabu (24/05). Di malam yang sama terjadi bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu.

"Ada foto2 (foto-foto) & video korban teror bom bunuh diri di Kp Melayu, tp yg (tapi yang) lebih menakutkan bg (bagi) saya: video anak2 yg (anak-anak yang) diajarkan & diperalat teriak2 bunuh2 (teriak-teriak bunuh-bunuh)," tulis penulis dan aktivis, Mohamad Guntur Romli, melalui akun Twitternya

"Sampai kapan dibiarkan anak2 itu diajarkan teriak2 bunuh2, apakah smpai nanti mrk menjadi pelaku bom bunuh diri?" tambahnya dengan puluhan komentar.

Salah seorang pengguna, Dian, menanggapi dengan menyatakan, "Saya sebagai ibu miris mendengar anak2 kecil teriak2 bunuh2 di acara pawai obor yg seharusnya menyenangkan."

"Pihak @komnas_anak dan @Itjen_Kemdikbud hrs turun tangan!! Jangan diam saja ketika anak2 Indonesia di ajarkan yel2 bunuh orang!!" tulis pengguna lain Bennicio‏ @benny_ibra." 

"Kaya kita mau bilang mau beli permen"


Pakar psikologi anak Universitas Indonesia, Rini Hildayani, mengatakan bila hal seperti ini dibiarkan dapat berbahaya.

"Pesan itu bisa tercatat bahwa hal itu memang benar untuk dilakukan, ketika perilaku itu dibiarkan terjadi dan tidak ada konsekuensi untuk anak justru mungkin direward dengan perilaku mereka itu. Anak anak bisa melihat bahwa perilaku itu wajar dan tidak salah," kata Rini.

"Kalau internalisasi (dari rumah tangga) bisa berbahaya, kalau dari usia kecil anak-anak sudah terpapar oleh sikap yang mentolerir atau membolehkan tanpa ada konsekuensi atas hal-hal yang agresif dan secara moral itu tak bisa dibenarkan meneriakkan hal-hal yang harmful(membahayakan) buat orang lain.

"Kayaknya ringan saja ngomongnya kan, kayakkita mau bilang mau beli permen. Padahal ucapan itu ada muatan agresivitas dengan mengatakan bunuh dan mengatakan hal-hal yang semacam itu. Bila itu ditolerir kata-kata seperti itu bisa dianggap benar dan hal-hal yang lebih jauh lagi mungkin saja terjadi di masa-masa yang akan datang," tambahnya.

Teriakan "bunuh-bunuh si Ahok" diangkat Rizieq Shihab pada saat demo menentang mantan gubernur DKI Jakarta itu November lalu.

Rizieq sendiri tak jelas keberadaannya setelah tidak hadir dalam pemanggilan polisi terkait dugaan pelanggaran Undang-undang Pornografi menyangkut Firza Husein.

Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok membatalkan banding atas hukuman penjara dua tahun dalam kasus penistaan agama.

Arist Merdeka Sirait, aktivis perlindungan anak dari Komisi Nasional Perlindungan Anak menyatakan kekhawatirannya teriakan-teriakan seperti pada pawai obor itu akan berlanjut selama Ramadan.

"Apa yang terjadi tadi (Rabu) malam, ada teriakan bahwa di luar kesadaran anak-anak SD, SMP itu, akan menjadi-jadi pada satu bulan ini. Karena ini kan bulan Ramadan dan ada kesempatan peluang, habis tarawih, saur, dimungkinkan juga, ini yang memperihatinakan Komnas Perlindungan Anak," kata Arist.

"Kami menyerukan deradilaksasi pemahaman itu baik lingkungan rumah, sekolah dan tempat ibadah, karena anak-anak ini sudah ditanamkan rasa kebencian, dan itu terbukti pada (peristiwa) terakhir-terakhir ini," tambahnya.

Komentar pembaca di Facebook BBC Indonesia


Dari lebih dari 5.600 reaksi terkait berita anak-anak ini, sebagian besar mengungkapkan kemarahan (lebih dari 3.000) dan kesedihan (hampir 2.500) sampai Jumat (26/05) sore.

Banyak komentar dari sekitar 2.600 yang masuk mengungkapkan kemarahan terhadap orang tua atau orang dewasa yang membiarkan anak-anak ini ikut dalam ujaran kebencian. Inilah di antaranya:

Budi Satria -- "Ane Muslim, jangan ajarin anak2 kita dengan kekerasan, lebih baik ajarkan anak2 kita cara sholat yang benar, wudhu yang benar, patuh pada orang tua, belajar tentang kejujuran, menyayang binatang dan alam sekitar, sayang kepada teman, menghormati agama orang lain, dan berikan kepada mereka waktu bermain yang tepat serta berikan kegiatan positif yang sesuai umur dan kebutuhan mereka."

Rosdiana Sirait -- "Setuju sekali pendapat pak Budi Satria,inilah muslim sebenarnya. Biar bagaimanapun org tua lah yg berperan penting dengan apa yg dilakukan anak2 nya, makanya kita jadi org tua harus benar2 memperhatikan semua kegiatan anak kita, spy anak kita selalu berjalan di jalan yg benar."

Ani Yani -- "Suruh sekolah yg benar biar udah besarnya dapat kerjaan yg bagus jadi ga ada waktu untuk demo demo..."

Donatela Lux -- "Ikut miris anak anak yg suci dan polos mala ikut dengan mental org tua yg sakit."

Watikah Arnold -- "Yg bilang ini berita hoax gak bisa terima kenyataan yah??? Ini nyata lohhh di depan kita....anak anak calon penerus bangsa ini seperti ini adanya hari ini kalau tak ada tindakan dan perubahan yg tegas."

Maria N. Irene Najati "...Mau dibawa kemana Bangsa Indonesia dengan generasi yang selalu dibekali kebencian !!!!!"

Ummi Hani -- "Wahai para orang tua....pahamilah...!!! Apa yg kalian tanam itu yg akan kalian panen. Jgn ajari anak mengatakan "BUNUH" sbg kata yg "biasa2" saja."

Lilis Lilis -- "Ini sangat sangat memprihatinkan!! Anak2 yg vulnerable begitu mudah dihasut dan diradikalisasi.."

Eliza Kohar -- "Ga usah heran karena sejak kampanye Pilkada DKI putaran I aja udah banyak bocah2 yg belum punya hak pilih (bahkan ada yg masih usia sekolah dasar) yg diajak ikutan aksi penolakan dan penghadangan, banyak video nya bertebaran juga."

@bbc.com


Thursday, May 25, 2017

Kaum Bumi Datar Tuding Bom Bunuh Diri Kampung Melayu Dilakukan oleh Ahokers


Foto : Potongan Tubuh Pelaku Bom Bunuh Diri di Kampung Melayu

DUNIA HAWA Tadinya saya ingin tidak buru-buru menulis tentang kejadian Bom Bunuh diri hari Rabu malam. Tapi ketika ramai akun akun kelompok bumi datar menyebut ini adalah pengalihan isu dan kerjaan Ahokers untuk balas dendam, saya menjadi marah dan gusar.

Ya, Semalam (tanggal 24 Mei 2017) kelompok FPI mengadakan pawai obor dengan berkeliling Jakarta, mulai dari Petamburan hingga terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur. Mereka membawa bendera, rebana, dan berjalan di lintasan jalur busway. Mereka menyebut ini adalah aksi untuk menyambut Ramadhan. Secara kasat mata memang tidak ada yang salah dengan pawai mereka ini. Tapi apakah begitu dakwah umat Islam yang benar? Membuat macet kendaraan, teriak tak beraturan? Membuat polisi kualahan mengatur jalanan? Tidak, dakwah yang baik itu tidak bikin repot orang! Tidak menimbulkan kegaduhan! Ini bukanlah dakwah hanya berbuat keonaran. Lihatlah! Mereka ini hanya unjuk kekuatan, ingin menunjukkan: ketika ketuanya kabur ke luar negeri dan terkena kasus seksual, mereka tetap solid untuk unjuk gigi di jalanan.

Di tempat lain bom secara tiba-tiba meledak dekat halte Trans-Jakarta. Polri kecolongan. Tiga polisi meninggal dan puluhan lainnya luka. Di tengah kesedihan itu, mereka mengatakan bahwa bom itu dilakukan oleh Ahokers? Whatt? Bukankah mereka itu yang menggunakan cara-cara kekerasan untuk menyebar ideologi mereka? 

Mereka ini lempar batu sembunyi tangan. Maling yang teriak maling. Kita masih belum tahu siapa yang bertanggung jawab atas kasus ini. Tapi ideolgi yang dihembuskan oleh FPI, Tarbiyah-PKS, dan HTI, bisa menjadi pemicu seseorang untuk terus melakukan tindakan radikal, termasuk bom bunuh diri.

