Wednesday, November 2, 2016

Aksi 4 November Memakan Biaya RP 100 Milyar



DUNIA HAWA - Aksi 4 November 2016 ternyata memakan biaya luar biasa besar. Rp 100 miliar. Karena itu mustahil aksi ini dibiayai oleh dana masyarakat sendiri, tanpa melibatkan penyandang dana raksasa. Karena itu pula, sangat tidak logis kalau ini semua dilakukan tidak dengan tujuan politik menggagalkan pencalonan Ahok sebagai Gubernur DKI. 

Angka Rp 100 miliar ini diungkapkan KH Bachtiar Nsir, Ketua Gerakan nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI), di hadapan media (2 November 2016).

"Kami DISUBSIDI lebih dari Rp 100 miliar," ungkap Bachtiar di hadapan awak media.

Artinya, dengan perkiraan peserta akan mencapai 100 ribu orang, untuk setiap peserta dikeluarkan dana Rp 1 juta. Dari angka tersebut, tidak jelas berapa uang yang masuk kantong peserta aksi.

Dengan keterangan ini, jelas sudah bahwa ada penyandang dana besar di belakang aksi ini. 

Selama ini memang sudah terdengar bahwa aksi ini melibatkan dana besar yang datang dari kelompok-kelompok anti Ahok. Tapi selama ini data yang disebut-sebut adalah Rp 10 miliar. Kini terungkap berdasarkan sumber resmi, bahwa dana yang disalurkan jauh lebih besar dari itu.

Selama ini pula, lazim terdengar bahwa biaya aksi ditanggung para peserta aksi plus simpatisan. Namun angka Rp 100 miliar hampir tidak mungkin datang melalui dana saweran masyarakat. Hampir pasti ada penyandang dana besar di belakang aksi ini. Dan hampir pasti ini tidak semata ekspresi kemarahan karena alasan agama, melainkan terkait dengan upaya menggagalkan Ahok untuk maju dalam Pilkada 2017.

Di sisi lain, penghabisan dana sebesar itu jelas adalah kesia-siaan dan kemubaziran. Uang sebesar Rp 100 miliar itu akan dihabiskan hanya dalam lima jam. Aksi akan dimulai pukul 1 siang dan akan berakhir pukul 6 sore. Ironis sekali sebuah gerakan atas nama Islam dilakukan dengan kemubaziran luar biasa. 

Bisnis Demo Menjelang Pilkada


KH. Bachtiar Nasir, selaku ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) menyampaikan, total dana untuk demonstrasi Ahok tanggal 4 November nanti mencapai Rp 100 miliar. Biaya kali ini cukup besar karena pada demo sebelumnya massa cuma dibayar 50 ribu tapi sekarang bisa 500 ribu + transport + makan. 



Masih percaya kalo ini murni “perjuangan agama” dan bukannya urusan politik berebut kekuasaan wilayah DKI yang dari dulu merupakan lahan basah? 

Mikiirrr.......!!!

[ade armando]

Kekerasan Agama dan Ironi “Islam Esktrim”


DUNIA HAWA - Aksi-aksi “kekerasan berbasis agama” tidak hanya mengancam kemajemukan bangsa, atau berlawanan dengan HAM. Melainkan juga membahayakan keutuhan bangsa dan Pancasila.

"The most fanatical and cruelest political struggles are those that have been colored, inspired, and legitimized by religion,” demikian tulis Hans Kung, Presiden Stiftung Weltethos (Foundation for a Global Ethic), sebuah lembaga internasional yang bertujuan untuk membangun dialog antaragama dan perdamaian global antarperadaban, dalam Christianity and the World Religion (1986: 442).

Komentar Hans Kung tentang fenomena agama sebagai sumber malapetaka paling kejam dalam sejarah kemanusiaan ini mungkin saja terlalu berlebihan. Karena faktanya—seperti yang pernah dipaparkan dengan baik oleh Karen Armstrong—banyak kekerasan, kekejaman, dan tragedi kemanusiaan mengerikan dalam bentangan sejarah umat manusia yang disebabkan oleh faktor-faktor diluar agama seperti politik kekuasaan, rasisme, etnosentrisme, kolonialisme, sekularisme, ateisme, komunisme, kapitalisme, dlsb.

Tetapi Hans Kung yang juga dosen Ecumenical Theology di Universitas Tubingen, Jerman, ini jelas tidak sedang berkhayal atau berilusi ketika menyatakan agama sebagai faktor mendasar-fundamental dalam berbagai kasus kekerasan lokal, regional, nasional, dan internasional.

