Monday, December 26, 2016

Dialog dengan Tuhan soal Teroris

DUNIA HAWA - Saat Hari Raya Natal dimana milyaran umat Nasrani sedunia sedang merayakannya dengan penuh kegembiraan, kedamaian dan suka cita, negeri ini justru dihebohkan oleh pemberitaan tentang kelompok teroris yang sedang mempersiapkan peledakan bom bunuh diri di malam tahun baru.


 Jika hal itu benar-benar terjadi, sulit dibayangkan berapa ratus nyawa orang tak bersalah yang mungkin akan menjadi korban aksi di tengah kerumunan massa tersebut. Apalagi jika ternyata justru bendungan Jatiluhur yang jadi sasaran peledakan, bisa ribuan bahkan ratusan ribu orang mati karena banjir bandang.

Memikirkan hal tersebut kembali aku ingin berdialog dengan Tuhan secara imajiner untuk menentramkan dan mendamaikan pikiranku. Berikut ini adalah hasil dari dialog imajiner yang berhasil aku lakukan tersebut :

Saya : Tuhan beberapa tahun belakangan ini bermunculan banyak teroris di seluruh dunia yang melakukan kekerasan, pembunuhan dan pengeboman atas nama-Mu. Aku ingin tahu Tuhan bagaimana pendapatMu saat Engkau melihat dan mengawasi ini semua dari atas sana. Mengapa Engkau yang katanya Maha Baik dan Maha Bijak bisa mengijinkan semua kejahatan dan kekerasan semacam ini terjadi?

Tuhan : Aku senang engkau menanyakan hal itu kepadaKu anakKu. Apabila Engkau memiliki pertanyaan yang membuatmu gundah maka engkau akan selalu bisa menanyakan semua hal itu kepadaKu dan Aku akan selalu ada untuk menjawab pertanyaanmu melalui hati nuranimu. Sekarang mengenai pertanyaanmu tentang bagaimana pendapatKu atas semua hal itu. Aku katakan kepadamu bahwa Aku tak memiliki penilaian apapun atas hal itu. Aku tidak mengasihi dan juga tidak membenci para pelaku yang kau sebut sebagai teroris itu. Di mataKu semua makhluk adalah sama derajatnya dan Aku mengasihi semuanya dengan kadar yang sama dan tanpa membedakan, bagaimanapun perilaku mereka di dunia.

Segala sesuatu terjadi melalui Hukum Sebab Akibat yang sudah Aku ciptakan sebelum dunia ini ada dan hukum itulah yang menjaga alam ini tetap eksis dan bekerja secara seimbang tanpa Aku perlu turut campur lagi di dalamnya. Orang yang kau sebut sebagai teroris itu hanya menjalankan apa yang menurutnya benar. Tapi sebagai manusia fana tentunya dia masih kesulitan untuk bisa memahami seutuhnya mengenai “apa yang salah dan apa yang benar”. Dia hanya menjalankan apa yang diterima dan diajarkannya dari orang-orang sebelum dia yang sebenarnya juga belum bisa memahami apa itu “yang benar dan yang salah” meski sebenarnya di mataKu apa yang benar dan apa yang salah itu tidak ada karena itu hanya ilusi yang ada di alam pemikiran dan alam duniamu.

Mungkin engkau pernah melihat dua ekor kucing yang sedang bertikai dan engkau tidak terlalu mempedulikannya. Bagimu itu bukanlah suatu hal yang penting. Engkau tidak ingin tahu apa alasannya kedua kucing itu bertarung tapi engkau bisa memahami dan memaklumi serta menganggap pertengkaran antara dua ekor kucing itu sebagai hal yang wajar, alamiah dan biasa-biasa saja. Aku sungguh iba saat melihat perang, kekerasan, pembunuhan dan pertikaian yang terjadi di dunia manusia. Tapi pada saat yang sama Aku bisa menerimanya, memahaminya, memakluminya dan menganggapnya sebagai hal yang wajar, alamiah dan biasa-biasa saja. Aku hanya mengamati dan tidak terlibat dengan semua peristiwa itu.

Aku memaklumi semua kejadian tersebut karena Aku mengetahui semua rangkaian dan alur sebab akibat melampaui seluruh dimensi ruang waktu yang tidak mungkin bisa engkau ketahui menggunakan pikiran, indera dan kekuatan jiwamu yang sungguh sangat terbatas itu. Tidak tahukah kamu bahwa duniamu yang kecil diantara trilyunan planet yang lain itu sudah berusia lebih dari lima milyar tahun dalam hitungan manusia? Dan tahukah kamu sudah ada berapa banyak peradaban yang telah hancur, bangkit, hancur dan bangkit kembali selama periode itu? Dan tahukah kamu bahwa selama itu pula spesies dan rasmu selalu bertarung, berperang dan saling membunuh sesamanya dengan alasan apapun? 

Manusia bisa membunuh dengan alasan apapun selama dia masih memiliki ego, nafsu, amarah, ambisi, keinginan dan kepentingan. Membunuh atas namaKu hanyalah salah satu alasan saja di antara sekian banyak alasan yang bisa dibuat oleh pikiran dan ego manusia. Dan Aku tidak marah atas hal itu karena apapun yang dilakukan manusia maka dia sendirilah yang akan menanggung sendiri akibatnya sebagai pembelajaran bagi jiwanya untuk terus tumbuh dan berkembang.

Saya : Tuhan, ada yang mengatakan bahwa para teroris itu akan masuk sorga setelah mereka melakukan aksi mereka? Bagaimana pendapatMu tentang hal ini Tuhan?

Tuhan : Sebelum berbicara mengenai sorga engkau harus tahu apa sorga itu sebenarnya. Di alam semesta ini ada banyak sekali dimensi yang belum engkau ketahui. Dimensi fisik seperti yang saat ini engkau bisa lihat, dengar, raba dan rasakan hanyalah salah satu di antara banyak dimensi yang tak terbatas itu. Dan sorga yang sedang engkau bicarakan adalah suatu alam halus yang beberapa tingkat lebih halus dan “lebih tinggi” dibanding duniamu saat ini. 

Sorga adalah suatu alam kemurnian dimana sudah tidak ada ego lagi didalamnya. Yang ada hanyalah pikiran yang baik, bijak, damai, bersih dan murni saja disana. Hanya jiwa-jiwa dengan kwalitas seperti itulah yang bisa menjadi penghuninya. Jika sorga dihuni oleh makhluk yang memiliki kwalitas jiwa sebagaimana kebanyakan manusia di dunia, pastilah di sorga juga masih akan penuh dengan pertengkaran dan peperangan. Dan itu adalah suatu hal yang mustahil terjadi.

Selain sorga masih ada banyak dimensi yang lebih halus dan lebih tinggi lagi. Tapi semua itu tidaklah abadi karena semua yang berbentuk pastilah akan musnah meskipun bisa mencapai kurun trilyunan tahun menurut hitunganmu. Tapi bukan tugas kamu untuk menilai ataupun menghakimi tentang siapa yang layak masuk sorga dan siapa yang tidak. Kamu hanya perlu memikirkan dirimu untuk bisa memperbaiki dan meningkatkan kwalitas jiwamu. Kamu juga tidak perlu menginginkan sorga karena keinginan itupun adalah salah satu bentuk dari nafsu inderawimu. 

Saya : Jika tidak masuk sorga apakah mereka lantas akan masuk neraka, Tuhan?

Tuhan : Cara berpikirmu sungguh terlalu sempit dan sederhana. Engkau terlalu cepat menyimpulkan segalanya dengan pikiranmu sendiri dan tidak mau memahami jawabanKu secara mendalam. Aku tidak mengatakannya dengan cara seperti itu. Terlebih dahulu engkau harus pula memahami apa arti neraka itu. Sebagaimana yang sudah Aku jelaskan sebelumnya bahwa ada banyak sekali dimensi di seluruh alam semesta ini yang belum engkau ketahui. Apa yang engkau sebut sebagai neraka adalah salah satu diantaranya.

