Friday, October 14, 2016

Amien Rais Muncul di Tengah Massa Pendemo Ahok


DUNIA HAWA - Aksi demonstrasi menentang Gubernur Ahok masih berlangsung di depan Gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Saat demo tersebut, tiba-tiba muncul politikus senior Amien Rais di tengah aksi demo.

Amien muncul tiba-tiba di atas truk. Padahal, para jurnalis yang meliput aksi damai ini tidak ada yang tahu kedatangan tokoh reformasi 98 ini.

"Di tengah-tengah kita ada Amien Rais, berarti aksi kita direstui sesepuh," ujar salah satu orator di depan Gedung KKP, Jl Medan Merdeka Timur, Jakarta, Jumat (14/10/2016).

Amien Rais pun langsung naik ke atas truk. Dia mengaku kecewa dengan PDIP mengapa mencalonkan Ahok jadi gubernur.

"Semoga dengan adanya aksi ini Ahok segera mundur, PDIP punya kader lebih baik dari Ahok. Kenapa harus ahok hok.. hok.. hok.." ucap Amien disambut takbir peserta demo.

Amien juga meminta Bareskrim Polri yang kini berkantor sementara di Gedung KKP untuk mengusut kasus Ahok. Dia bahkan meminta Presiden Jokowi untuk mengusut kasus Ahok.

"Kalau saya jadi Jokowi saya minta Bareskrim untuk mengusut kasus itu," teriak Amien.

Massa Aksi Sempat Ancam Ahok, Kapolda Metro: Itu Hanya Ucapan


Massa pendemo 'Aksi Bela Islam sempat menggunakan kata-kata bernada ancamana ketika menyampaikan aspirasi di Balai Kota Jakarta. Tak jarang mereka meneriakkan kata 'bunuh, 'gantung' dan 'bakar yang ditujukan kepada Gubeenur DKI Jakarta, Ahok. Apa respons Polda Metro? 

"Kalau itu kan baru ucapan saja. Belum diperhitungkan sebagai benar-benar ancaman," ujar Kapolda Metro Jaya, Irjen M. Iriawan di Balai Kota, Jl. Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (14/10/2016).

Iriawan bersyukur demonstrasi yang diikuti massa yang sangat banyak itu dapat berjalan dengan aman hingga akhirnya massa membubarkan diri. Tak ada kericuhan dalam aksi gara-gara polemik Ahok soal Al Maidah 51 itu.

"Yang penting kan berjalan aman dan damai. Sesuai dengan harapan masyarakat," ujarnya.

Massa pendemo juga mengatakan akan kembali datang berdemonstrasi jika kasus Ahok tidak cepat ditangani oleh Bareskrim Polri. Mereka juga sempat mengancam akan membawa massa lebih banyak dan mengambil alih Balai Kota.

Iriawan mengatakan, pihak keamanan akan melakukan langkah antisipasi terhadap hal tersebut. Pengamanan khusus akan dilakukan mengingat posisi Balai Kota berada di Ring 1.

"Pasti kita antisipasi lah. Pengamanannya hampir sama. Kita kan sama-sama orang Jakarta, sama-sama orang Islam. Tadi kita salat bareng juga. Tapi kalau ini ring 1. Jadi kita akan menggunakan pengamanan khusus. Kalau mereka lebih banyak, kita juga akan lebih banyak juga," tutur Iriawan.

Saat Demo Besar-besaran, Ahok Tetap Sibuk Kerja di Balai Kota


Basuki T Purnama (Ahok) didemo oleh ribuan warga yang mengatasnamakan Aksi Bela Islam. Mereka menuntut pihak kepolisian untuk memeriksa Ahok atas dugaan pelecehan terhadap Al Quran. 

Sebelum massa tiba di Balai Kota DKI Jakarta, Ahok sudah membuka peluang untuk melakukan mediasi. Namun Ahok ogah meminta maaf kepada pendemo karena dirinya telah meminta maaf secara terbuka sebelumnya. 

Selama demo berlangsung, suasana di depan Balai Kota begitu ramai. Selain pendemo, jumlah aparat keamanan juga tak kalah banyak. Beberapa PNS Pemprov DKI Jakarta juga tampak menengok untuk melihat langsung aksi demo tersebut. 

Sementara Ahok tak terlihat di luar. Sejak pagi, sekitar pukul 10.00 WIB, ia sibuk dengan kegiatannya di dalam ruangan. Ahok yang hari ini mengenakan kemeja batik lengan panjang, tiba di kantornya sekitar pukul 08.30 WIB dan langsung menemui puluhan warga yang telah menunggunya sejak pagi.

Mereka mengadukan permasalahan masing-masing. Ahok meladeni keluhan mereka satu per satu secara singkat. Dia lalu meminta anak buahnya menindaklanjuti setiap keluhan tersebut. Di akhir sesi curhat itu, para warga meminta foto bersama dengan orang nomor satu di Jakarta ini. 

Ahok kemudian meladeni wawancara wartawan dan masuk ke dalam ruang kerjanya. 

"Kerjaan saya banyak," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (14/10/2016).

Sekitar pukul 11.30 WIB, jubir Tim Pemenangan Ahok-Djarot, Sophia Latjuba mendatangi Balai Kota. Mereka membahas tentang Pilkada selama sekitar 2,5 jam. Sekitar pukul 14.00 WIB, saat massa pendemo mulai bergerak menuju Balai Kota, Sophia meninggalkan ruangan Ahok. 

Sementara itu Ahok masih tetap berada di ruangannya. Nampaknya ia tidak terganggu dengan teriakan-teriakan pendemo yang menuntut polisi untuk menangkapnya itu. 

Berdasarkan jadwal kegiatan yang dipublikasi oleh Pemprov DKI Jakarta, pukul 16.00 WIB Ahok diagendakan bertemu dengan Kepala Arsip Nasional RI (ANRI) di ruang tamu Balai Kota. Dia akan menerima sertifikat akreditasi dari ANRI.

