Saturday, January 21, 2017

Menanti Aksi Antasari Azhar

DUNIA HAWA - Kasus yang menimpa Antasari Azhar sejak tahun 2009 sampai saat ini, masih menimbulkan tanya tanya besar di benak masyarakat luas. Siapakah otak di balik pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen? Inilah yang terbersit didalam pikiran publik saat ini. Pasalnya, Antasari Azhar di berbagai sosial media membantah terlibat atau menjadi otak pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen.


Dengan hal itu, Antasari berniat mengungkap kebenaran atas perkara yang membelit dirinya. Antasari mengungkapkan, “saya ikhlas menjalani hukuman, tapi saya tidak rela dengan dakwaan yang dituduhkan dan hukuman yang dijatuhkan kepada saya. Karena, saya tidak melakukan apa yang didakwakan itu. Kebenaran harus diungkap dan inilah saatnya” ujar Antasari (Koran Suluh Indonesia, edisi 19 Desember – 2 Januari 2017).

Saat ini Antasari Azhar telah bebas dari penjara. Sejak 10 November 2016 lalu, ia telah menghirup udara bebas, dengan melihat dunia yang lebih terang untuk kemudian berkiprah dalam dunia kerja. Ia belum memutuskan untuk berkiprah di mana, tapi ia bisa saja suatu waktu akan bergabung dalam partai politik.

Namun, dalam waktu tiga bulan pertama Antasari mengatakan bahwa ia akan istrahat di rumahnya sebelum menentukan jalan hidup. Jalan hidupnya akan ditentukan setelah ia menunaikan ibadah umroh ke tanah suci.

Bertepatan dengan hari pahlawan, Antasari Azhar resmi menjalani pembebasan bersayaratnya. Ia menghadapi vonis hukuman penjara selama 18 tahun yang diberikan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Majelis Hakim menyatakan bahwa Antasari terbukti bersalah dengan turut melakukan pembujukan untuk membunuh Nasrudin Zulkanaen. Antasari kemudian menghabiskan waktunya didalam penjara selama 12 tahun, dengan 7 seperdua tahun dipenjara ditambah dengan remisi setiap tahun selama 4 seperdua tahun.

Dengan kebebasan yang diperolehya, kini publik menanti pernyataan Antasari Azhar, berupa aksi untuk mengungkap kebenaran, siapa aktor dibalik pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen. Berkali-kali didepan media ia membantah keterlibatannya dalam pembunuhan itu.

Ia juga membantah terlibat cinta segitiga dengan Rani Juliani. “Saya tegaskan malam ini, tidak ada cinta segitiga, omong kosong itu semua. Dan saya tidak melakukan pembunuhan, apalagi otaknya” bantah Antasari Azhar dalam acara Mata Najwa yang ditayangkan Metro TV pada 24 Agustus lalu.

Sementara itu, Andi Syamsudin Iskandar yang merupakan adik Nasrudin Zulkarnaen, juga tidak menyakini bahwa Antasari terlibat dalam pembunuhan itu. “Ada orang besar, pejabat besar yang menjadi dalang pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen” kata Andi Syamsudin dalam acara yang sama di Mata Najwa.

Bagi Antasari Azhar, kasusnya memang ada unsur kriminalisasi untuk memasukannya kedalam penjara. Ada orang-orang tertentu yang ingin memasukannya kedalam penjara, yang disinyalir terkait dengan penangkapan besan SBY, Aulia Pohan pada waktu itu. Setelah penangkapan itu, maka dibuatlah salah satu skenario dengan mengaitkannya dengan seorang wanita, cinta segitiga antara Rani Juliani, Antasari Azhar dan Nasrudin Zulkarnaen.

Ketika ditemui wartawan koran Suluh Indonesia pada tanggal 9 Desember lalu, Antasari mengungkapkan bahwa “mereka menginginkan saya membusuk di penjara” kata Antasari (Koran Suluh Indonesia edisi 19 Desember – 2 Januari 2017).