Kita tentu masih ingat ketika kader PKS tertangkap karena terlibat ISIS, mereka tetap membela. Ketika bom panci meledak di Bandung, mereka bilang ini rekayasa dan pengalihan isu. Saat bom molotov menewakan gereja di Samarinda, mereka juga bilang ini pengalihan isu. Ketika tim Densus 88 menebak Santoso, teroris paling mengerikan di Asia Tenggara, mereka bilang ia syahid. Heh, sampeyan ini Islam atau bukan?

Dan lihat sekarang! ketika Ahok sudah memilih diam unutuk mendiginkan suasana, mereka tetap membenci dan mengatakan ahokers lah dalangnya. Mereka bilang bahwa ini bentuk perlawanan agar Anies-Sandi kualahan mengatur Jakarta. Kita tidak boleh diam, akun-akun tersebut harus dilaporkan, agar tidak menambah kegaduhan.

Tipe kerja mereka memang seperti ini. Tipe pengecut. Ketika mereka merasa terlibat kasus tersbut, mereka akan berkoar-koar ini adalah pengalihan isu, lalu rame-rame menuding pihak lain pelakunya. Kita tentu masih ingat korupsi yang dilakukan Luthfi Hasan Ishaq dan Fathonah, pentolan PKS. Apa yang mereka katakan? Sama! Pengalihan isu dan menyalahkan pemerintah Jokowi.

Percayalah, kelompok mereka ini hanya unjuk kekuatan. Ketika FPI mulai dilumpuhkan dan HTI dibubarkan, pendukungnya tidak akan terima. Mereka akan terus melakukan tindakan radikal untuk menunjukkan ke-eksis-annya.. Bangsa Indonesia tidak boleh merasa takut. Ini sama persis yang dialakukan ISIS, membuat teror bom bunuh diri di banyak tempat. Jika orang-orang ketakutan akan muncul pemikiran bahwa kelompok radikal ini kuat, sehingga rakyat mudah diintimidasi. Lalu semakin besarlah kelompok teroris ini.

Jadi jangan pernah takut. Pemerintah juga harus bertindak cepat. Semua kelompok radikal ataupun pendukungnya semacam FPI dan PKS harus segera dibubarkan!

@anisatul Fadhila


Wednesday, May 24, 2017

ISIS Dari Marawi Sampai Kampung Melayu


DUNIA HAWA Gerak ISIS di Marawi Filipina mendadak sebegitu mengejutkan. Masif dan sangat terorganisir. Sebegitu lihainya sampai tidak terdeteksi oleh Intel Filipina dan tiada kesempatan bagi pihak yang berwenang untuk melakukan tindakan penjagaan sehingga Presiden Duterte terpaksa memberlakukan darurat militer.

Saat bermula dengan nama ISIS (Islamic State of Iraq & Syria) dipanggil juga dengan /ISIL/DAESH telah mengurangi dua huruf menjadi IS (Islamic State) karena memang direncanakan untuk meluas keluar timur tengah. Khususnya Asia Tenggara yang mudah menjadi wadah sektarian dan lokasi strategis secara geografis untuk mengacau musuh utama AS di Asia Timur.

ISIS yang dipimpin sosok tak jelas seperti Abu Bakar Albagdady sebegitu cepat berhasil menjadi payung yang menaungi aneka kelompok radikal religi dan radikal politik seperti X Jamaah Tawhid wal Jihad, AlQaeda, Jabhat Nusra, Jays Alfatah, jaysh Alsyam, mantan tentara loyalis Saddam dan pemberontak anti Bashar berkumpul. Reklame tujuan ISIS adalah mencipta Khilafa Islam, tetapi nyatanya adalah mencipta Chaos di negara-negara yang independen atau anti Zionis AS.

ISIS berkedok Islam tetapi dia bukanlah agama atau etnis. Dari yang Hitam Coklat Putih Hingga Kuning ada di dalamnya. Arab Afrika Cina Melayu dan Bule juga ada. ISIS tidak hanya berada di Irak atau Suria. Dia bisa muncul di manapun karena dia adalah hasil doktrin pemikiran jahil dan perasaan benci yang galau kacau dan mengacau sehingga bisa meluap di manapun. Sosok-sosok penggeraknya banyak yang terdidik di kamp-kamp sahara lalu pulang. Namun banyak juga yang terlatih dan disiapkan di negaranya masing-masing.

Di antara sekian banyak Rahasia yang dibongkar Edward Snowden adalah tentang kerjasama 3 badan Inteligen AS, Inggris, dan Israel yang mencipta ISIS dan menamakan operasi “Sarang Lebah”.

Diungkap bahwa untuk operasi “The Hornet Nest” itu Mossad telah mendidik Abubakar Al-Bagdady secara khusus selama setahun penuh. Bukan hanya melatih militer tetapi juga cara ceramah dan lain sebagainya.

Lihat saja korban kejahatan ISIS adalah hampir semua yang selainnya termasuk mayoritasnya adalah kaum muslim itu sendiri. Sedangkan Israel aman dari ancamannya.

Lihat betapa ISIS dan operasi “Sarang Lebah” itu telah berhasil menggunakan semboyan Takbir untuk membantai manusia. Semboyan Jihad beralih dituju pada umat sebangsa sementara musuh yang sebenarnya nyaman dalam koridor negosiasi upaya damai terpanjang dalam sejarah.


Foto : Potongan tubuh pelaku Bom Bunuh Diri di Kampung Melayu, Jakarta Timur. 'Selamat, 72 Bidadari menyambutmu"

Teroris grup yang mencuri nama Islam ini memang sudah dibekali segala yang dibutuhkan untuk menjadi monster dari dalam. Pelatihan Militer, logistik, senjata, dana, strategy, bahkan segala teknologi mutakhir dan satelit.

Komando di atasan berpadu memberikan bantuan, arahan, dan cara kerja operasional yang luar biasa. Sementara anak-anak muda yang lahir dari rahim peperangan telah dicuci otak dan diubah menjadi drakula tanpa perasaan manusiawi yang siap bekerja menjadi serdadu zombi yang haus darah manusia.

Tidak usah terkejut mengapa kok sebegitu mendadak Marawi bisa diacak. Lihat saja bagaimana mereka bisa menguasai kota sebesar Mosul di Irak dalam waktu sepekan. Kemudian lanjut menduduki banyak kota-kota strategis lainnya di Irak dan Suria dalam waktu yang sebegitu singkat.

Sudah 5 tahun lebih Suria dan Irak porak poranda sementara kekuatan militer dan rakyat yang Muslim, Kristen, Kurdi, Syiah, Sunnah, Azidi semua agama dan suku turut serta berjuang melawannya. Tetapi bahkan dengan bantuan Rusia, Iran, dan Hizbullah, tetap saja sampai sekarang pun masih kwalahan menghadapi ISIS.

Kini jelas sudah Marawi, Selamat datang ke Asia Tenggara. Marawi Mindanau Filipina lalu Indonesia yang dari jauh hari sudah diniatkan menjadi ibu kota IS seasia.

Semenjak tahun lalu, Duterte sudah lantang mengusir militer AS  dan mengambil langkahpreemptive seperti Indonesia yang merapatkan aliansi ke China, Rusia & Iran demi membendung teror yang kan menghancurkan negara-negara dari dalam lalu digunakan sebagai kekuatan proxy waruntuk menggempur musuh-musuh Zionis AS khususnya China di Asia.

Upaya penyerangan terhadap China gencar dibangun dahulu dengan membentuk opini publik dengan menjadikan China sebagai penjahat dan penjajah serta menanam benih kebencian buta yang membuat China seakan musuh utama, (bukan As atau Israel). Setelah masyarakat dipenuhi kedengkian tentu akan mudah mencongkel pemerintahan yang tidak mau bekerjasama dengan AS.

Jelas kalau kedua negera ini (Filipina & Indonesia) jatuh ke tangan Isis barulah AS bisa mimpi melemahkan dan melawan China.

Sepertinya lampu hijau sudah keluar dari AS (Trump) yang baru saja ke Saudi lalu ke Israel siap satukan langkah dan kuatkan aliansi segitiga AS, Saudi & Israel sebagai pemain inti. Anda tahu sekutunya juga banyak.