Hingga sekitar pukul 16.00 WIB, saat pendemo berangsur-angsur meninggalkan Balai Kota, Ahok belum juga beranjak dari ruangannya. 

[detik]

Geng Senggol Bacok Mati Kutu


DUNIA HAWA - Geng Senggol Bacok hari ini bener bener mati kutu. Sudah lama bikin persiapan demo, sudah diumumin dimana-mana, sudah cerita ke tetangga tetangga bakal masuk tipi eeehh....pas jadi demo ga banyak diliput sama media besar karena pas hari ini Jokowi lantik Jonan dan Archandra jadi Men-Wamen ESDM yang justru jadi berita di berbagai media. 

Tapi ada juga TV O’on yang masih liput mereka. Mereka pasti marah karena kampanyenya gagal maning-gagal maning. Dulu pas ada bencana alam mereka juga sudah siap dengan segala atribut organisasi agar bisa mejeng dan kampanye gratis di TV, tapi untungnya media besar juga paham dan ga mau dimanfaatin cuma jadi corong kampanye organisasi yang kerjanya bikin rusuh dan perpecahan bangsa saja.

Bahkan tadi ada ibu-ibu Kristen keturunan Tionghoa yang keluar dari Gereja Katedral dan bagi-bagi makanan gratis pada para pendemo. Ini adalah skak mat bagi GSB (Geng Senggol Bacok) karena ibu itu tadi paham agama yang mengedepankan dan menunjukkan cinta, kasih dan pelayanan sedang GSB yang jumlahnya banyak itu kerjanya cuma bikin rusuh dan onar dan sama sekali tidak paham makna Kasih yang mana hal itu berarti mereka NOL BESAR soal agama, cuma bisa teriak kopar-kapir demi menyelamatkan para koruptor yang membayar mereka untuk melengserkan Ahok yang galak pada maling negara. 


Mereka demen teriak Anti Asing tapi lupa kalo komandan mereka Rezek Brizik sebenarnya juga adalah antek asing dan bukan pribumi asli.......haduh. Bahkan saat aparat kepolisian memutarkan shalawat mereka malah ngamuk, marah marah dan melempari dengan botol agar lantunan shalawat dimatikan. Maklumlah hanya setan saja yang ga suka sama shalawat. Makanya mereka yang sudah kesurupan setan pasti akan marah saat diputarkan shalawat.

Mereka sudah bikin blunder yang makin mempermalukan agama Islam. Islam yang katanya cinta damai dan rahmatan lil alamin jadi slogan kosong karena tingkah polah yang mereka tunjukkan. Belum lagi habis demo banyak tanaman dan bunga yang rusak mereka injak injak. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya mereka tidak memiliki iman karena dalam Al Quran dijelaskan bahwa Allah mengutuk kaum yang berbuat kerusakan di muka bumi.


Tidak cuma mereka, ada juga MUI dan Ucup Alay bin Lebay yang bikin blunder yang justru membuat orang mempermalukan mereka. Gara gara ada Wasekjen MUI bicara live di TV “Bunuh, Salib, Potong, Usir” kini wacana pembubaran MUI (seperti yang pernah diusulkan oleh KH. Abdurrahman Wahid / Gus Dur) jadi kembali diperbincangkan. Ucup Alay bin Lebay juga ikut ditertawakan orang gara-gara bikin video settingan nangis bombay ala film India karena ikut-ikutan belain mereka.

Lain kali kalo mau bikin manuver atau strategi yang cerdas dan kreatif dikit napa? Cuma bikin malu agama saja wkwkwkw..... Jangan ditiru yaa....jangan ditiru ya nak.....hiks...hiks...hiks...

[muhammad zazuli]

Aksi Kaum Sengol Bacok Hari Ini

Tuntut Penjarakan Ahok 1x24 Jam, 



DUNIA HAWA - Ribuan demonstran dari Front Pembela Islam (FPI) dan organisasi massa lainnya mulai memadati Masjid Istiqlal hari ini Jumat 14 Oktober 2016. Mereka bersiap berunjuk rasa di kantor Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Massa menjadikan Masjid Istiqlal sebagai titik kumpul. Mereka juga melaksanakan salat Jumat terlebih dahulu sebelum mendatangi Balai Kota Jakarta.

Ribuan massa berseragam putih bertuliskan FPI sudah memenuhi hampir seluruh penjuru masjid. Berbagai atribut unjuk rasa seperti bendera dan spanduk juga sudah disiapkan.

Sebuah mobil komando juga sudah disiagakan di depan pintu masuk Istiqlal. Sebagian massa sudah masuk ke masjid untuk melaksanakan rangkaian salat Jumat. Lainnya masih berkoordinasi dengan anggotanya menggunakan HT.

Petugas kepolisian juga telah bersedia di sejumlah titik, termasuk Masjid Istiqlal dan Tugu Tani. Tenda dari Detasemen B Pelopor Sat Brimob Polda Metro Jaya pun sudah siaga.

Kemudian, kendaraan taktis seperti water canon dan barracuda diparkir di sepanjang Jalan Ridwan Rais dan Jalan Medan Merdeka Selatan.

Selain itu, petugas keamanan dari TNI sudah bersiaga. Seperti satuan Brigif 1/Pam Ibu Kota yang telah berada di sekitar Masjid Istiqlal.

