Sunday, November 20, 2016

Menyikapi 411 Dari Kacamata Parlemen

DUNIA HAWA - Sudah terlalu banyak media yang membahas Demo 411 kemarin dari berbagai sisi, namun sangat sedikit yang mengulas mengenai sikap “Orang-orang Senayan” terhadap demo 411 tersebut. Entah mengapa orang hanya fokus kepada para ulama, para cagub dan pemerintah saja. Sementara DPR yang biasanya kepo terhadap segala sesuatu yang terjadi di negeri ini, seperti terlihat bersembunyi. Hanya Ruhut Sitompul, Fahri Hamzah dan Fadli Zon yang suaranya “kenceng” dan terlihat jelas sikapnya. Bukan itu saja, duo FF ini juga menjadi orator dan provokator dalam demo tersebut.


Adalah menarik melihat kiprah keduanya kemarin itu, karena terlihat sangat aneh dan tidak wajar. Biasanya warga demo ke gedung DPR, lalu anggota DPR nya ngumpet atau kabur lewat pintu belakang. Duo FF ini malah ikut berdemo dengan gerombolan berdaster dengan menaiki truk yang disulap menjadi sebuah “mimbar” tempat untuk “berbicara hal-hal yang kotor dan tidak pantas” Padahal duo FF ini digaji masyarakat untuk melakukan “pekerjaan parlemen” seperti membuat undang-undang. Ini pekerjaan yang sangat mendesak karena tak sampai 20% undang-undang yang berhasil dirampungkan DPR dari target semula! Begitulah kinerja DPR kita!

Gobloknya lagi, si Fahri Hamzah yang sok pintar itu malah mengajari warga cara-cara untuk mengguling pemerintahan dengan dua cara, yaitu lewat parlemen Senayan atau lewat parlemen jalanan. Apa yang dilakukan oleh Fahri Hamzah dan Fadli Zon yang notabene adalah orang parlemen Senayan ini sungguh memalukan bagi seluruh anggota DPR yang masih punya rasa malu, apalagi kedua FF ini menjabat sebagai Wakil Ketua DPR!

Lalu timbul pertanyaan. Kalau memang berseberangan dengan pemerintah, mengapa Fahri Hamzah tidak menjalankan fungsinya melalui parlemen beneran untuk menekan pemerintah? bahkan bila perlu menjatuhkannya saja, seperti yang dulu dilakukan “DPR Taman Kanak-kanak” kepada Gus Dur? Jawabannya sederhana. Fahri Hamzah ini “Impoten!” Dia hanyalah “lelaki tak berdaya, tapi bermulut comberan” Walaupun menjabat Wakil Ketua DPR di Senayan, tetapi suaranya seperti “angin busuk” yang tidak patut didengar. Itulah sebabnya dia hanya bisa “merayu” para penyuka “nasi bungkus” untuk melakukan aksi parlemen jalanan.

Menarik untuk dicermati strategi Fahri Hamzah ini dan juga perilaku tersembunyi para orang senayan lain, yang didalam “keheningan” mereka itu menyimpan kesan seperti bersiap-siap untuk “menangguk di air keruh” karena peristiwa 1998 bisa saja terjadi, sementara peristiwa 2001 (Gus Dur dijatuhkan DPR) mustahil bisa dilakukan. Mari kita simak “keperluan” Fahri Hamzah dalam kisah 411 ini.

Akibat terlalu banyak membacot, nasib Fahri Hamzah di Senayan seperti telur diujung tanduk. Sebenarnya Fahri sudah lama dipecat PKS. Dia kini orang independen, dan satu-satunya wakil ketua DPR didunia ini yang bukan orang partai politik! Padahal diseluruh dunia ini, DPR itu adalah representatif partai politik dalam keikutsertaan mereka dalam penyelenggaran negara. Kalau dulu Gus Dur mengatakan DPR itu Taman Kanak-kanak, kelihatannya ada benarnya juga. Saya tidak tahu bagaimana perasaan seluruh anggota DPR yang mewakili parpol tersebut menyikapi hal ini.

Ini seperti orang-orang yang berbaris rapi menyambut tamu terhormat. Akan tetapi, ternyata ada seorang diantara mereka yang berbaris itu, berdiri sambil tersenyum manis, tetapi tidak pakai celana! Itu memang hal yang memalukan. Akan tetapi yang lebih memalukan lagi adalah mereka-mereka yang berdiri disamping “lelaki tak bercelana” itu. Mereka tidak perduli dan mengacuhkan saja, bahkan mereka kelihatan bersenda gurau dengan “lelaki tak bercelana” itu. Hanya Ruhut Sitompul yang selalu tak suka kepadanya, bahkan ketika dia masih memakai celana.  “Walaupun kawan tuh bercelana, tetapi ritsletingnya suka terbuka, ngeri-ngeri sedap awak liatnya bang, jadi peninglah kepalaku tante……” imbuh siraja minyak itu…

Ketika dipecat PKS dan posisinya terancam, Fahri lalu merapat ke Cikeas. Belum sampai “gerbang,” Ruhut yang ketika itu masih mesra dengan pak beye, langsung meneriakinya! Dulu Fahri ini memang suka mengejek IQ pak beye. Tapi kini berbalik memujinya. Awalnya Cikeas yang suka baper ini memang seperti melayang, apalagi semua orang-orang telah melupakannya. Kalaupun ada yang ingat, ingatnya hanyalah pada proyek mangkrak Hambalang atau Lebaran Kuda saja!