Kita harus akui secara jujur dan penuh penyesalan bahwa agama memang menjadi elemen signifikan dalam berbagai kasus kekerasan domestik, terorisme global, dan kerusuhan kolektif di berbagai belahan dunia dewasa ini. Deretan kasusnya cukup panjang, seperti di Irlandia Utara (Protestan v Katolik), Mesir (Sunni v Koptik), Iran (Syi'ah v Baha'i), India (Hindu v Islam), Sri Lanka (Buddha v Hindu), Thailand (Buddha v Islam), Sudan (Islam v Kristen dan agama-agama suku), Afganistan (Sunni Pasthun v Islam Salafi), dan masih banyak lagi termasuk di Indonesia.

Mark Juergensmeyer, dalam Terror in the Mind of God: The Global Rise of Religious Violence, telah mendokumentasikan data-data terorisme global dan kekerasan yang diwarnai, diinspirasi, dan dilegitimasi oleh berbagai agama.

Mulai dari penghinaan hingga kekerasan fisik


Agama bisa menjadi mesin pembunuh yang mematikan atau medium pengrusak yang kejam, karena ia memuat teks, ajaran, doktrin, diskursus, slogan, jargon, dan simbol-simbol yang mampu mengilhami, mendorong, dan menggerakkan para penganut agama yang hiperfanatik untuk melakukan aneka tindakan kejahatan kemanusiaan yang brutal.

Memang dalam setiap melakukan aksi-aksi terorisme dan bentuk-bentuk kekerasan lain, kelompok teroris dan para pelaku tindakan kriminal atas nama agama ini (seperti aktivis Islamic State of Iraq and Syria-ISIS, Al-Qaedah, Al-Nusra, Taliban, Boko Haram, dlsb) juga tidak henti-hentinya mengutip ayat-ayat tertentu, melafalkan dalil-dalil tertentu, mengibarkan simbol-simbol keagamaan tertentu, meneriakkan jargon-jargon keagamaan tertentu, dan memekikkan kalimat-kalimat keagamaan tertentu. Kelompok radikal agama ini selalu mengeksploitasi wacana, ajaran, dan simbol-simbol keagamaan (keislaman) untuk kemudian dijadikan sebagai "legitimasi teologis” guna menggerus dan melibas individu dan kelompok agama lain yang mereka anggap sesat dan kafir.

Ironisnya, para pelaku kriminalitas itu sendiri menganggap perbuatan jahat yang mereka lakukan sebagai "perbuatan mulia” yang berpahala dengan ganjaran surga. Itulah yang diyakini para komplotan teroris-jihadis yang tergabung dalam berbagai sindikat terorisme internasional yang tersebar di berbagai negara. Meskipun telah melakukan kejahatan kemanusiaan, mereka tidak merasa berdosa sedikitpun bahkan dengan percaya diri mereka menganggap perbuatan terorisme dan kekerasan itu sudah sesuai dengan "perintah agama” dan "amanat Tuhan”.

Penting untuk dicatat bahwa mereka tidak hanya melakukan "kekerasan fisik” seperti pengeboman, kerusuhan, pengrusakan, pembakaran, pengusiran, penjarahan dlsb. Tetapi juga "kekerasan kultural” berupa penghinaan, pelecehan, dan stigmatisasi menyesatkan lain yang menggunakan doktrin, diskursus, ajaran, teks, dan simbol-simbol keagamaan sebagai dasar legitimasi dan justifikasi tindakan kekerasan yang mereka lakukan.

Dalam konteks ini, maka ulama atau ormas-ormas keislaman yang rajin mengeluarkan "fatwa-fatwa sesat” atas kelompok keagamaan atau sekte tertentu sebetulnya juga telah melakukan tindakan "kekerasan agama” karena mereka telah memproduksi fatwa-fatwa kebencian (dan kesesatan) yang kemudian dijadikan sebagai dasar kelompok "Islam ekstrim” untuk melakukan tindakan kekerasan fisik.  

Mempraktikkan wajah keislaman yang dewasa


Menyaksikan merebaknya realitas "kekerasan agama” dan praktik keberagamaan yang tidak peka terhadap kemajemukan ini, membuat tugas dan beban yang ditanggung pemerintah pada umumnya dan kaum moderat agama khususnya semakin bertambah berat. Ke depan, umat beragama di bumi pertiwi Indonesia, lebih khusus lagi kaum Muslim, harus semakin memperbanyak "amalan wirid” keislaman yang mencerahkan, mencerdaskan, dan menyejukkan.

