Tuesday, November 15, 2016

Ternyata Cuma Segini Doang Kadar Keilmuan Wasekjen MUI Tengku Zulkarnain

DUNIA HAWA - Beberapa hari terakhir, di media sosial Twitter beredar screenshot tanya jawab antara Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dr. KH. Tengku Zulkarnain, MA dengan seorang pengguna akun Twitter bernama Tonny Khadavi #NCI @tonny_khadavi.


Awalnya Wasekjen MUI Tengku Zulkarnain lewat akun Twitternya @ustadtengku menuliskan, “Orang Orang yg Menghina MU Wahai AL Qur’an Mereka Akan Disambar Petir Sampai Hangus Atau Kecelakaan Mati Mengenaskan ALLAH menjaga KalamNYA.”

Kemudian Tonny Khadavi me-reply dengan pertanyaan, “Itu ada di Quran Surat apa dan ayat brp?”

Di sini lah kemudian kesalahan Tengku terkuak. Tengku menjawab, “Attaubah Ayat 20 sd 22.”

Lihat screenshot berikut


Jika Anda membuka Al Quran surat Attaubah ayat 20 – 22, tidak ada sama sekali bahasan sebagaimana yang disebutkan Tengku Zulkarnain.

Surat Attaubah ayat 20 menerangkan tentang kemuliaan hijrah dan jihad di jalan Allah dan pahala yang didapatkannya.

Berikut surat Attaubah ayat 20 – 22 yang dimaksud Tengku, beserta terjemahnya:

Surat At-Taubah Ayat 20:

الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ

Artinya: orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.

Surat At-Taubah Ayat 21:

يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُمْ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَهُمْ فِيهَا نَعِيمٌ مُقِيمٌ

Artinya: Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari pada-Nya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal,

Surat At-Taubah Ayat 22:

خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

Artinya: mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.

Dari situ sudah jelas ketidak pahaman Tengku mengenai ayat Al Quran.

Bukan kali ini saja Wasekjen MUI itu membuat kesalahan dengan mengutip ayat Al Quran.

Dalam acara Indonesia Lawyer Club (ILC) di TVOne (11/10/2016) Tengku pernah juga membuat kesalahan kutip ayat.

Di ILC yang berjudul ‘Setelah Ahok Minta Maaf’ itu, Tengku Zulkarnain hadir bersama sejumlah ulama lainnya.

Pada kesempatan itu, Tengku diminta memberi penjelasan lebih lanjut terkait pernyataan sikap MUI atas perkataan Gubernur T Purnama (Ahok) di hadapan warga Kepulauan Seribu yang kemudian menjadi polemik besar-besaran itu.


Saat itu, Tengku mengatakan bahwa jika Indonesia menganut hukum Islam, maka hukuman yang akan dijatuhkan untuk Ahok adalah; dicambuk, dibunuh, disalib, atau dipotong kaki dan tangannya bersilangan, atau dia diusir dari negeri ini.

Tengku menjelaskan, hukuman tersebut didasarkan pada Al Quran surat Al Maidah ayat 33 dan 34


Di sini pula lah kesalahan Tengku nampak.

Surat Al Maidah ayat 33 dan 34 sama sekali tidak membicarakan tentang hukuman bagi seorang penghina Islam, atau penghina Al Quran dan sejenisnya. Surat Al Maidah ayat 33 dan 34 merupakan keterangan lanjutan dari surat Al Maidah ayat 32, yang menerangkan soal hukuman setimpal bagi seorang pembunuh.

Bahkan surat Al Maidah ayat 34 sendiri sangat jauh topiknya dari kasus yang sedang dihadapi Ahok.

Surat Al Maidah ayat 34 menjelaskan tentang pertobatan, dan Allah SWT akan mengampuninya.

Berikut kutipan surat Almaidah ayat 32-34:

32.  مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ كَتَبْنَا عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الأرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ بَعْدَ ذَلِكَ فِي الأرْضِ لَمُسْرِفُونَ

Artinya: oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa: barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.

33. إِنَّمَا جَزَاءُ الَّذِينَ يُحَارِبُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الأرْضِ فَسَادًا أَنْ يُقَتَّلُوا أَوْ يُصَلَّبُوا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلافٍ أَوْ يُنْفَوْا مِنَ الأرْضِ ذَلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فِي الدُّنْيَا وَلَهُمْ فِي الآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Artinya: sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar,

34. إِلا الَّذِينَ تَابُوا مِنْ قَبْلِ أَنْ تَقْدِرُوا عَلَيْهِمْ فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya: kecuali orang-orang yang tobat (di antara mereka) sebelum kamu dapat menguasai (menangkap) mereka; maka ketahuilah bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dari dua hal tersebut di atas, jelas kelihatan kadar keilmuan Tengku Zulkarnain.

Barangkali benar apa yang diucapkan Gus Mus, bahwa tidak semua orang yang ada di MUI itu ulama, tapi banyak dari mereka yang menyebut dirinya ulama. Sehingga, menurut Gus Mus, banyak umat Islam yang menganggap MUI sebagai penentu fatwa yang wajib diikuti.

“Asal jadi pengurus MUI terus kok disebut Ulama. Juru tulis atau juru ketik seakan Ulama, terus mudah mengeluarkan fatwa dan lucunya banyak umat Islam yang mengikuti. Halal dan Haram mudah dikeluarkannya,” kata Mantan Rois Syuriah Nahdhlatul Ulama (NU) itu.

[jurnalindonesia]

Beda MUI dan PGI Meresponi Bom Samarinda

DUNIA HAWA - Kita terhenyak dan bersedih dengan adanya peristiwa Bom Samarinda. Meski daya ledaknya kecil, tetapi hal ini berdampak besar dan mengerikan karena menyasar anak-anak kecil. Karena anak-anak kecil tidak boleh dan tidak dibenarkan dengan dasar dan argumen apapun menjadi korban perang apalagi korban perang ideologi. Anak-anak yang tidak berdaya dan tidak tahu apa-apa tidak boleh menjadi korban demi memperjuangkan apapun. Bom Samarinda menjadi sangat massif kecekamannya karena menewaskan Intan Olivia (2 tahun). Tindakan kecil yang pantas dilabeli tindakan biadab dan tidak berperikemanusiaan.


Lalu bagaimana respon para pemuka agama menyikapi hal ini. 2 organisasi besar pemuka agama memberikan pernyataan yang sangat berbeda menyikapi Bom Samarinda. Berikut adalah kutipannya.

“Tolong ‘pengkhianat bangsa’ yang mau membelokkan isu bom Samarinda ini ke gerakan 411 ini tolong diwaspadai. Ini isu kampungan,” kata Tengku.

“Ada sesuatu yang ganjil. Ya masa ada pengebom bawa KTP. Kalau orang bunuh diri mana mau dia bawa identitas,” kata Tengku saat dihubungi Senin (14/11).

“Jadi polisi harus bertindak transparan, profesiobal dan tegas. Jangan dimanfaatkan oleh “penghianat bangsa” yang mau memanfaatkan situasi mengadu domba bangsa ini,” ujar Tengku.

Aneh respon yang dilakukan oleh MUI yang diwakili oleh Wakil Sekretaris Jenderal MUI Pusat Tengku Zulkarnain. Seperti orang yang kebakaran jenggot dan daster, Tengku ini malah memberi pernyataan yang mencurigai ada yang berusaha mengait-ngaitkan hal ini dengan aksi demo 411. Bahkan mencurigai ada yang sengaja ingin mengadu domba bangsa dengan aksi ini. Padahal jika menilik pemberitaan yang ada, tidak satu pun menyinggung kaitan dengan 411. Ini murni tindakan teroris. Dan pelakunya memang adalah mantan napi teroris. Baca_disini.


Tanggapan PGI selaku pemuka agama dimana umatnya dan simbol keagamaannya diganggu meresponi kejadian Bom Samarinda dengan teduh. Tidak seperti yang pernah dilakukan MUI yang terlibat dalam memperkeruh keadaan sehingga semakin memanaslah kasus Ahok dan muncul gerakan massif 4 November. 

Berikut adalah pernyataan PGI:

“Kami mengibau umat Kristen supaya tetap tenang, menyerahkan kepada proses hukum karena percaya pada proses hukum yang terjadi di negara ini,” kata Sekretaris Eksekutif Bidang Keadilan dan Perdamaian PGI, Hendri Lokra, di Bundaran HI, Jakarta Pusat, Senin (14/11/2016) malam.


Aksi damai (betul-betul damai) dilakukan untuk mengecam aksi pengeboman di Samarinda. Mereka melakukan aksi menyalakan lilin, berdoa, menyanyikan lagu “Indonesia Raya”, berorasi, hingga membaca puisi. Sungguh damai dan tenang, tidak ada pernyataan provokasi dan menghina agama, suku, dan ras lain, bahkan simbol negara dan pemerintah. Sikap yang sangat jauh berbeda.

“Kami mengutuk keras teror yang terjadi dua hari belakangan ini. Kami yakin ini bukan dilakukan umat agama tertentu. Ini murni teror,” kata juru bicara aksi, Reynhard Joshua Napitupulu.

“Lilin kan melambangkan perdamaian. Dia bisa menerangi kegelapan. Sekecil apa pun damai yang ada di hati kita masing-masing bisa menerangi,” kata dia.

Terlepas dari ada juga hal-hal yang kurang tepat dilakukan atau yang dinyatakan oleh PGI, tetapi pernyataan menyikapi Bom Samarinda adalah hal yang patut diapresiasi. Hal yang memang sudah sepatutnya dilakukan oleh pemuka agama. Jangan sampai pemuka agama malah menjadi pemicu kericuhan dan kerusuhan sehingga bisa memecah belah kesatuan bangsa. Hal yang menurut saya menjadi tanggung jawab besar pemuka agama.

Kini, biarlah kita menyerahkan kasus ini kepada pihak kepolisian. Biarlah juga masalah keamanan kita serahkan kepada pihak yang berwenang. Perjuangan melawan teroris dan pihak yang ingin mengganggu kemajemukan bangsa serta menggantikan ideologi NKRI bukanlah perjuangan mudah. Ibarat perang, pasti akan memakan korban. Kita harus tetap waspda dan berjaga-jaga serta terus memelihara kerukunan dan toleransi beragama.

Seperti apa yang disampaikan oleh Presiden dalam sebuah kesempatan.

“Di negara kita, kita ingin yang mayoritas melindungi yang minoritas. Tapi juga minoritas harus menghormati yang mayoritas,” ujar Jokowi, di Markas Korps Marinir, Cilandak, Jakarta Selatan, Jumat (11/11/2016).

“Saling melindungi, saling menghargai, saling menghormati. Inilah yang kita harapkan,” lanjut Jokowi.

Salam Perdamaian, Salam NKRI.

[palti hutabarat]

Kader Gerindra Berulang Kali Lecehkan Islam, Sampai Kapan?

DUNIA HAWA - Jika Demokrat adalah partai koruptor karena semua pengurus intinya dipenjara, saya pikir partai Gerindra adalah partai penista agama. Mari kita bahas dengan logika sederhana ala Pakar Mantan.

Pada Agustus lalu, dalam sidang tahunan DPR MPR menjelang hari kemerdekaan, sempat kita dihebohkan dengan doa yang tidak layak disebut doa. Semua kalimatnya hanyalah orasi politik yang kemudian ditambah “ya Allah” di depan dan belakangnya.


“di mana-mana rakyat digusur tanpa tau ke mana mereka harus pergi. Di mana-mana rakyat kehilangan pekerjaan. Allah di negeri yang kaya ini rakyat ini outsourching wahai Allah. Tidak ada jaminan kehidupan mereka.”

“jauhkan kami ya Allah dari pemimpin yang hianat yang hanya memberikan janji-janji palsu. Harapan-harapan kosong. Yang kekuasaannya bukan untuk memajukan dan melindungi rakyat ini. Tapi seakan-akan berhadap-hadapan dengan kebutuhan rakyat.”

Saya lupa nama yang baca doa ini. Tapi saya sangat ingat bahwa dia adalah politisi Gerindra. Saking geramnya, saat itu saya menulis dua artikel terkait pelecehan terhadap kesakralan doa dalam Islam. Dia dengan tanpa rasa bersalah menggunakan waktu berdoa sebagai ajang orasi. Sungguh biadab.

Maka tak heran setelah doa, bukannya mengusap muka dengan tangan sambil bilang “aamieen” tapi malah disambut dengan tepuk tangan. Benar-benar orasi. Semua orang juga tau, semuanya sadar. Hanya kemudian sebagian orang tak mau mengakuinya bahwa hal tersebut telah menistakan doa dalam ajaran Islam.

Entah kenapa banyak orang-orang yang mengaku Islam justru tak tersinggung dengan hal tersebut. Banyak kader-kader islam garis keras radikal yang kemudian membenarkan doa tersebut.T Bukan sebuah kebetulan kalau kemudian setelah itu semakin marak khutbah jumaat yang berisi orasi politik. Jika anda di Jakarta, ada kemungkinan 60% anda akan menemukan khutbah yang membahas Ahok atau haram memilih pemimpin kafir dan nonmuslim. Kalau tak percaya anda boleh coba datang shalat Jumat di Jakarta.

Pasca doa berisi orasi di MPR, juga muncul doa-doa yang sudah tidak sesuai dengan ajaran Islam. Seorang ulama dari FPI pada Oktober lalu berdoa buruk di depan para jamaahnya.

“ya Allah semoga Ahok kena stroke. Ya Allah semoga Ahok meledak dalam mobilnya. Tapi jangan mati ya Allah, karena kalau langsung mati nanti keenakan, biar Ahok disiksa dulu.”

Bodohnya, para jamaah kemudian berteriak “aamieeen” hadeuh. Saya berpikir apa yang salah dengan ummat Islam? Kenapa agama mereka gadaikan untuk kepentingan-kepentingan politik? Berhubung apa yang didoakan sejalan dengan sikap politik mereka, lantas berteriak aamieen. Hanya karena doanya sejalan dengan sikap politik mereka, dibiarkanlah orang yang bukan ulama atau ustad menggungakan waktu doa untuk berorasi.

Oke setelah waktu doa dikorupsi, dipergunakan untuk kepentingan politik, sekarang ada politisi lain yang juga secara terang-terangan menistakan agama. Tapi masih satu partai, Gerindra. Melalui teropongsenayan Desmond membuat pernyataan kontroversial terkait kubu Ahok yang ingin menghadirkan saksi ahli dari Mesir.

“kita sudah ada MUI yang benar-benar dari negara kita sendiri. Amr ini siapa kan dia dari negara luar. Kenapa tidak sekalian Ahok hadirkan nabi Muhammad yang benar-benar memahami surat Almaidah. Sekarang tugas Ahok bagaimana untuk menghidupkan kembali Nabi Muhammad.”

Pernyataan ini sudah beredar di sosial media dan dishare banyak orang. Setelah saya telusuri, dari banyak link, ternyata bersumber dari teropongsenayan. Saya melihat ini pernyataan yang sangat beresiko dan harus segera diklarifikasi oleh Desmond.

Sebab menghadirkan saksi ahli dari luar negeri adalah hal yang biasa. Kasus kopi sianida saja boleh hadirkan saksi ahli dari luar negeri. Mengapa soal kasus yang dituduhkan ke Ahok tidak boleh? Apalagi dari Mesir, negeri para nabi. Cukup beralasan. Beda halnya jika kemudian Ahok meminta saksi ahli dari Israel, nah itu baru bisa dipermasalahkan.

Kemudian mengatakan tugas Ahok untuk menghidupkan kembali Nabi Muhammad ini sangat tidak beradab. Ahok bukan siapa-siapa dan tidak punya kekuatan untuk menghidupkan manusia, apalagi Nabi. Menyatakan hal seperti itu dengan sadar berarti melecehkan ajaran agama Islam, sebab tidak ada teorinya.

Pernyataan Desmond ini menjadi penyempurna untuk menyebut Gerindra memiliki banyak kader-kader penista agama. Sebelumnya, Fadli Zon sempat ikut ke jalan dalam aksi bela Islam 411. Tapi beberapa hari setelahnya, saat Donald Trump terpilih sebagai Presiden Amerika, Fadli Zon dengan bangganya mengucapkan selamat sambil memposting foto dengan Trump tanpa rasa bersalah. Bagaimana mungkin seseorang yang mau ikut membela Islam namun kemudian bahagia dan bangga mengucapkan selamat kepada penista agama Islam?

Namun dari serangkaian sikap penistaaan agama ini, jarang yang mau mengakui dan menyadarinya. Mereka sibuk membenarkan sesuatu karena dianggap sesuai dengan sikap politiknya. Doa orasi dianggap benar. Fadli Zon pun dipuji-puji seolah mau mendengar suara ummat muslim. Padahal ya kalau mau jujur, mereka dibodoh-bodohi dan dilecehkan secara terang-terangan.

Terakhir, saya tau sejak 2014 lalu hampir semua kelompok islam garis ngotot seperti FPI, PKS, sampai FUUI (kelompok ulama yang mengharamkan rakyat Indonesia memilih Jokowi JK) semuanya merapat pada Prabowo. Jadi agak maklum kalau kemudian mereka ini tutup mata dengan sikap dan pernyataan yang melecehkan agama karena dari kalangannya sendiri.

Di sisi lain ini menjadi sangat berbahaya karena dalam teori kejahatan modern, tempat bersembunyi paling aman adalah tempat terbuka atau kelompok fanatik. Jadi tempat terbaik bagi orang-orang yang mau melecehkan Islam adalah di balik jubah dan aksesoris keagamaan atau kelompok yang mengatasnamakan dirinya pembela Islam. Lihat saja Kanjeng Dimas dan AA Gatot, keduanya melecehkan Islam dan berlindung di balik kelompok fanatik. Sekarang Desmond, Fadli Zon dan pendoa di gedung DPR dari Gerindra, yang kebetulan partai ini didukung oleh kelompok fanatik Islam.

Tapi saya berharap setelah tulisan ini banyak orang yang sadar akan gerakan massif pelecehan agama Gerindra. Semoga ke depan, besok atau lusa, kita semua sepakat mengutuk bersama-sama agar para penista agama ini sadar bahwa ummat Islam tidak bisa terus menerus mereka bodoh-bodohi.

Begitulah kura-kura

[alifurraman]

Gelar Perkara Penistaan Agama, Kakak Angkat Ahok Beri Dukungan Moral

DUNIA HAWA - Kakak angkat Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Andi Analta, tampak di antara kerumunan orang yang ingin melihat gelar perkara di Kompleks Mabes Polri.

Ia mengaku prihatin atas banyaknya laporan terhadap adik angkatnya.

"Adik saya dipersalahkan. Secara unsur hukum, bisa dibuktikan. Tetapi, kalau niat (melecehkan) lebih dalam, hanya Allah yang menilai," ujar Andi di Kompleks Mabes Polri, Jakarta, Selasa (15/11/2016).


Kedatangannya ke Mabes Polri adalah bentuk dukungan moral kepada Ahok. Meskipun Ahok tak hadir dalam gelar perkara karena ada kegiatan di rumah pemenangan, dia mengaku tak sepaham dengan para pelapor.

Ia meyakini Ahok tak berniat menistakan Surat Al Maidah ayat 51.

"Saya tidak masuk paham mereka, tetapi paham daripada Al Quran dan hadis. Kalau dari agama, tidak ada unsur (penistaan agama)," kata Andi.

Pelaporan terhadap Ahok bermula dari video yang viral di media sosial. Video yang menampilkan Ahok saat berbicara di hadapan warga Pulau Seribu itu dikutip oleh pemilik akun Facebook Buni Yani.

Ahok sebelumnya telah meminta maaf kepada umat Islam mengenai ucapannya itu. Ia merasa tidak pernah menghina ayat suci dalam Al Quran.

Ia menilai video berisi ucapannya yang menyebut Surat Al Maidah ayat 51 saat kunjungan kerja di Kepulauan Seribu telah disalahgunakan oleh sejumlah orang.

Menurut Ahok, videonya saat berbicara di Kepulauan Seribu itu dipotong-potong dan tidak ditampilkan secara utuh.

"Saya tidak mengatakan menghina Al Quran. Saya tidak mengatakan Al Quran bodoh. Saya katakan kepada masyarakat di Pulau Seribu kalau kalian dibodohi oleh orang-orang rasis, pengecut, menggunakan ayat suci itu untuk tidak pilih saya, ya silakan enggak usah pilih," kata Ahok.

Ahok mengatakan, alasannya melontarkan ucapan yang menyebut Surat Al Maidah ayat 51 disebabkan ayat tersebut kerap digunakan oleh lawan politik untuk menyerangnya.

Kondisi itu disebutnya sudah terjadi sejak ia kali pertama terjun di dunia politik pada 2003 di Belitung Timur.

[dh©]

Antasari Azhar Ancam SBY....!!

DUNIA HAWA - Mantan Ketua KPK Antasari Azhar akan melakukan ibadah umroh Januari mendatang. Di sana ia akan meminta petunjuk Allah SWT mengenai jalan hidup yang akan ditempuhnya, termasuk rencana membongkar kembali kasus yang menyebabkan dirinya masuk penjara.

Keinginan untuk membongkar kembali kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, diakui Antasari masih ada. Sebab, menurutnya bukan dirinya saja, masyarakat Indonesia juga ingin kejelasan masalah tersebut. Namun, Antasari butuh waktu.


“Tetapi beri kesempatan saya selama tiga bulan bersama keluarga menyesuaikan diri dengan kehidupan yang baru ini, kehidupan yang saya tinggalkan hampir selama 8 tahun. Saya butuh ketenangan hati, dengan demikian saya harus ikhlaskan dahulu. Tapi setelah 3 bulan, kita lihat nanti,” kata Antasari ketika ditanya apakah benar sudah mengikhlaskan semua kasusnya saat telewicara dengan kompas tv.

Untuk membongkar kasusnya, Antasari berharap didorong dengan kemauan dari pemerintah dan penegak hukum. Sebab jika tidak usahanya akan sia-sia.

“Kalau presiden berkeinginan, kenapa tidak, supaya kebenaran materil tuntas, tidak ada lagi misteri kasus dalam perkara ini,” kata Antasari.

[liputan6]

Habib Rizieq Berubah Pemikiran Setelah Saksikan Gelar Perkara Kasus Ahok

DUNIA HAWA - Habib Rizieq menjadi salah satu pelapor yang diizinkan mengikuti gelar perkara kasus dugaan penistaan agama oleh Basuki T Purnama (Ahok). Rizieq menilai, sejauh ini gelar perkara Ahok di Rupatama Mabes Polri berjalan dengan kondusif.


"Sementara ini kita lihat semua berjalan baik," kata Rizieq usai salat zuhur di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jaksel, Selasa (16/11/2016).

Rizieq mengatakan, masih terlalu dini untuk menduga apakah Ahok dinilai melakukan pelanggaran pidana atau tidak. Sebab saat ini baru didengarkan pemaparan penyidik dari satu pelapor yakni Habib Novel.

"Kesimpulannya masih besok atau besoknya. Masih jauh. Masih jauh," ujar Rizieq.

Setelah salat zuhur, Rizieq kemudian kembali ke dalam ruangan tempat gelar perkara dilakukan. Rencananya ada 5 pelapor dan 1 terlapor serta para saksi ahli dari kedua pihak yang keterangannya akan digelar hari ini. 

Padahal sebelumnya Rizieq sangat kukuh bahwa Ahok telah melakukan pelanggaran pidana dengan menistakan agama dan harus segera ditangkap. Ternyata Habieb Rizieq sekarang menjadi tidak yakin? 

[dh©]

Diprotes Fadli Zon, Begini Jawaban Presiden Jokowi Terkait Safari Militernya

DUNIA HAWA - Presiden Joko Widodo menjamin dan menegaskan bahwa saat ini negara dalam keadaan aman.

Hal tersebut ditegaskannya seusai memberikan pengarahan kepada Komando Korps Pasukan Khas, di Markas Kopaskhas, di Lanud Sulaiman, Bandung, Jawa Barat, Selasa (15/11/2016).


Pernyataan ini disampaikan Presiden menjawab pertanyan seorang jurnalis mengenai kunjungan Jokowi ke beberapa markas TNI dan Polri.

Kunjungan ini dinilai menunjukkan adanya kekhawatiran atas kondisi keamanan negara.

"Saya datang ke markas-markas di TNI dan Polri ini untuk memberikan rasa tenteram bagi masyarakat. Karena pasukan semuanya pada posisi siap mengamankan negara. Jadi justru menentramkan. Negara aman, sangat aman," kata Jokowi, seperti dikutip dari siaran pers resmi Istana Kepresidenan.

Karena beberapa minggu ini bahkan satu minggu ini menurut Jokowi, di media sosial sudah sangat jahat fitnahnya dan salaing hujat menghujat yang sungguh tidak mencerminkan kepribadian bangsa.

Kedatangan Presiden Joko Widodo ke Markas Komando Kopaskhas, selain untuk memeriksa kesiapan pasukan, juga untuk mengingatkan kepada para prajurit bahwa mereka adalah garda terdepan dalam menjaga kemajemukan bangsa.

Hal itulah yang selalu ditekankan Presiden pada setiap kunjungan dan arahannya ke sejumlah prajurit TNI dan Polri beberapa waktu belakangan.

"Kita ingin mengingatkan bahwa bangsa ini beragam suku, agama, ras, dan bahasa daerah. Kalau tidak kita persatukan mau jadi apa bangsa ini? Dan TNI-Polri menjadi salah satu perekat persatuan dan kesatuan kita," ungkap presiden.

Selain itu, dalam arahannya, Presiden Jokowi selaku panglima tertinggi TNI menginstruksikan agar Kopaskhas selalu setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, mempertahankan Undang-Undang Dasar 1945, serta senantiasa menjaga Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

Presiden juga mengingatkan agar para pasukan selalu mewaspadai segala ancaman yang dapat memecah belah bangsa.

"Berdirilah tegak di atas semua golongan, mengatasi kepentingan pribadi dan kelompok, untuk kejayaan Indonesia, untuk kejayaan Merah Putih. Jangan pernah mundur dari ancaman mereka yang ingin memecah belah bangsa kita, mengadu domba bangsa kita," ujar Presiden.

Di hadapan para anggota pasukan Baret Jingga, Presiden menyatakan kebanggaannya dapat berdiri di depan mereka.

Sebab, Presiden meyakini mereka selalu siap sedia dalam membela persatuan bangsa.

Mengakhiri arahannya, Jokowi juga mengingatkan kepada para prajurit akan pesan yang pernah  disampaikan oleh Presiden Soekarno.

Dalam pesan tersebut, Presiden Soekarno mengajak seluruh pihak untuk bekerja tanpa pamrih demi keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Bekerjalah tanpa menghitung-hitung untung dan rugi. Bekerjalah tanpa pamrih untuk bangsa dan negara," kata dia.