Prahara besar Antasari yang kemudian membuat dirinya dipenjara, tak menurunkan semangat untuk mengungkap rekayasa perkaranya. Selama dipenjara bertahun-tahun, tak juga membuat dirinya menjadi ‘ayam sayur’ apalagi membusuk didalam penjara.

Semangatnya masih berkobar, suaranya masih terdengar jelas, wajahnya masih segar, fisiknya masih terlihat sehat. Ini menandakan elan vital yang masih bergelora dalam jiwa Antasari Azhar. Publik pun seakan bertanya-tanya, akankah Antasari Azhar mengungkap adanya kriminalitas atas kasus yang menimpanya!

Ada pertanyaan yang muncul dibenak publik, ketika melihat pernyataan Antasari Azhar diberbagai sosial media. Apakah Antasari Azhar punya kebernaian mengungkap kebenaran itu? Apakah benar-benar ia akan mengungkap adanya rekayasa atas kasusnya?

Memang, mengungkap kebenaran lebih mulia daripada didiamkan saja. Namun, untuk mengungkap kebenaran Antasari harus butuh keberanian. Pasalnya, yang dihadapi orang-orang besar, bukan orang-orang kecil.

Antasari pernah menyatakan bahwa ia hanya takut kepada Tuhan. Artinya ia tidak pernah takut dengan orang-orang yang telah mengkriminalisasi dan merekayasa  kasusnya. Ia pun mengatakan akan mengungkap kebenaran itu.

Sebagai masyarakat yang selama ini melihat hukum masih hitam-putih, kita hanya perlu mengatakan ‘ayo’, agar kebenaran dan keadilan hukum di Indonesia dapat terlihat terang-benderang. Hal ini tentunya sangat penting, untuk dijadikan sebagai pembelajaran bagi generasi mendatang dalam hal penegakan supermasi hukum.

Di Indonesia sendiri memang banyak kasus yang belum terungkap dan bahkan dianggap misterius. Misalnya saja seperti kasus pembunuhan terhadap Munir aktivis dan pejuang Hak Asasi Manusia (HAM), Kasus penghilangan aktivis 98 seperti Whiji Tukul dan sebagian sahabat-sahabatnya, kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh dan kasus-kasus besar lainnya.

Kasus-kasus ini menimbulkan tanda tanya besar bagi publik, siapa otak dibalik pembunuhan manusia-manusia yang tidak bersalah itu. Kebenaran seperti tertutupi, tidak pernah terungkap dipermukaan sampai saat ini.

Kita percaya ungkapan “Saya yakin Tuhan akan membuka pintu kebenaran” sebagaimana yang dikatakan Antasari sendiri. Namun, selama itu kita hanya diam, tidak bergerak, tidak ada aksi, tidak mau membuka lembaran lama untuk kemudian mengungkap lembaran baru, kebenaran selamanya akan tertutupi, tidak akan pernah terungkap.

Kasus yang menimpa Antasari Azhar akan menjadi tolak ukur, untuk penegakan supermasi hukum di Indonesia. Semua institusi harus melayani dengan tangan terbuka, agar di Indonesia tidak lagi berlaku hukum rimba. Hukum rimba mengatakan seperti ini, “Semua harus disingkirkan, jika ia menghalang-halangi, menganggu pemerintah yang berkuasa”.

Maka hukum seperti ini akan berbuat sewenang-wenang, para penguasa bisa saja berdiri diatas hukum untuk kemudian memenjarakan dan menghilangkan nyawa orang-orang yang tidak bersalah. Tentu, ini sama sekali tidak berlaku dan perlu dihilangkan jauh-jauh di Indonesia, karena merusak Indonesia sebagai negara hukum dan bertentangan dengan sila-sila dalam pancasila.

Bagi publik, aksi Antasari sangat dinantikan untuk kemudian dapat mengungkap kebenaran, siapa otak dibalik pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen. Ini reaksi masyarakat, untuk melihat bagaimana para penguasa dan penegak hukumnya bekerja selama ini dan sebelum-sebelumnya. Adilkah dia. Atau justru ia sewenang-wenang.


@la ide halaidin


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment