Monday, December 12, 2016

212 dan Fahri Hamzah, Fadly Zon Menghilang?

Ada Cinta di 212


DUNIA HAWA - Gambaran sederhananya begini, ada cewek cuakep marah ke kamu dan langsung melayangkan tamparan keras, tapi meleset dan badannya terhuyung memutar dan terjatuh pas di dada kamu yang bidang datar, kamu tidak sempat mengelak karena kaget lantas menyadari si cewek sudah dalam pelukan, Apesnya si cewek tidak berusaha melepaskan diri? Bayangkan kejadian ini terjadi slow motion. Kamu belum sempat berfikir normal, tiba-tiba si doi sambil menangis berucap lirih ‘jangan kecewakan saya mas’. Hahahaha,,, so sweet, very romantic, bingung kan?


Kurang lebih seperti ini yang terjadi di 212 yang merupakan lanjutan dari 411. Aksi super damai dengan gelar sejadah dan Doa Bersama dilanjutkan dengan shalat Jum’at dengan agenda utama menuntut dan menekan pemerintahan Jokowi untuk memenjarakan Ahok, tidak sampai disitu, menurut pihak kepolisia, ada agenda terselubung untuk menjatuhkan pemerintahan yang syah, terbukti dengan penangkapan beberapa orang tersangka makar.

Saya yakin agenda terselubung di balik aksi 212 tidak diketahui oleh sebagaian besar jemaah karena mereka memang ikhlas datang untuk berpartisipasi dalam kejadian luarbiasa dan monulemtal ini, seorang teman yang hadir mengaku belum bisa move on dari 212, jumlah jemaah bahkan mengalahkan hari raya keagamaan apapun di Indonesia, sebuah fenomena baru dalam kehidupan beragama.

Pada saat tuntutan-tuntutan itu meredah bahkan tidak diucapkan karena jemaah khusuk melaksanakan ibadah shalat jum’at ditengah guyuran hujan, satu rombongan kecil berjalan kaki memasuki lokasi, lalu duduk di syaf jemaah lainnya tanpa bisa menghindari menjadi pusat perhatian bahkan mungkin mengurangi khusuk jemaah shalat jumat yang dirahmati Allah SWT. SEMPURNA! Sulit digambarkan dengan kata-kata, rasa apa yang tersembunyi di balik hati jemaah dan semua yang menyaksikan kejadian ini, hanya HARU bercampur BAHAGIA yang bisa saya ungkapkan, Haru dan bahagia melihat umat Islam shalat di tengah guyuran hujan, Haru dan bahagia melihat presidenku ada di antara saudara-saudaraku di Monas, Di sinilah cinta itu terbukti ada dan tetap bersemi. Jokowi tidak kemana-mana, tetap ada dihati rakyat Indonesia.

Jokowi adalah kita, setiap langkah dan ucapannya dalah kesederhanaan yang menawan, pesonanya menyebar sampai ke balik awan sehingga langitpun menjaganya. Kehadiran Jokowi di tengah-tengah jemaah shalat Jum’at murni sebagi hamba Allah sams seperti kita yang sama kedudukannya di hadapan Allah Tuhan YME. jauh dari kesan mempertontonkan keberanian, tidak ada kesan heroik “IKI DADAKU, ENDI DADAMU?”.karena Kebanggaan hanya milik Allah SWT.

Kemana Fadli Zon dan Fahri Hamzah. amin rais gak perlu dicari?


Fadli zon ke Panama dan Kuba, Fahri Hamzah ke Uzbekistan dan amin rais gak usah dicari. fz dan fh ada tugas maha penting ke luar negeri dan tidak bisa digantikan, karena keduanya sedang di luar negeri, (mungkin) sangat disayangkan belum bisa ikut bersama Kivlan Zen, Ahmad Dhani, Sri Bintang Pamungkas dan lainnya.


Kenapa Fadli Zon dan Fahri Hamzah Keluar Negeri, amin rais gak usah ditanya?


Aksi Bela Islam 411 telah dimanfaatkan FH untuk memuntahkan kebenciannya dan secara terbuka dan vulgar dengan suara lantang meneriakkan cara menjatuhkan pemerintahan, dilanjutkan dengan berkolaborasi dengan  FZ mengizinkan massa untuk memasuki gedung DPR merupakan bahasa lain dari menyuruh massa menduduki Gedung DPR  untuk memaksa digelarnya Sidang Istimewa guna memakzulkan Presiden. Lantas kenapa keduanya tiba-tiba pergi sehari sebelum 212? Ini pertanyaan besarnya. Saya sempat senyum bahkan tertawa senang membaca bahwa FH dan FZ  berangkat ke luar negeri. Dengan tidak hadirnya keduanya pada 212 minimal provokator berkurang.

Skenario Berjalan Sempurna?


Astagfirullah, saya istigfar berkali-kali ketika tiba-tiba menyadari suatu kemungkinan, darah saya berdesir menyadari hampir saja terjadi kerusuhan besar bahkan mungkin kudeta atau semacamnya yang akan dijadikan alasan untuk melengserkan Jokowi. Astagfirullahaladzim. Kembalikan ingata ke 411, bagaimana berapi-FH memprovokasi massa 411 tiba-tiba pergi hanya dalam hitungan jam sebelum  212. Fikiran positif saya mengatakan dia keluar negeri untuk tugas negara, tapi otak waras saya mengatakan ada indikasi  lain dari kepergiannya, Sepenting apa agenda kunjungan ke luar negeri sehingga harus meninggalkan api yang telah disulutnya?

Analisis waras saya begini. (Mungkin) dengan keyakinan penuh bahwa skenario aksi sudah berjalan baik, rencana sudah disusun rapi, massa sudah mulai berdatangan dari hampir seluruh penjuru negeri, walaupun nazar  jalan kaki dari Jogya ke Jakarta belum ditepati tapi aksi jalan kaki dari Ciamis ke Jakarta semakin menggelorakan semangat saudara-saudara muslim untuk ikut bergabung tanpa peduli himbauan dan larangan bahkan tidak peduli kemungkinan akan “dikudai” dan bisa berakhir fatal. Nah jawabannya ada di sini! Ibarat perang, ranjau sudah disebar, tinggal menjaga jarak dari ladang ranjau untuk menonton ledakan demi ledakan dari jauh sambil menunggu momentum untuk tampil sebagai pahlawan.

Jika rencana berjalan mulus, terjadi kerusuhan dalam skala besar, massa menduduki gedung DPR – MPR, tinggal menunggu waktu yang tepat kembali ketanah air dan memaksa digelarnya Sidang Istimewa untuk menggulingkan pemerintahan. Tapi mereka lupa, Tuhan tidak pernah tidur. 212 subuh dalam hitungan last minute polisi menangkap tersangka makar, Subahanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar,,, Takbiiiirrrrrr… Beberapa jam saja polisi terlambat, maka 212 akan berakhir lain, dan FH dan FZ memiliki alibi berada jauh sekali dari Jakarta. Indikasi ini terlihat dari pernyataan Fahri hamza beberapa hari setelah 411, “ saya akan pasang badan jika ada upaya melengserkan pemerintah”, kurang lebih seperti itu. Tidak perlu cerdas tingkat tinggi untuk mengerti bahwa itu merupakan upaya cuci tangan, atau tepatnya cuci mulut atas ucapannya pada aksi 411.

Hatipun tersentuh


Hati siapa yang tidak tergugah, melihat ratusan ribu jemaah berkumpul di satu tempat khusuk beribadah di bawah guyuran hujan. Hari jumat 212 sore saya berangkat ke Bogor menumpang Kereta Api Commuter Line, tiba di stasiun Bogor, pemandangan menakjubkan, 2 kereta yang tiba hampir bersamaan menumpahkan penumpang yang didominasi berpakaian putih,  seantero stasiun berubah menjadi putih, saya masuk ke toilet, pun putih oleh padatnya antrean, disini saya merasa tersentuh, kamipun sama-sama kencing berdiri.

Pesan buat pak Ahok, teruslah bergerak, Lanjutkan hidup, Jakarta masih membutuhkanmu. Khusus bagi mereka yang punya rencana jahat dan bersembunyi di tempat terang, silahkan bersiap-siap, kepolisian sedang bekerja.

Makanya, jangan senang dulu.

@samson hakim


Sandiwara Sholat Hidayat Nur Wahid

DUNIA HAWA - Seandainya pahala dan dosa itu punya efek langsung secara fisik, betapa bumi ini dipenuhi wajah-wajah malaikat dan iblis. Dosa orang yang memfitnah, misalnya, akan membuat wajahmu benjol-benjol, maka hilang ketampananmu, sirna kecantikanmu, dan ini akan membuatmu malu. Jika dosa orang yang menggunakan sentimen agama demi kepentingan politik dan nafsu itu berupa pindah hidungmu ke dengkulmu, kau pun akan menderita malu.


Tetapi Tuhan Allah memang Maha Bijaksana. Sekalipun ibadah kepada-Nya berupa sandiwara, Dia tak pernah marah dan tak akan mengurangi sedikit pun ke-Maha-an-Nya. Bahkan, sekalipun para pendosa selalu saja berbuat dosa, Dia tak pernah letih untuk memanggil-manggil hamba-hamba-Nya. Dia tak mengutuk. Dia tak menghina. Dia tak merendahkan. Dia tak mencaci-maki. Dengan cara yang amat mesra, Dia tetap memanggil si pendosa dengan kalimat indah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampui batas.”

Lihatlah, Dia masih menyebut para pendosa ini sebagai hamba-hamba-Nya. Dan Dia hanya menyebut hamba-hamba-Nya ini sebagai “yang melampui batas”. Tak aneh bila Dia disebut pula sebagai Yang Maha Sabar. Termasuk sabar terhadap hamba-Nya yang telah melakukan sholat sebagai sandiwara…

Pembaca yang budiman….

Tentu saja saya tidak memiliki kesabaran seperti Tuhan. Percik kesabaran yang dibenamkan-Nya ke dada saya seringkali tetap membuat saya tak sabaran. Tak sabar untuk memaki. Untuk mencaci. Untuk bersumpah serapah. Seperti saat ini.

Saat saya tengah tegang dalam doa dan harapan, agar jalannya sidang terhadap Ahok aman dan terkendali, agar proses persidangan sesuai dengan suara hati nurani, dan agar majlis hakim selalu menjunjung tinggi keadilan dan nurani, sebab antara adil dan nurani tak pernah bentrok, saya dikejutkan oleh klarifikasi yang dilakukan oleh wakil ketua MPR RI: Hidayat Nur Wahid tentang ibadah sholat yang dilakukannya di Iran.

Hidayat Nur Wahid merasa difitnah. Difitnah oleh media Iran yang Syiah itu. Yang tidak mengikuti masalah ini, sedikit saya infokan bahwa Hidayat Nur Wahid telah mengadakan kunjungan kerja ke Iran bertemu dengan parlemen Iran. Nah, dalam kunjungan itu, Hidayat Nur Wahid tampak melakukan sholat berjamaah, menjadi makmum dari imam Syiah. Foto ketika Hidayat Nur Wahid bermakmum di belakang imam syiah, telah tersebar di media sosial. Pertama-tama, foto ini diunggah oleh media syiah.

Dari sinilah, kemudian, Hidayat Nur Wahid merasa difitnah. Difitnah oleh media syiah (ABNA). Sebab, kata Hidayat Nur Wahid, sebenarnya dia telah mengulang sholatnya, dan kali ini sholat ulangan yang dilakukannya itu tidak lagi berjamaah dengan imam syiah, namun media syiah tak menggugah foto ulangan sholatnya ini.

Hmmm….

Untuk lebih jelasnya, inilah twips lengkap Hidayat Nur Wahid:

1. Assalaamu’alaikum Sahabat, izinkn  saya klarifikasi terkait isu ttg saya yg menyebar bbrp hari terakhir

2. Isu brawal dr media syiah, AhlulBaitNewsAgency/ABNA, yg scara mncolok tampilkn foto seolah saya shalat brjamaah dg syiah di parlemen Iran

3. Saya merasa difitnah. Krn banyak isu penting yg saya smpaikn&didukung olh ketua Parlemen Iran, spt pmbelaan utk masjid AlAqsha & Rohingya

4. Tapi bukan itu yg disoroti dan disebarluaskan

5. Apalagi saya tak pernah berniat unt makmum dg imam syiah. Saya pun shalat dg tatacara Sunni

6. Apalagi setelah itu dan di tempat yg sama, kami shalat sendiri dg tatacara Sunni, saya yg jadi imam

7. Tapi ABNA tak fair, dg tak sebar berita & foto shalat yg saya imami itu.

8.Terimakasih Sahabat. Smoga kita diteguhkan dlm aqidah (Sunni) dan dijauhkan dari fitnah. Wassaalaamu’alaikum.

Membaca hal itu, di sinilah saya habis kesabaran. Sebab saya bukan Tuhan! Seorang wakil ketua MPR RI, intelektual-cendekiawan-ustadz, bagi saya tak lebih bego daripada abg cabe-cabean. Kenapa Hidayat Nur Wahid perlu klarifikasi? Bisa jadi karena dia dikritik oleh orang-orang atau jamaah yang sealiran dengannya karena kedapatan dia menjadi makmum dalam sholat yang diimami oleh seorang penganut mazhab syiah. Seakan-akan dia hendak berkata, “O, tidak! Iman saya tetap terjaga. Saya memang menjadi makmum dalam sholat itu. Tapi, saya ulangi lagi sholat. saya jadi imam. Saya tak lagi sholat di belakang syiah.”

Makanya Hidayat Nur Wahid perlu klarifikasi. Takut disangka yang tidak-tidak oleh jamaah, saudara, kenalan, handai-tolan, atau entahlah. Hidayat perlu menjaga nama baiknya di hadapan mereka. Hidayat perlu tegaskan bahwa dirinya mengulangi sholatnya, dan kali ini bertindak sebagai imam, dan melakukan sholat dalam tata cara sunni. Hidayat tidak ingin dilihat sebagai orang yang terpaksa bermakmum di belakang imam syiah. Hidayat tak mau difitnah.

Iya, fitnah memang lebih kejam daripada tidak difitnah! Lebih baik mengulang sholat, lalu meneriakkan pada semua orang bahwa dia telah mengulang sholat daripada sholat di belakang seorang syiah.

Iya, syiah sesat. Syiah kafir. Syiah laknatullah. Syiah bukan Islam. Syiah masuk neraka. Syiah penghina istri-istri nabi. Syiah penghina sahabat-sahabat nabi. Syiah tukang kawin mut’ah. Syiah lebih menghormati Ali daripada nabi sendiri.

Syiah bejat.

Syiah laknat.

Syiah bajingan.

Syiah kampret.

Syiah bukan Islam!!!!

Yang Islam adalah Hidayat Nur Wahid! Karena itu, sholatnya harus diulangi lagi. Setiap makhluk di dunia ini harus tahu bahwa dia sudah mengulangi sholatnya ini.

Hidup wakil ketua MPR RI!!!!

Hidup Hidayat Nur Wahid!!!!

Hidup takfiri!

Hidup bego sebego-begonya!!!!

@nalarsehat99


1212 Berdoa Minta Keadailan, Ahok Disidangkan Bentuk Keadilan yang Dipaksakan

DUNIA HAWA - Hari ini adalah hari yang penuh berkah. Pasalnya, subuh-subuh banyak kaum muslimin yang memenuhi masjid. Ndak tau, apa memang setiap peringatan Maulid Nabi Muhammad saw orang-orang jadi rajin shalat Subuh di masjid lalu setelahnya masjid jadi sepi lagi. Atau, dikarenakan hari ini Ahok akan disidang. Dan semua "gara-gara Ahok." 

Betul tidak? *pake logat sunda*


Pak Anies Baswedan yang terkenal dengan kesantunan dan keakademisannya dalam berbicara, sempat menyampaikan beberapa pesan. Pesan yang sangat santun dan halus. Pak Anies tak bisa blak-blakan kayak Ahok. Ndak kebayang deh kalau Pak Anies jadi gubernur dan berhadapan sama preman-preman berdasi di Jakarta. Mungkin akan terlihat membosankan kayak telenovela. Tapi, Haji Lulung sangarnya cuma sama Ahok sih.

Pak Anies menyampaikan, “Hari ini umat Islam mengharapkan ditegakkannya keadilan dan dihadirkannya rasa keadilan. Pesan ini adalah pesan yang dipahami universal, bukan hanya di Indonesia, tapi di seluruh dunia. Kita berharap pesan damai yang selalu digaungkan.”

Umat Islam berharap ditegakkannya keadilan? Memang keadilan belum tegak? Ahok disidang pun adalah bentuk keadilan yang “dipaksa” untuk tegak. Saya katakan sekali lagi. Ahok disidang pun adalah bentuk keadilan yang “dipaksa” untuk tegak. Makanya, siapa yang tidak adil dalam kasus Ahok ini?

Pada kesempatan ini, saya akan jelaskan mengapa penetapan Ahok sebagai tersangka kasus penistaan agama sebagai “keadilan yang dipaksakan”. Pihak yang berwajib terpaksa mengadili Ahok hingga ditetapkan sebagai tersangka karena desakan massa. Ini mengantisipasi amukan massa yang terlanjur tersulut oleh pihak-pihak yang titik-titik. Tapi, setelah Ahok ditetapkan sebagai tersangka, orang-orang ini masih belum puas juga. Ibarat dikasih hati minta jantung.

Saya akan coba membahasnya dari segi hukum, meski saya bukan seorang pakar hukum.

Apa sih dasar hukumnya untuk kasus penistaan agama? Ahok dikenakan pasa 156 dan 156a KUHP. Padahal, pasal induk kasus penistaan agama bukan 156 KUHP, tapi UU no. 1 PNPS/1965. UU inilah yang mengatur soal urusan-urusan permasalahan agama di Indonesia. Ada 4 pasal di dalam UU tersebut yang perlu kita uraikan.

Pasal 1, berisi tentang hal-hal yang masuk ke dalam kategori “penistaan agama”. Berupa, menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum, untuk melakukan penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di Indonesia…yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama itu. Pernyataan Ahok di Pulau Seribu dikenakan pasal ini.

Jika seseorang terkena pasal 1, maka ia akan dikenakan pasal 2. Dikatakan, barang siapa yang melanggar ketentuan dalam pasal 1 diberi perintah dan peringatan keras untuk menghentikan perbuatannya..

Jika dengan peringatan keras si penista tidak kunjung jera dengan perbuatannya, maka berlaku pasal 3 yang menyatakan bahwa si pelaku akan mendapat pidana penjara selama-lamanya lima tahun. Dan di pasal 4, terdapat aturan tambahan bahwa untuk melaksanakan pasal 3, harus lewat KUHP pasal 165a.

UU no. 1 PNPS/1965 ini pernah diajukan Judicial Review ke hadapan MK, tapi hasilnya ditolak. UU ini sangat dijaga oleh kelompok radikal secamam FPI. Sebab, dengan UU sakti ini mereka bisa seenaknya menekan kelompok-kelompok minoritas.

Kalau FPI dan ikhwan secingkrangannya begitu melestarikan UU ini, seharusnya FPI juga harus taat terhadap pasal-pasalnya. Kalau Ahok sudah ditetapkan sebagai tersangka penistaan agama, atau Ahok terkenai UU no.1 PNPS/1965 pasal 1 , maka pasal 2 harus berlaku setelahnya. Ahok seharusnya ditegur dan diberi peringatan keras dari pemerintah agar tidak melakukannya lagi.

Tapi. Yang terjadi adalah Ahok langsung dikenakan pasal 4, yakni kenakan pasal 156a KUHP. Mengapa mekanisme hukumnya dilompat? Mengapa Ahok tidak diberi peringatan keras dulu? Bukankah aturan hukumnya sudah jelas. Bukankah FPI dan ikhwan secingkrangannya sangat mengkultuskan UU ini? Lalu, mengapa kini antum semua tidak mau ikut aturan tersebut?

Kalau memang aksi bela Islam yang berseri itu murni diperjuangkan untuk meminta keadilan, dan murni untuk memperjuangkan agama, mengapa mereka terus-menerus menuntut Ahok untuk dipenjara? Apa aturannya tidak jelas? Apa hukum harus tunduk di hadapan sekumpulan orang yang suka teriak-teriak takbir demi mendapat keadilan, tapi mereka sendiri tidak mau bersikap adil kepada Ahok.

Dan yang paling saya kagumi dari Ahok adalah ia tidak teriak-teriak atau protes sana-sini atas ketidakadilan yang menimpa dirinya. Bisa saja dong Ahok bilang, “Saya kok belum dikasih peringatan keras, sudah disidang aja, malah mau dipenjara?” Tapi, itu tidak dilakukan Ahok. Ia bisa saja mengadukan pra peradilan dengan menggunakan UU no. 1 PNPS/1965 bahwa ada ketidakadilan dalam kasusnya.

Ia tau bahwa sesekali kita perlu tunduk pada kemauan banyak orang, demi kedamaian negeri ini. Tapi, bukan untuk tunduk selamanya. Ada saatnya bahasa perlawanan pun harus kita suarakan dengan lantang. Negeri ini tidak berjalan di atas desakan massa. Kalau siapa yang paling banyak massanya bisa mengendalikan hukum di negeri ini, maka apa bedanya mereka dengan Fir’aun, Namrud dan Kaum Saba’?

Jadi. Saya ulang pertanyaan saya di awal. Siapa yang tidak adil dalam kasus Ahok? Dan siapa yang layak meminta keadilan dalam kasus Ahok? Jawabannya, akan menunjukkan seberapa waras diri anda.

Saya rasa, begitulah kura-kura

@muhammad nurdin


Rangkaian Bom dan Benih-Benih Terorisme di Sekitar Kita

DUNIA HAWA - Pada Minggu 11 Desember kemarin, Kairo dan Turki diguncang bom. Sehari sebelumnya, di Bekasi, polisi Indonesia menangkap tiga tersangka teroris yang berencana melakukan aksinya pada hari Minggu itu. Jika tidak digerebek polisi, ketiga teroris itu bermaksud meledakkan bomnya di tempat penting atau di tengah keramaian di Jakarta.


Apakah rangkaian pengeboman di Kairo dan Turki terkait dengan rencana pengeboman di Jakarta? Kita belum tahu jawabannya. Polisi masih terus menyelidiki hasil tangkapan mereka di Bekasi itu. Dari informasi yang dapat dikumpulkan sejauh ini, ketiga teroris itu merupakan bagian dari jaringan teroris Bahrun Naim, mastermind aksi teror Bom Sarinah pada Januari 2016 silam. Bahrun kini bermukim di Suriah dan menjadi bagian dari gerakan ISIS.

Pengeboman adalah bentuk paling brutal dari aksi-aksi kekerasan yang dilakukan kelompok ekstrimis yang mengatasnamakan Islam. Aksi-aksi kekerasan ini terjadi secara sporadis, umumnya di negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim.

Pertanyaannya, mengapa pengeboman dan aksi-aksi kekerasan terus terjadi? Bukankah pemerintah di negara-negara Muslim cukup gencar melakukan program deradikalisasi dan mendukung kampanye moderatisasi Islam? Apa yang salah dengan program deradikalisasi itu?

Kita tahu semua bahwa sebab-sebab terorisme sangat kompleks. Para sarjana menjelaskan adanya beragam faktor  yang mendorong orang melakukan perbuatan teror. Ada faktor ekonomi, psikologi, ideologi dan faktor-faktor lain. Namun, dalam hal kekerasan yang terkait dengan Islam, faktor “ideologi” kerap menjadi alasan utama yang dianggap paling berperan.

Tentu saja ada motif ekonomi atau alasan psikologi yang mendorong seorang Muslim menjadi teroris. Tapi, alasan itu saja tidak cukup. Mesti ada “sesuatu” yang membuat orang-orang itu terdorong menjadi teroris dan melakukan pembunuhan dengan cara-cara keji.

Ideologi Kekerasan


Apakah “sesuatu” itu? Jika Anda akrab dengan kajian-kajian seputar Islam Politik atau gerakan politik Islam, tidak sulit menemukan “sesuatu” yang membuat orang bisa menjadi penjahat atau melakukan kekerasan atas nama agama. Ya, sesuatu itu adalah doktrin atau pemahaman. Doktrin inilah yang menjadi akar persoalan kekerasan dalam Islam. Sebagaimana doktrin-doktrin baik akan mendorong orang berlaku baik, doktrin-doktrin jahat juga akan mendorong orang berlaku jahat.

Tapi, apakah ada doktrin yang jahat dalam Islam? Tentu saja, tak ada agama yang mengajarkan kejahatan. Semua agama menyeru pada kebaikan. Jahat dan baik adalah soal persepsi dan soal bagaimana Hukum (undang-undang, aturan) menilainya.

Membunuh orang kafir bagi kelompok teroris (ISIS misalnya) dianggap sebagai kebaikan, tapi bagi persepsi banyak orang, itu adalah kejahatan. Menghasut dan menebar kebencian lewat ceramah bagi kelompok tertentu dianggap sebagai sesuatu yang biasa (bukan kejahatan), tapi bagi Hukum, tindakan itu bisa dikategorikan sebagai “hate speech” (ujaran kebencian), sebentuk kejahatan yang dapat terkena sanksi.

Bukan suatu rahasia lagi bahwa Islam memiliki doktrin yang bisa ditafsirkan dan digunakan untuk tujuan-tujuan kejahatan. Ayat-ayat yang menganjurkan kaum Muslim untuk membunuh kaum kafir/musyrik di manapun mereka berada (QS 2:191, 9:5) bisa menjadi masalah besar jika ditafsirkan dan digunakan oleh kelompok-kelompok tertentu. Begitu juga ayat-ayat yang melarang kaum Muslim berkawan-baik (bersekutu) dengan orang-orang Yahudi dan Kristen (QS 5:51) bisa menjadi landasan untuk bersikap diskriminatif dan intoleran.

Kaum teroris dan para pelaku kekerasan memiliki irisan yang besar dengan kelompok-kelompok Muslim konservatif. Semakin besar jumlah kaum konservatif di negeri ini, semakin besar dukungan terhadap terorisme dan kekerasan.

Para teroris dan pelaku kekerasan pada mulanya adalah orang-orang biasa yang mempelajari Islam. Sebagian mereka pernah belajar di pesantren. Sebagian yang lain pernah berguru di lingkaran-lingkaran pengajian (halaqah). Mereka yang menerima ajaran Islam yang keras akan mengkonversi ajaran itu menjadi sebuah tindakan. Jika lingkungannya memungkinkan, mereka akan mengkonversinya menjadi tindakan-tindakan teroris.

Ladang Subur


Terorisme dan kekerasan atas nama agama tidak datang begitu saja. Seperti sebuah tanaman, terorisme memerlukan lahan yang subur. Jika tak ada lahan yang mendukungnya untuk tumbuh, terorisme tak akan muncul. 

Agar pohon padi tumbuh subur dan berbuah lebat diperlukan lahan yang memungkinkannya begitu. Ada tanah yang gembur, irigasi yang cukup, serta asupan vitamin berupa pupuk yang cocok.

Begitu juga dengan terorisme atas nama agama. Terorisme tidak akan muncul jika masyarakat Muslim ramai-ramai mengutuknya dan serius memerangi akar-akar yang menopangnya. Akar-akar terorisme adalah latihan-latihan kekerasan dan sikap-sikap kebencian kepada orang berkeyakinan lain. Semakin banyak kelompok dalam masyarakat kita yang mudah melakukan kekerasan atas nama perbedaan, semakin subur terorisme berkembang.

Kita sering mendengar orang melakukan penolakan (denial) jika Islam dikaitkan dengan terorisme. Mereka berargumen bahwa tidak ada hubungan antara Islam dan terorisme. Islam adalah agama damai yang menolak terorisme. Sayangnya, orang-orang ini lupa atau menutup mata bahwa para teroris itu melakukan aksi-aksi mereka dengan mengatasnamakan Islam dan merasa terpanggil melakukan aksi-aksi brutalnya setelah mempelajari doktrin-doktrin tertentu di dalam Islam.

Terorisme dengan menggunakan bom untuk membunuh sebanyak mungkin orang adalah puncak dari ideologi kekerasan yang tumbuh subur dalam masyarakat kita. Dalam bentuknya yang lebih "halus," terorisme diekspresikan dalam aksi-aksi kekerasan, seperti merazia rumah makan pada bulan puasa, membubarkan orang yang sedang beribadah, merusak patung, hingga menyeru kebencian dalam khutbah dan mimbar-mimbar pengajian.

Jika kita masjh terus mentolerir tindakan-tindakan main hakim sendiri dengan mengatasnamakan agama, mentolerir perusakan patung, dan membiarkan orang menebar kebencian di mimbar-mimbar keagamaan, jangan harap kalau terorisme akan hilang dari negeri ini. 

Terorisme akan terus tumbuh selama lingkungannya penuh dengan kekerasan dan perilaku intoleran. Kekerasan dan khutbah-khutbah kebencian yang kerap kita dengar di mimbar-mimbar keagamaan adalah pupuk penyubur bagi terorisme.

@luthfi assyaukanie


Puisi Untuk Ahok Jelang Sidang

DUNIA HAWA - Sekitar 3 bulan lalu Fadli Zon menulis puisi untuk Ahok berjudul ‘Tukang Gusur’. Saya jadi teringat ingin membuatkan puisi untuk Pak Ahok. 


Sebentar lagi Ahok akan menjalani sidang perdana dalam kasus dugaan penistaan agama. Ini adalah garis start yang akan berujung pada garis finish; apakah Ahok akan divonis bersalah atau apakah Ahok akan divonis bebas. Kita tidak tahu, hanya Tuhan yang tahu. Mari kita berdoa semoga yang terjadi adalah yang terbaik dan semoga kebenaran terkuak satu per satu.

Sejak kau hadir di Jakarta,
Semua sorotan mata tertuju padamu,
Beberapa bertanya siapa dirimu,
Beberapa sinis denganmu,
Memangnya siapa kamu.

Waktu menampar kesadaran mereka,
Membuka mata dan hati mereka,
Kiprahmu memukau nalar,
Kinerjamu melampaui harapan yang telah lama hilang,
Prestasimu seolah lari mengebut,
Tak terkejar, tak terjangkau,
Yang engkau berikan bukan sekedar janji manis,
Bukan sekedar harapan setinggi langit sedalam samudera,
Bukan pula garansi,
Tapi bukti yang jauh lebih manis dari gula termanis.

Banyak harapan tertambat di pundakmu,
Banyak impian dipercayakan di tanganmu,
Banyak keluhan disampaikan kepadamu,
Karena mereka percaya kepadamu,
Menempuh jarak demi berfoto denganmu,
Berjalan jauh demi meminta pertolonganmu,
Menyampaikan keluh kesah padamu,
Karena mereka tahu engkau pasti mendengar,
Pasti mengantarkan bukti.

Tapi semua yang engkau lakukan,
Seolah tak ada artinya bagi segelintir orang,
Tak peduli apa yang kau berikan, mereka takkan membuka tangan,
Tak peduli apa jasamu, mereka terus menutup mata,
Tak peduli ketulusanmu, hati mereka terkunci,
Tak peduli niatmu memajukan negeri, mereka tak mendengar,
Kebaikanmu bagai sebutir debu, tak terlihat,
Yang kau berikan untuk Jakarta,
Hanyalah fatamorgana di mata mereka.

Tapi satu kesalahan kecilmu,
Itulah yang mereka lihat, mereka dengar,
Mereka tak membuka pintu maaf,
Mereka buka pintu pengadilan untukmu,
Menyeretmu ditemani cacian dan hinaan,
Dengan satu jari telunjuk ke arahmu,
Dengan teriakan engkau bersalah,
Kau salah satu putra terbaik bangsa,
Dicap jadi salah satu orang terjahat,
Orang terhina di negeri ini,
Suara mereka menggema, serempak,
Engkau harus ditangkap, dihukum, dipenjara.

Engkau tidak sendiri,
Kami semua diam, tapi mulut kami tak pernah diam,
Bukan dengan teriak, bukan dengan protes,
Tapi dengan lantunan doa,
Mereka yang telah kau bantu,
Mereka yang telah kau sejahterakan,
Mereka yang telah kau tingkatkan taraf hidupnya,
Mereka yang telah kau manusiakan,
Mereka yang kau mudahkan masalahnya,
Mereka yang merasakan hasil kerjamu,
Mereka yang tahu kejujuranmu,
Mereka yang merasakan niat tulusmu,
Mereka yang hidupnya berubah karena dirimu,
Mereka yang telah melihat sepak terjangmu,
Semua yang di luar Jakarta yang percaya padamu,
Mereka tidak sedikit, banyak, sangat banyak,
Doa mereka mengiringimu.

Engkau mungkin sendiri di sana,
Tapi mata kami terus mengawasi,
Kami tidak pernah berpaling darimu,
Kami terus mendukungmu,
Mungkin kau lelah,
Ingin berhenti, lepas dari belenggu,
Mencari hidup baru, tanpa tekanan,
Tanpa berpikir untuk negeri ini.

Tolong jangan,
Langit punya mata, Tuhan punya kuasa,
Kebenaran akan membuka jalan untukmu,
Waktu akan menguak semuanya,
Menunjukkan siapa dirimu sebenarnya,
Menunjukkan siapa mereka sebenarnya.

Tolong jangan,
Banyak yang masih merindukanmu,
Banyak yang ingin segera kau kembali,
Banyak yang menanti gebrakanmu,
Banyak harapan yang belum kau berikan,
Banyak janji yang belum kau tepati,
Banyak visi yang belum kau wujudkan,
Jangan pergi dulu.

Tolong jangan menyerah demi kami,
Jakarta butuh dirimu,
Jakarta yang maju, yang dibanggakan,
Jakarta yang dikagumi dunia luar,
Jakarta seperti Singapura,
Bukankah itu janjimu?
Tolong tepati dulu.

Doa kami untukmu,
Semoga yang terbaik diberikan kepadamu,
Semoga pintu kebenaran terbuka,
Semoga kekuatan dilimpahkan padamu,
Selamat melangkah di sidang,
Kami menunggumu di garis finish,
Siap menyambutmu, mengarak dirimu,
Memperlihatkanmu pada dunia,
Kau adalah Ahok

@xhardy


Kampanye Rakyat Ala Ahok, Mau Dinner Bareng? Bayar 2 Juta

DUNIA HAWA - Sekarang gak jaman lagi kampanye buang-buang duit, ngumpulin massa, nyewa organ dan artis, bagi-bagi kaos, bagi-bagi sembako, bagi-bagi amplop sambil bilang “jangan lupa pilih saya”.


Kayaknya udah gak laku lagi ya kampanye model begitu, udah ketinggalan jaman. Sekarang jamannya kampanye blusukan.

Kampanye model baru ini di kenalkan oleh Jokowi, niat awalnya bukan buat kampanye tapi Jokowi yang awalnya bukan seorang politisi dan kemudian menjadi walikota mau melihat langsung kesulitan apa yang dihadapi warganya, langsung dari lapangan, langsung dari warga, langsung dari titik masalah, bukan “terima jadi” hasil laporan bawahannya seperti yang sudah lazim terjadi.

Ternyata fakta dilapangan dan laporan bawahan seringkali bertolak belakang. Itu mengapa Jokowi melanjutkan aksi blusukannya sampai menjadi Gubernur di Jakarta dan sudah jadi Presiden pun Ia tetap mempertahankan trade marknya. Blusukan.

Bahkan gaya Jokowi mendatangi warganya ini kemudian banyak ditiru oleh politikus dalam rangka mencari dukungan. Mereka melakukan blusukan ala Jokowi, keluar masuk kampung sambil menempelkan poster mereka dimana-mana sampai mengikuti tarian yang dipersembahkan warga untuk kedatangan mereka.

Tentu saja blusukan politisi dengan blusukan Jokowi berbeda, kalau Jokowi keluar masuk kampung diem-diem, kalau bisa jangan ada orang yang tau ke daerah mana Ia pergi, bahkan kucing-kucingan dengan wartawan supaya tidak diikuti, kalau politisi selain masang poster dan spanduk mereka yang segede gaban, mereka biasanya juga bawa rombongan wartawan biar diliput disana sini. Gak salah juga sih bawa kamera karna judulnya emang mau kampanye.

Sebelum kedatangan si calon di lokasi, biasanya tim lapangan mereka sudah stand by dengan segala tetek bengek dan persiapan yang dikemas sedemikian rupa sehingga terkesan warga mendukung mereka dan dengan suka hati menyiapkan semuanya.

Tentu saja ada warga yang mendukung para calon ditiap daerah tapi saya kira tidak semuanya dan tidak akan se niat jika dipersiapkan oleh tim kampanye mereka sendiri. Toh buat warga, siapapun yang datang kampanye silahkan saja, apalagi kalau masih ada yang pake bagi-bagi sembako, mereka senang-senang saja menerimanya, lumayan rejeki warga soleh :). Urusan nanti memilih siapa, itu urusan hati.

Ada juga yang kampanye ikutan masuk warteg, sok merakyat lalu cuma pinjam kobokan disana karna makanannya dia sudah bawa sendiri dari rumah. Haha gak perlu sampe segitunya lah, kalau memang gak biasa makan di warteg ya gak perlu masuk warteg cuma buat pinjam kobokan juga..

Lalu mengapa gaya kampanye Ahok malah lain lagi? Si tetangga keluar duit pribadi sampai milyaran buat modal kampanye, si Ahok malah minta sumbangan dari warga. Segitu miskinnya kah Ahok?


Suasana Makan Berbayar Dengan Ahok

Apalagi Ahok mengadakan Makan Prabayar dengannya, kamu mau dinner bareng Ahok, harus siapin duit minimal 2jt/orang. Cuma buat makan bareng doang.. buat dinner bareng cewe inceran aja gak sampe segitu ya habisnya haha.. Emang dasar pelitnya kebangetan nih orang!

Oh jangan salah, selain menetapkan harga tinggi untuk kalangan menegah atas, untuk warga menengah ke bawah, tiap meja dengan 10 kursi cuma dikenakan tarif Rp 500.000, jadi tiap orang cukup membayar Rp 50.000. See? Siapapun boleh ikut menyumbang.

Menariknya, kampanye makan berbayar ala Ahok ini selalu ramai peserta. Sekali makan bareng Tim Kampanye Ahok Djarot bisa mengumpulkan uang donasi sampai 1.2M karna selain acara makan malam mereka juga mengadakan lelang lukisan dan penjualan buku.

Kabarnya Tim Kampanye Badja telah menjadwalkan hingga 20kali acara makan berbayar ini. Pesertanya tidak terbatas hanya warga Jakarta saja, bahkan ada warga dari Semarang yang datang sekeluarga mengikuti acara ini. Jadi siapapun bisa ikut menyumbang dana kampanye rakyat ini.

Informasi dana gala dinner ini bisa langsung dilihat di ahokdjarot.id yaa

Menurut saya gaya kampanye Ahok yang menerima sumbangan dari warga yang mendukungnya walaupun cuma 10rb rupiah itu bagus untuk dilanjutkan. (banyak warga datang ke Rumah Lembang, tempat Ahok menerima dukungan warga dan memberikan donasi, donasi 10rb rupiah pun tetap diterima dengan senang hati disana) Sehingga semua warga bisa ikut merasa “memiliki” si gubernur karna mereka sudah berjasa ikut berjuang menjadikan si pejabat kedalam posisi tsb.

Jadi si pejabat bukan cuma “milik” pengusaha yang bisa memberi bantuan dana kampanye yang besar, tetapi juga “milik” semua rakyat. Karnanya si pejabat tidak lagi merasa hutang budi yang biasanya dibalas dengan memberi proyek atau mempermudah ijin-ijin bisnis si penyandang dana besar.

Lalu si calon juga gak perlu pusing mikirin gimana caranya “balik modal” kalau sudah jadi pejabat nanti. Yang biasanya berakhir dengan korupsi sana sini. Dan tak jarang mati dibalik jeruji besi.

Sering terjadi si calon mengeluarkan banyak dana untuk kampanye, menghabiskan harta yang dimiliki, menjual yang tersisa, hingga banyak yang menjadi gila karna cita-cita jadi pejabat tidak tercapai. Duit habis, jabatan pun tak dapat. Fenomena ini banyak terjadi beberapa tahun lalu, saat banyak orang berlomba-lomba ikut Pilkada tapi takdir tak sesuai rencana dan berakhir di Rumah Sakit Jiwa karnanya.

Itu mengapa tidak dianjurkan berambisi menjadi penguasa. Saat ambisi yang muncul mereka akan melakukan segala cara untuk mendapatkannya. Bahkan sampai membuat gubernur tandingan, kayak kemaren itu… Memang gak waras.

Menjadi penguasa itu harus dengan hati, dari hati, sehingga tidak ada keinginan untuk mengambil, semuanya didedikasikan untuk memberi, bagaimana melakukan yang terbaik buat warganya. Ketika tidak ada keinginan untuk mengambil, maka keributan pun tidak akan terjadi.

Lalu gimana dengan Ahok yang kesannya sering ribut sama semua orang? Kita bisa melihat siapa yang rajin mau mengambil uang rakyat dan siapa yang selalu dengan gagah mengamankan uang rakyat.

Sampai keluar “pemahaman Nenek Lu” yang fenomenal itu, sampai julukan “si gila” dari lawannya dan sederet kata-kata mutiara yang keluar dari si “mulut jamban” yang sesungguhnya ditujukan kepada orang-orang yang tepat untuk menerimanya.

Tak perlu menafikan ini, kita memang butuh “si gila” dan “mulut jamban” untuk mereformasi segala bidang. Biarkan dimulai dari ibukota dan berakhir untuk seluruh Indonesia. Jujur saja kita sebagai orang waras sangat merindukan “si gila” itu kembali lagi seperti sedia kala.

Jangan sampai kasus fitnah yang digoreng ini memotong tajinya, melumpuhkan semangatnya. Dan berakhir dengan kondisi Jakarta yang semrawut lagi. Seperti dulu.

@indah


GNPF-MUI, Untuk Apa Kerahkan Massa Hingga Ribuan Ke Sidang Ahok?

DUNIA HAWA - Seperti yang sudah diprediksi, sidang Ahok atas dugaan penistaan agama akan ramai. Bukan hanya ramai diperbincangkan, tapi juga ramai dihadiri. Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) menyatakan bakal mengerahkan 1000 orang untuk mengawal persidangan perdana Ahok yang digelar besok di gedung lama Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Nah, mau apa lagi kerahkan massa sampai seribu orang? Bukankah mengawal persidangan sudah dilakukan oleh pihak kepolisian?


Menanggapi pernyataan tersebut, kepala bidang Humas Polda Metro Jaya mengatakan pihaknya akan melakukan pengamanan mengenai apakah terdeteksi adanya gangguan, masih dikoordinasikan dengan pihak intelijen. Selain itu upaya koordinasi terus dibangun dengan sejumlah elemen masyarakat agar persidangan berjalan lancar.

Ternyata bukan saya saja yang berpikiran seperti ini. pakar hukum pidana Universitas Indonesia, Teuku Nasrullah mengaku tidak habis pikir dengan GNPF MUI yang bakal mengerahkan massa sebanyak itu. Menurutnya, pengerahan massa sebanyak itu tidak ada manfaatnya. “Buang waktu saja, seharusnya GNPF membuat tim independen, lalu analisa persidangan ketimbang mengirim ribuan orang untuk kawal sidang,” ujarnya. Dia juga menambahkan mengirim satu juta orang pun hanya akan membuat sia-sia terlebih jika mereka tidak mengerti apa-apa soal jalannya persidangan. “Lebih baik mereka di rumah, itu lebih bermanfaat, sejuta orang dikirim tapi nggak ngerti apa-apa, buat apa?” katanya.

Dia juga takut akan adanya masalah lain jika terlalu banyak orang ikut jalannya sidang. Masalah-masalah tersebut antara lain perlawanan karena tak bisa masuk, seolah-olah ada pengamanan sidang terselubung untuk menghindari massa. “Kalau massa sebanyak itu, pasti pihak keamanan bawa lebih dari itu. Apabila polisi mengamankan ruang sidang, nanti dikira tidak objektif dan menimbulkan masalah baru,” tambahnya.

Saya sepakat dengan orang ini, meski saya tidak kenal dan baru mendengar nama orang ini. Banyaknya massa seperti ini tentunya akan diikuti dengan peningkatan keamanan dan jumlah personel kepolisian. Kalau sudah begini, risiko rusuh bisa saja terjadi. Kalau begini sih bukan mengawal, malah bikin situasi tidak nyaman. Ujung-ujungnya sidang ditunda. Lagipula seperti yang dikatakan Teuku, untuk apa kirim sampai ribuan orang. Mengapa tidak kirim saja perwakilan yang terdiri dari beberapa orang yang mumpuni dan mengerti jalannya sidang sehingga nanti bisa disampaikan pada massa? Bukankah itu lebih baik ketimbang mengirim semua orang yang tidak ngerti sidang, yang ujung-ujungnya bikin rusuh? Bukankah lebih baik duduk manis di rumah, dan menunggu daripada ikut menyesakkan ruangan dan bikin gerah.