Dari tahun lalu para pakar politik sudah menganalisa bahwa karena tergempur di Irak dan Suria di mana banyak kota seperti Aleppo yang telah dibebaskan kembali maka ISIS pasti akan migrasi ke rumah baru. Mereka akan mulai gerak di Filipina lalu masuk ke Indonesia. Namun melihat perkembangan politik saat ini, khususnya setelah kunjungan Trump ke Saudi, sepertinya berhasil atau tidak di Mindanau, yang pasti di Indonesia mereka juga akan bergerak. Karena tuan-tuan mereka sudah mau terjun habis-habisan. Buah simalakamanya adalah sekutu mereka semakin berkurang dan pihak lawan kan terus menguat.

Telur-telur dari sarang setan teroris berkedok agama itu sudah menetas di sana dan di sini. Selamat berjuang Asia Tenggara!

@moudi kondang


Kekuatan Mengampuni dan Kebesaran Hati Seorang Minoritas  Teladan dari Ahok


DUNIA HAWA Siang ini saya belajar satu hal berharga dari Ahok dan keluarga: menjadi minoritas yang kuat. Tapi sebelum saya melanjutkan saya akan buat penafian (disclaimer) terlebih dahulu: Pertama, saya pada dasarnya tidak menyetujui wacana mayoritas-minoritas, apa lagi di NKRI. Berdasarkan Pancasila, tidak ada mayoritas dan minoritas di negara ini. Semua sama kedudukannya di hadapan hukum dan sesama WNI.

Kedua, kuat yang saya maksud adalah tentang mental, bukan tentang kekuatan fisik, ekonomi, maupun politis.

Lalu mengapa saya katakan Ahok adalah minoritas kuat? Beliau sangat konsisten. Sebagaimana yang saya tulis sebelumnya di Qureta, Ahok dengan sangat konsisten menunjukkan bahwa dia memang sungguh-sungguh ingin melayani bangsa ini.

Yang lebih mengharukan, di tengah segala terpaan aksi berjilid-jild yang menganggapnya menista agama, sementara dia bahkan membangun masjid-masjid di Jakarta, baik sebagai bentuk program kerja Pemda maupun dari koceknya sendiri.

Dia yang sebenarnya juga mengalami dan mengagumi Islam sebagai agama keluarga (angkat)nya sendiri bahwa meskipun dalam pemahamannya, dia tidak berniat dan tidak bermaksud untuk menistakan ayat Al-Qur'an dan ulama krn hanya menyoroti oknum yang menggunakan satu ayat tertentu untuk menjegalnya menjadi pelayan publik, akhirnya Ahok memilih untuk meminta maaf berkali-kali, dan menerima putusan hakim PN Jakarta Utara untuk dipenjara selama 2 tahun.

Ahok dan keluarga bahkan memilih untuk mencabut permohonan banding, yang berarti menerima putusan dan dengan rela menjalani hukuman selama 2 tahun, yang mungkin hanya akan berkurang jika dia mendapat remisi.

Berdasarkan suratnya yang dibacakan istrinya, Veronica Tan, Ahok mengatakan bahwa selama dia telah menjalani masa penjara dari 9 Mei lalu, ia memilih mencabut permohonan banding karena dia sudah belajar menerima dan mengampuni. Dia tahu bahwa menjalani masa hukuman ini akan lebih baik daripada harus terus bertarung untuk kebenaran yang dimilikinya.

Dia menghargai semua upaya hukum, aksi simpatik berupa bunga, makanan dan lilin. Tapi sebagai seorang yang sudah menerima kondisi yang menyesakkan ini dan mengampuni semua yang berseberangan dengan dirinya, Ahok memilih untuk menerima hukuman penjara 2 tahun ini. Bagi saya jelas itu bukan karena dia bersalah, tapi karena dia tahu itu yang lebih baik buat semua: dirinya, keluarganya dan yang terlebih bangsanya.

Saat telah mengampuni, Ahok telah mampu melepaskan semua egonya, semua keinginannya, bahkan yang paling mulia sekalipun, yaitu untuk kembali melayani rakyat Jakarta dan Indonesia. Bagi Ahok, sekarang keinginan untuk mempertahankan kebenaran dirinya tidak lagi penting baginya.

Kerelaan melepas keinginan membela dirinya yang memang tidak ingin menista agama, inilah yang justru melahirkan kekuatan untuk menerima dan akan menjalani hukuman ini sampai selesai. Dengan inilah, walau pasti sedih, hati dan pikirannya menjadi kuat untuk menjalani hari-hari di balik jeruji penjara.

Lalu apa pelajaran yang saya petik dari proses mengampuni yang dialami Ahok dan keputusannya untuk tidak banding? Kekuatannya sebagai minoritas yang punya niat baik dan kerja baik bagi bangsa ini untuk tidak mudah cengeng meskipun harus menderita demi niat baiknya itu. Sebagai double minority, Ahok tahu risiko yang dihadapinya, dan yang sebenarnya sudah dialaminya.

Tapi itu tidak membuatnya kemudian memanjakan diri untuk menikmati simpati yang tercurah kepadanya terutama sejak putusan hakim diumumkan tanggal 9 Mei lalu.

Ahok tegar untuk langsung masuk penjara, dia bahkan meminta untuk pengiriman karangan bunga dihentikan, aksi mendukung di Markas Brimob dihentikan, bahkan tidak meminta keistimewaan apapun di penjara. Ahok justru mengisi hari2nya di penjara dengan kegiatan positif: membaca kitab suci, menulis dan berolahraga. Ahok bahkan tidak memanfaatkan dukungan dari luar negeri termasuk dari PBB yang meminta agar hukumannya ditinjau kembali.

Walau dia minoritas dan prinsip-prinsip HAM sebenarnya dapat digunakan untuk menolongnya, Ahok memilih untuk tidak memakai itu semua. Ahok memilih untuk segera menciptakan kedamaian bagi dirinya dan terlebih bagi bangsanya dengan menerima hukuman ini, apalagi di akhir minggu umat Islam sudah akan memasuki bulan Ramadhan.

Ahok tidak meminta simpati untuk dirinya dan membiarkan simpati bagi dirinya mengganggu ibadah saudara-saudara sebangsanya yang mayoritas. Ahok sungguh bisa berbesar hati untuk tidak melihat keminoritasannya dan kesusahannya saat ini sebagai sesuatu yang harus diperjuangkan. Ahok menerimanya dengan kebesaran dan kerendahan hati.

Inilah pelajaran penting yang saya dapat, terutama sebagai minoritas di negara ini. tak perlu banyak mengeluh, lakukan apa yang terbaik bagi bangsa ini, karena walau saya minoritas, saya adalah bagian dari bangsa ini. Tidak usah membesar-besarkan diri, tidak usah harus terdengar di sana-sini. tapi tetaplah lakukan yang benar dan buatlah kebaikan sebanyak mungkin, bahkan walau karena itu saya disudutkan bahkan menderita.

Terima kasih untuk pelajaran ini, Ahok. Tuhan memberkati dan menyertaimu senantiasa.

@narwastuyati


Ketika Politikus PKS Bersandi Korupsi dengan Bahasa Arab dan Istilah Qur’an


DUNIA HAWA Anda sudah tahu soal kasus korupsi baru yang melibatkan politikus asal Partai Keadilan Sejahtera (PKS)? Alkisah mantan Wakil Ketua Komisi V DPR, Yudi Widiana Adia, terseret dugaan suap proyek jalan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.  Yudi yang telah ditetapkan sebagai tersangka, diduga menerima suap miliaran rupiah dari pengusaha So Kok Seng alias Aseng.

Sebagai komitmen fee untuk memuluskan proyek pembangunan jalan di Maluku dan Maluku Utara tersebut, Aseng dan Tan Lendy, temannya, bertemu dengan Muhammad Kurniawan, anggota DPRD Kota Bekasi asal PKS. Kurniawan memang menjadi perantara komunikasi antara Yudi dengan Aseng. Mungkin ini sebuah trik dari mereka juga agar kalau terjadi kasus maka bisa mengelak bahwa tidak saling mengenal atau tidak pernah bertemu. Kan yang ketemuan orang lain.

Kurniawan dikenal Yudi saat menjadi tenaga honorer Komisi V DPR RI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera dan sering membantu tugas-tugas Komisi V DPR.

Komitmen fee itu berupa uang 214.300 dollar AS yang dibungkus goody bag. Aseng juga memberikan kepada Kurniawan parfum merk Hermes, serta jam tangan merek Panerai, yang disimpan dalam kotak. Harga parfum merek Hermes berkisar antara Rp 1,5 juta hingga Rp 3 juta.  Sementara satu arloji Panerai bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah.

Nah yang unik percakapan antara Yudi dan Kurniawan seringkali menggunakan kode dengan Bahasa Arab dan istilah yang ada dalam Al Qur’an. Hal itu terungkap saat sidang di Pengadilan Tipikor.