Adapun demo hari ini terlaksana atas hasil konsolidasi sejumlah ormas Pada Rabu 12 Oktober 2016 pkl. 19.45 - 21.30 Wib, di Kantor sekretariat gelora Bung Karno jl. Cikajang No. 60 Jakarta Selatan yang dihadiri, antara lain :
 
Adityawarman (Purnawirawan TNI),
KOBAR (Rijal Ijal),
RAR (Ferdinan. H),
PTDI (Tobbing),
AMJU (Jamran),
Lapak ( Ali Lubis SH),
LAKRI (Ical.S),
LSM KPK (R. Adhityo),
A.GBK ( Fahri Lubis ),
KAPPI. ( Doly Yatim ),
DPP SAJAK MUDA ( Anhar Tanjung ),
PII ( Zikri ),
Kel. Korban Priok ( Beni Bicky),
Koalisi Anak Bangsa Peduli Jasa Pahlawan (Aa Auliasa)
Persaudaraan ( Jiher ),
Korps Mubaligh Jakarta. ( Salahudin Du.).                             GBMJ ( M Tahir),
LAKI 45 ( Aldin P ),
KMP ( M Sirod ),
LAMI ( Ozed Hmid Nur ),
KOSPEK ( Masdar. ),
PAKTA ( M IBN D ),
JAS RAKYAT ( Yudi S.S),
Indonesia Bergerak ( Abdul Kholiq),
MKJ ( Erwin H.Al J ),
PP. GPII ( Karman BM ),
The Indonesia Reform ( Ali Mustopa ),
BAPERJA-TA ( Rini S),
LASKAR TIMUR. ( Edison Ison ),
Paguyuban Pemuda Pedati ( Ibeng ),
Forjiss. ( M. Lapong ),
AMJAT ( Agus Chairudin ), dll.

Adapun hasil rapat sbb :

Pada hari Jum'at tgl 14 Okt 2016 jam 13.00 Wib, akan dilaksanakan aksi demo besar-besara rencananya akan mengerahkan massa sekitar 150 ribu orang terdiri dari gabungan ormas diatas dan dr daerah Banten, Jateng, Jatim dsb. Serta mengundang para ulama, FPI, dan FBR.
 

• Titik kumpul Masjid Istiqlal.

 

• Sasaran aksi :  Balaikota 

 

• Tuntutan : 

Tangkap dan penjarakan Ahok 1x24 jam.



Begini penampakan massa demo Ahok :







Tujuan Mereka Cuma Satu, Ahok Dipenjara Terus Enggak Ikut Pilkada


Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menyebut gabungan ormas yang akan berunjuk rasa menentang dirinya merupakan pihak-pihak yang sudah lama menginginkan dirinya terkena kasus hukum.

Ia kemudian mencontohkan unjuk rasa yang pernah dilakukan pihak yang sama beberapa bulan silam.


Ahok menyebut, saat itu, unjuk rasa berisi tuntutan agar penegak hukum menetapkannya sebagai tersangka untuk kasus pembelian lahan RS Sumber Waras dan reklamasi Teluk Jakarta.

"Tujuannya cuma satu, gimana Ahok bisa masuk penjara, enggak ikut Pilkada," kata Ahok di Balai Kota, Jumat (14/10/2016).

Gabungan ormas yang berunjuk rasa pada hari ini ingin menyampaikan sikap mereka terkait pernyataan Ahok yang beberapa waktu lalu sempat menyebut isi dari Alquran Surat Al Maidah ayat 51.

Beberapa hari lalu, Ahok menyampaikan permintaan maaf yang ditujukannya kepada umat Islam. Karena itu, Ahok merasa tidak perlu lagi menyampaikan permintaan maaf kepada ormas yang berunjuk rasa hari ini.

"Mereka kan enggak terima minta maaf. Masih demo kan," ujar Ahok.

Ahok menilai kasus yang terjadi terkait pernyataannya itu harusnya sudah selesai dan tidak lagi diperpanjang.

"Semua pemimpin agama, PBNU sudah ngomong. Bahkan Bawaslu juga mengatakan tidak ada pelanggaran," ucap Ahok.

[dh©]

5 Poin Permohonan Jessica Wongso Dalam Nota Pembelaan

Muncul Fakta Temuan 5 Gram Sianida di Tas Jessica Wongso



DUNIA HAWA - Persidangan kasus kematian Mirna Salihin karena menenggak es kopi Vietnam yang dicampur sianida masih terus bergulir. Jessica Wongso sempat didakwa kurungan penjara selama 20 tahun karena disebut jakwa penuntut umum telah menaruh 5 gram sianida dalam kopi.

Dari tuduhan yang dilayangkan oleh JPU kepada Jessica ini membuat ketua tim kuasa hukum merasa geram. Otto Hasibuan mengaku marah karena jaksa penuntut menyebutkan kliennya telah menaruh sianida dalam es kopi Vietnam yang diminum oleh korban.

Otto sempat mempertanyakan tentang dasar yang dibuat oleh jaksa penuntut untuk membuat tuntutan tersebut. Tak hanya itu ia juga menanyakan tentang asal dari fakta yang telah didapat oleh JPU dalam persidangan.

Kejanggalan dari tuntutan JPU semakin tercium karena selama persidangan kasus kopi maut. Dalam persidangan kematian Mirna Salihin yang berlangsung selama lebih dari tiga bulan tak ada  fakta tentang jumlah racun sianida dalam kopi.

“Tak pernak terungkap, fakta adanya lima gram racun sianida dari tas warna coklat milik terdakwa,” ungkap Otto. Memang selama sidang tak dapat ditemukan tentang racun yang berada di dalam tas yang dikenakan jessica.

“Dalam tuntutan jaksa, tiba-tiba muncul fakta lima gram sianida. Pertanyaannya, dari mana muncul adanya lima gram sianida?” ungkap Otto saat di persidangan Jessica Kamis, 13 Oktober 2016. Selain itu proses pembuktian selama ini memang tak pernah mengungkapkan fakta seperti tuntutan JPU

Otto menyebutkan bahwa tututan yang diberikan oleh JPU terhadap kliennya tak memiliki dasar hukum. Alasannya jug dungkapkan karena dalam pembuktian tak ada racun yang dapat ditemukan di tas sahabat Mirna Salihin.

Manipulasi data juga diduga oleh Otto telah dilakukan oleh JPU dalam tuntutan yang telah dibacakan. “Dalil lima gram sianida ini tidak pernah muncul di dalam persidangan. Keterangan jaksa ini sangat mengerikan dan manipulatif,” tandas Otto.

Permohonan Jessica Wongso Dalam Nota Pembelaan


Pebacaan nota pembelaan Jessica Wongso atas kasus kematian Mirna Salihin sudah digelar selama dua hari berturut-turut ( 12,13 Oktober 2016) di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dalam sidang tersebut Jessica membacakan pledoinya sendiri, sementara kuasa hukumnya juga membacakan pledoi yangs udah disiapkan.

Ketua tim pengacara Jessica Wongso, Otto Hasibuan membacakan pledoinya dan meminta hakim untuk mengabaikan keterangan polisi Australia, John Torres. Pada September lalu, JPU menghadirkan Torres untuk menjelaskan 14 laporan kriminal Jessica Wongso yang tercatat di Australia.


Namun Otto menilai keterangan Torres bersifat de auditu, yakni saksi tidak melihat atau mendengar secara lansung tindak kriminal yang dituduhkan pada kliennya. Otto menegaskan seharusnya tidak bisa dihadirkan di persidangan sebagai saksi.

Otto Hasibuan meminya majelis hakim untuk mempertimbangkan surat kepolisian New South Wales, Australia yang menyatakan Jessica Wongso tidak mempunyai catatan kriminal. Menurut Otto surat tersebut sudah di sahkan ke Konsulat Jenderal RI di Sydney.

Di akhir pembacaan nota pembelaan, Otto Hasibuan menyampaikan lima permohonan kepada majelis hakim. Berikut lima poin permohonan tercantum dalam peldoi yang sudah disipakan.

• Pertama terdakwa Jessica Wongso tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidanan sebagaimana diatur dalam Pasal 340 KUHP. Permohonan

• Kedua, membebaskan terdakwa Jessica Kumala Wongso dari segala dakwaan.

• Ketiga, melepaskan terdakwa dari segala dakwaan dan tuntutan hukum. 

• Keempat, memulihkan harkat martabat dan mengembalikan hak-hak hukum terdakwa pada keadaan semula.

• Kelima, membebankan biaya perkara kepada negara. 

Otto Hasibuan mengakhiri pembacaan pledoi yang disusun dengan mengatakan jika Yang Mulia Majelis Hakim memiliki pendapat lain, dimohon membuat keputusan seadil-adilnya.

Rencananya sidang lanjutan Jessica Wongso atas kasus pembunuhan Mirna Salihin digelar pada hari Senin 17 Oktober 2016. Agenda persidangan selanjutnya adalah tanggapan dari Jaksa Penuntut Umum atas pembacaan pledoi dari kubu terdakwa.

[newsth]

Pemimpin Muslim di Kawasan non-Muslim


DUNIA HAWA - Jika pada postingan sebelumnya, saya pernah memosting mengenai “Para Pemimpin Kristen di Kawasan Muslim" ( lihat_disini ) maka kini saya ingin mengulas tentang "Pemimpin Muslim di Kawasan non-Muslim"

Kita tentu sudah mendengar nama Sadiq Aman Khan, politisi muda Muslim dari Partai Buruh yang terpilih sebagai Walikota London, Inggris, belum lama ini. Sesaat setelah terpilih sebagai Walikota London, Sadiq Khan yang juga penulis buku “Fairness not Favours: How To Reconnect with British Muslims” langsung tancap gas menggaet para pengusaha dan konglomerat Muslim di London untuk bersama-sama memajukan dan memakmurkan penduduk di ibukota Inggris ini. Sebelumnya, Inggris, tepatnya London Borough of Tower Hamlets, juga pernah mempunyai walikota Muslim bernama Muhammad Abdullah Salique atau Muhammad Abdus Salique (berdarah Bangladesh).  

Sadiq Khan tidak sendirian. Ada sejumlah nama beken pemimpin Muslim lain seperti Mohamed Arturo Cerulli yang pada 2008 terpilih sebagai walikota Muslim pertama di Monte Argentario, Italia. Karena dipandang sukses menahkodai kota di Propinsi Grosseto ini, pada 2013, ia terpilih lagi sebagai walikota. Rotterdam, Belanda, juga pernah memiliki walikota Muslim. Namanya Ahmed Aboutaleb, seorang Muslim-Sunni-Berber berdarah Maroko. Kota Calgary di Alberta, Kanada, juga memiliki walikota Muslim yang bernama Naheed Kurban Nenshi. Ia adalah seorang profesor muda lulusan Harvard, berdarah Tanzania, dan pengikut Syiah Nizari Ismaili.         

Amerika juga memiliki beberapa walikota Muslim seperti M. Saud Anwar, yang terpilih sebagai walikota Muslim pertama di kota South Windsor, Connecticut. M. Saud Anwar adalah satu dari tokoh Muslim di Amerika yang gencar memerangi “kaum radikal-ekstrimis” (baik Muslim maupun bukan) dan kaum “Islamophobia” di Amerika, yaitu sejumlah kelompok non-Muslim yang antipati terhadap Islam dan umatnya. Ia mengvisikan Islam yang damai dan toleran terhadap non-Muslim. Kemudian Mohammed Hammeduddin, yang terpilih sebagai Walikota Teaneck di New Jersey. Menariknya, wakil walikotanya adalah seorang Ortodoks Yahudi bernama Adam Gussen, yang merupakan teman sekolah Pak Walikota ini sejak di SMU sampai di perguruan tinggi: Rutgers University.   

Bukan hanya walikota saja, beberapa tokoh Muslim juga pernah tercatat sebagai presiden di sejumlah negara yang penduduknya mayoritas non-Muslim seperti Ahmadou Ahidjo (Kamerun), Noor Mohamed Hassanali (Repubik Trinidad and Tobago), Michel Djotodia (Republik Afrika Tengah), Omar Bongo Ondimba (Republik Gabon), Abdul Kalam (India), dlsb.  

Poin penting yang ingin saya sampaikan disini adalah umat beragama itu, tak terkecuali umat Islam, harus berwawasan luas, berpikiran global, dan memiliki visi jauh ke depan demi kemajuan masyarakat, bangsa dan negara. Bukan malah sebaliknya: berwawasan sempit, berpikiran lokal, dan memiliki visi jauh ke belakang ke “zaman batu” ratusan abad silam. 

Buka mata kalian lebar-lebar, rajin-rajinlah berfikir, giatlah melakukan olah rasa dan pikiran, perbanyaklah membaca dan melakukan "piknik intelektual" jangan seperti "upil dalam hidung" yang selalu ngumpet di lubang sempit atau "kodok dalam panci". Kita ini hidup di abad ke-21, di zaman mondern yang penuh sesak dengan teknologi canggih dan internet. Tentu saja di abad modern ini, umat beragama memiliki tantangan yang sangat jauh berbeda dan jauh lebih kompleks dari abad-abad silam, dan karena itu, harus disikapi dengan bijak dan dewasa, bukan dengan sikap keangkuhan dan kekanak-kanakan. 

Jabal Dhahran, Arabia

Prof.Dr.Sumanto al Qurtuby, MSi, MA
Staf Pengajar Antropologi Budaya di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi

Bagaimana Memahami al-Qur'an?


DUNIA HAWA - Jika dihadapan kita terdapat sebuah ayat al-Qur'an, apa yang akan kita perbuat terhadap teks suci tersebut? Paling tidak, kita akan membaca, mencoba memahami dan kemudian mencoba menafsirkannya. Bagaimana kita membaca, memahami dan menafsirkan al-Qur'an? Bagaimana seorang manusia yang lemah dan hina seperti kita dapat memahami makna sebuah ayat yang pada dasarnya merupakan "bahasa" Allah?

Al-Qur'an adalah kalamullah, yang kita tidak tahu bagaimana hakikat bentuk dan jenis kalamullah tersebut [Lihat Syihab al-Din al-Qarafi, "Syarh Tanqih al-Fusul," Beirut, Dar al-Fikr, 1973, h. 67; Jamal al-Din al-Asnawi, "Nihayah al-Sul, Beirut", Dar al-Kutub al-'Ilmiah, 1984, juz 1, h. 41; Wahbah al-Zuhaili, "Usul al-Fiqh al-Islami", Beirut, Dar al-Fikr, 1986, h. 38-399].

Ketika Allah "mengucapkan" kalam-Nya kepada Malaikat Jibril, maka terjadilah sebuah proses pertama dari turunnya wahyu. Kalam tersebut ditangkap dan dipahami oleh Malaikat Jibril untuk kemudian disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW lewat medium bahasa Arab. Pada titik ini terjadi proses kedua, yaitu transfer dari firman Allah, yang dipahami oleh Jibril, kepada Nabi melalui medium bahasa yang dapat dipahami oleh Nabi, yaitu bahasa Arab. Ummat Islam meyakini bahwa dalam kedua proses tersebut tidak ada unsur kesalahan ataupun distorsi makna.

Proses ini belum berhenti. Proses selanjutnya adalah ketika Nabi menyampaikan firman Allah tersebut kepada para sahabatnya. Pada titik ini, berbeda dengan Jibril yang hanya menerima dari Allah dan menyampaikannya kepada Nabi secara apa adanya, Muhammad SAW tidak hanya menerima dan menyampaikan, melainkan juga turut menjelaskan dan menafsirkan serta, pada sejumlah ayat, memberi contoh praktis penerapan wahyu Allah tersebut.

Sejarah mencatat bahwa proses keempat juga harus dilewati, yaitu proses pengumpulan ayat-ayat al-Qur'an yang dihapal dan dicatat dalam beberapa bentuk untuk kemudian disatukan. Proses keempat ini, yang terjadi pada masa setelah Nabi wafat, melewati perdebatan sengit di kalangan sahabat, pembentukan panitia pengumpulan dan kemudian proses kesaksian. Sekali lagi, proses belum berhenti. Proses kelima adalah memperbanyak mushaf yang telah selesai pada masa sebelumnya. Sekali lagi, pada titik ini, telah terjadi perdebatan seputar kegiatan ini seperti perbedaan qiraat dan berapa jumlah mushaf yang dikirim ke sejumlah daerah tertentu sebagai pedoman bila terjadi perbedaan bacaan. Setelah semua proses ini dilewati (termasuk penambahan tanda baca) maka al-Qur'an hadir dan bisa kita nikmati dalam bentuknya seperti sekarang.

Proses terakhir (keenam) boleh jadi adalah penafsiran dan penerjemahan ayat al-Qur'an ke dalam berbagai bahasa di dunia yang melibatkan unsur budaya lokal, interpretasi, ekspresi dan pilihan kata atau tafsir tertentu. Pada proses terakhir ini, betapapun hebatnya sebuah tafsir atau sebuah terjemah, kualitasnya tidaklah sama dengan kualitas asli Kalamullah yang dibawa Jibril a.s dan disampaikan kepada Muhammad saw.