@xhardy


Gereja Katedral di Kairo Dibom, 28 Orang Tewas

DUNIA HAWA- Ledakan bom mengguncang sebuah Gereja Katedral Koptik di Kairo, Mesir, Minggu (11/12) waktu setempat. Sedikitnya 28 orang meninggal dunia akibat ledakan terebut. 


Dilansir dari Reuters, Minggu (11/12/2016), bom tersebut meledak saat jamaah tengah melaksanakan misa. Selain 28 korban tewas, diketahui 49 orang lainnya mengalami luka-luka. 

Banyak dari korban luka tersebut adalah wanita dan anak-anak. Serangan ini disebut sebagai serangan paling mematikan terhadap golongan minoritas di Mesir dalam beberapa tahun terakhir. 

Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Hanya saja, ISIS melalui media sosial mereka tampak tengah merayakan sebuah penyerangan. 

"Tuhan memberkati orang yang melakukan tindakan diberkati ini," tulis salah satu pendukung kelompok militan itu di Telegram.

Bom meledak di aula utama Katedral St Mark. Diketahui biasanya pengamanan di Katedral ini terhitung ketat. 

Pasca ledakan, lantai kapel dan bangku-bangku gereja tertutup puing reruntuhan bangunan. Selain itu debu dan darah telah tampak bercampur. 

"Begitu imam memanggil kami untuk mempersiapkan doa, ledakan terjadi," kata seorang saksi mata yang berada di dalam gereja saat ledakan terjadi, Emad Shoukry.

"Ledakan mengguncang tempat itu… Debu menutupi lorong dan saya mencari pintu, meskipun saya tidak bisa melihat apa-apa ... Saya berhasil meninggalkan tempat itu di tengah-tengah jeritan dan tubuh bergelimpangan," tuturnya.

Presiden Mesir: Kita Akan Lebih Kuat Pasca Peristiwa Ini


Bom yang meledak di Gereja Katedral Koptik di Kairo, Mesir, meninggalkan luka mendalam. Tak hanya bagi keluarga korban, tapi juga bangsa Mesir secara umum. 


Meski begitu Perdana Menteri Mesir Sherif Ismail yakin warga Muslim dan Kristen di Mesir akan bersatu untuk melawan segala bentuk terorisme. 

"Bangsa Muslim dan Kristen akan berdiri bersama untuk melawan terorisme ini," kata Ismail, Senin (12/12/2016). 

Pengeboman di Katedral Koptik pada Minggu (11/12) waktu setempat menewaskan sedikitnya 28 orang dan melukai 49 orang lainnya. Kejadian ini merupakan yang terburuk dalam 5 tahun terakhir. Pada 2011 silam, sedikitnya 20 orang jamaah di sebuah gereja di Alexandria tewas akibat sebuah serangan bom.

Presiden Mesir Abdul Fattah Said Hussein Khalil as-Sisi menyebut serangan di Katedral sebagai serangan teroris yang menjijikkan. Namun ia yakin Mesir akan menjadi lebih kuat pasca kejadian ini. 

"Mesir hanya akan lebih kuat dan lebih bersatu dari peristiwa ini," ujar presiden. 

Pengeboman terjadi pada hari libur nasional dalam rangka memperingati maulid Nabi Muhammad SAW. Saat pengeboman terjadi, jamaah gereja tengah melaksanakan misa. 

Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini turut berbela sungkawa atas apa yang terjadi di Kairo. Ia menegaskan bahwa Uni Eropa bersama-sama dengan Mesir untuk melawan segala macam tindak terorisme.

"Kami bersama dengan Mesir dalam upaya mengalahkan terorisme," tutur Mogherini. 

@reuter, afp


Bravo Pak Kapolri, Bravo Densus 88

DUNIA HAWA - "Terorisme Rekayasa Pengalihan Isu" adalah penipuan yang dihembuskan oleh pendukung terorisme. sesimpel itu?


Yang mungkin lolos dari pengamatan kita, kemarin terjadi rentetan bom meledak di beberapa kota di pelosok dunia yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa.

Istanbul Turki 39 tewas, Kairo Mesir 28 tewas, dan beberapa kota lain di afrika dengan total jumlah korban tewas mencapai ratusan.

Bom daya ledak tinggi yang berhasil diamankan Densus88 di Bekasi diduga adalah bagian dari rangkaian serangan ini.

6 orang teroris ditangkap Densus 88 di Bekasi kemarin adalah sel teroris yang didanai oleh Bahrun Naim, yang sekarang diduga berada di Raqqa Suriah.

Indonesia Selamat


Indonesia lolos dari serangan bom terkoordinir berkat kesigapan aparat Polri khususnya Tim Densus 88 melakukan pencegahan dini.

Pak Kapolri mengatakan, "jangan sampai mengatakan ini rekayasa pengalihan isu", seperti dilansir Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.

Karena yang menyebar tipu-tipu "terorisme adalah rekayasa" adalah para Pendukung Teroris yang tidak terima rencana bom nya digagalkan. 

Apresiasi sebesar-besarnya untuk pak Kapolri Ndan Tito Karnavian, juga Tim Densus 88 yang menyelamatkan bangsa ini dari rencana keji mereka.

Bravo Pak Kapolri, Bravo Densus 88

. اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad, Wa 'ala Aali 
Sayyidina Muhammad

Fakta


1.Pembom bunuh diri Mesir, pelaku wanita, puluhan tewas.

2.Pembom bunuh diri Nigeria, pelaku wanita, puluhan tewas.

3.Pembom bunuh diri Bekasi, pelaku wanita, digagalkan sebelum aksi, tak ada korban, aman.

Fakta Pasca Peledakan


1. Polisi Mesir gagal mengantisipasi teroris. Tuntutan : Pecat Mendagri Mesir

2. Polisi Nigeria gagal mengantisipasi teroris. Tuntutan : Pecat Kepala Polisi.

3. Polisi Indonesia berhasil menangkap pelaku bom bunuh diri sebelum diledakkan. 
Tuntutan : Itu hanya pengalihan isu. Jangan jangan ini permainan intelijen.

Situ waras??? Situ sehat ?
Biar waras dan sehat minum Equil dan kunyah Sari Roti ya...

#SayNoToTerrorism

@ustad abu janda al boliwudi