Sebagian diantaramu ada yang menyebut dimensi ini sebagai alam astral lapis ke delapan. Ini adalah lapisan alam astral dengan getaran yang paling kasar dan paling tidak murni. Sungguh sangat menderita bagi jiwa yang memiliki getaran semacam ini. Ada sebagian manusia di duniamu yang membawa getaran semacam ini di dunianya dan mereka sungguh adalah orang yang menderita karena terbakar oleh api kebenciannya sendiri. Mereka tidak hanya merusak dirinya sendiri tapi juga akan merusak yang lainnya karena apa yang sudah dipelihara dan ditebarkannya.

Sebagian diantaramu juga ada yang menyebutnya sebagai alam api. Dari sinilah api jiwa rendah berasal. Dan akan kembali kesini jugalah jiwa-jiwa yang penuh dengan api itu. Ada juga diantaramu yang menggunakan bahasa “mereka yang memelihara api akan berbadan api dan barangsiapa berbadan api akan kembali ke alam api.” Dari api akan kembali kepada api karena api akan selalu berkumpul pula dengan api. Semua ini hanyalah hukum keseimbangan alam ataupun sebab akibat. Tapi itupun tidak akan berlangsung abadi karena sebesar dan sebanyak apapun getaran api yang dikumpulkan oleh suatu jiwa dalam kehidupannya, akan ada saatnya juga akan habis dan terurai sebagaimana semua unsur lainnya yang ada di alam semesta ini.

Yang perlu engkau ketahui adalah bahwa Aku tidak pernah marah dan tidak pernah menghukum. Aku adalah Maha Kuasa dan Aku tidak mungkin dikuasai lagi oleh emosi. Aku adalah Maha Baik dan Maha Indah dan amarah bukanlah sesuatu yang baik dan indah meskipun masih diperkenankan dalam batas tertentu demi kebaikan. Aku juga tidak pernah menghukum karena Aku tidak lagi memiliki rasa dendam ataupun benci. Aku memiliki segalanya sehingga Aku tidak menuntut apapun dari manusia sehingga mana mungkin Aku menghukum hanya karena tuntutanKu tidak dipenuhi?

Aku tidak pernah menghukum. Semua penderitaan dan kesusahan yang dihadapi manusia adalah muncul dari tindakannya sendiri yang berasal dari berbagai dimensi ruang waktu yang mungkin tidak dia sadari demi pembelajaran bagi pertumbuhan dan kesadaran jiwanya sendiri. Semua yang terjadi adalah baik adanya dan dirancang demi kebaikanmu. Meskipun jiwa-jiwa harus melalui jatuh bangun, suka duka, kebahagiaan dan penderitaan selama proses milyaran tahun tapi percayalah bahwa masa depan seluruh makhluk adalah indah bercahaya dan gilang gemilang. RencanaKu senantiasa indah bagi seluruh makhluk. RencanaKu senantiasa sempurna dan tak mungkin gagal. Percayailah hal itu dan engkau tidak akan pernah bersedih hati lagi.

Saya : Terima kasih Tuhan. Aku mengasihiMu.
Tuhan : Aku juga mengasihimu anakKu....

Dan dialog imajinerku dengan Tuhanpun berakhir.....

Wassalam

@ muhammad zazuli


MUI

DUNIA HAWA - MUI itu adalah organisasi massa (ormas). MUI memang didirikan oleh berbagai ormas Islam. Tapi itu tidak membuat MUI menjadi atasan bagi ormas-ormas itu. MUI berdiri sendiri, demikian pula ormas-ormas itu.


Dalam hal fatwa terkait soal hukum Islam juga demikian. MUI punya Komisi Fatwa. Tapi itu tidak membuat semua keputusan MUI mengikat ormas lain. Setiap ormas punya mekanisme untuk menetapkan hukum sendiri. Muhammadiyah, misalnya, punya Majelis Tarjih yang bertugas melakukan kajian dan menghasilkan ijtihad di bidang hukum.