Lazim diketahui bahwa ayat-ayat al-Qur'an itu tidak turun sekaligus, tetapi melewati proses panjang selama lebih dari dua puluh tahun. Selama sekitar dua puluh tahun, Allah berdialog dengan hamba-Nya melalui medium bahasa dengan Nabi sebagai medium penjelas. Karena proses turunnya al-Qur'an berangsur-angsur maka sebagian ayat turun untuk "mengomentari" suatu peristiwa khusus atau tertentu (belakangan peristia itu dikenal dengan istilah asbabun nuzul), sebagian lagi merupakan cerita dari Allah tentang masyarakat yang lalu, sebagian lagi merupakan pernyataan-pernyataan ketuhanan tentang sejumlah aspek kemanusiaan (akhlak, hukum, tauhid, dan lainnya).

Ketika Nabi menyampaikan (tabligh) isi dan teks wahyu kepada para sahabat, ummat Islam, sekali lagi, menyakini bahwa tidak terjadi perubahan, penyimpangan ataupun kesalahan informasi. Walaupun para ahli ilmu kalam berdebat mengenai kema'shuman Nabi: apakah Nabi ma'shum dalam segala hal atau tidak? namun mereka sepakat bawa Nabi Muhammad SAW itu ma'shum dalam hal menyampaikan wahyu (tabligh).

Seperti disinggung pada proses ketiga di atas, Nabi Muhammad SAW tidak hanya menyampaikan "bahasa" ilahi kepada para sahabat, tetapi juga memahami, menjelaskan, menafsirkan dan mempraktekkannya. Sampai di sini terjadi perdebatan lagi: apakah penafsiran atau ijtihad Nabi itu bisa dianggap bagian dari wahyu (wahy gair matluw) yang pasti benar dan terjamin validitasnya atau murni berdasarkan akal pikiran (ra'yu) yang boleh jadi mengandung kesalahan? Jikalau itu berdasarkan ra'yu, pada bidang apa saja Nabi boleh berijtihad? [lebih lanjut lihat diskusi soal ini dalam Wahbah al-Zuhaili, "Usul al-Fiqh al-Islami", Vol. II, h 1060; Muhammad Salam Madkur, "Manahij al-Ijtihad fi al-Islam", 1974, p. 350; Nadiyah Syarif al-'Umari, "Ijtihad al-Rasul Shalla Allah 'Alayh wa Sallam", 1985, p. 40]

Sejumlah ulama berpendapat bahwa Nabi SAW melakukan ijtihad dalam bidang al-hurub dan al-ahkam al-syari'ah. Ibn Hazm, al-Qadi 'Abd al-Jabbar, dan Abu Hasan al-Basri berpendapat bahwa Nabi berijtihad dalam bidang al-hurub dan fi tatbiq hukm Allah. Kumpulan ulama terakhir ini menolak pendapat bahwa Nabi berijtihad dalam bidang din atau al-ahkam al-syari'ah karena Allah telah menetapkan masalah-masalah dalam kedua bidang tersebut dalam al-Qur'an. Singkat kata, pada titik ini perdebatan muncul dengan terang-terangan.

Kita juga memasuki wilayah yang paling musykil pada bagian ini: bagaimana kita membedakan antara hasil ijtihad Nabi dengan Hadis Nabi yang merupakan sumber kedua ajaran Islam?

Apapun pilihan kita dalam perdebatan di atas, satu hal yang jelas ialah Nabi mewariskan kepada kita Al-Qur'an al-Karim. Namun demikian, al-Qur'an menggunakan sejumlah kata, susunan kalimat dan sistematika yang dapat mengundang sejumlah perdebatan. Sebagian dikarenakan memang kata yang dipilih Allah ternyata mengandung makna lebih dari satu, sebagian lagi dikarenakan penjelasan Allah bersifat isyarat atau mengandung kalimat samar yang membutuhkan kemampuan tertentu untuk memahaminya, dan sebagian lagi karena ayat-ayat yang diturunkan mengandung persoalan kompleks yang kemudian dipadatkan dengan struktur bahasa dan gaya sastra yang mengagumkan sehingga tidak bisa dipahami kecuali oleh mereka yang memiliki kemampuan bahasa dan sastra yang amat baik. Begitulah, sebagai kesimpulan, ada ayat yang begitu mudah dipahami, namun ada pula ayat yang tidak sembarang orang dapat memahaminya.

Salah satu yang menarik adalah gaya bahasa yang digunakan al-Qur'an ketika menjelaskan tentang Dzat Tuhan dan persoalan gaib dimana al-Qur'an menggunakan ungkapan-ungkapan yang sangat manusiawi; yang terasa akrab dengan keseharian manusia. Begitupula retorika yang digunakan al-Qur'an sanggup menantang imajinasi dan daya intelektual manusia dengan ilustrasi dan pengandaian yang menakjubkan. Sampai disini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa meskipun al-Qur'an merupakan produk "langit", namun ia menggunakan ungkapan yang sangat "membumi".

Semua seluk beluk al-Qur'an yang dipaparkan di atas telah dijawab dengan luar biasa oleh para ulama dengan sebuah disiplin ilmu, yaitu 'Ulumul Qur'an. Kaidah-kaidah penafsiran yang telah disusun itu merupakan alat bagi umat Islam untuk dapat memahami kitab sucinya. Yang jadi persoalan, sementara dialog dengan al-Qur'an terus berlangsung, para ulama telah menganggap disiplin ini sebagai ilmu yang telah dewasa atau matang sehingga tidak perlu ada pemikiran baru tentangnya.

Setiap upaya untuk memberikan cara pandang baru atau lain terhadap al-Qur'an dipandang melanggar kesucian al-Qur'an itu sendiri. Padahal cara pandang tersebut belum memasuki wilayah kesucian al-Qur'an atau proses pertama dan kedua yang digambarkan di awal tulisan ini. Para ulama kontemporer berargumen dan berdebat di wilayah non-suci yaitu 'ulumul qur'an. sayang, banyak yg menganggap 'ulumul qur'an sama sucinya dengan al-Qur'an.