Islam yang agung ini hanya akan dihargai keagungannya oleh umat, agama dan bangsa lain jika kaum Muslim mempraktikkan wajah keislaman yang dewasa, cerdas, ramah, santun, damai, dan demokratik. Percayalah bahwa perilaku (sebagian) umat Islam yang sangar, kasar, arogan, sinis, dan kejam seperti dipraktikkan kaum teroris dan kelompok "Islam ekstrim” hanya akan memperburuk citra agama dan umat Islam itu sendiri.

Alih-alih ingin menegakkan Islam sebagai agama yang "unggul dan tidak ada yang lebih unggul darinya” (ya'lu wa la yu'la alaih) seperti yang selama ini didengungkan oleh kaum Muslim militan-konservatif, citra agama "rahmatan lil alamin” (rahmat bagi seluruh alam) ini justru melorot akibat aneka ragam perilaku "uncivil” dan biadab sejumlah kelompok "Islam ekstrim” dan kaum radikal agama tadi.

Pekik takbir "Allahu Akbar” (Tuhan Maha Besar) yang mereka kumandangkan dalam setiap tindakan intoleransi serta aksi kekerasan dan pengrusakan adalah sebuah pemandangan paradoks dan ironi keagamaan sekaligus bentuk "pengkambinghitaman” terhadap Allah yang Maha Besar itu. Bagaimana tidak, Allah Yang Maha Agung itu didengungkan oleh tangan-tangan kotor dan mulut-mulut kasar kaum "Islam ekstrim” untuk melakukan tindakan kejahatan kemanusiaan?

Membahayakan keutuhan bernegara


Apapun alasannya, tindakan kekerasan agama itu baik dalam bentuk terorisme, pengusiran, pengrusakan, penjarahan, serta aneka ragam aksi intoleran harus dihentikan dan dilenyapkan dari muka bumi. Aksi-aksi "kekerasan berbasis agama” ini tidak hanya mengancam eksistensi minoritas agama, mengancam kemajemukan bangsa, atau berlawanan dengan hak-hak dasar manusia, melainkan juga membahayakan keutuhan bangsa dan negara itu sendiri. Sebab para pelaku tindakan kekerasan ini mempunyai semangat militan untuk menyeragamkan pemikiran dan praktik keagamaan masyarakat yang beraneka ragam ini.

Selain itu, mereka juga membawa bendera ideologi keagamaan tertentu yang berpotensi mengancam eksistensi Pancasila sebagai dasar negara sekaligus "common ground” berbagai kelompok masyarakat di bumi pertiwi ini.

Untuk itulah, semua elemen masyarakat, pemerintah, dan aparatus negara harus bahu-membahu bekerja sama menghentikan tindakan anarkis-radikal dan terorisme yang dilakukan kelompok militan agama. Aparat hukum juga harus bertindak tegas terhadap kelompok radikal agama ini yang memang sudah jelas-jelas telah melanggar hak-hak asasi manusia (khususnya hak-hak untuk berekspresi dan menyatakan keyakinan), melawan hukum, meresahkan masyarakat, serta mengganggu ketertiban umum dan kenyamanan publik.

Hanya dengan sikap dan tindakan tegas inilah, Indonesia yang didirikan oleh berbagai komponen bangsa ini akan dihargai martabatnya baik di dalam negeri maupun di tingkat internasional sebagai negara demokrasi yang memiliki komitmen penuh terhadap pluralisme umat manusia dan perlindungan terhadap hak-hak kaum minoritas.

Prof.Dr.Sumanto al Qurtuby, MSi, MA via dw.com


Langkah Smart Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi

100 Persen Sekolah di Purwakarta Kini Miliki Ruang Ibadah Seluruh Agama



DUNIA HAWA - Ruang kelas SD dan SMP di Kabupaten Purwakarta kini tidak hanya akan 100 % memiliki satu toilet di setiap kelas, tapi juga memiliki fasilitas ibadah bagi seluruh pelajar muslim maupun non muslim. 

Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi mengatakan, pembuatan ruang ibadah tersebut tidak hanya akan memfasilitasi pelajar di Purwakarta yang mayoritas beragama Islam namun juga memfasilitasi pelajar yang beragama kristen, katolik, budha, dan hindu. 


Nantinya ruangan tersebut akan digunakan sebagai tempat pelajar melaksanakan ritual ibadah seperti halnya salat Dhuha yang diwajibkan bagi mereka yang beragama islam. 