Presiden juga menuliskan kata untuk Pasukan Baret Jingga pada sebuah papan berwarna putih, yang berbunyi:

Tetaplah bangga menjadi Pasukan Baret Jingga, bekerjalah tanpa menghitung untung dan rugi, untuk kejayaan NKRI (Joko Widodo - RI.1)

Turut hadir dalam acara pengarahan tersebut di antaranya Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriatna, Komandan Korps Pasukan Khas Marsma TNI Marsekal Muda TNI Seto Purnomo, dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.

Sebelumnya Fadli Zon meminta Jokowi memberikan penjelasan soal safari politik yang dilakukan. Fadli tidak ingin kekuatan militer di belakangnya untuk disalahgunakan.

"Itu harus kita apresiasi. Jokowi berkeliling tapi jangan mengirim sinyal yang salah, apa ini maksudnya, termasuk ke pasukan-pasukan tentara, mengirimkan pasukan darurat, nah ini maksudnya apa? Jangan mengirim sinyal yang salah. Apa ini mau menakut-nakuti rakyat. Tak boleh rakyat ditakut-takuti," kata Fadli di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (11/11).

Oleh karena itu, Waketum Gerindra ini meminta Jokowi membeberkan alasan safari politiknya secara detail agar publik tidak salah menafsirkan.

[beritateratas]

Nabiku yang Welas Asih: Islam Rahmatan lil Alamin

DUNIA HAWA - Nabiku yang welas asih mengajarkan bahwa Allah melarang kita membakar sarang semut dan lebah. Ini Islam rahmatan lil alamin

Nabiku yang welas asih melarang untuk menebang pohon yang tengah berbuah. Ini Islam rahmatan lil alamin

Nabiku yang welas asih melarang dalam peperangan sekalipun untuk membunuh anak, perempuan dan orang tua. Ini Islam rahmatan lil alamin


Nabiku yang welas asih berkata mereja yang membunuh orang tak berdosa tak akan mencium bau surga. Ini Islam rahmatan lil alamin

Nabiku yang welas asih berkata mereka yang membunuh kafir zimmi tak akan mencium bau surga. Ini Islam rahmatan lil alamin

Nabiku yang welas asih melarang menakut-nakuti binatang yang akan disembelih dengsn mengasah pisau disampingnya. Ini Islam rahmatan lil alamin

Nabiku yang welas asih mengatakan bahwa aku diutus Allah bukan untuk melaknat tapi menebar rahmat. Ini Islam rahmatan lil alamin

Nabiku yang welas asih memberi nasehat: jangan marah, jangan marah, jangan marah. Ini Islam rahmatan lil alamin

Nabiku yang welas asih tak sedikitpun pernah protes pada pembantunya di rumah. Ini Islam rahmatan lil alamin

Nabiku yang welas asih melarang membalas kejahatan dengan kejahatan lagi. Ini Islam rahmatan lil alamin

Nabiku yang welas asih melarang untuk merusak gereja dan rumah ibadah lainnya. Ini Islam rahmatan lil alamin

Nabiku yang welas asih melarang kita memaki Tuhan dan sesembahan agama lain. Ini Islam rahmatan lil alamin

Nabiku yang welas asih ajarkan bahkan dalam kondisi perangpun kita harus mematuhi etika dan tidak melampaui batas. Ini Islam rahmatan lil alamin

Nabiku yang welas asih ajarkan untuk memilih perkara yang mudah dan tidak menyulitkan diri. Ini Islam rahmatan lil alamin

Nabiku yang welas asih ajarkan bhw muslim itu yang orang lain selamat dari lidah dan tangan kita. Ini Islam rahmatan lil alamin

Nabiku yang welas asih mengajarkan kita berbuat baik kepada tetangga meskipun non Muslim. Ini Islam rahmatan lil alamin

Nabiku yang welas asih ajarkan untuk menolong dan memberi tanpa berharap mendapat lebih banyak. Ini Islam rahmatan lil alamin

Nabiku yang welas asih ajarkan untuk menebarkan salam kepada orang yang kita kenal atau tidak kenal. Ini Islam rahmatan lil alamin

Nabiku yang welas asih ajarkan kita berjalan dengan rendah hati, jangan hiraukan mereka yang benci, dan hindari perdebatan. Ini Islam rahmatan lil alamin

Nabiku yang welas asih melarang kita merusak kehormatan sesama muslim dengan ghibah, fitnah, dan kebohongan. Ini Islam rahmatan lil alamin

Nabiku yang welas asih ajarkan untuk berbuat adil meski terhadap orang yang tidak kita sukai. Ini Islam rahmatan lil alamin

Ini Nabi yang menjadi junjungan kita semua. Tapi mengapa kita yang mengaku umatnya namun akhlak kita malah lebih mirip abu jahal

Islam rahmatan lil alamin itu membuat semua nyaman dan aman, bukan membuat orang lain ketakutan dan merasa dilecehkan dan dizalimi. Selesai.

[citrawela via chirpstory]


Jokowi Mengundang Saksi Ahli dari Mesir?

DUNIA HAWA
"Blunder... "

Itu pikiran saya ketika membaca bahwa Kapolri akan mengundang ulama Mesir sebagai saksi ahli kasus Ahok. 

"Untuk apa ulama luar? Toh, ulama di Indonesia banyak? Kalau misalnya takut MUI tidak adil dalam memberikan pandangan, bisa saja ambil saksi ahli dari luar MUI. Semisal ulama dari NU atau Quraish Shihab...

Lagi pula, ini yang dibahas apakah tafsiran surat Al Maidah ataukah masalah pernyataan Ahok yang diedit? Kalau masalah pernyataan Ahok kan harusnya yang diambil sebagai saksi ahli adalah mereka yang paham masalah bahasa, bukan agama.."

