Monday, November 14, 2016

Propaganda Khilafah

DUNIA HAWA - Ketika akhirnya adek Intan Olivia korban bom Samarinda wafat karena luka bakar yang serius, saya tertarik untuk melihat pandangan kaum sebelah..

Dan benar sesuai dugaan saya, jangankan bersedih atau mengutuk aksi itu, mereka sibuk berbicara bahwa bom Samarinda adalah pengalihan isu dari kasus Ahok...


"Kenapa begitu? Apakah mereka sudah tidak punya hati?" Kalau masalah hati, sudah tidak usah ditanyakan lagi. Jika punya, sejak lama mereka sudah waras dalam berkomentar..

Tapi selain masalah hati, hal yang perlu diwaspadai adalah propaganda mereka..

Perhatikan saja, mereka tidak menemukan celah bahwa yang melakukan pemboman ini adalah non muslim. Jika ada - entah itu dalam bentuk KTP atau identitas apapun - maka mereka menggonggong sahut menyahut bahwa "Ini perbuatan kafir, ini fitnah terhadap Islam..". 

Tetapi ketika teridentifikasi bahwa memang teroris itu beragama Islam, maka teriakan mereka berbeda, "Itu pengalihan isu !".

Jadi, kalah menang, mereka tetap selalu pengen menang sendiri. Itu sifat yang dibangun dengan sistematis, kebanggaan diri akan golongannya..

Siapa yang mengabarkan bahwa bom Samarinda adalah "pengalihan isu pemerintah atas kasus Ahok" ?

Sesudah saya telusuri, yang pertama adalah Desmond J Mahesa, Wakil Ketua Komisi III dari Gerindra. Ooww..

Perhatikan perkataannya, "Di tengah kondisi hari ini yang suasana politik agak panas, akibat demo tanggal 4 dan sampai sekarang masih terasa, apakah ini bukan daripada mainan ?"

Luar biasa, sebuah apresiasi penuh cinta dari seorang wakil rakyat terhadap mereka yang "diwakilinya".

Kedua, yang sering dikutip adalah pernyataan pengamat terorisme yang juga Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya.

Eh, siapa Harits abu Ulya?

Menurut penelusuran, dia adalah mantan (?) Ketua Lajnah Tsaqafiyyah HTI. Oow.. ada HTI-nyah ternyata..

Coba perhatikan perkataannya yang saya ambil dari hasil wawancaranya dengan media online tidak terkenal drise-online tentang lembaganya. 

"CIIA adalah komunitas yang di dalamnya berkumpul beberapa person generasi Muslim yang punya kesadaran ideologis untuk ikut mengawal pertarungan pemikiran, opini dan propaganda demi sang “fajar “ (Khilafah) kembali terbit.."

Aha, propaganda untuk mengawal khilafah.... Sudah mulai kelihatan bentuknya.

Dan ada juga Tengku Zulkarnain, dari MUI yang di ILC pernah bicara untuk memotong kaki dan tangan "penista agama". Bahasa mereka semua sama, bahwa ini pengalihan isu dan dikutip oleh banyak media online spt portalpiyungan, eramuslim dan sejenisnya.

Lalu di share secepat "Lucky Luke yang menembak lebih cepat dari bayangannya sendiri" oleh kaum hore-hore yang hidup dengan mengandalkan otot daripada akal.

Konsep "pengalihan isu" ini adalah bagian dari propaganda untuk melemahkan kredibilitas pemerintah. Buat mereka, korban hanyalah "bagian dari permainan perang" saja.

Jadi jangan berharap mereka bersedih, mengutuk apalagi berdemo terhadap tragedi itu. Mereka malah memanfaatkannya sebagai senjata untuk menyerang aparat dan pemerintah.

Nah, kenali dulu pola permainan mereka supaya kita sadar bahwa mereka sebenarnya memainkan "agenda-agenda" dengan menunggangi agama melalui politik. Tak kenal maka tak sayang....

Masak mau selamanya menjadi "umat buih lautan" yang diombang-ambing tanpa sedikitpun pengetahuan?

Eh, seruput dulu kopinya. dah mau malam..

[denny siregar]

Fenomena Ahok, Rumah Lembang Dibanjiri Warga DKI

DUNIA HAWA - Satu hal yang menjadi fenomena Ahok adalah cepat dan mudahnya warga untuk mengadu jika ada permasalahan di lapangan yang mereka keluhkan. Ahok yang memang tidak bisa mengikuti gaya Jokowi yang setiap hari blusukan memakai cara lain untuk bisa mendengar langsung keluhan warga terhadap kondisi Kota jakarta. Layanan via sms dibuka, melalui aplikasi Qlue juga dilakukan, dan yang paling fenomenal adalah warga bisa datang langsung ke Balai Kota setiap hari untuk menyampaikan aduannya. Bukan hanya itu, warga pun bisa berfoto dengan Ahok.

Inilah kisah mengapa ada pelayanan aduan di Balai kota semasa kepemimpinan ahok.


“Aku bilang kalau enggak puas, tungguin saja deh aku di depan mobil di Balai Kota. Aku kan kalau turun dari mobil pasti jalan dulu buat masuk, enggak mungkin tahu-tahu aku di ruang kerja,” kata Ahok di Jalan Darmawangsa, Kebayoran Baru, Minggu (23/10/2016).

Setelah pernyataan itu, mulailah berdatangan warga ke Balai Kota. Semakin lama semakin banyak, dan akhirnya Balai Kota sering didatangi oleh warga yang mengadu. Bahkan ada juga warga luar kota yang sengaja datang dari Balai Kota hanya sekedar berfoto dengan Ahok.

“Sekarang bahkan orang dari luar kota ke Jakarta, sebelum pulang ke bandara, mereka mampir ke Balkot dulu untuk foto. Kita harus sabar melayani satu per satu,” ujar Ahok.

Lalu bagaimana Balai Kota setelah Ahok cuti?? Yup, seperti yang diberitakan sebelumnya sangat sepi. Sehari begitu Ahok cuti, sangat jarang ada warga yang datang. Meski Plt Gubernur berjanji akan tetap menerima warga yang datang ke Balai Kota, tetap saja Balai Kota sepi. Ini menunjukkan bahwa warga percaya setiap aduan yang disampaikan langsung kepada Ahok langsung ditindak lanjuti. Berikut adalah gambar Balai Kota setelah Ahok cuti.