Kurniawan : semalam sdh liqo dengan asp ya?

Yudi: “naam, brp juz?“

Kurniawan: sekitar 4 juz lebih campuran Itu ikhwah ambon yg selesaikan, masih ada minus juz yg agak susah kemarin, skrg tinggal tunggu yg mahad jambi

Yudi: naam.. yg pasukan lili blm konek lg?

Kurniawan: sdh respon beberapa.. pekan depan mau coba dipertemukan lagi sisanya?

Coba nih ya bayangkan kalau misalnya yang ngomongin berapa uang yang sudah masuk dari hasil korupsi dan pakai istilah juz adalah Ahok atau pihak-pihak yang berlawanan dengan PKS dan dipandang kurang Islami (menurut mereka). Wuhhhh pasti langsung heboh bawa-bawa penistaan agama, penistaan Al Qur’an, demo berjilid-jilid, sampai mungkin menyuruh cepat-cepat dipenjara.

Atau jangankan itu Ahok, kalau misal Presiden Jokowi saja yang mengucapkan pasti akan digoreng habis-habisan oleh cyber army dan simpatisannya.

Tapi ketika yang melakukan golongannya sendiri? Tutup mulut semuanya. Juz sendiri adalah pengelompokkan surat-surat dalam Al Qur’an di mana dalam 1 Qur’an terdapat 30 juz.

Padahal mereka jelas malah menggunakan term itu untuk menutupi suatu perbuatan tercela bernama korupsi. Korupsi itu baik perbuatannya maupun uang atau hasil yang didapat sifatnya haram. Nah kalau dalam kasus Ahok saja yang penyebutnya tidak punya niat melakukan perbuatan tidak baik bisa dikenai dalih penistaan agama dan sebagainya, yang begini juga harusnya bisa dicap penistaan juga kan? Atau karena mereka Muslim sehingga bebas dan sah-sah saja mengucapkannya?

Satu lagi yang ingin saya soroti di sini. Di saat kader-kader PKS seringkali mengkafir-kafirkan dan membawa-bawa persoalan etnis terutama terhadap Tionghoa, kok malah ada politisinya yang melakukan kesepakatan jahat berupa korupsi dan menerima fee dari pengusaha yang etnis dan agamanya sering mereka serang? Lho konsistensinya ke mana? Apakah kalau menguntungkan mereka maka tak lagi dikafir-kafirkan atau diserang dengan isu SARA?

Anda tentu masih ingat bahwa pernah ada kader PKS dari Yogyakarta bernama Dwi Estiningsih yang bahkan mempersoalkan dipakainya 5 pahlawan yang kebetulan non-Muslim dalam cetakan rupiah yang baru. Lah ini padahal pahlawan lo tapi oleh mereka dipersoalkan. Pahlawan yang jelas-jelas ikut berjuang memperebutkan kemerdekaan yang kita nikmati sekarang. Entah bagaimana kelanjutan kasus Dwi itu sekarang karena saat itu Ia sempat mengiba dengan dalih anak-anaknya masih kecil-kecil. Yang jelas Dwi sampai saat ini juga tampaknya masih aktif di media sosial.

Ketika kita menyadari bahwa sangat mudah mereka berstandar ganda tentang apa yang selalu mereka teriak-teriakkan, layakkah mereka kita percaya?

@rahmatika


Tuesday, May 23, 2017

Kenapa Ahok Menolak Banding?


DUNIA HAWA "Kenapa Ahok menolak banding ??" Tanya beberapa teman mampir ditempatku. Aku tidak tahu, tidak bisa menjawab bahkan tidak mau memperkirakannya. Biarlah itu menjadi rahasia pribadinya dan keluarganya.

Ada hal yang sedang berubah terjadi di diri Ahok yang biasa tampil percaya diri dan cenderung arogan. Ia kini bertransformasi menjadi seorang flamboyan.

Ahok mungkin sedang bertapa dari hiruk pikuknya dunia. Ia mungkin malah sudah menikmati kesunyian di dalam sel yang mengurung dirinya. Ia sedang bertarung bahkan mengupas semua kulit nafsunya.

Mungkin juga ia ingin menahan diri untuk tidak menimbulkan kembali hiruk pikuk di negeri ini. Ia tahu sekarang banyak orang sedang menaruh moncong senapan di dahinya.

Dan jika ia banding, maka depan pengadilan akan terjadi adu kekuatan massa yang bisa saja menjadi musibah untuk negeri yang ia cinta.

Mungkin juga ia sedang memberi jalan Jokowi untuk menuntaskan kerjanya. Ia tidak ingin merepotkan sahabatnya yang bisa saja melakukan langkah salah hanya untuk sekedar menyelamatkan dirinya.

Dan ia tahu - kesalahan sekecil apapun akan menjadi senjata baru bagi musuh-musuhnya.

Jadi, biarlah...

Biarkan Ahok menemukan dirinya. Tidak usah menangisinya karena apa yang terjadi, tetapi tangisilah hukum yang mati di negeri ini. Ahok tidak ingin penegak hukum mendapat dosa yang lebih besar lagi hanya karena menjatuhkan putusan berdasarkan ketidak-sukaan pribadi semata.

Apapun keputusannya, hanya dia, istrinya dan Tuhannya yang tahu. Mereka bukan pasrah, hanya melawan dalam diam. Waktu yang akan berbicara bahwa keadilan tidak didapat dari riuhnya seruan dijalan, tetapi juga dari kusamnya dinding penjara yang menghormati segala gerik langkahnya..

Semua orang mempunyai cara untuk menemukan Tuhannya. Ada yang melalui habisnya harta, ada yang dengan sakit parah dan menderita, ada yang kehilangan sanak saudara.

Dan Ahok menikmati dengan duduk menyendiri di dalam penjara, membaca kembali kitab suci yang ia yakini dan menemukan permata diri.

Pada akhirnya, ia akan jauh lebih kaya. Materi sudah tidak menguasainya lagi. Jabatan sudah tidak mempengaruhinya lagi. Dunia sudah tidak menemukannya lagi. Biarlah sejarah yang mencatat perjuangannya dan Tuhan yang mencatat amalnya..

Begitu banyak faktor kenapa Ahok mencabut permohonan bandingnya. Dan kita harus menghormati apapun keputusannya..

Ahok seperti secangkir kopi. Pahitnya apa yang ia alami sesungguhnya adalah kenikmatan sejati bagi mereka yang sudah berada pada taraf mengerti..

Seperti pahitnya peristiwa para Nabi. Seperti pahitnya hidup para Imam. Seperti pahitnya cerita-cerita orang besar dahulu yang namanya terus harum dan dikenang..

Hingga sekarang..

"Terkadang Allah mengambil segalanya dari seorang manusia hanya supaya ia dapat mengenal Tuhannya.." Imam Ali as.

@denny siregar


Hari-hari “Mesum” Rizieq Shihab


DUNIA HAWA Gara-gara kasus chat mesum yang mendera Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab, hari-hari Rizieq seakan berubah secara drastis: jarang terdengar suaranya yang membahana mengisi orasi-orasi keagamaan, kemeriahan pengikutnya ketika ia hadir dalam berbagai acara bahkan keberadaannya belakangan ini bak hilang ditelan bumi.

Kasus chat mesum yang dituduhkan kepada dirinya sepertinya membesar menjadi semacam “magnitude” yang efek goncangannya melebihi kasus-kasus lainnya yang sempat “dipolisikan”. Saking kuatnya daya magnitude tersebut, sampai-sampai ia berasumsi telah terjadi kriminalisasi terhadap dirinya sebagai “ulama” dan perlu menyelesaikannya di tingkat hukum internasional.

Saya kira, bukan tipikal seorang Habib Rizieq Shihab ketika ia harus menghindar dari berbagai kenyataan hukum, terlebih ketika justru tidak percaya dengan proses hukum di dalam negeri sehingga harus mencari keadilan di luar negeri. Istilah “kriminalisasi ulama” seolah menjadi alasan hukum yang absurd ketika diajukan dirinya agar terhindar dari berbagai implikasi hukum.

Sebagai seorang anak bangsa yang taat hukum, ia sudah semestinya tetap menjalani prosedur hukum dengan mengungkapkan bukti-bukti kebenaran seandainya ia tidak melanggar hukum. Jika belum memberikan bukti apa pun, tetapi malah menghindar dari upaya hukum, terlebih beropini telah terjadi kriminalisasi ulama, justru akan semakin menambah besar tanda tanya publik.