Saya pun membaca headline berita berita tentang kasus itu. Eh, tapi kok ada yang aneh ya?

Di berita dari situs situs kurjel - kurang jelas mati segan hidup tak mau itu - malah headlinenya aneh aneh. Ada yang bilang Jokowi yang mengundang ulama..

Urusan apa Jokowi mengundang saksi ahli?

Bahkan ada foto Jokowi sedang menyambut ulama Mesir itu...

Gile, itu berita Februari 2016 saat Jokowi menyambut Imam besar Al azhar membahas radikalisme. Gada hubungannya ma masalah saksi ahli itu, yang dihubungi saja belum. 


Namanya juga masih RENCANA.

Itu permintaan dari tim Ahok karena berdasarkan kasus sidang Jessica kemaren, bisa menghadirkan saksi ahli dari Australia. Namanya rencana, tentu harus minta kesediaan dulu kepada Polisi. Kapolri membolehkan, "silahkan saja..."

Jadi bukan pemerintah yang mengundang atau - gilenya lagi - Jokowi yang mengundang. Kecil amat Jokowi ngurusin masalah Ahok segala? 

Ga ada urusan lain yang lebih besar apa??

Ah, ternyata memang mereka bermain propaganda untuk menghancurkan kredibilitas Jokowi. Jokowi dihancurkan karakternya seolah- olah ia ingin mengadu domba ulama. Ini berkaitan dengan aksi demo Bela Islam jilid 3 yang rencana besarnya adalah "menyingkirkan Jokowi".

Dibuatlah dulu berita hoax supaya mereka percaya bahwa Jokowi akan mengadu domba ulama dan menjadi "musuh Islam". Duh, mirip banget dengan pola fitnah di Suriah.

Jadi, untuk yang awam... Jangan dulu share secepat kilat menanggapi berita yang beredar, jangan mau terprovokasi oleh "judul berita" yang menyesatkan.

Cerdaslah... Hp ditangan anda untuk maen internet harganya mahal, pergunakan dengan sangat berharga. Baca dulu berita seksama. Supaya bisa baca berita, beli kuota jangan pake yang gratisan, yang muncul tulisan doang tanpa gambar...

Coba baca...

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” [Al Hujuraat:6]"

Jangan menyesal belakangan ketika ternyata anda hanya diperalat demi kepentingan sekelompok orang untuk berdemo nantinya... Jiwa anda seharga surga, jadi jagalah dengan baik..

Saran saya, seruput kopi dulu supaya cerdas dalam membaca...

[denny siregar]

Jihad Orang Sakit Jiwa

DUNIA HAWA - Pelaku bom bunuh diri atas masyarakat tak berdosa adalah orang yang menderita sakit jiwa. Hanya orang yang jiwanya sakit yang bangga dan tertawa cengengesan melihat para korban bergelimpangan. Hanya penderita sakit jiwa yang mau mati dengan mematikan orang lain yang tidak ada sangkut pautnya dengannya. 

Bukan hanya pelaku bom bunuh diri saja yang mengidap sakit jiwa. Orang-orang yang tidak memiliki empati atas kejadian teror kemanusiaan ini juga sejatinya menderita sakit jiwa. Para tokoh politik dan agama yang diam seribu bahasa menyaksikan aksi terorisme dan bahkan dengan entengnya menyebut "tragedi Samarinda" sebagai "pengalihan isu" juga pada hakikatnya menderita sakit jiwa. Karena hanya orang sakit jiwa yang tidak tersentuh melihat korban kekerasan dan terorisme. 


Para tokoh masyarakat yang membisu dan mengabaikan kasus terorisme di Gereja Oikumene Samarinda yang menelan korban anak-anak, orang yang tak berdosa, sementara di pihak lain begitu sibuk ngurusi kasus politisasi "Ahokgate" adalah orang yang sakit jiwa. Sakit jiwa ini bisa karena jiwa-raganya dipenuhi dengan "nafsu keduniaan" atau bisa jadi lantaran hati dan pikirannya telah penuh-sesak dengan "sampah-sampah" ajaran dan pemahaman ideologi-keagamaan tertentu.  

Orang yang jiwanya waras serta hati dan pikirannya sehat, mereka akan mendidih melihat kasus-kasus kekerasan terorisme dan melakukan berbagai upaya untuk mencegah pengulangan tindakan biadab ini di masa mendatang. Orang yang hati-nuraninya masih berfungsi normal, mereka akan melihat kasus terorisme sebagai kriminalitas kemanusiaan: siapapun pelakunya, siapapun korbannya. 

Jihad seharusnya dikibarkan untuk melawan para penjahat kemanusiaan, para garong dan koruptor, para kriminal agama, dan kaum teroris yang bodong wudelnya. Jihad seharusnya dikibarkan untuk menangkal para begundal politik dan agama yang mengacaukan tatanan kenegaraan, kebangsaan, dan keagamaan. Jihad seharusnya dilakukan untuk memerangi pribadi-pribadi yang rakus bin serakah yang hidupnya penuh sesak dengan nafsu politik-kekuasaan duniawi. 

Jihad seharunya dilakukan untuk menata dan memperbaiki dunia beserta isinya agar damai, tenteram, dan sejahtera. Dengan kata lain, jihad seharusnya sebagai "way of life" (untuk menata kehidupan agar lebih baik) bukan "way of death" (untuk persiapan kematian di alam akhirat). Pelaku pengeboman bunuh diri yang mengenakan kaos bertuliskan "Jihad Way of Life" sebetulnya sudah benar tapi sayang caranya keliru. Mungkin dia tidak paham apa itu makna "JIhad Way of Life". Jihad yang dilakukan dengan cara bunuh diri hanya akan membuahkan penyesalan para pelaku di alam baka karena bukan 72 bidadari yang cantik-jelita yang kelak akan mereka temui melainkan 72 "Mak Lampir" yang akan menemani mereka. 