Lebih celaka lagi, sebagian ummat islam tidak mengenal disiplin ilmu ini ('ulumul Qur'an). Mereka langsung membaca produknya (tafsir Ibn katsir atau tafsir fi zhilalil Qur'an, misalnya) dan tidak memahami prosesnya (qawa'id al-tafsir sebagaimana dibahas dalam al-Burhan fi 'ulumil Qur'an, atau al-Itqan atau Mabahis fi 'ulumil Qur'an, untuk sekedar menyebut contoh kitab-kitab tentang 'ulumul Qur'an). Ketika muncul produk (tafsir) yang berbeda akibat proses (kaidah) yang berbeda, mereka menjadi bingung dan menolak perbedaan-perbedaan itu dengan alasan perbedaan pendapat itu sesuatu yang jelek, tercela bahkan terlarang dalam Islam.

Memahami sebuah teks sebenarnya melibatkan tiga unsur utama, yaitu pengarang, teks dan pembaca. Sebenarnya membaca tidaklah sekedar membaca, tetapi melibatkan proses panjang seperti digambarkan di atas (lihat lima proses yang digambarkan di awal tulisan ini) antara pengarang, teks dan pembaca. Seorang pengarang yang luar biasa cerdas akan melahirkan teks yang juga luar biasa cerdas, namun "kecerdasan" pengarang dan teks tidak akan berarti apa-apa bila teks tersebut dibaca oleh pembaca yang tidak cerdas. Semakin cerdas kita membaca atau berdialog dengan teks, maka semakin cerdas pula teks itu memberikan jawaban.

Masalahnya, bagaimana pembaca bisa mengetahui dengan baik apa maksud pengarang akan teks tersebut? Lazim diketahui bahwa tidak ada satupun yang mengetahui maksud suatu teks seratus persen selain pengarang teks itu sendiri. Dalam bahasa Islam, hanya Allah SWT yang tahu makna paling hakiki dari al-Qur'an. Kemudian timbul pertanyaan lanjutan, bagaimana teks yang ditulis ribuan tahun yang lalu (proses ketiga, keempat dan kelima) dengan menggunakan bahasa, ungkapan dan ilustrasi serta retorika yang akrab dikenal pada saat kitab suci tersebut diturunkan, ditulis atau ditafsirkan dapat juga dipahami oleh pembaca masa kini? Tidakkah terjadi pergeseran pemahaman akibat teks itu dibaca dan didialogkan oleh pembaca yang berbeda-beda pada masa yang juga berbeda? Apakah pengarang rela kalau teks yang dia tulis ternyata dipahami secara berbeda-beda tergantung siapa, dimana dan bagaimana pembacanya? Apakah seorang pengarang masih mempunyai hak untuk memonopoli pemahaman terhadap teks yang ditulis ketika teks tersebut sudah sampai pada tangan pembaca?

Pertanyaan lebih jauh, pemahaman atau penafsiran siapakah yang paling benar atau paling mendekati kebenaran sebagaimana yang dimaksud oleh pengarang? Siapakah yang berhak mengklaim penafsiran kelompoknya benar dan penafsiran selain kelompoknya salah?

Sejarah mencatat betapa darah amat mudah menetes hanya karena sebuah tafsir. Banyak orang membunuh kelompok lain atas nama ayat suci. Sebenarnya mereka bertindak demikian bukan atas nama kitab suci, melainkan atas nama penafsiran yang mereka anggap sama suci dan sama benarnya dengan kitab suci. Nama Tuhan diagungkan dan diteriakkan sambil membunuh dan menghancurkan ciptaan Tuhan yang paling baik dan sempurna.

Namun tafsir juga bagaikan dua sisi pada mata uang yang sama. Tafsir bisa menggerakkan orang untuk mengklaim sebuah kebenaran; namun tafsir juga bisa menggerakkan orang untuk bersikap ramah, toleran, inklusif, dan pluralis terhadap keragaman tafsir. Lalu dimana posisi kita?

Apakah kita berpihak pada tafsir yang memonopoli kebenaran atau pada tafsir yang mengakui bahwa tafsiran kita terhadap ayat suci hanyalah setetes kebenaran dari samudra khazanah ilahi yang amat luas terbentang, tak bertepi?

Wa fawqa kulli dzi 'ilmin 'alim
Wa Allahu A'lam bi al-Shawab

Tabik,

Nadirsyah Hosen


[tulisan lawas tahun 1996/97 dari web Media Isnet yang rasanya masih relevan dipakai merespon isu aktual minggu ini]

Indonesia Diambang Perpecahan?


DUNIA HAWA - Di saat suatu negara mengalami krisis jati diri, krisis kepercayaan dan krisis ekonomi maka berbagai ideologi radikal akan muncul dan bersikap seolah akan menjadi penyelamat tapi ujung-ujungnya saat ideologi itu berkuasa maka dia akan memunculkan taring dan wajah jahatnya yang sebenarnya.

Contohnya adalah Rusia. Setelah Perang Dunia I banyak rakyat Rusia yang hidup sengsara. Tsar Nikolas II pun dipaksa turun tahta karena dianggap tidak kompeten. Kemudian Lenin tampil dengan ideologi Komunismenya sehingga berhasil menarik simpati rakyat dan membawanya ke tampuk kekuasaan tertinggi melalui revolusi Bolsheviks yang merebut pemerintahan yang sah pada November 1917. Namun janji kebebasan yang selalu dia gaungkan secara ironis justru berakhir menjadi pembelengguan terhadap hak-hak rakyat dan hak kemanusiaan di segala bidang.