Bagi saya, salah satu penyadaran soal hukum yang baik pernah diungkapkan Nabi Muhammad ketika dirinya menjadi pemimpin di Madinah. Sebuah pidato yang menarik, ketika Nabi SAW dihadapkan pada sebuah situasi hukum yang dilanggar oleh salah seorang elite masyarakat Arab waktu itu.

“Sesungguhnya rusaknya tatanan sosial pada masyarakat sebelum kalian adalah ketika ada seseorang yang melanggar hukum karena dia orang yang terhormat, maka hukum itu tidak ditegakkan. Tetapi jika yang melanggar hukum adalah orang-orang yang ‘lemah’, maka ditegakkanlah hukum atasnya. Seandainya Fatimah binti Muhammad melanggar hukum, maka saya yang akan langsung menghukumnya”.

Hukum di masa Nabi Muhammad benar-benar ditegakkan ketika terdapat bukti-bukti yang nyata sehingga menjerat seseorang, tanpa harus memandang apakah dia elite, penguasa atau orang yang berpengaruh sekalipun. Ketika seseorang terindikasi melanggar hukum, maka hukum wajib ditegakkan atasnya.

Proses penegakan hukum yang baik dan tegas tanpa memandang status seseorang dalam sebuah bingkai besar kebangsaan sesungguhnya menjadi prasyarat terbentuknya sebuah tatanan sosial yang baik. Dalam riwayat di atas, Nabi Muhammad bahkan menyindir soal rusaknya tatanan sosial dari generasi sebelumnya sebagai contoh implikasi hukum yang dipermainkan bahkan tak ditegakkan sama sekali.

Di negara mana pun, ketika ada seseorang diduga melanggar hukum tetapi dibiarkan, maka yang terjadi jelas rusaknya seluruh tatanan sosial yang ada. Paling tidak, kerusakan akan berakibat pada masyarakat yang tidak lagi percaya terhadap hukum yang berlaku yang pada akhirnya peristiwa “main hakim sendiri” pasti tak terhindarkan. Betapa kacaunya situasi sosial jika memang penegakan hukum justru “tebang-pilih” hanya menyasar kalangan “lemah”, tetapi orang-orang yang “kuat” justru luput dari jeratan hukum.

Tentu ada kaitannya dengan pernyataan Presiden Joko Widodo yang akan “menggebuk” siapa pun para pelanggar konstitusi di negeri ini tanpa “pandang bulu”. Instruksi Jokowi memang harus dipahami secara hati-hati, bukan berarti asal “gebuk” dengan mengindahkan konstitusi. Semua proses penegakan hukum harus adil dan sesuai dengan koridor hukum yang berlaku.

Saya kira, tujuan Jokowi benar, bahwa siapapun harus “dipaksa” untuk taat kepada hukum dan undang-undang, karena alasan hukum dan perundang-undangan memiliki konotasi “persamaan” atas dasar konsensus dari wujud segala “perbedaan” yang ada dalam masyarakat. Dengan demikian, hukum berada pada level paling tinggi sebagi perwujudan bangsa dan negara yang harus ditaati oleh siapa pun, tak terkecuali.

Konsensus atas dasar persamaan dalam hukum tentu akan berakibat pada iklim kondusif kehidupan berbangsa dan bernegara, dan inilah sesungguhnya cita-cita masyarakat Muslim yang sudah sejak lama digaungkan oleh Nabi Muhammad. Konsekuensi penegakan hukum secara adil juga berimplikasi pada penguatan demokrasi yang selama ini sedang ditegakkan di negeri ini.

Mangkir atau malah menghindar dari persoalan hukum bahkan menganggap telah terjadi upaya kriminalisasi tidak hanya menimbulkan opini yang buruk di tengah masyarakat, tetapi lebih jauh telah bersikap sombong karena merasa ketokohan dan keulamaannya tidak dianggap sehingga berupaya “melawan” hukum.

Saya berharap hari-hari “mesum” (menanti kepastian hukum) atas berbagai kasus yang menjerat Rizieq Shihab dapat secara adil pula ditegakkan dan dapat sejelas-jelasnya diungkap ke publik soal benar tidaknya tuduhan-tudahan “kriminalisasi” terhadap dirinya. Wallahu a’lam bisshawab.

@syahirul alim


Misteri Khalifah ISIS Abu Bakar al-Baghdadi


DUNIA HAWA Butuh waktu selama sepuluh tahun bagi Amerika Serikat untuk menemukan dan membunuh Usamah bin Ladin, pemimpin sentral al-Qaidah. Meskipun telah tiada, karisma kepemimpinan Usamah sebagai ikon jihadis global tak tergantikan oleh penerusnya sekalipun Aiman al-Zawahiri. Sampai akhirnya muncul tokoh bernama Abu Bakar al-Baghdadi.

Para ahli sepakat bahwa al-Baghdadi, pemimpin militan negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), punya pangaruh lebih kuat ketimbang Usamah bin Ladin yang hanya berlatar belakang miliuner.

Pada tahun 2015 TIME menetapkan al-Baghdadi sebagai orang berpengaruh dunia(person of the year) nomor dua. Sementara itu, Forbes memasukkan al-Baghdadi dalam daftar orang berpengaruh di dunia menyalip Hillary Clinton.

Dipimpin al-Baghdadi, organisasi ISIS yang asalnya hanya kumpulan militan level lokal, hanya dalam waktu relatif singkat bermutasi menjadi organisasi paling ditakuti, mendunia, dan kaya raya. Al-Baghdadi berhasil mewujudkan khayalan kaum jihadis untuk memiliki negara khilafah, sebuah mimpi yang tak pernah menjadi kenyataan pada masa Usamah bin Ladin.

Identitas al-Baghdadi mendadak paling dicari semenjak organisasinya memenangi pertarungan pada tahun 2014 di dua negara, Irak dan Suriah. Memang, selama ini lebih banyak tulisan menceritakan sejarah asal-usul ISIS dibanding membahas siapa sosok di balik organisasi ultraradikal ini.

Abu Bakar al-Baghdadi memiliki nama asli Ibrahim bin Awwad al-Badri. Ia lahir tahun 1971 di dekat kota Samarra. Dia menempuh studi Islam dan memperoleh gelar master dan doktor di Universitas Ilmu Islam di daerah Adhamiya, pinggiran Baghdad. Konon, dia tinggal di rumah sederhana di dekat masjid di Tobchi, daerah sebelah barat Baghdad yang penduduknya terdiri warga Sunni dan Syiah. Al-Baghdadi mengenakan kacamata, pandai bermain sepakbola, dan berperilaku layaknya sarjana.

Menurut tetangganya, Abu Ali, yang berbicara kepada Daily Telegraph, al-Baghdadi datang ke Tobchi ketika dia berusia delapan belas tahun. “Kadang-kadang ia memimpin salat, saat imam masjid Tobchi bepergian,” kata Abu Ali.

Al-Baghdadi makin reaksioner seiring berjalannya waktu. Abu Ali menceritakan kenangannya tentang reaksi al-Baghdadi ketika ada acara pernikahan di Tobchi di mana kaum pria dan wanita menari bersama. Al-Baghdadi sedang menyeberang jalan dan melihat acara tarian itu. Dia berteriak ini bid’ah! Lalu dia membubarkan tarian tersebut.

Wael Essam, jurnalis Palestina yang berpengalaman meliput Irak, mewawancarai banyak orang Sunni yang pernah berteman dengan al-Baghdadi saat masih kuliah. Menurut mereka, al-Baghdadi adalah anggota Ikhwanul Muslimin. William McCants, penulis buku The ISIS Apocalypsemenyatakan, al-Baghdadi bergabung dengan Ikhwanul Muslimin saat ia sekolah pascasarjana setelah dibujuk pamannya.

Menurut Essam, al-Baghdadi dekat dengan Mohammed Hardan, salah satu pemimpin Ikhwanul Muslimin. Hardan berangkat perang bersama mujahidin di Afghanistan dan pulang tahun 1990-an, dan pulangnya mengadopsi ideologi salafisme. Al-Baghdadi bergabung dengan kelompok Hardan secara organisasional dan ideologis. Dia juga pernah bergabung dengan Jays Mujahidin, kelompok militan Sunni.

Sekitar akhir tahun 2003 al-Baghdadi diam-diam mendirikan faksi islamis sendiri bernama Jays Ahl al-Sunnah wa al-Jamaah. Setahun kemudian dia dijebloskan ke kamp Bucca (sebuah fasilitas penjara AS di Irak yang ditutup pada tahun 2009).

Tertangkapnya al-Baghdadi saat itu sebenarnya akibat ketidaksengajaan. Suatu ketika ia mengunjungi temannya di Fallujah bernama Nessayif. Intelijen Amerika Serikat membekuk mereka. Sebenarnya Baghdadi bukan sasarannya—melainkan Nessayif-lah yang diincar AS.