Fenomena Ahok ini tidak berhenti ketika Ahok cuti. Dalam setiap kesempatan kampanye, Ahok tetap mendengar keluhan warga dan melihat kondisi Jakarta seperti yang biasa dilakukannya. Hanya kali ini dia tidak bisa mengeksekusinya karena sedang cuti. Saya yakin Ahok gemes dan geregetan karena tidak bisa langsung menyelesaikan aduan warga dan memperbaiki kondisi Jakarta yang dilihatnya secara langsung.

Tetapi jarak antara Ahok dan warga kini sengaja dibatasi dan dijauhkan. Sekelompok orang terus mendatangi tempat kampanye Ahok dan membuat keributan yang berpotensi kerusuhan. Ahok yang tidak mau adanya keributan antara warga dan sekelompok orang yang mendemo tersebut akhirnya memilih meninggalkan lokasi kampanye. Tetapi hal itu tidak menyurutkan niat Ahok untuk mendengar keluhan warga yang menjadi masukan untuk memperbaiki Jakarta ke depannya. Ahok pun membuka layanan aduan di Rumah Lembang dari Senin sampai Jumat mulai pukul 08.00 WIB sampai 10.00 WIB.

“Kasihan dong warga yang mau dukung kita, jadi takut apalagi kalau tiba-tiba anarkis. Jadi kalau memang mereka antusias ya mending kita undang saja,” ujar Wakil Ketua Tim Pemenangan Ahok-Djarot, Wibi Andriano.

Lalu bagaimana kondisi Rumah Lembang di hari pertama??

Biarlah gambar-gambar ini yang menceritakannya…




Jadi, siapa bilang Ahok ditolak dimana-mana?? Siapa bilang Ahok tidak diinginkan menjadi Gubernur?? Kalau masalah ada yang tidak suka dan tidak mau Ahok menjadi Gubernur tentulah ada, tetapi bukan berarti tidak ada yng mau dan menerima Ahok menjadi Gubernur. Karena itulah demi namanya keadilan dan menghindari namanya memaksakan kehendak, setiap orang yang suka Ahok dan yang tidak suka Ahok diberi hak yang sama untuk mencoblos.

Ahok bukanlah sosok yang sempurna, tetapi Ahok jelas dinantikan dan diinginkan oleh banyak warga Jakarta. Hal ini bisa dilihat dari antusiasnya warga datang ke Balai Kota dan kini juga di Rumah Lembang. Ahok tidak mungkin menyenangkan semua orang. Apalagi jika orang tersebut adalah mafia, birokrat korup, oknum pungli, bahkan warga penyerobot lahan negara yang adalah hak semua warga. Sayangnya, keinginan Ahok membersihkan Jakarta dari itu semua dihalangi dan dipolitisasi oleh beberapa orang.

Lalu apakah Ahok akan berhenti kampanye dan ngadem di Rumah Lembang??

“Jadi kita akan mulai dari sini. Jam 8 pagi atau setengah 8. Kayak di kantor lah. Sampai jam setengah 10 lalu kita akan mulai blusukan ke beberapa lokasi. Kalau ada penolakan kita lihat saja. Ini yang menolak orang lokal apa orang dalam. Kita juga bisa lapor polisi, bisa tangkap juga karen menghalangi kita mau kampanye,” kata Ahok.

Ya, itulah Ahok. Bagaimana kerasnya orang berusaha menjatuhkannya dan berusaha melakukan tindakan penolakan, seolah-olah warga setempat menolak, tidak akan menyurutkan niatnya. Ahok sudah mengikhlaskan dirinya untuk bangsa dan negara dan siap dengan resiko apapun yang harus ditanggung, begitu juga keluarganya.

Terakhir, kalau mau fair maka saya berharap perilaku penolakan dengan demo yang berpotensi ricuh dihentikan. Supaya kampanye Pilkada Jakarta bisa berjalan dengan baik dan damai. Jangan sampai yang terjadi malah warga sengaja dibenturkan dengan warga. Sudah capek negara ini terus diadu domba dan pada akhirnya dijajah beratus-ratus tahun lamanya. Apa iya, kini kita mau diadu domba lagi oleh orang-orang yang mau memecah belah negara ini?? Saya berharap tidak.

Salam Fenomenal.

[palti hutabarat]


Modus Fahri Hamzah Jatuhkan Ahok Untuk Lengserkan Jokow

DUNIA HAWA - Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah meminta Kepolisian mengusut tuntas peristiwa ledakan bom di depan Gereja Oikumene, Sengkotek, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11/2016).

"Aparat penegak hukum harus secara imparsial bekerja secara teliti dalam menganalisa kejadian ini," tutur Fahri seusai acara Kongres KA-KAMMI di Hotel Kartika Chandra di Jakarta.

Fahri mengingatkan agar seluruh pihak tak terprovokasi atau menghakimi pelaku, tetapi menunggu proses hukum yang dijalankan kepolisian.


"Hati-hati provokasi. Harus ada penyelidikan terlebih dahulu," tutur dia.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigadir Jenderal Pol Agus Rianto mengatakan, polisi sudah menangkap terduga pelaku pelemparan bom tersebut.

Penangkapan dilakukan tak lama setelah pelaku melempar benda yang diduga bom molotov, Minggu sekitar pukul 10.00 WITA.

Pria yang diduga pelaku langsung dibawa ke kantor Kepolisian Resor Kota (Polresta) Samarinda untuk diperiksa.

"Pelaku sudah berhasil ditangkap dan sedang dilakukan pemeriksaan oleh pihak Polresta," ujar Agus melalui keterangan tertulis.

Hal ini sungguh berbeda jauh dengan kasus Ahok. Sungguh berbandik terbalik!

Dalam kasus Ahok Fahri Hamzah justru meminta agar Ahok segera ditangkap bahkan dalam aksi demo 4 November Fahri Hamzah turun langsung ikut berpartisipasi mendemo Presiden agar menuntut menghukum Ahok. Bahkan Fahri Hamzah melakukan aksi provokasi yang pada akhirnya aksi Fahri Hamzah dilaporkan oleh Relawan BaraJP ke Bareskrim. 

"Hari ini, BaraJP datang ke Bareskrim untuk melaporkan dugaan penghasutan dan penghasutan untuk makar terhadap pemerintah yang sah yang diucapkan oleh Fahri Hamzah saat aksi demo 4 November kemarin," ujar Relawan BaraJP Birgaldo Sinaga di Gedung Bareskrim Polri, Gedung KKP, Gambir, Jakarta, Rabu (9/11).

BaraJP, kata Birgaldo, menilai ucapan Fahri Hamzah sangat berbahaya untuk republik ini. Menurut dia, sebagai Wakil Ketua DPR, Fahri seharusnya menjaga kebangsaan dan nilai-nilai kebhinekaan.

"Sayangnya dia (Fahri Hamzah) serampangan memutarbalikan fakta dengan bahasa yang sangat provokatif dengan menuduh Presiden Jokowi melakukan penghinaan terhadap ulama, melakukan tuduhan Presiden Jokowi telah membiarkan penista agama, melindungi penista agama, dan juga telah menuduh Presiden Jokowi seolah-olah Jokowi harus dilengserkan," ungkap dia.

Di dalam orasi, Fahri mengungkapkan dua cara untuk menglengserkan Jokowi, yakni melalui impeachment di DPR dan parlemen jalanan. BaraJP, kata Birgaldo, menilai pernyataan Fahri ini telah menimbulkan teriakan massa demo untuk menurunkan Presiden Jokowi dan membuat massa bertahan hingga pagi.

Namun Fahri hamzah membantah telah menghasut para demonstran tapi sedang melakukan tugasnya sebagi seorang wakil ketua DPR yaitu tugas pengawasan.

Presiden Jokowi saat Rapimnas PAN di Hotel Bidakara, Jl. Gatoto Subroto, Jakarta Selatan, Minggu (13/11/2016) menegaskan, terkait kasus ini, dia ingin adanya proses hukum yang cepat, tegas dan transparan. Dia pun merasa heran, mengapa kasus ini dikait-kaitkan padanya. Terhadap hal-hal yang dikaitkan padanya, Jokowi tidak terlalu ambil pusing.

 "Yang saya lebih heran, ini kan masalah DKI. Ini urusan DKI. Lah kok urusannya digeser ke Presiden, ke saya? Coba kita pakai kalkulasi nalar saja. Ini ada apa? Lah kalau saya sih senyam-senyum saja," katanya.

[beritateratas]

Selamat Jalan Little Angel Intan Olivia Marbun

DUNIA HAWA - Pagi masih berkabut. Langit masih gelap. Suara azan subuh belum terdengar dari Mesjid dekat UGD RSUD AW Syahranie, Samarinda.

Lamat lamat terdengar suara isak tangis lirih dari ruang ICU memecah keheningan subuh. Dua orang dewasa dengan mata sembab menatap tubuh mungil berbalut perban berumur 2.5 tahun. Di tepi ranjang tampak kedua orang tua bocah mungil itu tidak henti berdoa. 


Mulutnya berseru pelan memohon muzizat untuk kesembuhan anaknya. Matanya nampak sembab. Keduanya tidak bisa tidur. Mereka menatap pilu putrinya tidak sadarkan diri. Sebuah selang berisi oksigen terpasang dimasukkan ke mulut bocah itu.

Subuh beranjak merambat pagi. Pak Anggiat Marbun dan Ibu Intan terus menangis. Grafik detak jantung di layar monitor mesin EKG terlihat semakin melemah. Detak jantung Intan terus melemah. Perawat mendekat. Memberikan pertolongan medis. Suasana ruang ICU mendadak gaduh. Denyut nadi bocah malang itu berhenti. 


Sontak kedua orang tua Intan menjerit histeris. "Boru hasiannnn...Intannnn boru hasiankuu..jangan tinggalkan mamak nakkkk", jerit pilu Ibu Intan sambil memeluk tubuh mungil putrinya. Sang ayah memeluk istrinya. Tangisnya teredam dalam rongga dadanya. Dadanya bergetar. Anggiat Marbun terguncang. Tiba tiba bumi serasa runtuh.

Keduanya bahkan tidak mampu lagi mengangkat wajahnya. Kepala mereka tertunduk ditepi ranjang sambil menangis panjang manggil nama anaknya. Ruang ICU itu menjadi pertemuan terakhir kedua orang tua Intan melihat anak yang dikasihinya.

Empat belas jam sebelumnya, Minggu pagi, 13 November 2016, sekitar pukul 10.00 Wib, suasana hening terasa di dalam Gereja Ouikumene Samarinda. Hanya terdengar suara 

Pendeta sedang mengucapkan doa pengharapan dan pemberkatan. Ratusan jemaat tampak menutup mata mendengarkan doa penutup ibadah minggu. Kedua orang tua Intan tampak khidmat berdoa.

Sementara itu, di depan halaman gereja tampak bocah bocah kecil sedang bermain. Mereka adalah anak anak sekolah minggu yang dibawa orangtuanya ikut bergereja. 

Hal biasa saat orang tua sedang beribadah, anak anak kecil ini bermain di halaman gereja. Mereka adalah anak anak sekolah minggu yang sebelumnya telah selesai beribadah sekolah minggu.

Intan Olivia Banjarnahor (2,5), Anita Kristobel Sihotang (2), Alvaro Aurelius Tristan Sinaga (4), dan Triniti Hutahaya (3) bersama anak anak sekolah minggu lainnya senang sekali pagi itu. 

Mereka senang karena di sekolah minggu mereka bisa bernyanyi dan bermain. Bertepuk tangan sambil menggoyangkan pinggang dan kepala. Bagi anak anak kecil itu sekolah minggu adalah tempat favorit mereka bergembira. 

Mereka bisa bergembira karena disanalah mereka bisa bertemu dengan guru guru sekolah minggu yang mengajar betapa baiknya Tuhan. Guru guru sekolah minggu yang mengajar mereka bernyanyi dan berdoa.

Di luar pagar teras gereja, seorang pria kurus berkaos oblong hitam nampak berjalan kaki. Pria kurus itu berjalan tergesa gesa sambil menenteng tas ransel hitam di punggungnya. Ia tampak berhenti sebentar. Mengamati sekelilingnya. Clingak clinguk sekejap. Setelah pasti, Ia berjalan masuk ke halaman gereja.

Anak anak kecil itu tidak menaruh curiga. Dengan polos mereka tetap bermain. Tidak ada rasa takut. Anak anak kecil sekolah minggu itu hanya tahu bahwa gereja adalah Rumah Tuhan. Rumah berkat. Rumah di mana kebaikan dan kasih sayang diajarkan. Tidak mungkin ada bahaya di sana.

Pria berkaos oblong hitam itu berjalan semakin mendekat. Ia berhenti lalu menatap anak anak kecil itu. Entah apa yang dipikirkannya. Wajahnya mengeras dan dingin. 

Ia sepertinya tidak melihat ada anak anak di halaman depan gereja itu. Ia sepertinya tidak mendengar suara anak anak nan polos sedang bermain. Ia sepertinya tidak mendengar suara anak anak itu sedang bernyanyi. 

Pria berkaos oblong hitam itu hanya melihat musuh yang harus dihabisinya. Kebenciannya begitu membuncah. Kalian harus mati. Begitu pikirannya.

Intan Olivia Banjarnahor (2,5), Anita Kristobel Sihotang (2), Alvaro Aurelius Tristan Sinaga (4), dan Triniti Hutahaya (3) memandang pria berkaos oblong hitam itu. 

Mereka malah tertawa riang lalu melanjutkan permainan mereka. Mereka tidak tahu sebentar lagi api akan melahap mereka. Mereka tidak tahu sedetik lagi pria berkaos oblong hitam itu akan melemparkan bom api molotov.

Setelah tiba waktunya, Pria berkaos oblong hitam itu lalu menarik nafas dalam. Ia melihat anak anak kecil itu sebagai target untuk dihabisi. Ia melihat kegembiraan anak anak kecil itu harus dihentikan. Keriangan anak anak kecil itu tidak boleh ada. Ia mendengus.

Lalu, Ia melepas tas punggungnya. Mengeluarkan sumbu lalu mengambil korek api. Ia membakar sumbu tas punggung itu.

Dengan sekuat tenaga pria berkaos oblong itu melempar tas berisi bensin menyala api. Brakkkk..bummm...Tas punggung berisi bensin dan berapi itu menghantam kerumunan anak anak kecil itu. 

Api membumbung tinggi. Asap hitam mengepul. Pria berkaos oblong itu tersenyum lalu lari kencang menjauh dari halaman gereja itu.

Intan Olivia bocah berumur 2.5 tahun itu menjerit tangis. Api membakar sekujur wajah dan tubuhnya. Intan berguling guling menangis memanggil nama mamanya.

"Ma...mamak..makkkk..panas makkk..sakittt makkkk...", teriaknya perih. Sekujur badannya melepuh, mengalami luka bakar cukup serius.

Teman teman Intan lainnya Anita Kristobel Sihotang, Alvaro Aurelius Tristan Sinaga, dan Triniti Hutahayan juga menjerit menangis. Api menyambar tubuh mungil mereka. Membakar baju mereka. Keempat bocah malang itu berlari berguling guling mencoba memadamkan api yang melahap tubuh mungil mereka.

Suasana gereja yang damai teduh berubah menjadi neraka. Teriakan pilu perih anak anak sekolah minggu Intan Olivia Banjarnahor, Anita Kristobel Sihotang, Alvaro Aurelius, Tristan Sinaga, dan Triniti Hutahayan membuat seisi gereja panik.

Para orang tua berhamburan keluar. Mereka mencari tahu apa yang terjadi. Mereka menjerit histeris melihat anak anak mereka meraung raung terbakar. Berguling guling menahan panas membakar kulit dan dagingnya. Para orang tua itu berusaha memadamkan api. Sebagian berteriak histeris melihat anaknya dilalap api.

 "Saya panik dan syok. Saya pun langsung mencari anak-anak saya, biarpun apa mereka semua anak-anak kami," ujar Mirna sedih. Mirna salah seorang jemaat gereja yang saat itu ikut menyaksikan tubuh tubuh mungil terbakar api.

"Anak-anak sedang bermain di luar gereja. Orangtua mereka sedang berdoa di dalam gereja. Tiba-tiba terdengar suara ledakan nyaring hingga tiga kali. Kami semua langsung panik, mencari perlindungan, dan mencari anak kami masing-masing," kata Mawarni yang juga keluarga Intan.

Hanya 14 jam bocah mungil Intan Olivia dapat bertahan. Luka bakarnya hampir 80 persen. Sekitar pukul 04.00 Wita akhirnya bocah lucu itu meninggal dunia. Bocah malang cantik itu menghembuskan nafas terakhirnya disamping ibu bapaknya yang menangis kencang.

Pukul 6 pagi, seorang teman mengirim berita kematian Intan. Saya terpekur sedih. Dadaku sesak. Tidak terasa air mata keluar dari kedua bola mataku. Saya kehilangan kata kata. Saya terhanyut dalam sedih atas kehilangan Intan dan nasib bangsaku. 

Saya tiba tiba melihat wajah anakku Baby K yang seumuran dengan Intan. Memandang bocah bocah mungil lucu pemilik warisan Tanah Air Indonesia ini sungguh membuat saya kecut. Akankah anak anak kita akan mewarisi Ibu Pertiwi yang damai dan bersahabat? Ahhhh Entahlah...

Selamat jalan ananda Intan Olivia. Betapa berat 14 jam penderitaanmu itu. Api membakar kulit dagingmu hingga wajah cantikmu berubah mengerikan. Luka gosong sekujur tubuhmu begitu mengerikan.

Kini, Tuhan mendekapmu. Mendekap sejuk dan teduh jiwamu yang terbang bersama para malaikat. Kini tubuh gosongmu cantik kembali. Bumi ini bukanlah tempatmu bermain lagi. Surgalah tempatmu bermain bersama teman temanmu dari seluruh bangsa. 

Tempat barumu itu tidak ada ketakutan lagi. Tempat barumu itu tidak ada lagi orang jahat penuh kebencian seperti pria berkaos oblong itu. Di Surga sana hanya ada damai dan kebahagiaan.

Selamat jalan ananda Intan...kami minta maaf tidak bisa menjagamu. Kami minta maaf alfa dan lalai tidak bisa memberi rasa aman di rumah Tuhan tempatmu bernyanyi. Lagu kesukaanmu "Kingkong Badannya Besar" tidak akan pernah kami dengar lagi dari bibirmu yang mungil.

Bernyanyilah di surga ananda..
Bermainlah di taman Firdaus ananda...
Nyanyikanlah lagu Kingkong itu di Surga buat kami ya...

"Kingkong Badannya Besar Tapi Kakinya Pendek, Lebih Aneh Binatang Bebek, Lehernya panjang kakinya pendek..Haleluya..Tuhan Maha Kuasa, Haleluya Tuhan Maha Kuasa

Damailah jiwa mungilmu terbang bersama para malaikat menuju keabadian...

Salam peluk cinta dan sayang.. 

Dari Tulang :

Birgaldo Sinaga

Intan Olivia Marbun

DUNIA HAWA

Latar belakang HKBP Samarinda, hanya pada Minggu kemaren bersama Orang Tua, masuk ibadah ke Gereja Oikumene Samarinda.

Entah apa nasibmu nak...

Kalau kamu bisa bicara nak, kamu pasti bilang, "harusnya kita ke gereja yang biasa aja papa.."

Bukan gereja nya nak...Bukan juga papa mamamu nak....yaa bukan nak...

Ini murni karena Tuhan Yesus memang sayang kamu... 

Disana, di tempat mu nanti sampaikan pengampunan dari Tuhan untuk Om Juhanda", orang yang mengirim mu kesana dengan caranya yang keji...

GOD BLESS YOU ....


[trifenna soehartini]

Pelaku Bom Gereja Oikumene Samarinda Dikepung & Dihajar di Perahu

DUNIA HAWA - Juhanda (33) adalah orang yang meledakkan bom molotov di gereja Oikumene di Samarinda pada Ahad (13/11).

Sejumlah saksi mata menyebutkan, pria itu datang mengendarai sepeda motor dengan nomor pelat H 2372 PE, kode untuk Semarang, Jawa Tengah.

Juhanda yang memiliki panggilan Jo masuk ke tempat parkir gereja di Jalan Ciptomangunkusumo, Kelurahan Sengkotek, Kecamatan Loa Janan Ilir.

Saat itu, jemaat dari Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) baru selesai ibadah.

Jemaat Kristen Toraja kemudian masuk untuk bersiap beribadah. Di luar, Jo menyalakan sebuah bungkusan.


Beberapa anak-anak sekolah minggu sedang bermain di dekatnya. Tiba-tiba, tiga ledakan keras terdengar.

Warga segera berkumpul dan melihat empat anak terluka. Empat sepeda motor ikut rusak berat di bagian depan.

Di sekitar lokasi, penuh serpihan pasir baik di dinding serta tiang luar gereja bercat putih. Diduga, pasir dipakai dalam bom molotov untuk memperkuat efek api.

Seorang pria gondrong berbadan kurus yang berlari keluar dari halaman gereja menarik perhatian.

Samuel Tulung (43), warga yang melihat sosok Juhanda tersebut, segera mengejarnya.

Warga ikut memburu sementara sebagian lainnya membantu anak-anak yang terluka.

Setelah dikepung, Juhanda terdesak hingga terjun ke Sungai Mahakam.

Pelariannya terhenti di tengah sungai ketika warga mengejarnya dengan perahu.

Samuel mengatakan, Juhanda sempat melawan dengan memegang paha warga ketika hendak diangkat ke perahu.

“Tapi, dia sudah kehabisan tenaga,” ucap Samuel. Warga memberi Juhanda bogem mentah di atas kapal sebelum membawanya ke Mapolresta Samarinda.

Di dalam gereja, jemaat Kristen Toraja tetap beribadah hingga selesai.

Di depan rumah ibadah itu, ramai warga datang melihat petugas yang sudah memeriksa lokasi



[jpnn]

Kisah Dalang Bom Samarinda, Mantan Napi & Tinggal di Masjid

DUNIA HAWA - Pelaku bom Gereja Oikumene, Kelurahan Sengkotek, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, hari ini, 13 November 2016, sekitar pukul 10.00 Wita, bukanlah orang baru dalam peledakan bom. Pelaku merupakan mantan narapidana teror bom Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Tangerang pada 2011.


Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal Tito Karnavian mengatakan pelaku bernama Joh alias Juhanda alias Jo bin Muhammad Aceng Kurnia, 32 tahun, pernah menjalani hukuman pidana 3,5 tahun pada 2012 dan bebas bersyarat setelah mendapatkan remisi Idul Fitri pada 28 Juli 2014.

"Pelaku sudah ditangkap. Percayakan kepada penegak hukum untuk menangkap jaringannya," kata Tito, Ahad, 13 November 2016.


Juhanda merupakan anggota kelompok pelaku teror bom buku yang dipimpin Pepi Fernando. Kelompok ini melakukan aksi-aksi mereka pada Maret 2011. Pepi Fernando divonis hukuman penjara 18 tahun pada awal Maret 2012.

Tak diketahui apa aktivitas Juhana setelah dibebaskan dari penjara pada 28 Juli 2014.

Belakangan Juhana tinggal di sebuah masjid di Kelurahan Sengkotek, di sekitar Gereja Oikumene.


Juhana juga bergabung dengan kelompok Jemaah Ansyarut Tauhid (JAT) yang didirikan Abubakar Baasyir, terpidana kasus terorisme yang sudah berbaiat kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ketika dia mendekam di Nusakambangan. Pada 16 April 2016, pemilik Pesantren Ngruki, Sukoharjo, itu dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. "Kami akan kembangkan penyidikannya," ucap Tito.

Dalam tulisan Tempo berjudul Buku Rumus Kimia Bom di Rumah Komplotan Pepi pada 29 April 2011, disebutkan pada 27 April 2011, Densus meringkus tujuh orang yang diduga terkait dengan kelompok Pepi Fernando. Enam orang ditangkap di Desa Gle Gurah, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar, sedangkan seorang lagi belum diketahui di mana ditangkap.

Penangkapan ini merupakan ujung dari temuan bahan peledak dan sisa rangkaian bom di halaman belakang rumah kontrakan kediaman tersangka Muhammad Fadil di Jalan Panglaten, Merduati, Banda Aceh, Selasa lalu, sekitar pukul 20.30 WIB. 

Salah satu yang ditangkap adalah Juhanda, kelahiran Bogor, dengan alamat KTP di Perumahan Citra Kasih Blok E Nomor 030, Neohon, Kelurahan Masjid Raya, Kabupayen Aceh Besar, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. 


Lima lainnya adalah Mzki, 35 tahun, warga Merduati; M. FSAL MAT (33), warga Aceh Tamiang; M. Nsr. SYR (30), warga Lhokseumawe; MAHdN (24), warga Lhokseumawe; dan T. Zul (35), kelahiran Pekanbaru. Menurut Iskandar, T. Zul masuk daftar pencarian orang Densus 88.

Dalam penangkapan, sebagian besar mereka diringkus di Desa Gle Gurah. Juanda ditangkap di desa lain di kecamatan yang sama. Juanda diduga salah seorang tersangka yang melarikan diri ketika polisi menciduk Pepi, Fadil, dan Zokaw di rumah Fadil di Desa Merduati, 21 April 2011. 

Setelah menangkap Juanda, polisi menemukan sebuah karung berisi amonium nitrat dan belerang di sebuah gubuk milik Fadil di Gle Gurah. Polisi juga menyita barang bukti berupa belerang dan aluminium dalam karung, garam dapur, pupuk urea (total 15 kilogram), sebuah buku dengan tulisan rumus-rumus bahan kimia, setrika, bohlam senter yang dipasangi kabel, dan lain-lain. 

Ada pula jam dinding bertulisan Bendera Kerajaan Islam Aceh Darussalam, alat tumbuk tepung, gerinda, serta paku dan baut dalam daftar barang bukti yang dibawa polisi.

Dalam serangkaian aksi terorisme yang diduga dilakukan komplotan Pepi Fernando, polisi telah menetapkan 17 tersangka. Pepi Fernando alias M. Romi alias Ahyar dan Hendi Suhartono alias Zokaw diduga menjadi otak dan pelaku utama bom buku, bom Puspiptek, hingga bom dekat pipa gas Serpong.

Deni Carmelita, istri Pepi, dan juru kamera televisi swasta, Imam M. Firdaus, juga menjadi tersangka.


[tempo]

Habib Rizieq Ketakutan Lantaran Ulama Mesir Jadi Saksi Kasus Ahok

DUNIA HAWA -  Ulama Mesir, Syeikh Mushthofa ‘Amr Wardhani disebut-sebut akan menjadi saksi ahli kasus penistaan agama dengan terlapor Basuki Tjahja Purnama alias Ahok.

Menyikapi hal itu, Imam Besar FPI, Habib Rizieq Shihab mengaku kecewa lantaran pemerintah mendatangkan saksi ahli dari luar.


Pembina Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) menduga, saksi ahli agama dari Mesir sengaja didatangkan untuk diarahkan menafsrikan surat Al-Maaidah ayat 51.

“Sungguh sangat kami sesalkan bahwa Pemerintah RI mendatangkan Syeikh Mushthofa ‘Amr Wardhani salah seorang petinggi Darul Iftaa Mesir untuk menjadi Saksi Ahli Agama dalam Kasus Ahok,” jelas Habib Rizieq melalui website pribadinya, Senin (14/11/2016).

Dugaan Habib Rizieq bukan tanpa alasan. Sebab, Darul Iftaa’ Mesir pernah mengeluarkan fatwa yang membolehkan non muslim memimpin kaum muslimin.

Dikatakan Habib Rizieq, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) bisa mendatangkan saksi ahli agama dari berbagai negara Islam untuk menghadapinya.

Namun, GNPF MUI menilai bahwa cukuplah ulama-ulama Indonesia sebagai saksi ahli agama dalam kasus ini. Sebab ulama Indonesia banyak yang berkualitas dunia dan ulama Indonesia tentu lebih paham soal Indonesia.

“Jangan rendahkan MUI yang berisikan para ulama dan cendikiawan Indonesia dari berbagai ormas dan kalangan, karena MUI bukan saja berkelas dunia, tapi juga paling mengerti tentang kondisi dalam negeri Indonesia dibanding ulama dari negeri mana pun,” tegas Habib Rizieq.

Habib Rizieq juga menyampaikan pesan kepada Syeikh Mushthofa ‘Amr Wardhani agar tidak mencampuri urusan umat Islam di Indonesia.

“Karena nanti akan mencoreng dan mencemarkan Darul Iftaa dan Al-Azhar serta Negara Mesir yang selama ini begitu terhormat di tengah bangsa Indonesia,” kata Habib Rizieq seraya menegaskan agar pemerintah berhenti adu domba ulama.

[pojoksatu]

Kalian adalah Saudara Kami

Surat dari umat Muslim untuk saudara kami umat non muslim


DUNIA HAWA

Saudaraku,
hari ini kami harus menyaksikan lagi bangsa berduka akibat ulah umatku yang Dibohongi Pakai Pelintiran ayat-ayat kitab suci

Saudaraku,
hari ini kami hancur luluh remuk atas berpulangnya seorang anak yang tak punya dosa apa-apa terhadap islam

Saudaraku,
hari ini kami mendidih teriris pedih lagi-lagi agama kami dinistakan oleh kebodohan umat yang tak memahami islam 

Kami mengerti tidak ada ucapan belasungkawa yang dapat mengobati luka seperti ini

Kami sadar tiada kata-kata yang dapat mengembalikan nyawa seorang balita

Kami hanya ingin kalian mengetahui bahwa kami bersimpuh menjerit batin berlinang air mata 

Kami menangis atas umat kami yang tak memahami hakikat firman-Nya dan wasiat Nabinya.

Kami terisak tersedu atas Ustadz yang tebang pilih meneteskan air mata

Kami merintih atas Ulama yang tak kunjung fatwakan terorisme adalah penistaan agama

Kami meratap atas Habib tak kunjung turun ke jalan bela islam yang sedang dinistakan oleh terorisme

Mereka terlalu sibuk dengan urusan Pilkada.. sampai lupa masalah utama islam yang sebenarnya,

yakni islam sedang dinistakan hebat oleh kelompok radikal internal islam yang membunuh mengatas namakan Allah

Hari ini kami berteriak lantang mereka tidak mewakili kami!

Hari ini kami tegaskan kami berpihak kepada Bhinneka Tunggal Ika!

Hari ini kami nyatakan kerukunan lintas etnis lintas agama di atas segalanya!

Karena kalian itu saudara bagi kami
Karena kalian yang bukan saudara dalam iman, adalah saudara dalam kemanusiaan (Sayidina Ali RA)

Bhinneka Tunggal Ika Harga Mati.

Mari kita rapatkan barisan bersama hadang musuh bangsa, yakni mereka yang haramkan hormat bendera, mereka yang menghalalkan darah bangsanya.

SAY NO TO TERRORISM

Gus Permadi Arya [ustad abu janda al boliwudi]
( Muslim Nahdliyin )

#SayNoToTerrorism

Mengapa 'Tak Banyak Suara' untuk Intan dan Korban Bom Gereja Samarinda

DUNIA HAWA - Linimasa dipenuhi ungkapan duka, sedih, dan marah setelah bom meledak di pelataran Gereja Oikumene, Sengkotek, Samarinda Kalimantan Timur, Minggu (13/11) lalu. Sebagian bahkan mempertanyakan mengapa penolakan atas 'aksi teror yang mengatasnamakan agama' itu tidak kencang disuarakan seperti dugaan penistaan agama baru-baru ini.


Empat balita mengalami luka bakar akibat ledakan bom molotov, satu di antaranya Intan Olivia Marbun berusia dua tahun, meninggal dunia Senin (14/11) akibat luka bakar yang diderita hampir di seluruh tubuhnya. "Sayangnya, dokter tidak bisa menyelamatkan korban... dia meninggal pagi ini," kata Fajar Setiawan kepada AFP.