"Walaupun di sekolah itu hanya ada satu siswa yang non muslim, kita akan fasilitasi dan memberikan hak yang sama," jelas Dedi saat melihat pilot project ruang ibadah di SMPN 1 Purwakarta, Selasa (1/11/2016). 

Selain menyiapkan ruang ibadah, nantinya mereka yang minoritas pun akan didampingi oleh para guru atau pemuka agama sesuai dengan agama atau kepercayaan yang mereka anut. 

Dedi mengatakan saat ini pihaknya masih mendata berapa ruang ibadah yang diperlukan bagi para pelajar di Kabupaten Purwakarta. Pasalnya tidak semua sekolah terdapat pelajar yang beragama non muslim. 


"Seluruh sekolah yang memiliki pelajar dengan keanekaragaman agama akan kita siapkan tempat ibadah. Meski kita beranekaragam (agama), kita sebenarnya bisa tetap bersatu dan saling bertoleransi," ucapnya. 

Dari pantauan detikcom di SMPN 1 Purwakarta terdapat ruang khusus bagi pelajar non muslim mulai dari protestan, katholik, budha, hingga hindu. Sementara bagi pelajar muslim tetap menjalankan ibadah di masjid yang sudah ada dan di dalam kelas masing-masing. 

Saat jam istirahat tiba seluruh pelajar muslim maupun non muslim bersama-sama mengerjakan ibadah. Pelajar muslim menjalankan program pemerintah yang mewajibkan menjalankan salat Dhuha di masjid dan ruang kelas masing-masing, sementara pelajar lainnya menjalankan ibadah serupa di ruang kelas yang telah dipersiapkan lengkap dengan berbagai atribut keagamaan. 


Selain mengunjungi SMPN 1 Purwakarta, Bupati Dedi berkunjung ke SD-SMP Yos Sudarso (Gereja Salib Suci) yang berada di Jalan Jenderal Sudirman, Kecamatan Purwakarta Kota, Kabupaten Purwakarta. Di sekolah kristen ini terdapat lima orang siswa beragama islam, dan pihak sekolah telah membuat musala untuk beribadah.

[detik]

4 November, Hari Berdosa Berjamaah


DUNIA HAWA - Demokrasi itu haram, kata umat Islam golongan HTI. HTI dan FPI kan sodaraan yah? 
Sedangkan demonstrasi itu alatnya demokrasi. Alat untuk menegakkan drmokrasi melalui kebebasan berpendapat.

Jadi, demonstrasi haram dong? Harusnya haram bagi umat islam yang sejalan dengan FPI dan HTI. Demonstrasi hanya halal bagi kaum yang dilabeli sekuler, liberal dan komunis. 



Tapi yasudahlah, memang kaum liberal, sekuler dan komunis itu baik hati kok. Pakai saja alat kami untuk memburu surga. Tapi jangan nyesel, kalo ternyata dapetnya neraka.

Haram itu Dosa tau


[nurul indra]

Yusril Ihza Mahendra Ajak Umat Islam Memaafkan Ahok


DUNIA HAWA - Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) yang juga advokat terkenal, Yusril Ihza Mahendra, ikut mengomentari rencana demonstrasi umat Muslim terhadap Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Jumat (4/11/2016).

"Pada hemat saya, umat Islam akan membukakan pintu maaf," ujar Yusril Ihza Mahendra ketika ditemui di kantor Ihza & Ihza Law Firm di Lantai 19, Tower 88, Kota Kasablanka, Jalan Casablanca 88, Kuningan, Jakarta, Rabu (2/11/2016).

"Jika yang bersangkutan sudah meminta maaf dengan tulus, kita umat Islam juga baik kalau memaafkan."

"Percayakan kasus hukumya pada polisi," paparnya, Rabu (2/11/2016).

Setuju dengan pendapat Ahok, apabila manusia bertobat atau mohon maaf maka Tuhan pun akan memaafkan. Yusril menuturkan, dugaan penistaan agama yang diduga dilakukan Basuki Tjahaja Purnama perlu distop dengan proses hukum.

"Apalagi yang mau didemo, jika semua keinginan dan tuntutan telah dipenuhi," ujar Yusril bertanya.

"Islam yang besar ini takkan goyah hanya karena nistaan yang dianggap dilakukan seorang Ahok, sebab Ahok terlalu kecil untuk merendahkan kebesaran Islam," papar Yusril.