Abu Ahmed, mantan anggota ISIS yang mengenal al-Baghdadi di kamp Bucca, mengatakan kepada Guardian bahwa aparatur penjara awalnya memandang al-Baghdadi sebagai orang yang pandai mengingat ia memiliki gelar doktor dalam studi Islam. Hal ini juga membuat tahanan lain menaruh hormat kepadanya.

Al-Baghdadi adalah sosok yang pendiam, namun memiliki kemampuan bergerak di antara faksi-faksi yang bertikai di fasilitas tersebut, ketika mantan loyalis Saddam dan jihadis bercampur. Menurut William McCants, pihak Amerika mengizinkannya mengunjungi beberapa blok di kamp Bucca untuk memecahkan konflik; namun sebenarnya al-Baghdadi menggunakan kesempatan ini untuk merekrut lebih banyak pengikut.

Selama di penjara al-Baghdadi mengabdikan dirinya untuk urusan agama, memimpin salat, melakukan khutbah Jum’at, dan menyelenggarakan kelas untuk tahanan. Al-Baghdadi membentuk aliansi dengan banyak dari mereka dan tetap berhubungan saat dibebaskan pada Desember 2004.

Al-Baghdadi dibebaskan karena pihak Amerika menilai dia bukan sebagai ancaman tingkat tinggi bagi pasukan koalisi atau institusi Irak. Namun, sejak itu dia semakin berorientasi ekstrem. Ia bergabung dengan Majelis Syuro Mujahidin, organisasi cikal bakal ISIS yang dibentuk al-Zarqawi untuk menghimpun kelompok jihad Irak.

Mengingat dia menganut gagasan kemurnian agama (puritan), al-Baghdadi nampaknya tidak tertarik untuk bekerjasama dengan kelompok pemberontak yang beragam secara ideologis. Ia meninggalkan Ikhwanul Muslimin dan menyebutnya sesat. Ia juga meninggalkan Jays Mujahidin dan bahkan memusuhinya.

Al-Baghdadi selalu konsisten dalam pandangannya terhadap militan Sunni yang bukan bagian dari organisasinya. Al-Baghdadi mengatakan, “Memerangi mereka (kelompok Sunni lain) lebih utama daripada memerangi Amerika.”

Al-Baghdadi dipuja pengikutnya karena ia dipandang memenuhi banyak kriteria kepemimpinan. Konon, dia termasuk anggota konfederasi tribal Quraisy, salah satu suku terhormat di Timur Tengah karena suku ini berhubungan erat dengan Nabi Muhammad SAW. Lebih jauh, al-Baghdadi juga diklaim pengikutnya memiliki trahketurunan Nabi SAW dari garis cucunya yang bernama Hussein bin Ali bin Abi Thalib.

Saya pernah membaca biografi al-Baghdadi yang ditulis Turki al-Bin’ali, seorang ideolog ISIS asal Bahrain. Dia menggarisbawahi tentang nasab keluarga al-Baghdadi dan mengklaim memiliki trah keturunan Nabi Muhammad (ahl al-bait). Al-Baghdadi dikatakan berasal dari kabilah al-Badri yang sebagian besar berada di Samarra dan Diyala dan secara historis penduduknya dikenal sebagai keturunan Nabi.

Secara luas kaum militan islamis memang meyakini bahwa prasyarat kunci seorang khalifah atau emir harus berasal dari suku Quraisy. Dengan dilegitimasi sebagai tokoh yang berasal dari suku terpandang (Quraisy) sekaligus keturunan mulia (ahl al-Bait), plus punya gelar doktor studi Islam, tentu menjadi kombinasi identitas yang sempurna di mata kaum militan. Kriteria yang tidak dimiliki Usamah bin Ladin atau penerusnya, Aiman al-Zawahiri, yang hanya seorang insinyur dan dokter.

Meski profilnya sedikit demi sedikit mulai terungkap, hingga kini keberadaan al-Baghdadi tetap misterius. Akibatnya sering beredar rumor dan spekulasi tentang dirinya, mulai berita kematiaannya karena serangan udara sampai mati diracun.

Namun, seandainya suatu saat al-Baghdadi benar-benar meninggal, jelas ini akan menjadi pukulan keras bagi kelompok yang mengandalkan militansi dan fanatisme buta para pengikutnya tersebut. Tapi itu butuh waktu berapa tahun?

@iqbal kholidi


Bukan Komunisme yang Bangkit, Tapi Islamisme !


DUNIA HAWA Apa sebenarnya yang harus diwaspadai oleh “makhluk” bernama komunis, sehingga banyak sekali kampanye anti-komunisme marak belakangan ini ? Saya bukanlah orang yang mendukung komunis dan tidak tertarik dengan jargon-jargon komunisme yang sudah usang. Serta saya juga temasuk yang mengutuk Pemberontakan PKI ( Partai Komunis Indonesia di Madiun (Madiun Affair 1948) terhadap pemerintahan NKRI yang sah.

PKI  itu sudah lama menjadi abu sejak 1 abad yang lalu, dan sangatlah susah untuk “dibangkitkan dari kuburnya”. Jangankan PKI yang para pemimpinnya sudah dimusnahkan, para pemikirnya-pun sudah dibekukan dengan adanya TAP MPRS NO XXV/1966, dan para anggota para partainya pun sudah diganyang habis-habisan dimana-mana, juga (Partai Islam) seperti Partai Masyumi, yang para pentolannya masih banyak yang segar-bugar, kaum intelektualnya masih sehat walafiat, dan penggemarnya  masih lumayan banyak, juga tidak mampu untuk bangkit kembali.

Ideologi komunisme juga sudah sekarat-njeprat, hidup segan mati tak mau, disikat habis oleh para rival-rivalnya, terutama kapitalisme dan Islamisme. Pula, hampir semua negara-negara “berbasis komunis” sudah bangkrut.

Hanya Korea Utara saja yang masih setia dengan komunisme secara murni meski rakyatnya sudah bosan karena hidup menderita dalam kemiskinan dan keterbelakangan serta muak melihat negaranya yang suka mengisolasikan diri.

Uni Soviet  sebagai negara pengekspor utama komunisme yang didirikan pada 1922 oleh Vladimir Lenin sudah amburadul semenjak revolusi tahun 1991 yang menyebabkan negara ini bercerai-berai menjadi lima belas negara-negara kecil independen.

Dengan tumbangnya Uni Soviet, lambang “palu arit” dan segala atributnya telah ikut-ikutan lenyap dikubur bersama “kuburan majikan”-nya. Rusia sebagai “pewaris utama” Uni Soviet tidak memakai lambang “palu arit”, dan memang negara ini tidak lagi dipimpin oleh partai tunggal komunis melainkan sistem multi-partai.

Hal yang sama juga terjadi kepada China, China kini juga menjadi “negara gado-gado” setengah komunis setengah kapitalis. Sejak kepemimpinan Deng Xiaoping, negara Tirai Bambu ini mengikuti sistem perekonomian bergaya kapitalis yang bertumpu pada kekuatan pasar.

Jadi, apanya yang ditakutkan dari paham komunisme itu? Karena Atheis? Hanya orang-orang yang “lugu-njegu” dan “pikun sejarah” yang menganggap  bahwa komunisme itu pasti sama dengan Atheis. Tidak ada hubungannya antara komunisme dan Atheis. Karl Marx bukan orang yang anti-agama. Ia hanya mengkritik keras para pelaku agama yang mandul dan gagal menggunakan agama sebagai “kekuatan revolusioner” untuk melawan industrialisme-kapitalisme ketika itu.

Marx geram dengan orang-orang yang hanya memakai agama sebagai “topeng monyet” untuk melegitimasi politik dan menutupi “kebobrokan” kekuasaan, sementara spirit dan fungsi profetis agama yang membebaskan kaum teraniaya, mengangkat derajat dan martabat kaum miskin, serta mengimbangi praktek-praktek culas politik kekuasaan nyaris tak berbunyi. Dalam konteks inilah harusnya kita membaca statemen-nya tentang (Religion Is Cocaine) “agama sebagai candu”.

Bukan Komunisme Lagi yang Harus Diwaspadai


Bukanlah ideologi komunisme lagi yang membahayakan tatanan Indonesia yang majemuk saat ini, serta mengancam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, melainkan sejumlah kelompok Islamisme yang diusung oleh sejumlah ormas Islam impor pendatang baru yang ingin mengubah negara ini menjadi sistem politik zaman batu yang bernama khilafah ,serta mengganti ideologi pluralis Pancasila dengan ideologi Islam.