Begitu juga dengan Jerman. Saat Jerman terpuruk akibat kekalahannya di Perang Dunia I, Adolf Hitler seakan tampil menjadi penyelamat Jerman dengan membawa ideologi Nazismenya. Propagandanya tentang kejayaan Jerman Raya (Third Reich) berhasil membawanya ke puncak kekuasaan tertinggi pada tahun 1934. Namun ambisi Hitler kemudian membawa dunia ke dalam perang terbesar yang pernah ada yaitu PD II yang akibatnya justru membuat Jerman hancur dan rakyat Jerman menjadi jauh lebih menderita dan terpuruk dibandingkan pada masa sebelumnya.

Krisis Irak yang dimulai dari penyerbuan tentara Amerika membuat banyak rakyat Irak yang menderita dan dendam terhadap kekuatan asing yang dianggap telah menghancurkan negerinya. Kemunculan Abu Bakar Al Baghdadi dengan propaganda jihad dan ide Khilafah Islamnya berhasil menarik pengikut dari berbagai penjuru. Ditambah lagi krisis Suriah setelah dilanda bencana kekeringan dan kemiskinan yang berkepanjangan serta tindakan represif rezim Bashar Assad telah semakin memicu kemarahan rakyat. Para mujahidpun bersatu untuk menggulingkan pemerintahan. 

Pada 2013 Al Baghdadi pun mendeklarasikan berdirinya Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dengan janji manis demi kebebasan dan kesejahteraan rakyat Irak dan Suriah dalam naungan pemerintahan Islam. Tapi itu adalah janji dari serigala berbulu domba. Setelah berkuasa melalui bantuan “mujahid” dari seluruh dunia dan bantuan dana serta senjata dari Amerika Serikat dan Arab Saudi merekapun mulai menunjukkan taring serta wajah bengisnya yang sebenarnya.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Kita tahu bahwa di negeri ini ada 3 kelompok besar dengan pengikut ratusan ribu orang yang juga menyerukan propaganda yang sama yaitu klan Partai Ajaib, Geng Senggol Bacok dan Geng Khilaf-ah (semuanya adalah member dari klub Mukidi Gagal Paham). Ketiga kelompok ini adalah pembela dan pendukung ISIS serta tidak pernah sekalipun mengutuk kebiadaban ISIS. Geng Senggol Bacok bahkan pernah terang-terangan melakukan bai’at / sumpah setia kepada ISIS serta mengeluarkan fatwa “Haram mengutuk dan menghujat ISIS”. Padahal ISIS pernah penggal kepala anak usia 4 tahun dan perkosa gadis berusia 8 tahun.

Ketiga kelompok ini juga memiliki agenda besar yang sama yaitu menggusur Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika serta NKRI dan ingin menggantinya dengan Negara Agama melalui propaganda dalil, jualan ayat dan teks formal keagamaan. Saya terus mengkritisi ketiga kelompok yang banyak pengikutnya di negeri ini yang terus berusaha menjaring pengikut baru di kampus2, masjid2 dan media sosial dengan sangat aktif dan masif.

Saya sekedar berjuang agar Indonesia tidak menjadi Suriah Jilid II. Suriah sebelumnya adalah negara yang damai, majemuk, multi agama dan mampu menjadi salah satu negara yang paling stabil di kawasan Teluk selama lebih dari 40 tahun. Tapi hanya dalam waktu singkat negara tersebut hancur porak poranda oleh perang saudara yang ditebarkan atas nama serta janji manis agama dan dalil-dalil kebebasan serta kesejahteraan dalam naungan Negara Agama. Sungguh serigala berbulu domba yang sedang menyembunyikan taring serta wajah sebenarnya demi meraih kekuasaan.

Belum lagi masih ada agenda Perang Proksi yang dilancarkan oleh Negara negara Adidaya seperti Amerika dan Rusia demi keuntungan ekonomi dan politik mereka yang mungkin juga sedang mereka lancarkan di Indonesia sebagaimana yang sudah terjadi di Irak dan Suriah. (Bagi yang tidak tahu, Perang proksi adalah perang yang terjadi ketika lawan politik menggunakan pihak ketiga sebagai pengganti untuk memperkeruh dan berkelahi satu sama lain secara langsung antara lain dengan menggunakan aktor aktor kekerasan non pemerintahan, tentara bayaran, dan pihak ketiga lainnya.)

Jadi saran saya bagi anggota member Mukidi Gagal Paham baik dari sekte Partai Ajaib, Geng Senggol Bacok dan Geng Khilaf-ah, janganlah kalian asal maen tuding dan maen ngamuk seenaknya karena siapa tahu kalian sebenarnya sedang disetir untuk menjadi pion pemicu kerusuhan yang diskenario oleh negara negara Adidaya yang sebenarnya kalian anggap musuh. Mereka jauh lebih pinter strategi politiknya dibandingkan kalian yang males baca, males berpikir, tidak pernah belajar soal sejarah dan geopolitik serta suka debat pake dengkul dan komen sumpah sampah serapah. Jadi dengan “memperjuangkan agama” kalian sebenarnya sedang melayani dan mendukung kesuksesan misi “pihak musuh” untuk menjarah sumber daya dan kekayaan alam bangsa Indonesia yang luar biasa ini.

Hal yang cukup menohok kesadaran berbangsa kita adalah saat kemarin ada Wasekjen MUI bicara secara live di sebuah TV Nasional yang ditonton oleh jutaan mata, dia bisa mengatakan “Kalo dalam hukum Islam Ahok sudah dibunuh, disalib, dipotong kaki tangannya dan diusir dari negeri ini...” Bayangkan bagaimana jika Mukidi jenis ini dan kawan-kawannya berhasil berkuasa di Indonesia. Mungkin bukan suatu hal yang mustahil Indonesia akan mengalami nasib tragis yang sama seperti yang terjadi di Irak dan Suriah.

Mari sebarkan pesan persatuan dan perdamaian. Mari berjuang demi keutuhan Pancasila dan NKRI. 

Salam Waras.....

[muhammad zazuli]