Dalam sejarahnya, tidak semua fatwa MUI itu didukung atau disambut baik. MUI pernah mengeluarkan fatwa soal kodok. Menurut MUI, kodok itu haram dimakan oleh umat Islam, tapi boleh dibudidayakan untuk dijual. Fatwa itu membuat geger. Kalau begitu, bagaimana dengan daging babi?

Lagi-lagi saya harus ingatkan soal fatwa, khususnya soal derajatnya. Kadang orang menganggap MUI harus berfatwa atas semua hal. Ini juga salah. Tahun 90-an saya mendatangi Ketua MUI waktu itu, KH Hasan Basri, menanyakan soal jilbab. Saya bersama 2 orang kawan waktu itu mendatangi Depdikbud, mendesak pemerintah untuk tidak melarang pemakaian jilbab bagi siswi sekolah. Pejabat di Depdikbud waktu itu bilang, bahwa tidak ada fatwa MUI soal jilbab.

KH Hasan Basri waktu itu berkomentar setelah menerima pengaduan kami. "MUI tidak akan memberi fatwa soal wajibnya jilbab, karena tidak perlu difatwa. Hukumnya sudah jelas. Sama seperti MUI tidak memberi fatwa soal wajibnya salat. Kalau kami fatwakan, derajat hukumnya justru turun. Fatwa itu adalah hukum dengan derajat paling rendah," kata beliau menjelaskan.

Lalu, siapakah pengurus MUI? Ini yang menarik. Meski bernama majelis ulama, tidak semua pengurusnya adalah ulama. Eh, bahkan kita tidak pernah tahu apa definisi ulama, bukan? Saya, misalnya, bisa saja bergabung dalam kepengurusan MUI. Ada banyak bidang di situ. Tak heran bila orang seperti Marwah Daud, Chairunnisa, dan Fahmi Darmawansyah, (ketiganya orang bermasalah) bisa menjadi pengurus MUI.

MUI juga bukan lembaga pemerintah, meski kabarnya mendapat suntikan dana APBN. Karena itu, dalam hal sertifikasi halal, peran MUI harus diambil oleh pemerintah, dalam hal ini Kemenag. 
Jadi sekali lagi harus saya tekankan bahwa MUI itu ormas keagamaaan, sama saja seperti ormas lain. Anggota dan pengurusnya juga bukan ulama semua. Ini bukan dewan yang menaungi semua ulama Indonesia. Ulama yang tidak bernaung di bawah MUI lebih banyak daripada yang bergabung.

@hasanudin abdurakhman


Politik “Reward” ala US. Buni Yani Bangga?

DUNIA HAWA - Saya terkejut tiba-tiba mendengar kabar si Buni Yani dapat penghargaan sebagai pahlawan Islam Medsos. Saya kira strategi seperti ini sudah basi. Ternyata tidak. Ya namanya juga budak US, pasti tak-tiknya gitu-gitu doang. 

Kilas balik yuk, seputar politik penghargaan.



Stephen Harper, tahun 2006 terpilih menjadi perdana mentri Kanada. Ketika Israel menyerang jalur Gaza tahun 2008 dan berhasil menghilangkan nyawa 1000 lebih rakyat Palestin, Kanada menjadi satu-satunya Negara yang tidak mengutuk kekejian Israel. Stephen Harper Justru menegaskan bahwa pembelaan dan dukungannya pada Israel, selama ia menjabat, akan semakin kuat.

Persis seperti apa yang dilakukan oleh Erdogan Army, FSA dan  buldog US lainnya, ia bermain peran seolah-olah ingin menggempur ISIS di Suriah. Ikut campur di Suriah? dengan cara Amrik CS?. Hmmm.

Berkat kebesaran dan jiwa sosial yang tinggi, US memberikan penghargaan ACF kepada Stephen Harper. 

Ini belum apa-apa.