Kelompok inilah yang harusnya diwaspadai oleh Masyarakat Indonesia, bukannya malah terus memburu “hantu komunis” yang tidak jelas rimbanya dan selalu mengkaitkan orang yang tidak setuju serta membubarkan ormas Islam yang anti Pancasila-Kebhinekaan di Cap PKI. sementara kita membiarkan sejumlah ormas Islam ekstrim “petakilan” berkeliaran seenaknya.

Juga bukanlah PKI yang membuat onar saat ini, apalagi dipandang meresahkan masyarakat, karena mereka memang sudah mati sehingga tidak perlu dikhawatirkan lagi. Yang seharusnya diwaspadai oleh masyarakat adalah kaum ekstrimis-teroris dan sejumlah kelompok “Islam pentungan” yang dengan seenaknya ingin mengubah dasar negara dan mengatur negara ini seolah-olah Indonesia ini adalah warisan nenek moyang mereka.

Juga bukanlah lagi kaum komunis yang dikhawatirkan dapat menghancurkan bangsa saat ini di masa mendatang, akan tetapi para pejabat rakus bin tikus dan koruptor yang menilep uang rakyat yang menggunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan kelompoknya, serta para politisi kerdil yang hanya memikirkan partainya saja bukan rakyat yang menjadi konstituennya.

Juga bukan hantu komunis yang harus diberangus maupun terus diburu, tetapi egoisme yang picik, nafsu politik yang serakah, serta hati dan pikiran yang kotor yang mestinya harus terus-menerus kita cuci dan bersihkan supaya menjadi “kesatria sejati” seperti Kiai Haji Misbach yang komunis itu. Iya kan, kan, kan ? Hehe.

@lutfi aminuddin


Monday, May 22, 2017

Ahok Membatalkan Naik Banding!


DUNIA HAWA Astaga naga! Siapa yang sangka, siapa yang sudah menduga? Saya sungguh tidak sampai kepikiran bahwa Ahok bisa batal mengajukan banding di Pengadilan Tinggi (PT) DKI Jakarta atas vonis yang diberikan oleh majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara, 2 tahun penjara yang sangat menyakitkan dan mengejutkan ini.

Sudah 2 minggu Ahok tinggal di penjara, kita pikir ia akan segera ditangguhkan penahannya karena PT DKI sudah tidak ada alasan lagi untuk tidak mengabulkan permohonan penangguhan tersebut setelah kasusnya secara resmi masuk kesana. Siapa yang menyangka, padahal tinggal selangkah lagi kita bisa melihat wajah Ahok lagi di media-media nasional, kini hal itu sudah tidak mungkin lagi.

“Sudah (memasukkan) memori banding, sudah dapat tanda terima banding. Sudah resmi menyerahkan memori banding. Kemudian Bu Vero (Veronica Tan) dan Bu Fifi (Fifi Lety Indra) mewakili keluarga datang,” ujar pengacara Ahok, I Wayan Sudirta, Senin (22/5/2017).

“Intinya ada dua kejadian. Satu sudah menyerahkan memori banding sudah masuk di berkas, kemudian setelah itu keluarga memutuskan setelah berdiskusi dengan kami, keluarga memutuskan mencabut. kita harga keputusan itu, kita dampingi,” ujar Sudirta (pengacara).

Sangat Mengejutkan


Keputusan yang katanya berdasarkan permohonan keluarga ini sungguh mengejutkan bagi saya. Kenapa batal? Bukankah keadilan harus ditegakkan di bumi Indonesia ini? Bukankah mayoritas ahli hukum setuju bahwa vonis hakim PN Jakut ini sangat aneh dan tidak ada masuk akalnya sedikit pun?

Kalau dilihat dari sisi hukum, kita sebenarnya punya peluang yang besar untuk menang di PT. Ditambah lagi, tidak ada alasan lagi untuk menahan Ahok sebelum ada keputusan hukum yang tetap. Bahkan memori banding sudah selesai disusun dan tinggal diserahkan ke PT DKI Jakarta kan? Lalu ada apa ini tiba-tiba batal begini? WHAT ON EARTH HAS HAPPENED?

Ini Pengorbanan yang Tidak Ternilai


Bukankah Ahok dan kita semua yang punya akal sehat berpikir juga yakin bahwa keputusan hakim tersebut adalah berdasarkan tekanan? Lalu mengapa batal banding? Saya beritahu kalian, dan ini menurut saya saja, mungkin ini adalah bentuk pengorbanan dari Ahok dan keluarga untuk kedamaian negeri ini.

Apakah mungkin negeri ini lebih mereda ketegangan sosialnya ketika Ahok batal banding dan menerima hukuman penjara 2 tahun? Jawabannya menurut saya: belum tentu. Namun apabila ditanya apakah ada efeknya, saya yakin ada, karena ini menunjukkan kelegawaan seorang negarawan untuk menerima hukuman dan siksaan yang tidak adil sekalipun, apabila ada kepentingan yang lebih besar.

Tentu saja kita sangat sedih, karena saya yakin seyakin-yakinnya bahwa kelompok sebelah akan semakin ganas. Narasi yang akan mereka permainkan kira-kira adalah ya seputar menertawakan Ahok yang batal naik banding karena mengaku berdosa. Mereka mungkin akan langsung menobatkan Ahok sebagai penista agama terbejat di atas muka bumi Indonesia ini, toh buktinya tidak berani mengajukan banding. 

Demi membuat mereka senang, demi membuka pintu untuk Presiden Jokowi tetap berdiri tegak di tengah badai ini, Ahok telah mengorbankan dirinya.

Mengalah Untuk Menang


Saya sebenarnya agak kecewa dan bisa jadi banyak orang lain lagi yang kecewa. Namun marilah kita memandang positifnya, ini menandakan bahwa Ahok dan keluarga sungguh besar hatinya. Mereka difitnah dan dipenjara sampai begini, namun masih ikhlas tidak mau naik banding. Ini membuktikan bahwa Ahok bukanlah manusia biasa, Tuhan telah hadir ke dalam hatinya dan keluarganya untuk menguatkan mereka.

Lagian, kalau naik banding, memang besar peluang bisa bebas. Namun jangan lupa, ini hukum Indonesia agak aneh. Meskipun di atas kertas menurut saya pribadi tidak mungkin hukumannya ditambah, tapi semua bisa terjadi. Sungguh, bisa saja hakim PT DKI, jika tidak menggunakan hati nuraninya, lalu malah menghukum Ahok lebih berat lagi dengan alasan macam-macam yang diada-adakan.

Bukan tidak mungkin ada terjadi sesuatu di belakang layar yang membuat Ahok pada akhirnya tidak mengajukan banding. Kalau di drama Korea, mungkin Ahok dan keluarga diminta oleh siapa untuk tidak banding, karena bisa jadi sudah ada jebakan yang menanti di depan, karena logikanya Ahok pasti mengajukan banding kan?

Ingatlah bahwa Ahok itu banyak musuhnya, jadi bukan tidak mungkin bahwa musuh Ahok sudah memasang jebakan batman ketika Ahok naik banding. Meskipun tidak adil, tapi Ahok memutuskan demikian, berarti dirinya dan keluarga sudah ikhlas. Meskipun kita kecewa, kita harus tetap harus menghargai pengorbanan Ahok dan keluarga ini ya. Bisa jadi, ini justru malah mengalah untuk menang. Dengan batal banding ini, bisa jadi malah justru membuat mereka orang-orang yang sudah memikirkan jebakan selanjutnya untuk Ahok lalu kocar-kacir.

Penutup


Ahok sudah mengalah, dan ini bukan berarti kalah. Kita harus yakin bahwa Ahok lapang dada dan ikhlas untuk menjalani hukuman yang tidak adil ini karena beliau memang punya peran khusus lainnya nanti ketika keluar dari penjara. Kita harus tetap menaruh harapan bahwa tangan Tuhan akan menarik Ahok ke atas ketika nanti ia keluar dari penjara.

Untuk menutup, saya akan mengutip sebuah kalimat yang sangat indah maknanya di dalam ajaran agama Buddha: “Semoga Semua Makhluk Berbahagia”.

Ahok sudah berkorban, Ahok rela dan kuat menjalani semua ini. Maka dari itu, semoga saja dengan ketidakadilan yang menimpanya ini, lebih banyak lagi makhluk di negeri ini yang berbahagia. Pada akhirnya, semoga dengan kebahagiaan dan kegembiraan mereka di atas penderitaan orang lain ini akan dapat membawakan ketentraman di negeri ini dan tujuan yang lebih besar akan dapat dicapai.