"Demo di tengah musim kampanye begini, memang rawan dimanfaatkan pihak lain yang mencari keuntungan," ujarnya menegaskan.

Menanggapi sikap Ahok yang datang ke Bareskrim untuk diperiksa bukan karena dipanggil. Yusril menekankan, pemeriksaan Ahok tidak dimanfaatkan untuk menguntungkan dua pasang pesaingnya dalam Pilkada. Pilkada tetap harus dilaksanakan secara jujur dan adil bagi semua kontestan.

"Polisi harus sangat bijak dan hati-hati dalam pemeriksaan, karena pak Ahok adalah satu kontestan dalam Pilkada DKI," ujar Yusril.

"Supaya jangan sampai dimanfaatkan oleh dua kandidat yang lain untuk menjatuhkan pak Ahok," jelas pria kelahiran Februari 1956 di Lalang, Manggar, Belitung Timur.

"Kalau ada yang tidak suka dengan Ahok, kalahkan dia secara demokratis, Jangan gunakan isu SARA karena kurang baik dalam demokrasi kita," tutur Yusril, yang pernah menjabat menteri di tiga kabinet dalam Kabinet Pemerintahan Indonesia itu. 

Menyidik


Pada bagian lain Yusril mengatakan, memang polisi harus sigap menyidik laporan dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok sesuai hukum acara yang berlaku, dengan selalu mengacu kepada praduga tidak bersalah.
"Pelapor memang harus dimintai keterangan lebih dahulu, kemudian saksi-saksi harus dimintai keterangan lalu pendapat ahli, baru kemudian meminta keterangan Ahok yang diduga melakukan penistaan," ujarnya.

Dalam penyelidikan ini polisi harus profesional, tidak boleh terpengaruh oleh tekanan manapun, baik tekanan pendemo maupun tekanan penguasa.

"Berjalan saja pada koridor hukum yang berlaku secara mandiri," ucap Yusril.

Menurut Yusril, dari semua hasil pemeriksaan itu, penyidik baru dapat menyimpulkan apakah terdapat cukup bukti dan cukup alasan hukum untuk meningkatkan kasus Ahok  ke tingkat penyidikan atau tidak.

"Penyidiklah yang tahu apakah cukup bukti atau tidak, karena penyidik independen dan dilindungi undang- undang," ujar Yusril.
Ia menjelaskan, selama proses ini berlangsung, asas praduga tidak bersalah tetap dihormati.
Kalau cukup bukti dan alasan hukum, kasus ini dapat dinaikkan ke tingkat penyidikan.

"Tapi jika tidak cukup bukti maka jangan dipaksakan untuk ditingkatkan ke tahap penyidikan tapi kasus ini harus di SP3 (dihentikan, Red)," kata dia.

"Dan Jika pelapor keberatan dengan SP3, mereka dapat menggugatnya di sidang praperadilan."

"Itulah mekanisme hukum yang wajib dijalankan dengan fair, jujur dan adil," kata Yusril.

Mengenai rencana demonstrasi 4 November 2016, menurut Yusril, demonstrasi menuntut sesuatu adalah hak setiap orang, dan sepanjang demontrasi dilakukan dengan cara-cara yang sesuai dengan hukum yang berlaku, demo adalah sah.

Hanya, Yusril memaparkan, akumulasi kejengkelan ini dapat pula dimanfaatkan untuk beragam kepentingan politik sesaat yang berada di luar agenda kepentingan umat Islam.

"Marilah kita sama-sama menjaga demo ini agar tidak berubah menjadi kerusuhan dan tindak kekerasan yang pasti akan merugikan kepentingan bangsa kita seluruhnya," tuturnya.

"Saya mendukung siapapun yang benar-benar ingin membangun dan memperbaiki ibukota kita ini," ujar Yusril yang disebut-sebut akan menjadi pembela Ahok.

"Jika saya mendukung Ahok dalam Pilkada DKI, pertimbangannya sangat matang demi keutuhan bangsa ini agar jangan terbelah-belah," katanya menegaskan. 