Suasana duka menyelimuti media sosial hari ini, sebagian menggunakan tagar 'RIP Intan' untuk mengungkapkan kesedihan.

"Duka yang mendalam," kata satu pengguna Twitter. "Kamu enggak salah apa-apa nak, istirahatlah dengan tenang. Maafkan kami. Maafkan kami. Maaf," kata yang lain.

"Turut berduka cita untuk Intan Olivia, anak kecil lugu tanpa dosa yang jadi korban kebiadaban orang yang mengaku membela agama," kicau Abi Hasantoso.

Terduga pelaku, yang menggunakan kaos bertuliskan 'Jihad, way of life' ketika ditangkap, tercatat pernah melakukan aksi teror sebelumnya termasuk kasus bom buku di Jakarta pada 2011 lalu, kata polisi.


Presiden Joko Widodo dengan tegas mengatakan kasus bom Samarinda 'harus diusut secara tuntas' dan meminta kepolisian melakukan 'penegakan hukum yang tegas'. Dan, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj menyatakan pihaknya 'mengutuk keras peristiwa kekerasan oleh dan atas nama apapun'.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam sejumlah laporan juga menyatakan mengutuk aksi teror yang 'bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama dan nilai-nilai Pancasila.


'Penistaan luar biasa'

Namun di balik duka itu, banyak orang di media sosial mempertanyakan mengapa perlawanan atas aksi teror itu tidak banyak bergaung di media sosial. 

Sebagian bahkan membandingkannya dengan suara-suara yang riuh berkomentar tentang kasus dugaan penistaan agama dengan terlapor Basuki Tjahaja Purnama, yang menuai aksi turun ke jalan melibatkan puluhan ribu orang.

"Yang kencang bela agama kebanyakan anteng-anteng saja ketika bom molotov di gereja yang menewaskan anak kecil di Samarinda, bahkan cenderung sinis," kata satu pengguna Twitter.

Ezki Suyanto bertanya, "Bapak-bapak MUI, Bapak-bapak FPI, Bapak-bapak NU, Bapak-bapak Muhammadyah, Ibu-ibu khilafah, maukah mendoakan Intan yang wafat korban bom Samarinda atas nama Islam?"



Aktivis LSM Pusat Studi Agama dan Perdamaian (ICRP) Ahmad Nurcholish mengungkap pertanyaan yang sama. "(Aksi teror) itulah yang sesungguhnya penistaan terhadap agama. Tapi di mana suara mereka yang tanggal 4 November kemarin turun ke jalan? Mana komentarnya? Saya menunggu tetapi tidak ada?"

"Pelaku yang melakukan pengeboman di gereja kemarin itulah penistaan luar biasa terhadap agama," sambungnya. "Harusnya, seberapa besar pun teror, semua masyarakat Indonesia perlu merasa prihatin dan mengupayakan bagaimana supaya itu tidak terjadi."

Ahmad Nurcholis mengatakan semua pihak "harus berkomitmen kepada landasan hukum."

"Kita punya konstitusi bernama Pancasila dan UUD 1945. Itu sebagai perekat utama bagaimana kita tetap bersatu dalam konteks NKRI," katanya.

[bbc]

Damailah Intan Kecilku, di Sana

DUNIA HAWA 


Damailah engkau Adik Kecil INTAN bersama Tuhan di sorga..!!!
Kami Mengasihimu....!!
Kiranya engkau jadi MARTIR buat semua manusia yang ada di bumi Indonesia,biar semua Umat membuka mata hati dan Menyadari bahwa DAMAI itu INDAH dan MAHAL....!!

Doa kami "Semoga Tuhan memberimu tempat ter-indah di sorga...!!!
"PEMBALASAN hanya kuasa Tuhan,kita manusia tidak berdaya,kita hanya debu di hadapanNya"


#intanmarbunkorbanbomsamarindayangmeninggaldunia#

[t erikson pasaribu]

Selamat Pagi Intan Olivia, Malaikat Kecilku

DUNIA HAWA 

Selamat pagi, Intan Olivia..


Kudengar beritamu pagi ini, kamu sudah pergi meninggalkan kita semua. Mungkin kamu sudah tidak tahan dengan luka bakar itu, mungkin Tuhan lebih sayang padamu.. Entahlah..


Maafkan kami, ya sayang... Kami orang dewasa yang masih dalam masa pencarian. Banyak dari kami tidak tahu apa yang kami kerjakan... Sehingga melempar bom molotov pun dianggap sebagai jalan menuju surga.

Ah, kamu pasti sekarang sedang ditimang-timang. Taman bermainmu jauh lebih luas dan bebas dari kedengkian. Teman bermainmu jauh lebih banyak sekarang, ada yang dari Suriah, dari Irak, dari Libya, dari Poso, dari Sampit, dari mana saja...

Dan kalian pasti tidak bertanya apa agamamu, apa sukumu, rasmu apa... Bahasa kalian semua sama, bahasa cinta...

Kamu tahu, dek? Betapa cemburunya kami sama dirimu...

Kami ingin kembali ke masa kami tidak mengenal semua itu. Kami ingin kembali di waktu kami hanya ingin bermain, dengan siapa saja. Masa ceria yang indahnya seperti surga. Masa emas dimana dunia kita hanya tertawa, menangis dan lapar.. Itu saja.

Pasti kamu menangis terus, ya sayang, merasakan sakitnya badanmu waktu itu. Tapi sekarang sudah tidak lagi, kan? Kamu pasti sudah berlari-lari sekarang membawa bonekamu.. Lupa akan kengerian itu.

Titip salam untuk Tuhan, dek..

Sampaikan... maafkan kami yang selalu membawa namaNya,, untuk kekejian yang kami perbuat. Maafkan kami yang selalu menjual namaNya, demi kekuasaan yang hanya sementara saja.

Semoga, ada pelajaran yang kami petik dari hilangnya dirimu... Semoga... Karena kami adalah manusia yang jarang belajar dari peristiwa..

[denny siregar]

Surat Kecil untuk Intan Olivia, Balita Korban Bom Molotov Samarinda

DUNIA HAWA – Sejenak mari hening dan memancarkan welas asih untuk Intan Olivia korban bom Gereja Oikumene Samarinda..

Bocah kecil itu terbang dengan sayapnya. Ia kemudian berbaring dalam pelukan Tuhan. Ia meninggalkann kawan-kawan sepermainannya, meninggalkan ibu bapaknya. meninggalkan riuh dunia yang tak bersahabat dengannya.


Ia pergi ketika pagi belum usai menghantar embun. Ketika rasa kemanusiaan itu telah hilang dan digantikan teriakan Jihad.

Ia tak pernah tahu apa itu Jihad…ia hanya tahu pagi kemarin tengah bernyanyi memuji Tuhan di teras gerejanya. Ia tak pernah tahu lelaki dengan amuk amarah melemparnya sebuah bom.

Tubuh mungilnya kemudian terhempas, terluka dan terbakar.

Ia bahkan tak sempat pamitan pada teman sepermainannya. Pada guru sekolah minggunya. Pada bapak ibunya…

Ia tak sempat lambaikan tangan pada mereka yang mencintainya.

Tubuh ringkihnya tak sanggup bertahan….pagi tadi ia terbang…kembali ke surga dengan sayap mungilnya.

Ia tinggalakan bumi yang kini penuh amuk amarah atas nama mereka yang membela Tuhan.

Tolong sampaikan pada Tuhan…kami juga lelah melihat angkara ini.

Selamat jalan dik..senyummu adalah kenangan terindah bagi bumi ini.

RIP korban bom Samarinda. 

[achmad riza al habsyi via salafynews]

KABAR DUKA! Balita Korban Bom Molotov Samarinda Meninggal Dunia

DUNIA HAWA – Kabar duka menyelimuti keluarga korban ledakan bom di Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11/2016) pagi kemarin.


Satu korban atas nama Intan Olivia (2) meninggal dunia sekitar pukul 03.45 Wita, Senin (14/11/2016) dini hari, setelah sempat menjalani perawatan di RSUD AW Syahranie.


Luka bakar yang cukup parah, membuat bocah malang tersebut tak tertolong. Sementara korban lainnya yang juga dirawat di rumah sakit yang sama, atas nama Triniti Hutahaya (4) masih menjalani perawatan intensif di ruang PICU.

“Semua korban yang dilarikan ke sini (RSUD AW Syahranie) mengalami luka bakar, satu korban meninggal dan satu lagi masih menjalani perawatan,” kata Humas RSUD AW Syahranie, dr Febian Satrio, Senin (14/11/2016).

Saat ini korban meninggal masih berada di ruang jenazah rumah sakit. Diperkirakan kurang dari satu jam mendatang korban akan dibawa ke rumah duka, di Jalan Cipto Mangunkusumo, Rt 3, atau tidak jauh dari lokasi ledakan bom kemarin.

Sementara itu, korban lainnya atas nama Alvaro Aurelius (4) dan Anita Kristobel (2), juga masih menjalani perawatan di RSUD IA Moise, yang juga mengalami luka bakar.

RSUD AW Syahranie akan mengambil alih semua perawatan terhadap korban bom di Gereja Oikeumene, Minggu (13/11/2016) pagi kemarin.

Saat ini yang telah berada di rumah sakit milik Pemprov Kaltim itu, yakni Trinity Hutahaya (4) dan korban meninggal Intan Olvia Marbun (2). Sedangkan korban lainnya masih berada di Rumah Sakit IA Moies, yakni Alvaro Aurelius (4) dan Anita Kristobel (2).

Direktur RSUD AW Syahranie, dr Rachim Dinata menjelaskan, kondisi Trinity mengalami luka bakar yang cukup serius, yakni mengalami luka bakar sekitar 50 persen, dan kondisinya masih kritis. Sedangkan, korban meninggal mengalami luka bakar sekitar 75 persen, dan untuk dua korban lainnya, mengalami luka bakar sekitar 16 persen.

“Korban meninggal dan korban lainnya mengalami luka bakar yang cukup parah, selain itu paru-paru mereka juga mengalami gangguan karena menghirup asap maupun zat saat terjadi ledakan,” kata dia, Senin (14/11/2016).

Pihaknya pun telah membentuk tim untuk penanganan korban-korban, di antaranya terdapat spesialis bedah plastik, dokter umum, anastesi, ahli anak dan perawatan intensif.

Sementara itu, semua biaya perawatan ditanggung oleh pemerintah. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy, dalam kunjungan ke RSUD AW Syahranie. “Semua biaya ditanggung pemerintah, dan rumah sakit akan tangani ini full tim,” tutur Muhadjir Effendy.

Mawarni menyaksikan para bocah yang sedang bermain di teras Gereja Oikumene tiba-tiba ambruk terkena ledakan bom molotov. “Anak-anak sedang bermain di luar gereja. Orangtua mereka sedang berdoa di dalam gereja. Tiba-tiba terdengar suara ledakan nyaring hingga tiga kali. Kami semua langsung panik, mencari perlindungan, dan mencari anak kami masing-masing,” kata Mawarni yang juga keluarga Intan, Minggu (13/11/2016).

Mawarni menyebutkan, saat suara ledakan itu terdengar pertama kalinya bola api dan asap mengepul terlihat di pintu masuk gereja yang berlokasi di Jalan Cipto Mangunkusumo, Samarinda Seberang.

“Kami sudah selesai ibadah dan mau salaman dengan pendeta, sekalinya ada ledakan. Saya dengar jelas, untuk ledakan pertama api mengepul, dan kedua kalinya bola api dan asap hitam langsung mengepul hingga masuk ke gereja,” ucap Mawarni.

Saat itu juga, jemaat berhamburan menyelamatkan diri. “Saya panik dan syok. Saya pun langsung mencari anak-anak saya, biarpun apa mereka semua anak-anak kami,” ia sedih.

Wanita paru baya yang tinggal di Loa Janan Ilir itu menceritakan detik-detik terakhir sebelum ledakan bom.

“Kami gereja itu jam 08.00 Wita. Sekitar jam 10.00 Wita Ledakan bom terjadi. Sebelumnya aman tidak ada yang aneh, aman-aman saja, kami pun sembahyang dengan biasa,” kata dia.

Dia menyebutkan, ada seorang datang membawa ransel. Orang tak dikenal itu lari. Kemudian ransel yang dilemparkannya meledak dan mengenai empat unit motor yang terparkir di depan gereja.

“Saya tidak melihat pelakunya, hanya mendengar dari anak-anak bahwa ada pria membawa tas ransel, setelah membakar tasnya dan kemudian lari,” ulang Marni.

Sebanyak empat anak menjadi korban. Mereka adalah Intan Olivia Banjarnahor (2,5), Anita Kristobel Sihotang (2), Alvaro Aurelius Tristan Sinaga (4), dan Triniti Hutahaya (3). 

[tribunnews]