Tentang seorang pria yang berumur 50 tahun, bermata sipit dan sudah mulai memiliki uban itu… Pasti akan kuceritakan kisah perjuangan dan pengorbanannya kepada generasi penerus bangsa ini….tentang keberanian dan kejantannya… tentang bagaimana ia begitu bertanggung jawab menghadapi proses hukum dan rela berkorban untuk kepentingan orang lain…

@aryanto famili


Tuhan Tidak Tidur, Rizieq Ditetapkan Sebagai Tersangka


DUNIA HAWA Singkat saja, aku ingin sekali menuliskannya!

Diperjalanan saya buka buku yang saya peroleh dari teman, dan akhirnya book ini menjadi teman perjalanan selain satu kotak rokok di dalam saku ku.

Agar menjadi ilmu yang bermanfaat, maka saya bagikan dua paragraf dari buku “spiritualitas dan realita kebudayaan kontemporer”

Tuhan sejarah dalam kultur.


Apa yang terjadi ketika pemaknaan Tuhan diredusir ke dalam teks? Maka itu akan bergerak dalam kefanaan. Teks, seperti dijelaskan Derrida, maknanya selalu berada pada kesementaraan atau selalu tertunda. Memfinalkan definisi Tuhan dalam teks, justru akan membuat Tuhan itu bisa dimanfaatkan untuk pelbagai kepentingan, karena sifat teks yang bisaa “dilarikan” kemana-mana. Tuhan kemudian menjadi banal, teredusir sebatas permainan kata yang remeh temeh. Dalam kata-kata tekstualitas yang banal itu, manusia lantas bisa menggunakan pula Tuhan yang mati itu untuk pelbagai kepentingan.

Padahal kesejatian Tuhan tak pernah terbatas pada tekstualitas. Ia adalah entitas yang tak terjelaskan, tapi bisa dirasakan kehadirannya. Dipanggil atau tidak dipanggil, Tuhan hadir dalam diri manusia, bahkan dalam kehidupan masing-masing dari manusia. Mereka yang tidak peka, memilih menganggap angin lalu, tetapi mereka yang peka akan menyadari Tuhan dalam dirinya. Oleh karena itu, Tuhan tak bisa dipaksakan definisinya secara sepihak. Ia nomotetis, tetapi sekaligus idiosinkretis. Ia abadi, sekaligus mewaktu. Inilah ironisnya, sebagian kelompok justru melupakan kesejtian Tuhan dan cenderung memaksakan definisi “tuhan” secara sepihak. Mereka lupa atau mengabaikan bahwa Tuhan itu sendiri, pada kesejatiannya tak akan pernah bisa terjelaskan dalam definisi tunggal yang dibuat manusia, apalagi Cuma sekelompok orang tertentu. (Hal 84)

——————————-

Dan belakangan ini banyak kelompok yang bermain dengan kata “Tuhan”. Hingga diredusir untuk dijadikan pembenaran dalam memperoleh hasrat kepentingan termasuk kekuasaan. Kalau kata filsuf Nietszche hanya sebatas “fiksasi idea”. Maka bagi saya pribadi tidak heran jika melihat situasi bangsa akhir-akhir ini banyak yang menjadikan dirinya Tuhan dan menentukan syurga dan neraka untuk sesamanya hingga sanggup untuk saling mengkafiri.

Saya jadi ingat konsep sufi dalam mahabah cinta, yang sederhananya jika kecintaan pada sang Agung sudah melampaui, maka dengan sendirinya sesama manusia akan saling mengasihi.

Saya juga jadi teringat kisah Paus Yohanes Paulus II yg ditembak muslim Turki yaitu Mehmet. Ketika mehmet dipenjara, Paus justru memaafkannya dan menjenguknya, hingga mehmet berubah menjadi santun dan pengasih. Saya juga teringat kisah Umar bin Khatab yang sangat bangga jika memenggal kepala seorang muslim, bahkan dengan bangga menghina Islam, tapi dia justru di doain oleh Rasul dan dibalas dng kelembutan. Hingga Umar berubah menjadi orang yang amat mengasihi. Inilah buah kasih. Yang “melampaui.”

Tapi justru pengikutnya yang menyebut diri sebagai front pembela, lebih memilih lari setelah “menggauli”.

Jika kita pikir sungguh tidak rasional, yang menyebut diri sebagai front pembela dan menegakkan prinsip Islam tanpa kompromi. Tetapi justru lari dari masalah yang sedang dihadapi. Berbagai kasus dari pelecehan ideologi negara sampai “chat mesum” tidak membuat dirinya berani untuk menghadapi kenyataan.

Hal ini dapat kita lihat dari kepergiaannya ke Arab lalu ke Malaysia dan pergi lagi ke Arab. Yang amat memalukan hendak membawa kasusnya ke PBB. Kenapa memalukan, karena PBB itu urusan kenegaraan bukan personal apalagi menyangkut “chat mesum”. Sementara di Nuantara kafir, dan PBB sendiri bukan lembaga yang anggotanya mayoritas Islam. Artinya dia menjilat ludahnya sendiri.

Dan saya sangat merasa lega hari ini, ketika agama dan Tuhan dijadikan seperti “mainan” sekaligus alat untuk hasrat kepentingan. Oleh mereka yang menyebut diri front pembela, imam besarnya yang ditunggu-tunggu sudah ditetapkan sebagai tersangka.

Kabar ini saya dapat dari detik.com. Bahwa Polda Jabar menetapkan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab menjadi tersangka kasus dugaan penodaan Pancasila. Penetapan Rizieq sebagai tersangka berdasarkan hasil rangkaian gelar perkara tahap penyidikan yang dilakukan tim penyidik Ditreskrimum Polda Jabar.

“Penyidik meningkatkan status Rizieq Syihab dari saksi terlapor menjadi tersangka,” kata Kabidhumas Polda Jabar Kombes Pol Yusri Yunus di Mapolda Jabar, Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Senin (30/1/2017).

Gelar perkara ketiga ini berlangsung hari ini selama tujuh jam atau mulai pukul 11.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Sebelumnya, pagi hari tadi, penyidik meminta keterangan tambahan satu saksi ahli. Tercatat, menurut Yusri, sebanyak 18 saksi yang sudah didengar keterangannya oleh penyidik berkaitan kasus tersebut.

Yusri menjelaskan, pihak penyidik Ditreskrimum Polda Jabar melakukan analisis dan evaluasi dalam gelar perkara. Tim penyidik, lanjut Yusri, bekerja mengumpulkan keterangan saksi-saksi dan alat bukti untuk menguatkan sangkaan terhadap Rizieq.

Rizieq disangkakan melanggar Pasal 154 a KUHP tentang Penodaan terhadap Lambang Negara dan Pasal 320 KUHP tentang Pencemaran terhadap Orang yang Sudah Meninggal.

“Perkara penistaan Pancasila dan pencemaran proklamator ini seluruhnya sudah masuk unsur dan alat bukti yang cukup,” tutur Yusri. (Detik)

Dengan ditetapkannya sebagai tersangka, tentunya ini akan lebih mudah untuk menjemputnya bahkan termasuk dengan cara paksa. Ini baru satu kasus, sementara di kasus yang berbeda yang juga menimpa dirinya bersama Firza, Firza pun sudah ditetapkan menjadi tersangka, yang mana hal ini semakin mendekatkan bahwa dia (Rizieq) juga akan ikut menyusul. Inilah buah karma atas kelakuannya sendiri.

Ketika para tauladan dalam konteks beragama berbuah kasih, Rizieq yang menyebut diri front pembela justru berbuah karma “jahat”. Yang dapat menjelaskan bahwa pekik takbir yang dia lakukan dalam berbagai aksi demonstran belakangan ini adalah PALSU.

Saya berharap kepada para pengikutnya, untuk bangkit dalam kesadaran. Untuk berpikir jernih dalam melihat realita diberbagai peristiwa. Bahwa sesungguhnya apa yang kalian ikutin itu bukan menegakkan ajaran agama melainkan menggunakan agama untuk hasrat ambisi kuasa, yang juga menggunakan kata “Tuhan” sebatas teks semata.

Terimakasih pak Polisi yang sudah menetapkan RS sebagai tersangka, jika dia tetap tak menghormati proses hukum. Maka sudah sepatutnya wewenang untuk jemput paksa dilakukan.

Kepada Rizieq Shihab selamat menikmati apa yang sudah kamu tanam. Mungkin Rizieq lupa kalau Tuhan tidak tidur.


Monyet pun berpikir, bahwa Singa tak sekuat yang dia kira. Karena di Nusantara ada Harimau Sumatera. Ini hutan rimba Indonesia bukan gurun ataupun padang pasir.

@losa terjal