[tribunsolo]

Surat Cinta Muhammad Zazuli kepada Habib Rizieq


DUNIA HAWA

Untuk Bibib Tersayang Brizik Sedunia


Dear Beib,

Terima kasih engkau sudah memberikan pencerahan, kedamaian, kesejukan jiwa dan kebahagiaan yang sesungguhnya bagi kami, orang-orang yang sedang haus mencari Jalan Kebenaran dari Tuhan kami. Engkau telah berikan kami kesempatan untuk mencium wanginya bau sorga nanti pada tanggal 4 November 2016. Kami juga akan taat pada perintahmu untuk menuliskan surat wasiat sebelum kami berangkat untuk menyambut syahid kami. Sungguh sangat indah jika kami bisa mengantarkan nyawa kami yang tak berharga ini sebagai martir bagi kebangkitan Khilafah di negeri ini. Dan seandainya matipun kami sudah siap disambut oleh 72 bidadari sorga.

Dan lihatlah nanti saat saudara-saudara pejuang kami melakukan aksi heroik yang akan memancing aparat untuk bertindak represif maka kami akan jadikan hal itu sebagai momentum untuk memicu amarah dan kebencian seluruh umat muslim Indonesia untuk bangkit bersatu melawan pemerintahan thoghut dan mengambil alih negara ini. Sudah lama kami menantikan peristiwa ini dimana kami akan mengikuti jejak saudara kami ISIS yang sudah berjuang terlebih dahulu untuk menegakkan Daulah Islamiyyah.

Sangat disayangkan, saudara kami dari NU dan Muhammadiyyah masih tidak paham dan tidak mau mendukung perjuangan yang mulia ini dan lebih memilih untuk menjaga NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika yang tidak berdasarkan pada Syariat Allah. Padahal Indonesia ini adalah milik Allah jadi semua warga negeri ini harus tunduk pada keinginan kami karena kamilah tentara-tentara Allah yang sesungguhnya. Melawan kami berarti melawan kehendak Allah.

Biarlah orang lain mengatakan bahwa perjuangan mulia ini sekedar aksi politisasi untuk menjatuhkan Ahok dan membidik Jokowi. Biarlah orang memfitnah perjuangan mulia ini sekedar sebagai perjuangan untuk mendapatkan nasi bungkus dan uang 50 rebuan. Biarlah mereka yang kafir dan tersesat menganggap perjuangan mulia ini hanya sebagai bisnis demo pengerahan massa menjelang Pilkada agar Bibib tersayang bisa ganti mobil mewah baru lagi. Biarlah orang kafir, sesat, syiah, PKI, kristen, zionis, liberal, sekuler dan ahli neraka yang lain mengkritik kami bahkan ingin membubarkan kami. Tapi yang jelas kami tetap setia dan teguh pada perjuangan kami. 

Mabes Polri sudah memberikan instruksi tembak di tempat bila perjuangan pada 4 November nanti menjadi ricuh. Ini adalah hal yang kami nantikan. Dan jika hal itu terjadi maka biarlah seluruh dunia tahu bahwa kami umat muslim Indonesia sedang dizalimi. Biarlah seluruh saudara-saudara pejuang kami dari seluruh dunia tahu dan mengirimkan bala bantuan kepada kami sebagaimana yang sudah terjadi di Irak dan Suriah. 

Komandan Wahabi pusat kami di Arab Saudi dan sekutunya Amerika Serikat pasti sudah siap membantu kami dengan dana dan senjata yang tak terbatas. Kami tidak peduli jika kerukunan negeri ini hancur ataupun sumber daya alam negeri ini dijarah oleh negara asing. Yang penting perjuangan kami demi menegakkan perintah Tuhan kami sudah kami jalankan. Kami hanya menunggu upah kami di sorga berupa 72 bidadari.

Dan semua itu tidak mungkin terjadi tanpa adanya perjuangan tulus ikhlas dan tak kenal lelah dari junjungan kami yang mulia Bibib Tersayang Brizik Sedunia. Kami haturkan rasa syukur, hormat dan terima kasih kami yang tak terhingga demi tercapainya tujuan mulia ini. Semoga Tuhan selalu menyertai perjuangan kita ini. Take Beer..... Take Beer..... Take Beer !!!

Tapi jika nanti media nasional milik orang kafir tidak memberitakan dan memblow up aksi perjuangan kami maka itu sungguh akan sangat menyakitkan hati kami. Apalagi jika nanti Ahok tetap maju di Pilkada dan menang maka itu sungguh akan membuat kami menangis sedih. Apalah artinya nasi bungkus, uang 50 ribuan atau bahkan mobil Wrangler Rubicon jika kami masih harus dipermalukan lagi. Semoga Bibib Tersayang Brizik Sedunia tetap sehat dan panjang umur selalu agar bisa terus memimpin kami dalam perjuangan mulia ini. Amin.....