Bagi Fahri, mini seri demo-demo anti Ahok ini sangat diperlukan untuk eksistensi dirinya sebagai seorang politisi. Di Senayan dia sudah impoten dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Bukan mujizat juga kalau dia belum “dicampakkan” dari Senayan. Keberadaannya di Senayan hanyalah sebagai “kartu truf” penguasa saja. Fahri adalah “duri dalam daging” bagi PKS. PKS adalah partai yang “keras dan sedikit nyentrik” Dulu ketika berkoalisi dengan Demokrat yang berkuasa, PKS sering mendemo pemerintah, padahal menterinya juga adalah orang PKS! Ini entah karena “bos yang berkuasa agak oon” atau karena PKS-nya yang suka bermain “dua kaki!” Dan kelihatannya Fahri dipakai pemerintah sebagai solusi jitu untuk mengurusi PKS!

Sialnya bagi Fahri, “membacot itu rupanya sudah bawaan badan” Walaupun kemarin itu dia menangis sedih dan terlihat insaf, Fahri tidak tahan “digantung, dan dia butuh ketegasan” Dia harus membacot untuk menarik perhatian Cikeas, “Orang-orang sakit hati” dan masyarakat. Kelihatannya ada sedikit peluang baginya menggeser Ruhut yang sudah “pekong” (pecah kongsi) dengan Cikeas. Sebab sekali PKS bisa meyakinkan pemerintah, maka nasibnya di Senayan akan langsung berahir!

Jabatan Wakil Ketua DPR rupanya berhasil menempatkan Fahri dan Fadli Zon menempati posisi penting dalam perhelatan 411. Yang menarik adalah, ketika berdemo mereka membawa nama pribadi karena Prabowo telah menegaskan Gerindra tidak ikut dalam 411, sedangkan Fahri adalah “jomblo parpol!”Akan tetapi ketika mengundang “para penyuka nasi bungkus” itu untuk menginap di kantor DPR, mereka memakai nama “Wakil Ketua DPR” Karena kalau memakai nama pribadi, tentu saja Satpam tidak akan mau membuka pintu gerbang bagi mereka. Kalau tidak percaya, coba saja rakyat biasa, atau ketika duo FF itu sudah berhenti atau dipecat dari DPR, memangnya mau satpam melayani mereka?

Dunia politik memang dunia penuh intrik dan misteri. Tiak ada kawan sejati atau musuh abadi. Yang ada hanyalah kepentingan. Itupun kepentingan jangka pendek sesaat. Dunia politik selalu menyesuaikan diri sesuai dengan dinamika perkembangan yang terjadi dimasyarakat. Saat ini trendnya adalah Ahok. Para politisi berlomba-lomba untuk menunjukkan eksistensi diri mereka dalam perhelatan Ahok ini. Sebagian dari mereka itu tidak perduli apakah Ahok menistakan setan atau orang lain. Yang penting momen ini bisa dipakai untuk menunjukkan diri mereka yang sudah lama terhilang dari peredaran.

Politisi yang lain sengaja memakai momen ini untuk menaikkan pamor jagoannya dalam ajang pilgub 2017. Mereka tidak perduli dengan kapasitas dan kapabilitas jagoannya, yang penting mereka pasti mendapat keuntungan besar kalau jagoannya berhasil meraih kursi DKI.1.

Bagi kebanyakan politisi Senayan, mereka lebih suka dengan posisi “wait and see” Walaupun kini berkoalisi dengan pemerintah, pada dasarnya mereka ini adalah “oportunis yang punya masa lalu yang gelap dan penyuka kegelapan!” kini mereka harus terlihat “bersih” dan ini sangat menjengkelkan dan membosankan! Tetapi mereka tidak punya pilihan lain selain berkoalisi dengan pemerintah. Berseberangan dengan pemerintah akan sangat membahayakan karena rawan tergaruk KPK, yah karena itu tadi, mereka itu punya masa lalu yang gelap!

Bagi orang Senayan ini sangat dilematis. Dulu pada saat musim Kemarau melanda, para anggota Dewan yang mulia itu sering kebanjiran rezeki dari pemerintah, baik dari Dana Bansos, Dana Bantuan Daerah dan Dana-dana Siluman lainnya. Akan tetapi kini ketika musim banjir melanda, para anggota Dewan yang mulia itu “kekeringan rezeki yang tak terperihkan!” kini selain gaji, tak ada lagi yang bisa “dipegang” kalau tidak mau digaruk KPK! Pendapatan tidak sesuai lagi dengan biaya yang telah dikeluarkan! Itulah sebabnya anggota dewan tidak begitu bernafsu lagi untuk mengurusi hal-hal yang terjadi dalam masyarakat.

Ini memang seperti minum kopi simalakama. Tak diminum, aromanya sungguh menggoda. Kalau diminum, takut ada sianidanya! Yah memang sudah begitulah keadaannya. Para anggota dewan yang terhormat itu kini sedang puyeng merenungi nasibnya, jadi mohon maaf saja kalau kemarin itu ada teman mereka yang berencana mengajak ribuan orang untuk menginap dikantor mereka itu, sungguh mereka itu bukannya tidak tahu, tetapi… mereka tidak perduli!

Ini juga adalah sebuah pertanda sinyal kepada pemerintah. DPR jauh lebih besar dan kuat dari MUI! Kalau pemerintah bisa memberikan “kelonggaran” kepada DPR, maka merekapun bisa membereskan segalanya. Dunia politik adalah dunia kepentingan. Dan harap diingat, DPR itu adalah mitra sejati pemerintah! Demikianlah kura-kura terdengar bisikan lembut dari Senayan….

@reinhard f hutabarat


Jangan Terburu-Buru Meninggalkan Masjid

DUNIA HAWA  - Akhir-akhir ini isu tentang agama begitu banyak diperbincangkan. Berbagai argumen mulai disampaikan melalui berbagai media, khususnya media online. Hangatnya perbicanagan tentang agama di masayarakat tidak lepas dari kasus Gubenur non-aktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Kasus Ahok kian menghangat, ketika ada dua kubu yang saling berbeda pendapat.


Satu sisi menyatakan bahwa Ahok bersalah, di sisi lain menyatakan Ahok tidak bersalah. Polemik yang ditimbulkan ini tidak lepas dari nilai-nilai religiusitas yang dijunjung masyarakat. Sedikit saja menyinggung, maka reaksi akan timbul. Hal ini terbukti dari berlangsungnya demo besar-besaran pada tanggal, 4 November 2016.

Saya mengerti betul dengan rasa tersinggung yang sudah dialami sebagian orang akibat perkataan Ahok. Saya sendiri merasa tidak spenuhnya menyalahkan dan tidak sepenuhnya membenarkan perkataan Ahok, semua saling berdampingan, ibarat dua sisi koin.

Kesalahan Ahok terletak dari cara penyampaianya yang terlalu ceplas-ceplos. Andaikan pada waktu itu, beliau bisa mengungkapkan kekecewaanya terhadap oknum-oknum yang menggunakan agama untuk menjatuhkan dirinya dengan nada halus dan pendekatan yang lebih adem maka persoalanya tidak menjadi se-ruwet sekarang.

Ahok bisa meniru gaya bicara Aa Gym untuk berdialog dengan masyarakat. Dengan intonasi suara Aa Gym, Ahok bisa mengungkapkan kekecewanaya seperti ini : “Ya saudara-saudaraku sekalian, jangan mudah percaya ya dengan berita-berita yang ingin menjatuhkan saya.

Kita sesama umat beragama jangan mau dipecah belah oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Betul? Sekali lagi saya mohon maaf sebsesar-besarnya ya, jika saya ada salah-salah kata.” Dengan penyamampaian seperti ini, saya yakin tidak akan terjadi kasus ini.

Selanjutnya soal kebenaran dari ucapan Beliau. Ucapan Ahok terlontar sebagai bentuk kekecewaanya yang sudah tertumpuk sekian lama. Mengungkapkan kekecewaan tidak masalah kan? (sebelum adanya UU Informasi dan Transaksi Elektronik). Aho kbegitu kecewa dengan oknum-oknum yang menggunakan agama untuk kepentingan politik.

Menurut pendapat saya, tidak menjadi masalah, ketika agama turut serta dalam kegiatan politik. Saya ambil contoh Haji Misbach. Sosok yang dikenal sebagai seorang penganut ajaran Islam yang taat ini pernah berujar “Siapa yang menolak paham sosialisme, berarti Islamnya perlu dipertanyakan.”

Ungkapan Haji Misbach ini bersifat politis. Haji Misbach menggunakan politik bukan untuk mendapatkan kekuasaan seperti yang didambakan politikus saat ini, tapi tujuan Haji Misbach mengelaborasikan agama dan politik untuk pembebasan rakyat yang tertindas. Jadi jika agama mulai masuk dalam ranah politik tidak menjadi masalah (menurut saya).

 “Kalau Agama masuk dalam ranah politik, berarti agama bisa menjadi sangat tendesius dong?” pertanyaan itu mungkin akan timbul dalam benak kita. Jawaban yang bisa penulis berikan “kita ini manusia, bukan robot jadi wajar jika selalu ada vested interest  atau kepentingan dalam setiap tindakan.” Menyitir pendapat para tokoh Mazhab Frakfurt –Herbert Maruse dan Hockheimer- setiap manusia selalu memiliki tujuan dan kepentinganya dalam bertindak, dan alangkah baiknya jika pertimbangan itu digunakan untuk membela kaum tertindas.

Jadi kesimpulaya bukan terletak ada atau tidak adanya kepentingan, melainkan baik atau buruknya kepentingan. Jika untuk kebaikan, kenapa tidak? Why so serious? (Contoh lain bahwa agama bisa sangat berperan dalam ranah politik bisa dilihat dalam karya Michael Lowy yang berjudul Teologi Pembebasan).

Kembali soal perdebatan soal Ahok. Akhir-akhir ini di beranda akun Facebook saya ramai dengan artikel yang menyebut bahwa agama sudah tidak menyejukan. Para tokoh agama dianggap mulai ngompori umatnya. Salah satu cara untuk ngompori umat yaitu melalui ceramah sholat jum’at. Saya juga pernah mendapat pengalaman yang sama, hal itu terjadi beberapa minggu lalu. Seingat saya waktu itu Khatib sholat jum’at menyampaikan ceramah tentang “Sikap Umat Muslim terhadap Umat Lain.”

Dengan nada suara berat dan serak yang mirip (dimiripkan) Almarhum KH Zainnudi MZ, khatib menyampaikan: “Kita sebagai umat muslim harus tegas terhadap umat lain(kafir).” Tercengang saya mendengarkanya. Dalam hati kecil saya berujar “Semoga saudara-saudara kita yang berbeda agama tidak tersenggung mendegar ini.” 

Ucapan kekhawatiran yang terlontar dalam hati itu, karena masjid tempat saya menunaikan sholat Jum’at itu terletak ditengah pemukiman warga. Tapi yang namanya ucapan sudah terlontar dan tidak bisa ditahan, saya sebagai pendengarnya hanya bisa tersenyum kecut. Andai saja ceramah bisa diinterupsi, maka saya pasti akan…… tetap diam (pemahaman agama saya masih cetek).

Terlepas dari segala tuduhan buruk yang dialamatkan kepada kalangan agamawan, alangkah baiknya jika kita tidak laungsung mengambil kesimpulan bahwa agamawan sudah tidak mampu menyebarkan kesejukan lagi kepada umatnya. Jika kita bisa menerepkan berbagai tafsir atas peryataan Ahok yang kontroversial itu, kenapa kita tidak bisa menerapkan hal yang sama ketika mendengar khotbah yang kita tuduh sebagai penyebar kebencian? Betapa tidak adilnya sikap kita?

Sebagai penutup tulisan ini, saya ingin menghimbau, mari kita dinginkan suasana Negara kita yang sedang panas ini. Tulislah apapun yang menjadi keresahan anda, tapi dengan sudut pandang yang luas. Menulis yang hanya menggunakan satu sudut pandang dan menyudutkan pihak lain, justru membuat kita tidak lebih baik dari yang kita cela. Sedikit tambahan, usahakan jangan meninggalkan masjid ketika ceramah berlangsung, jika ceramah yang disampaikan memang tidak berkenan di telinga dan hati, tolong gunakan segala pengetahuan anda dan tafsirkan.

Saya yakin ada pembaca yang akan menyanggah argumen saya dengan pernyataan ini: “Permasalahanya yang mendengar bukan saya saja.”

Saya yakin pendengar khotbah lainya juga memiliki kemampuan untuk menafsirkan khotbah semacam itu, jangan anggap bahwa kita lebih mampu memahami khotbah ketimbang orang lain. Saya optimis bahwa masyarakat kita sudah semakin dewasa. Jadi jangan terburu-buru meninggalkan masjid.

@achmad soefandi


Mirip Film Rahasia Ilahi, Pemakaman Sutan Bhatoegana Jadi Viral

DUNIA HAWA - Proses pemakaman Sutan Bhatoegana salah seorang politisi Partai Demokrat yang dimakamkan sore kemarin (19/11), di pemakaman Giri Tama, Desa Tonjong, Kecamatan Tajurhalang, menjadi viral di media sosial, lantaran pemakaman sang politisi yang dikenal melalui kalimat ngeri ngeri sedap itu dihiasi dengan hujan serta angin kencang disekitar area pemakaman.


Video proses pemakaman itu pun di unggah salah satu netizen bernama Indra Saputra di akun Facebooknya, dan langsung menjadi viral.

Video yang berdurasi kurang dari satu menit itupun, tampak terlihat keluarga korban dan warga yang ikut dalam proses pemakamannya hanya dihadiri oleh segelintir orang, diiringin dengan hujan yang sangat deras, angin kencang serta gemuruh petir yang begitu kencang.

Tak hanya itu, tenda untuk berteduh dalam pemakaman Sutan itupun terbang, ketika angin meluluh lantahkan tenda dan kursi di area sekitar makam.

Video itupun sampai hari ini sudah disebarkan oleh beberapa netizen di akun facebook dengan jumlah 145 orang dan like ratusan orang, dengan kata kata ‘Allah Akbar.. Allah Akbar… Allah Akbar… ini bukan sebuah filem tp ini adalah nyata sungguh engkau maha kuasa di atas segalanya. Ya Allah ampunilah segala dosanya. dari video ini Semoga Allah Menjadikan Kita Hamba yang Istiqamah’.


@Andi Ahmad

Provokasi, Ahmad Dhani Dukung Demonstran 212 Bawa Bambu Runcing

DUNIA HAWA - Selebritas dan calon Wakil Bupati Bekasi Ahmad Dhani meminta rencana demo besar 2 Desember terkait kasus penistaan agama oleh Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tidak berakhir menjadi sekedar rencana. Ia berkata, rencana itu harus dipersiapkan betul, termasuk dengan ide ide perlengkapannya seperti rencana demonstran membawa bambu runcing.


"Ide bambu runcing itu bagus juga menurut saya," ujar Ahmad Dhani saat menghadiri acara konsolidasi nasional yang digelar putri mantan Presiden Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri, di Universitas Bung Karno, Minggu, 20 November 2016. 

Bambu runcing bukan hal baru dalam demo menentang Ahok. Dalam demo besar 4 November lalu, sejumlah demonstran ketahuan membawa bambu runcing yang digunakan untuk melukai aparat keamanan dari Kepolisian dan TNI saat demo berujung rusuh.

Rencananya, tanggal 2 Desember nanti, demo serupa akan digelar. Inisiatornya adalah orang-orang yang sama dengan demo 4 November seperti FPI atau Gerakan Pembela Fatwa MUI. Oleh karenanya, adanya oknum-oknum yang membawa bambu runcing kembali diantisipasi. 

Ahmad Dhani mengatakan, membawa bambu runcing saat demonstrasi bisa digunakan untuk menakut-nakuti polisi yang mengawal jalannya demo 2 Desember nanti. 

Jika ada 1 juta bambu runcing dalam demonstrasi nanti, ia yakin polisi akan ngeri dengan demonstran. "Ide itu ada di pikiran saya juga," ujar Ahmadi Dhani.

Ahmad Dhani pun mengatakan bahwa dirinya siap saja jika diminta menjadi Panglima Bambu Runcing dalam demo nanti, bahkan jika harus berhadapan dengan Kapolri. Namun, kata ia, hal itu tidak mungkin dilakukannya untuk saat ini. "Sayangnya, saya itu juga ikut Pilkada, jadi nggak bisa menjadi Panglima Bambu Runcing," ujarnya mengakhiri.

@dh©

Misteri Angka Ajaib 212

DUNIA HAWA - Bibib Brizik sudah mengumumkan akan bikin aksi lagi pada tanggal 2 Desember atau bisa disingkat menjadi 212. Jika demo sebelumnya pada tanggal 4 November ditulis dengan kode 411 dan konon mirip lafal Allah dalam tulisan Arab dan mirip Tragedi 911 yang berhasil meluluhlantakkan Amerika, sang musuh abadi maka angka kali ini 212 juga bisa dirujukkan pada Al Quran surat 2 (Al Baqarah) dan ayat 12 yang berbunyi : “ Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar “. (QS. 2:12)


Hal ini sekaligus juga telah membuka misteri dan rahasia Illahi yang terdalam bahwa sesungguhnya mereka yang demo ini justru sebenarnya adalah orang yang membuat kerusakan tapi mereka tidak sadar (ini dari Al Quran sendiri lho, bukan karangan saya...). Mereka telah merusak dan mengotori taman, membakar mobil, menjarah supermarket, merusak kerukunan, persatuan dan keragaman, merusak nilai-nilai bangsa, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika dan sebagainya.

Selain itu angka 212 identik dengan Wiro Sableng Kapak Naga Geni 212, pendekar berbaju putih-putih yang berjuang membela kebenaran. Mereka juga mirip Wiro Sableng : berbaju putih-putih, membela dan meneriakkan “kebenaran” sekaligus memiliki sifat Sableng yang berguru pada Sinto Gendheng alias berguru pada guru-guru yang gendheng seperti Bibib Brengzek (yang gemar teriak seperti orang kesurupan setan : Bunuh, Bakar dll) dan juga Sinto-Sinto Gendheng yang lainnya.


Angka 212 juga bisa diartikan bahwa mungkin justru nanti takdir berkata lain yang bertentangan dengan kehendak mereka yaitu : ternyata calon yang akan menang adalah yang memiliki nomor urut 2, dalam pertarungan 1 putaran, sehingga bisa memimpin selama 2 periode yang jika disingkat akan menjadi simbol 212.

Please klik like, ketik Amin dan Share.... Insya Allah barokah bagi NKRI.

Salam Waras

@muhammad zazuli

Pemimpin, Akhlak, dan Kerja

DUNIA HAWA - Belum lama ini Aa Gym membuat komentar yang menarik dan menggelitik untuk ditanggapi. Ia mengatakan, kurang lebihnya begini, "Pemimpin itu tidak cukup bilang kerja, kerja, kerja tapi akhlak, akhlak, akhlak, baru akan dicintai oleh rakyatnya". 


Saya kira ia benar bahwa seorang pemimpin politik-pemerinahan yang baik itu tidak hanya "bekerja" saja tetapi juga harus "berahlak". Hanya saja, menurut saya, ada sesuatu yang "ganjil" dalam pernyataan beliau, yang perlu dibahas lebih lanjut. 

Misalnya, apa definisi "akhlak" itu? Apa kriteria orang atau pemimpin yang "berakhlak" itu? Dalam Bahasa Arab, kata "akhlak" itu merujuk pada pengertian kebajikan (virtue), moralitas, atau tindak-tanduk dan watak yang baik dan mulia. Kata ini merujuk pada hal-ikhwal yang menyangkut "kemanusiaan" bukan "ketuhanan", masalah "keduniaan" bukan "keakhiratan".  

Nah, sekarang mari kita ambil contoh soal "berakhlak" ini. Jika ada seorang pemimpin politik yang rajin ke masjid (atau gereja dan tempat-tempat ibadah lain), hobi "munggah kaji" atau "naik haji" atau umrah bolak-balik ke Mekah kayak setrikaan, gemar mengunjungi pengajian dan acara-acara keagamaan, selalu mengenakan "pakaian agamis", dlsb. 

Tetapi ia rakus dan serakahnya minta ampun, tukang korupsi, hobi menggarong atau mengemplang uang rakyat, tidak peduli dengan kemelaratan rakyatnya yang penting dirinya, keluarganya, dan kelompoknya perutnya gendut-gendut, masa bodoh dengan kebodohan rakyatnya, tidak peduli dengan kemunduran daerahnya, dst. Kira-kira pemimpin model begini itu "berakhlak" tidak? 

Sebaliknya, jika ada pemimpin yang ceplas-ceplos, jarang "ibadah individual", berpakaian ala kadarnya, berpenampilan "mboys" atau "nggirls", dlsb. Tetapi ia adil dan bijak kepada rakyatnya, peduli dengan masalah-masalah keumatan, serius membenahi wilayahnya, anti-korupsi dan bentuk-bentuk permalingan lainnya, dlsb. Apakah pemimpin model begini itu "berakhlak" atau tidak?   

Sekarang saya tanya: kira-kira mana yang lebih berakhlak antara Bu Susi Pudjiastuti Menteri Kelautan dan Perikanan itu dengan Bu Atut Chosiyah mantan Gubernur Banten itu? Ayoo jawab...

Kira-kira mana yang lebih "berakhlak" antara gubernur yang selalu bilang "mari berdoa" agar banjir hilang karena banjir adalah "cobaan Tuhan" dengan gubernur lain yang sibuk bekerja untuk menanggulangi banjir? Ayooo jawab lagi...  

Lalu, pertanyaan lain lagi: pakah pemimpin yang "berkerja" itu "tidak berakhlak"? Bukankah kalau ada pemimpin yang serius bekerja itu berarti menunjukkan ia seorang yang berakhlak? Karena kalau pemimpin itu tidak berakhlak, tidak memiliki moralitas alias "tidak bermoral", ia akan malas bekerja dan tidak akan peduli dengan nasib rakyatnya, yang penting ia dapat gaji buta, perut gemuk, dan "wudel bodong". Peduli setan dengan rakyat. 

Kalau daerahnya atau rakyatnya sedang tertimpa masalah, tinggal serahkan saja masalah itu ke Tuhan: "Yang sabar ya, ini cobaan dari Tuhan. Mari berdoa". Giliran enak dimakan sendiri, tapi giliran susah, Tuhan yang dikambinghitamkan sebagai sumber bencana dan malapetaka. Apakah ia pemimpin yang berkahlak? Ayo mikirrr  

Jabal Dhahran, Arabia

@Prof.Dr.Sumanto al Qurtuby, MSi, MA

Staf Pengajar Antropologi Budaya di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi

Annisa Pohan Dibully Gara-Gara Salah Hitung 1 Triliun dibagi 10 Ribu

DUNIA HAWA - Setelah Agus dibully gara-gara komentarnya 1 Milyar dana ke RW dan soal sampah yang menumpuk di Tempat Pembuangan Sampah, kali ini calon Gubernur DKI Jakarta ini kembali kena bully.

Namun kali ini bukan Agus yang salah ucap, tetapi istrinya, Annisa Pohan dalam akun Instagramnya @annisayudhoyono. Dalam akun IG nya ini, Annisa salah menghitung salah satu program suaminya. Akibatnya ia dibully netizen.


“Anggaran 1 Trilyun Rupiah untuk 10.000 unit usaha baru. Artinya pemberian bantuan modal usaha sebesar Rp.50juta per unit usaha.”


“Ini bertujuan agar tercipta lapangan pekerjaan baru & mengurangi pengangguran.Massa pun bersorak sorai,” 


Status Instagram Annisa ini pun tak ayal kena bully. Pasalnya ia melakukan salah hitung.

Selain dibully diakun instagramnya, salah satunya yang terpantau di akun Facebook Mak Lambe Turah, netizen ramai membully Annisa Pohan. 

Akun Sri Fajariah Wkwkwkwk harusnya 100juta tuh,, kalo yg dikasih cuma 50juta, truzzz sisanya lagi dikemanain tuhh ☺☺


Akun Jhon Apriando Saragih Maksudnya itu mungkin 50jt/usaha kan masih 500 M nah, 500 M bagi2... hahahaha

Akun Michael Kurniadi Yg 500M sisa nya kan buat anggaran jaga2 klo baper kambuh..mohon pengertian nya pak
Wkwkwkwk

Akun Charlly Deddy Irawan Pelanggaran ini namanya Money Politic.....walaupun hanya janji tp kan intinya sudah menjanjikan uang jika terpilih....

Caroline Melisa Puspitasari Belom jd gubernur ajah udah "korupsi".... 

Elisa Damayanti Suruh piknik dulu Mak , ke ragunan

Pinter ko di pelihara.

Akun Facebook Mak Lambe Turah terkenal suka menyindir berbagai isu dengan guyonannya yang khas.

Akibat dibullyan, angka 10.000 tersebut sekarang sudah diganti menjadi 20.000.. Namun sepertinya ratusan komentar pada postingan tersebut sudah tidak bisa dilihat lagi....dan sudah tidak bisa komentar pada status itu.

Hal ini juga terpantau pada akun Facebook Mak Lambe Turah, berikut kutipannya:

pagi - pagi mak menuju tekape....
tinjau situasi don konsisi.....

apakah di tekape suasana mencekammmm....

mak denger-denger inpo, mbak ayune yang cakep ini kena ribuan bulliyan...di Instagramnya....

gegara postingan 1 triliun hehehee...

Alhasil, di tekape, postingan mbak ayune udah berubah jadi 20.000 unit usaha...

tapi ada yang anehh....hehhehe...
bukan gosip tapi pakta...

pada postingan mbak ayune, ribuan komentar bulliyan udah kaga bisa dilihat...

hahahahaaayy....

jadi mak kaga perlu refot-refot nulungin mbak ayune...
mak denger situasi di tekape mencekamm heheee...

jadi mak segera meluncur, kuatir mbak ayune semaputtt gegara dibully ribuan komeng..
satu komeng aja ribet ye..
apalagi ribuan komeng :D

ternyata komentarnya udah kaga bisa dilihat dan elu - elu jangan berharap bisa komeng di setatus ini...

mak skrinsyut ye situasi dan kondisi tekape...

lengkap sakleptop e mak...
biyar tidak dikate mak pitonah....

coba yang lain menyusul ke tekape, laporken sama mak ye...

barangkali leptop mak yang jadul jadi kaga bisa komeng disono..

yukkkkk sruputtt teh nya..

yang kaga diajak jangan baper ye....

Jadi, ternyata Annisa Yudhoyono takut dengan bulliyan dan ribuan protes dari Netizen. Kalau salah menghitung, diprotes lalu tidak terima, bagaimana nanti ya?

@dh©

Benarkah SBY Aktor Politik di Belakang Demo? 

DUNIA HAWA - Walaupun belum terbukti secara kasat mata adanya aliran dana saat demo 4 november kemarin, persepsi masyarakat sudah tertanam adanya aktor politik yang menjadi dalang dibelakangnya. 


Ditambah lagi dari pernyataan Presiden yang pastinya mendapat masukan intelijen dengan menyebutnya secara gamblang. Menghimpun ratusan ribu orang dan berasal dari berbagai daerah untuk melakukan unjuk rasa di Jakarta tanpa adanya koordinasi jauh sebelumnya, hampir sulit dilakukan. 

Tidak hanya menyangkut masalah transportasi, biaya makan dan akomodasi saja tapi juga penggalangan massa yang begitu besar. Tidak dipungkiri memang ada yg berinisiatif murni atas kehendak pribadi, tapi tidak menutup kemungkinan ada juga yang dibiayai, khususnya yang berasala dari daerah.

Di media sosial angin kencang berhembus ke Cikeas dan disebut-sebut bahwa SBY adalah salah satu aktor politik yang dimaksud. Konpers yang digelar oleh mantan Presiden ke 6 menjelang demo dianggap terlalu reaktif hingga keluar istilah lebaran kuda yang bernada provokatif. 

Seorang pengamat politik, Boni Hargens, bahkan tanpa tedeng aling-aling memastikan bahwa SBY adalah aktor politik dibalik demo 411. Rasa sensi yang begitu tinggi dari kubu Cikeas jika dikaitkan dengan hal-hal negatif yang menyangkut SBY dan biasanya akan dengan cepat direspon, namun hingga saat ini belum ada tanggapan resmi menyikapi pernyataan Boni Hargens tersebut. Lihat video di bawah ini :


Menjadi suatu kewajaran di mata masyarakat menghubungan aksi demo kemarin dengan Cikeas terkait kepentingan di Pilgub DKI dan Pilpres 2019, walaupun hal ini masih perlu pembuktian. Orang pun akan mengaitkan kedekatan SBY dengan ketua MUI, KH.Maruf Amir, yang pernah menjadi anggota tim penasehatnya kala menjabat Presiden. Rekomendasi MUI yang dipandang terlalu tergesa-gesa menyatakan Ahok menista agama dan dianggap lebih bernuansa politik.

Sikap berbeda ketika dalam kasus Ahmad Dhani yang dituduh menista agama sewaktu menginjak kaligrafi tulisan Allah di panggung konser musik grup Dewa dan sempat berseteru dengan FPI. MUI mempertemukan kedua belah pihak untuk bermediasi dan berakhir damai. Namun dalam kasus Ahok, pihak yang dituduh menista agama tanpa diminta klarifikasi lebih dulu tapi vonis langsung dijatuhkan. 

Di hari yang sama saat keputusan MUI dikeluarkan, siang harinya telah terjadi pertemuan perwakilan dari berbagai ormas islam dan salah satunya adalah Sekjen Majelis Dzikir Nurus Salam yang berada di bawah naungan SBY, KH Utun Tarunajaya, yang mendesak dikeluarkannya fatwa penistaan agama oleh Ahok. Bisa dibaca selengkapnya. 

Selanjutnya malam hari disebuah acara TV swasta rekomendasi inipun dibacakan oleh Tengku Zulkarnaen dan menjadi iklan gratis karena ditonton masyarakat luas. 
Intensnya pasangan Agus-Sylvi yang sering mengunjungi para ulama maupun tokoh agama, menjadi alasan juga mengaitkan adanya peran Cikeas pada demo 411. 

Walaupun hal ini tidak dilarang untuk meraup dukungan, namun bila dibandingkan dengan pasangan lainnya, terlihat bahwa Agus-Sylvi terlihat berlebihan. Bahkan sempat juga menemui ketua MUI sebelum keluarnya fatwa yang secara tersirat juga memberikan dukungan. 

Berita hangat terakhir dan menyebar di media sosial soal screenshot WA Choel Malarangeng yang dikenal dekat dengan Cikeas mengenai logistik demo 2511. Adanya instruksi demo mendatang harus jalan karena logistk sudah terkirim dan tidak bisa ditarik. Kubu Cikeas sampii saat ini belum memberikan klarifikasi ataupun bantahan.

Selain itu demo yang akan digelar 25 November rupanya dibatalkan dan rencana akan menggelar aksi 2 Desember. Juru bicara FPI, Munarman, menyampaikan rasa kecewa dari Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI karena Basuki T. Purmana (Ahok) tidak ditahan oleh kepolisian, padahal Ahok sudah menjadi tersangka. Tuntutan yang akan disampaikan agar Ahok segera ditahan.

Kejanggalan ketika terlihat kehadiran Ketua MUI, KH. Maruf Amin dalam pertemuan tersebut. Seperti berita yang beredar pasca Ahok ditetapkan sebagai tersangka, berbagai ormas Islam sudah mengapreasi kerja Kepolisian dan akan mengawal kasus ini serta menghimbau tidak perlu ada demo lagi. 

Komitmen MUI sendiri semula hanya diminta masyarakat untuk mengeluarkan rekomendasi dan menyerahkan kasus pada prosedur hukum negara yang berlaku. Namun menjadi pertanyaan besar kenapa KH. Maruf Amin hadir dalam pertemuan tersebut yang  seakan mengamini keputusan GNPF untuk melakukan penuntutan penahanan Ahok dan akan menggelar demo lagi.

Dalam perhelatan politik khususnya terkait pemilihan Presiden, potensi campur tangan asing sangat besar. Hal ini tidak luput dari kepentingan secara global termasuk masalah ekonomi. Panglima TNI, Gatot Nurmantyo, sempat menyatakan Indonesia menjadi salah satu incaran dari negara lain karena letak strategis dan kekayaan alamnya. 

Bukan tidak mungkin mereka akan berusaha melakukan segala cara untuk bisa mengendalikannya. 
Pilgub DKI menjadi sangat penting karena sebagai ibukota yang menjadi barometer politik dan bisa dijadikan batu loncatan mendudukkan seseorang atau parpol untuk meraih posisi lebih tinggi serta mengendalikan peta perpolitikan tanah air. 

Tentunya hal ini kemungkinan tidak luput dari agenda invisible hand pihak asing untuk ikut bermain. Memanfaatkan kelompok yang bisa diajak menjalin kerjasama nantinya bila berkuasa. Pengalaman masa lalu jatuh bangunnya pemerintahan dimulai dari Soekarno membuktikan hal ini.

Kedekatan Jokowi saat ini dalam menjalin hubungan ekonomi dengan Tiongkok, tentunya tidak diharapkan oleh pihak-pihak negara luar yang sebelumnya telah menjalin hubungan erat dengan pemerintahan masa lalu. Bukan hal mustahil bila terjadi persaingan dan tangan-tangan intelijen luar digerakkan melalui pihak yang tidak menyukai pemerintahan Jokowi untuk menggoyangnya. 

Adanya isu lama terkait komunis pun sempat dihembuskan sebagai babak pendahuluan guna memberikan persepsi negatif di masyarakat dan dibenturkan dengan kelompok agama. Pengulangan isu jaman Orde Lama kembali dilakukan dimana saat itu masyarakat melihat kedekatan Soekarno dan Tiongkok.

Demo yang digelar selama ini bisa dilihat secara kasat mata bukan lagi hanya menyasar pada Ahok, namun Presiden pun sudah dikaitkan dan menjadi target juga. Masyarakat semakin terbuka matanya bahwa ini bukan hanya soal kasus penistaan agama, namun ada agenda besar dibelakangnya. Ahok hanya dijadikan sasaran antara.

SBY yang dikenal cerdik dan licin berpolitik tentunya sudah memiliki perhitungan matang mengajukan putra sulungnya ikut dalam Pilgub DKI. Saking berhati-hatinya dalam mengambil keputusan, tidak jarang bahkan dikatakan lamban dan peragu. Keputusan mengejutkan mengajukan Agus Harimukti tentunya juga sudah dipersiapkan dengan seksama serta menghitung kekuatan yang dimiliki.

Tidak mungkin rela mengorbankan karir anak yang cemerlang di militer tanpa berhitung untung rugi karena menyangkut masa depan Agus Harimukti yang digadang menjadi putra mahkota pewaris tahta.

Apakah isu aktor politik dibelakang demo kemungkinan ada hubungannya dengan kepentingan asing yang dulu sempat terjalin mesra dengan negara ini? Sebagai orang awam tentunya hanya bisa bermain tebak manggis, lalu masyarakat pun terngiang kembali di ingatan dan mengaitkan ucapan seseorang yang pernah populer di tahun 2004. “I Love United States with all its faults. I consider it my second country".

Welcome back Uncle Sam!

@kompasiana