Harus saya jelaskan terlebih dahulu,  Appeal of Conscience Foundation (ACF) adalah lembaga yang concern dan terus menerus memperjuangkan atau mempromosikan kebebasan beragama dan HAM.

Saya harapkan para pembaca juga membaca lagi tentang ACF, supaya semakin yakin bahwa ini lembaga kontra HAM yang berselimut dengan jubah HAM. Karena tak mungkin saya habiskan halaman artikel ini untuk membahas ACF secara detail. Saya lanjutkan.

Appeal of Conscience Foundation (ACF) yang didirikan Rabbi Arthur Scheneier pada 1965 di kota New York merupakan lembaga spesialis memberikan penghargaan kepada politisi-politisi yang mendukung gerak US untuk menginvasi Suriah. 

Ga percaya?

Para pembaca pasti tau dong peran Rusia dalam mempertahankan Suriah? tampak dari video-video terbaru yang melukiskan kebahagiaan rakyat Aleppo karena berhasil terbebas dari para Teroris Khilafah. Bendera Rusia juga dikibarkan di sana. 

Tapi apa?

Nama Presiden Prancis ini François Hollande, dia pernah melarang warga Prancis menyalahkan ISIS waktu Charlie Hebdoo dan beberapa rekannya dibom bardir oleh ISIS, beserta kerusuhan ISIS di wilayah dalam negri Prancis lainnya.

Namun, berkat jiwa sosial US yang begitu tinggi, François Hollande pun juga diberikan penghargaan ACF. Agak mencurigakan ya?

Belum selesai.

Sejauh ini kita jadi paham, bahwa yang mendesak Rusia untuk tidak ikut campur dalam konflik di Suriah adalah sekutu US untuk melebarkan sayap politik US. Para pembaca juga pasti mengetahui peran Inggris dalam pendanaan teroris. Tercatat bahwa November lalu, warganya pernah mendanai teroris untuk melakukan serangan teror yang menewaskan 32 orang di Brussels.

Sebelumnya, pada tahun 2015, David Cameron selaku Perdana Mentri Inggris juga mengecam aksi Rusia dalam intervensinya terhadap Suriah.

Berkat kesucian jiwa US, David Cameron juga dapat penghargaan ACF. haduh, capedeh.

Ingat kasus Sampang di akhir tahun 2011? Dua kampung warga Syiah dibakar oleh oknum-oknum atas nama ASWAJA. Itu di zaman pemerintahan SBY. Satu korban jiwa.

Ya, itu menjelang propaganda media US yang kemudian mengangkat isu sentimen mazhab di konflik Suriah. Dan Indonesia, di bawah kepemimpinan SBY turut meramaikan konflik itu. Sampai saat ini nasib pengungsi Sampang yang dialokasikan ke Rusun Awa Sidoarjo masih belum jelas.

Lagi-lagi, US dengan kelembutan dan jiwa sosialnya yang tinggi, justru memberikan penghargaan ACF kepada SBY. Ini sangat masuk akal, bukan?

Sejauh yang saya pahami, memang SBY adalah oknum Tunggal Indonesia yang memainkan perannya dengan baik, tentunya sebagai play maker US untuk mengembangkan hegemoni politik barat dengan metode yang sudah berhasil di beberapa Negara.

Jarak waktu antara blunder lips Ahok kemudian maraknya tekanan kepada pemerintah, untuk memenjarakan Ahok, tidak jauh. Dihiasi dengan bunga-bunga taman kuda dan aroma Cikeas. Belum lagi sentimen SARA yang terus menerus dikobarkan. Kemudian deklarasi pasukan kuda untuk mendukung Cagub titik-titik.

Disempurnakan oleh ancaman “Revolusi” dari ormas Islam. Itu sebetulnya sudah cukup jelas bahwa Raja Kuda mendalangi konflik tersebut.

Banyak dari kaum muslimin yang sama-sekali tidak memahami politik adiluhung, sehingga turut terjerumus dalam kobaran api murka yang secara tidak langsung mengamini kehendak dominasi US atas bumi Indonesia.

Belum selesai menghela napas, dengar kabar si Buni Yani, biang kerok sentimen SARA malah mendapatkan penghargaan sebagai pahlawan Islam Medsos. Muncul pertanyaan di benak saya, FUI dan para pemuka agama yang turut meramaikan pelantikan BY sebagai pahlawan Islam Medsos, sebetulnya umatnya Nabi Muhammad atau Umat US sih? kok caranya mirip US?

Begitulah kura-kura


@habib acin muhdor



Ulama Mikrofon

DUNIA HAWA - Persoalan agama dan politik memang tak habis-habis dibicarakan dan diperdebatkan. Agama, secara tidak langsung, dijadikan sebagai politik identitas. Ulama—kalau boleh dibilang—sebagai representasi dan barometer laku umat Muslim umumnya serentak berebut peran dan kekuasaan. Imbasnya, ketika muncul persoalan politik, mereka nyaris menarik itu ke dalam persoalan agama.


Akhir-akhir ini, umat Muslim umumnya dibingungkan dengan klasifikasi mana ulama dan mana politisi. Apakah ulama yang berkamuflase sebagai politisi atau sebaliknya? Muncul istilah ‘ulama tanggung’ dan ‘politisi tanggung’. Dalam istilah lain yang lebih positif disebut ulama organik yaitu ulama yang berdiri di antara dua kaki. Di satu sisi berperan sebagai penyuluh jalan ukhrawi dan di sisi lain berperan di garda depan sebagai punyuluh jalan sosial.

Peran ganda tersebut sudah lama muncul namun dalam variasi yang lebih beragam. Ulama konon memilih masuk partai politik sebagai alat untuk bergerak di bidang sosial. Sedangkan, kita tahu kepercayaan masyarakat terhadap ulama yang masuk partai politik saat ini tengah menurun. Kekahawatiran terhadap politik ulama semakin menjadi-jadi ketika tak sedikit kalangan memainkan isu agama, umumnya SARA untuk memukul pihak lawan.

Ini tentu, sekali lagi sangat mengkhwatirkan. Sebuah bangsa yang telah berdiri dengan dasar filsafatnya kembali menemui tantangan ketika orang-orang di dalamnya teralienasi oleh paham yang secara kabur mempertentangkan agama dan negara. Apalagi dalam konteks Indonesia, ulama selain memiliki seperangkat pengetahuan (agama) juga punya jamaah (massa).

Di satu sisi partai politik memainkan politik (identitas) agama, namun bergerak dalam kontestasi yang tak selamanya bertaut dengan nilai agama. Islam politik bila disikapi secara berlebih-lebihan (bisa jadi) dapat merugikan banyak orang. Dengan kata lain, lebih banyak menimbulkan sisi mudharat daripada manfaatnya. Ulama setidaknya berperan menentramkan kehidupan, bukan malah membuat gaduh persoalan.

Ketika ulama diuji dengan pelbagai macam isu, tak harus disertai dengan fatwa yang terburu-buru. Tak mudah mengklaim dan lantas memprovokosi massa. Sebab tak sedikit masyarakat menganggap seorang ulama memiliki otoritas tersendiri dalam ajakan agama.

Ulama sebagai penjaga gawang perdamaian harusnya tetap konsisten di jalannya, tak melirik pelbagai bidang lain. Saat seorang ulama mengendalikan banyak bidang, maka bias persepsi pun mudah terjadi. Tak sedikit para ulama kemudian memandang persoalan secara tak jernih. Tak mampu memilah mana persoalan agama dan persoalan yang mengarah pada kepentingan kuasa.

Di satu sisi, muncul kelompok-kelompok Muslim yang memang semenjak awal bergerak dan meniatkan diri berjuang dengan mikrofon. Meneriakkan visi politik mereka kemana-mana. Yang ada dalam kepalanya hanyalah kuasa. Pelbagai kalangan sudah tampak mulai membuka diri terhadap pemahaman semacam ini tanpa melihat secara kritis dari aspek historis misalnya.

Hal di atas tentu mengancam Indonesia yang semenjak lama menyepakati dasar negaran dalam sebuah dasar filsafat bernama Pancasila. Sebagai agama mayoritas, Islam dalam sejarah kebangsaan memegang kendali yang cukup besar. Tantangannya saat ini, organisasi Islam garis keras muncul dan terus menghiasi layar kaca. Kelompok-kelompok tersebut setelah reformasi bergulir semakin menjamur dan menguat.

Terlebih Islam politik dan politik identitas sudah mengerecut, agama semakin bergerak ke arah lain. Ulama sebagai penyuluh dibelokkan. Umat Muslim teralienasi, tak tahu mana budaya dan ajaran agama. Tak paham mana kepentingan politik dan nilai keagamaan. Akhirnya, fitnah menyebar dan serentak para ulama meresponnya dengan mengangkat mikrofon di jalan-jalan. 

Kembali pada Agama yang Ra(h)mah


Sebagai seperangkat nilai, Islam pada intinya adalah jalan berlaku baik secara sosial dan upaya mendekatkan diri pada Tuhan. Islam tak harus dijalankan secara aspiratif, ribut dan simbolis, melainkan dengan menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajarannya secara inspiratif. Di sanalah peran ulama sebagai pendidik sekaligus secara konkret ikut terlibat dalam ketertiban dan kesejahteraan sosial.

Ulama secara sosial dapat menata, mengatur, dan membimbing umat Muslim khususnya menuju suatu kondisi yang damai, tanpa kekacauan. Dalam kerangka tersebut, lewat agama, ulama dapat berperan lebih moderat terdahap segala bidang kehidupan dan semua umat manusia.

Sebagaimana M. Reville dengan tegas atau barangkali berlebihan menyebut agama sebagai daya penentu kehidupan manusia, yaitu suatu ikatan yang menatakan pikiran manusia dengan nalar misterius yang mengungkap dunia dan individu yang ia sadari dan dengan hal-hal yang menimbulkan ketentraman.

Alhasil, apa yang diramalkan di jaman ini sebagai masa di mana tingkat kepercayaan masyarakat terhadap agama akan menurun pada akhirnya terbantahkan. Agama menunjukkan kebangkitan dirinya, meski  dalam bentuk yang radikal dan fundamental. Pola beragama semacam ini, dalam sebuah bangsa plural setiap saat dapat memicu perselihan.

Tentu apa yang disebut kebangkitan agama di atas adalah laku sebagian kecil kelompok Muslim yang melakukan tindakan-tindakan melawan hukum. Sebagian kecil kelompok tersebut ingin menunjukkan inferioritas dirinya dengan tindakan anarkis. Islam semacam ini kerap melihat persoalan secara konspiratif tapi dengan simplistis.

Memang, apa yang terjadi akhir-akhir ini sebenarnya sudah terbaca oleh Richard Dawkins, “proyek pencerahan yang ditandai dengan sains, rasio dan keagungan teknologi kini telah terancam oleh serangan organized igronance bernama agama.” Agama ditempatkan oleh pelbagai kalangan sebagai jalan, namun bukan jalan menuju Tuhan, melainkan jalan meraih kekuasaan. Itu sebabnya, tidak sedikit pemuka agama (ulama) masuk gelanggang politik.

Serentak ulama mengangkat mikrofon menarik simpati massa dengan janji-janji politik keagamaan yang meributkan dan mengkhawatirkan. Di samping itu, tidak sedikit ulama masih memahami dan memonopoli agamanya sebagai tujuan utama yang patut diutamakan dan ditegakkan. Padahal dalam Islam dan agama apapun itu selalu menekankan untuk berlaku rahmah, menyayangi seluruh manusia dan alam semesta umumnya.

Sebab membela agama dengan menganiaya manusia sama halnya dengan menistakan agama. Kendati lebih jauh, menganggap agama sebagai tujuan sama halnya menuhankan agama. Jika menuhankan agama, bukankah itu bagian dari syirik yang nyata?

@mohamad baihaqi alkawy