Sincerely yours

muhammad zazuli


4 November Tidak Mewakili NU dan ANSOR


DUNIA HAWA - Banyak hoax yang disebar oleh media, buzzer dan tokoh pendukung aksi 4 Nov yang mengatakan bahwa Pengurus Besar NU (PBNU) dan GP ANSOR (Banser NU) ijinkan warganya ikut demo..

Termasuk twit seorang artis inisial AD yang mengklaim warga NU sudah "SAH" akan turun ke jalan tgl 4 Nov nanti, ini tidak benar!!!

Ketum PBNU Kyai Said pada warga NU tegas nyatakan Larangan Ikut-ikutan aksi 4 Nov,

Berdasarkan himbauan PBNU yang melarang warga NU ikut-ikutan aksi 4 Nov, Ketum Pimpinan Pusat GP ANSOR Yaqut Cholil Qoumas melarang semua kadernya terlibat aksi 4 Nov.

"Saya larang kader Ansor dan Banser terlibat dalam demo apa pun alasannya. Kecuali bila aparat meminta bantu keamanan", tegas Yaqut.

GP ANSOR HARAMKAN AKSI 4 NOV


Ketua PC GP Ansor Sumenep Madura, M. Muhri instruksikan seluruh kader Ansor atau warga NU, baik pengurus maupun anggota dilarang ikut aksi 4 Nov.

"HARAM HUKUMNYA juga bagi kader Ansor untuk ikut atau mengadakan aksi sendiri di daerah atas nama Ansor”, tegas M Muhri.

Jadi bila ada atribut NU di aksi 4 Nov, dapat dipastikan BUKAN NU, melainkan pihak ketiga yang ingin fitnah seolah-olah NU terlibat di aksi 4 Nov. Terima kasih.

Ustad Abu Janda al-Boliwudi
( Nahdliyin pegiat Bhinneka )

Memahami Gaduh 4 November


DUNIA HAWA - Kita sudah paham gaya pejabat politik Indonesia.. semakin keras bereaksi membantah, justru semakin mecurigakan ada yang disembunyikan..

Adalah fakta yang tak perlu diragukan, gerakan massa masif seperti aksi 4 Nov tidak mungkin terlaksana apabila tidak ada pendanaan. Dana adalah aspek krusial dari suksesnya penggerakan massa seperti itu.  

Nah, Isu yang santer beredar adalah FPI menerima kucuran dana sampai 10 milyar dari mantan petinggi negeri ini, yang ingin Ahok tumbang sebelum berlaga di Pilgub DKI 2016..

Tentu saja ini dibantah FPI, dan sangat sulit untuk dibuktikan.. tapi 4 PERISTIWA KUNCI ini akan membantu kita memahami apa yang sedang terjadi dan tokoh intelektual dibelakangnya..

1. Peringatan Panglima TNI


Minggu 30 Oktober, Panglima TNI Jend. Gatot Nurmantyo, di lap Kopassus grup 1 Banten, memberikan pernyataan keras, bahwa TNI tidak akan mentolerir gerakan yang berniat memecah belah bangsa, mengadu domba, provokasi melalui politisasi SARA. TNI akan menumpas kelompok yang mengancam keutuhan NKRI, dan todak akan ragu bertindak.

Yang perlu dicermati disini, kenapa pengumuman TNI dilakukan di markas Kopassus?

2. Jokowi Temui Prabowo


Senin 31 Oktober, Presiden RI sambangi Ketum Gerindra Prabowo Subianto yang juga mantan Danjen Kopassus, sehari setelah Panglima TNI beri peringatan di markas Kopassus..

Kebetulan? Tentu tidak.

Selesai pertemuan, baik pak Presiden maupun pak Prabowo memberikan jawaban diplomatis kepada wartawan tidak mau mengakui materi sensitif yang dibicarakan.

Namun berdasarkan bocoran dari banyak pihak, pertemuan tersebut sebagai antisipasi Istana atas aksi massa yang akan digelar pada 4 November 2016

3. SBY Temui Wiranto


Selasa 1 November, tiba tiba mantan Presiden SBY mendatangi kantor Kementrian untuk menemui Menkopolhukam Wiranto.

Lagi-lagi keduanya enggan mengakui materi apa yang sebenarnya dibicarakan, hanya mengatakan bahwa pertemuan tersebut tidak lebih dari silaturahmi, katanya....

Namun fakta telak kedua pertemuan tersebut Jokowi-Prabowo, Wiranto-SBY dilakukan dadakan menjelang aksi massa 4 November.

4. Konpers Emosional SBY


Rabu 2 November pagi tadi, SBY tiba tiba membuat konprensi pers dengan kalut membantah tuduhan ada Elit yang mendanai aksi massa 4 November.

SBY dengan emosional balik menuduh intelijen tidak akurat dan sembarangan menuduh. Padahal selama ini tidak ada tuduhan resmi dari pemerintah akan hal itu, hanya isu dan gosip.

Mengapa SBY merespon gosip begitu emosional ?

Tulisan ini tidak akan mengambil kesimpulan, silahkan analisa & simpulkan sendiri berdasarkan 4 peristows kunci menjelang aksi massa 4 November nanti.

Satu hal yang pasti, gerakan 4 Nov ini sudah bukan murni urusan akidah tapi sudah sarat muatan politik, banyak kepentingan disitu.

Tapi yang lebih dikhawatirkan lagi, telah ditunggangi kelompok Radikal Suriah yakni Jaish Al-Fath, pecahan Al-Qaeda Nusrah yang mana anak kandung Abu Jibril tewas berjuang disana, jela Sidney Jones (pengamat terorisme).

Abu Jibril salah satu motor penggerak aksi 4 Nov.

#JakartaBersatuTolakDiadu

[ustad abu janda al-boliwudi]

Surat Terbuka Denny Siregar kepada Presiden Jokowi


DUNIA HAWA -

Jangan Pernah Gentar, Pakde Jokowi


Pakde Jokowi yang terhormat,


Ijinkan saya mengirim surat terbuka ini, yang entah sampai ataukah tidak kepada bapak..

Tetapi lebih baik mengirim surat terbuka dengan kemungkinan dibaca oleh ajudan bapak yang berpikiran terbuka daripada melalui surat tertutup yang rawan dibuang ke tempat sampah.

Pakde Jokowi, saya sangat paham situasi yang sedang pakde alami terkait situasi Ahok. Begitu banyak bisikan yang sampai ke bapak dan sebagian berisi tekanan supaya pakde memaksa Ahok untuk mundur dari pilkada.

Mereka memang selalu memaksa pakde memakan buah simalakama, karena apapun yang bapak putuskan sejatinya mereka berharap akan menjebak pakde dalam perangkap yang lebih dalam.

Tetaplah berada pada rel konstitusi, pakde. Biarkan hukum yang bicara. Karena jika hukum terjaga, secara akal sehat tidak ada yang namanya penistaan agama.

Jangan pernah biarkan ada hukum lain yang berbicara diatas hukum negara. Jika kita menyerah dengan tekanan mereka, maka kita akan mencatat sejarah buruk bahwa terjadi diskriminasi dalam demokrasi.

Tolong dipikirkan kecemburuan agama lain ketika mereka merasa tidak mendapat tempat di negara ini secara adil. Mereka akan bereaksi dengan menekan agama yang minoritas di wilayah mereka. Dan akibatnya akan jauh lebih besar berupa disintegrasi bangsa.

Kuatkanlah hati pakde bahwa negara ini merdeka akibat pengorbanan semua agama. Karena itu di Sumpah Pemuda yang ada hanya satu nusa, satu bangsa, satu bahasa tetapi tidak satu agama. 

Berlaku tidak adil kepada agama lain, berarti mengkhianati perjuangan para pahlawan yang sudah membangun negara ini dengan darah mereka.

Ambillah keputusan terbaik, pakde.. Dan saya yakin pakde seperti biasa mampu keluar dari tekanan ini. Saya hanya ikut menguatkan saja.

Lebih baik kita melawan radikalisme dengan bersatu daripada mengikuti kehendak mereka. Saya yakin, ketika kita bersatu maka musuh kita hanya satu. Tetapi ketika kita salah mengambil jalan, maka kita akan terpecah dan saling bermusuhan antar anak bangsa.

Pakde Jokowi yang terhormat, resiko apapun akan kita hadapi bersama...

Jika memang harus seperti Suriah, biarlah seperti Suriah. Mungkin lebih baik begitu daripada harus menyerah. Mungkin harus begitu, supaya kita bisa mengambil pelajaran darinya. Ambil keputusan terbaik dan serahkan pada Tuhan segala hasilnya.

Terimakasih sudah menjadi Presiden kami. Sudah lama kami tidak punya pemimpin di negara ini dan tolong jangan hancurkan harapan kami.

Dari saya,
Seorang anak bangsa yang beragama Islam.


[denny siregar]