Apapun alasannya, terorisme dan bom bunuh diri adalah tindakan haram dan biadab. Ulama terkemuka Shaikhul Islam Muhammad Tahir-ul-Qadri dalam 600 halaman bukunya berjudul "Fatwa on Terrorism and Suicide Bombing" sudah menjelaskan panjang-lebar tentang "jalan sesat" terorisme dan bom bunuh diri ini sehingga tidak perlu saya ulangi disini. Mari kita sama-sama berdoa untuk para korban kejahatan kemanusiaan ini.          

Jabal Dhahran, Arabia

Prof.Dr.Sumanto al Qurtuby, MSi, MA

Staf Pengajar Antropologi Budaya di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi

Ulama, MUI dan Fatwa

DUNIA HAWA - Banyak orang masih bingung dengan "makhluk" yang bernama MUI (Majelis Ulama Indonesia). Banyak pula yang salah paham dengan MUI: ada yang "menjunjung tinggi setengah mati", ada pula yang "memaki-maki setengah mati." 

Begini, bapak-bapak dan ibu-ibu, MUI itu adalah "lembaga", tepatnya "lembaga plat merah" yang dibentuk oleh Pak Harto dulu pada tahun 1975 dalam rangka untuk "menyenangkan" atau "membahagiakan" umat Islam dan sejumlah tokoh Muslim. 


Pada awal-awal pendirian rezim Orde Baru dulu, Pak Harto dianggap lebih pro dan "menganakemaskan" kelompok abangan, khususnya lagi kaum "Kejawen" (baik sipil maupun militer), dalam struktur pemerintahan, dan kurang memberi "porsi" kepada umat Islam. Nah, supaya tidak disorot "miring ke kiri", beliau mendirikan MUI ini yang tugasnya memberi nasehat kepada pemerintah terkait dengan masalah atau isu-isu keagamaan dan keislaman.  

Jadi, jelasnya, MUI itu hanya sebuah lembaga tempat ngumpulnya sejumlah ormas Islam di Indonesia (kecuali Syiah dan Ahmadiyah yang dianaktirikan). Seperti lembaga atau ormas lain, baik yang "plat merah", "plat hijau" maupun "plat kuning", MUI memiliki cabang sampai ke daerah-daerah di Indonesia, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten. Pula, seperti umumnya lembaga dan ormas keagamaan, MUI juga mempunyai banyak divisi atau "departemen" yang mengurusi banyak hal. 

Apakah semua pengurus MUI itu "ulama"? Belum tentu. Di berbagai daerah diluar Jawa, para pengurus dan elit MUI itu banyak yang berprofesi sebagai birokrat, politisi, polisi, tentara, pengusaha, dlsb yang sama sekali tidak memiliki kualifikasi keulamaan serta "nol jumbo" wawasan keislamannya, tetapi mereka "ditokohkan" oleh masyarakat Islam setempat karena dipandang memiliki status sosial tinggi.  

Apakah semua pengurus MUI dari pusat sampai daerah itu memiliki pandangan yang sama dan seragam mengenai masalah keislaman, sosial-keagamaan, dan kebangsaan? Tentu saja tidak. Tidak semua pengurus MUI itu berpandangan "saklek", konservatif, intoleran, anti-pluralisme, anti-kebangsaan, dst. Banyak dari mereka yang berwawasan terbuka, progresif, toleran, cinta kebangsaan, dlsb. Jadi semua tergantung dari individu-individu. Banyak teman-temanku yang "keren abis" juga duduk di kepengurusan MUI, baik di pusat maupun daerah. 

Apakah semua pernyataan yang keluar dari MUI itu disebut "fatwa? Tentu saja tidak. Ada yang hanya sebatas pendapat biasa atau "sikap keprihatinan" untuk menyikapi kondisi atau masalah sosial-politik-keagamaan-kebangsaan. Disebut "fatwa" jika itu diputuskan melalui "departemen fatwa" di MUI serta melalui prosedur penggalian hukum Islam tertentu. 

Apakah umat Islam wajib mengikuti fatwa yang dikeluarkan MUI? Tentu saja tidak. Namanya saja "fatwa" alias pendapat hukum yang tidak mengikat. Fatwa itu hanya sebuah "pendapat" yang bisa dikeluarkan oleh siapa saja yang memiliki kualifikasi sebagai "mufti". Dan MUI bukan satu-satunya yang mengeluarkan fatwa. Ormas-ormas Islam lain, seperti NU atau Muhammadiyah, juga sering sekali mengeluarkan fatwa yang tidak jarang berseberangan dengan fatwa MUI dan ormas lain. Umat Islam bebas dan merdeka untuk memilih fatwa mana yang dianggap paling "oye".

Lalu, kenapa akhir-akhir ini orang-orang pada "hiruk-pikuk" sampai ada gerakan jihad "pengawal fatwa MUI" segala? Ya itu biasa orang-orang yang "lebay njeblay" yang dimobilisasi oleh para "makelar politik" dan "bisnismen agama" itu. Mudeng?  

Jabal Dhahran, Arabia

Prof.Dr.Sumanto al Qurtuby, MSi, MA

Staf Pengajar Antropologi Budaya di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi