Wednesday, October 12, 2016

Kisah Umar bin Khattab dan QS Al Maidah 51

Bagaimana Memahami Kisah Umar bin Khattab dan Abu Musa al-Asy’ari?



DUNIA HAWA - Belakangan ini beredar kutipan kisah Sayyidina Umar bin Khattab, Khalifah kedua, dengan sahabat Nabi Abu Musa al-Asy’ari. Dialog yang dinukil dari Tafsir Ibn Katsir ketika menjelaskan QS al-Maidah:51 dipakai sebagian pihak untuk menyerang kandidat tertentu dalam Pilkada DKI. Bagaimana sebenarnya kisah tersebut? Mari kita pelajari bersama, dan untuk sementara kita niatkan untuk mengaji saja, bukan membahas Pilkada. Ini biar kajian kita menjadi obyektif.

Kisahnya sendiri dikutip oleh sejumlah kitab Tafsir, dengan perbedaan redaksi, perbedaan riwayat dan perbedaan konteks ayat ketika kisah ini diceritakan ulang. Begitu juga kita harus memahami pernyataan Khalifah Umar baik dalam konteks Usul al-Fiqh maupun dalam konteks Fiqh Siyasah. Mari kita bahas satu per satu.

1. Memahami background kisah


Pemahaman akan konteks akan membantu kita memahami teks. Pada masa Khalifah Umar kekuasaan Islam mulai meluas merambah area di luar Hijaz. Abu Musa al-Asy’ari diangkat menjadi Gubernur di Bashrah, Iraq. Khalifah Umar meminta laporan berkala kepada para Gubernurnya. Maka diriwayatkan Abu Musa mengangkat seorang Kristen sebagai Katib (sekretaris). Sekretaris yang tidak disebutkan namanya ini bertugas mencatat pengeluaran Abu Musa selaku Gubernur. Abu Musa membawa Sekretarisnya ini memasuki Madinah, dan mereka menghadap Khalifah Umar. Umar takjub dengan kerapian catatan yang dibuat oleh sekretaris Abu Musa.

Datang pula laporan keuangan dari Syam. Mengingat ketrampilan sang sekretaris, Khalifah memintanya untuk membacakan laporan dari Syam itu di Masjid Nabawi. Abu Musa mengatakan, “Tidak bisa orang ini masuk ke Masjid Nabawi.” Umar bertanya, “Mengapa? Apakah dia sedang junub?”
“Bukan, dia Nasrani.” Jawab Abu Musa.
Umar langsung membentak Abu Musa dan memukul pahanya, dan mengatakan, “Usir dia! (akhrijuhu)”
Kemudian Khalifah Umar membaca QS al-Maidah:51.

Kisah di atas dinukil dari Tafsir Ibn Katsir yang meriwayatkan dari Ibn Abi Hatim. Saya cek kitab Tafsir Ibn Abi Hatim dan menemukan kisah yang sama. Kisah tersebut juga dicantumkan dalam sejumlah kitab tafsir lainnya seperti Tafsir al-Darr al-Mansur.

2. Perbedaan redaksi


Riwayat berbeda dicantumkan dalam Tafsir al-Qurtubi, dimana di bagian akhir dialog ada perbedaan ucapan Umar. Imam al-Qurtubi juga mencantumkan kisah di atas bukan dalam QS al-Maidah:51 tapi dalam QS Ali Imran:118. Ini yang disampaikan Umar versi Tafsir al-Qurtubi: “Jangan bawa mereka mendekati sesuatu yang Allah telah jauhkan, Jangan memberi mereka kehormatan ketika Allah telah menghinakan mereka, dan jangan mempercayai mereka ketika Allah telah mengatakan mereka tidak bisa dipercaya”.

Dalam riwayat lain yang dicantumkan oleh Kitab Tafsir al-Razi, sebagaimana juga disebutkan dalam Kitab Tafsir Bahrul Muhit, al-Lubab fi Ulumil Kitab, Tafsir al-Naisaburi ada lanjutan dialognya:
Abu Musa berkata: “Tidak akan sempurna urusan di Bashrah kecuali dibantu orang ini”

Khalifah Umar yang sedang murka, menjawab singkat: “Mati saja lah orang Kristen itu. Wassalam”

Para ulama menafsirkan maksud perkataan Umar terakhir itu dengan makna: “Pecat dia sekarang karena kalau besok-besok dia meninggal dan kamu sudah bergantung pada dia, kamu akan repot, maka anggap saja sekarang dia sudah meninggal, dan cari bantuan orang lain untuk mengurusi urusan itu.”

Dalam Kitab Tafsir al-Razi, Tafsir al-Wasith Sayyid Tantawi, dan juga kitab Syurut al-Nasara li Ibn Zabr ada redaksi lain dalam dialog di atas. Abu Musa berkilah di depan Khalifah: “lahu dinuhu wa liya kitabatuhu” (baginya urusan agamanya, dan bagiku adalah urusan ketrampilan dia). Abu Musa seolah mengingatkan Khalifah dengan ungkapan yang mirip dalam al-Qur’an: lakum dinukum waliya din. Tetapi Khalifah tetap menolaknya.

3. Kenapa Khalifah Umar Marah?


Dialog di atas terjadi di Madinah. Di sini kunci kita memahami kemarahan Khalifah Umar. Abu Musa membawa sekretarisnya yang Kristen ke wilayah Madinah yang khusus untuk umat Islam saja. Bahkan Umar baru tahu dia seorang Nasrani itu setelah mau diajak bicara di Masjid. Barulah Abu Musa mengaku kepada Khalifah latar belakang sekretarisnya ini. Ini sebabnya kalimat yang diucapkan oleh Khalifah Umar saat memarahi Abu Musa: “usir dia atau keluarkan dia” Ini maksudnya usir dia dari Madinah. Disusul dengan ungkapan Khalifah Umar, “Jangan bawa mereka mendekati sesuatu yang telah Allah jauhkan dari mereka”

Maksudnya adalah keharaman wilayah Madinah yang steril dari non Muslim karena Allah sudah jauhkan mereka, eh kok malah di bawa masuk oleh Abu Musa. Jadi ini bukan semata-mata persoalan Abu Musa mengangkat orang Kristen, tapi ini pada kesucian wilayah Madinah. Pemahaman ini dikonfirmasi oleh Ibn Katsir dalam kitabnya yang lain yang berjudul Musnad al-Faruq.

Sebab kemarahan kedua yang bisa kita ambil dari kisah di atas adalah ketergantungan Abu Musa terhadap orang Kristen pada posisi yang sangat strategis yang keuangan pemerintahan dimana di dalamnya termasuk catatan zakat, jizyah dalam baitul mal. Indikasi ketergantunga itu tampak dengan Abu Musa tidak bisa menjelaskan sendiri catatan pengeluaran yang telah dibuat sekretarisnya, malah sampai membawa sekretaris yabng Kristen itu mendampingi dia memberi laporan kepada Khalifah.

Bagi sang Khalifah, rahasia negara menjadi beresiko ketika posisi strategis semacam itu dipercayakan kepada non-Muslim di masa saat Khalifah Umar sednag melakukan ekspansi dakwah ke wilayah non-Muslim, seperti pembebasan Iraq dan Mesir. Inilah pula konteksnya ketika Khalifah Umar mengutip QS al-Maidah:51 dimana Allah melarang mengambil Yahudi dan Nasrani sebagai awliya (sekutu/kawan akrab), yang menurut Ibn Katsir ketika menjelaskan QS al-Nisa:144:

“Allah melarang hamba-hamba-Nya yang beriman mengambil orang-orang kafir sebagai ‘awliya’ mereka, dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Yang dimaksud dengan istilah "awliya" dalam ayat ini ialah berteman akrab dengan mereka, setia, tulus dan merahasiakan kecintaan serta membuka rahasia orang-orang mukmin kepada mereka."

Maka jelas ‘illat larangan yang dipahami Umar bin Khattab ada dalam kasus Abu Musa ini, yaitu ketergantungan Abu Musa kepada anak buahnya, posisi strategis dalam hal catatan keluar-masuk zakat-jizyah, serta potensi bocornya rahasia negara yang tengah melakukan ekspansi dakwah.

Yang menarik adalah Sa’id Hawa dalam al-Asas fi al-Tafsir mengatakan: “apakah anda bisa pahami tentang larangan memberikan kafir dzimmi posisi untuk mengerjakan urusan umat Islam?” Beliau menjawab sendiri: “Masalah ini tergantung konteksnya, karena perbedaan posisi jabatan, kondisi, dan lokasi serta zaman.”

4. Sahihkah riwayatnya?


Tidak satupun 9 kitab Hadis Utama yang meriwayatkan kisah di atas. Berarti kisah di atas itu bukan masuk kategori Hadits, tapi Atsar Sahabat. Kisahnya berhenti di Umar, bukan di Rasulullah SAW. Kisah ini justru dimuat di Kitab Tafsir. Pelacakan saya hanya satu kitab Hadits (di luar kutubut tis’ah) yang memuatnya yaitu Sunan al-Kubra lil Baihaqi. Imam Baihaqi memasukkan dua riwayat yang berbeda mengenai kisah di atas (9/343 dan 10/216). Atsar ini dinyatakan sanadnya hasan melalui jalur Simak bin Harb oleh kitab Silsilah al-Atsar al-Shahihah. Sementara Al-albani mensahihkan Atsar ini dalam jalur yang lain, sebagaimana disebutkan dalam kitab beliau Irwa al-Ghalil.

Dalam Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah kisah mengenai jawaban Umar, “Mati sajalah si Kristen itu” disampaikan kepada Khalid bin Walid. Bukan berkenaan dengan Abu Musa. Namun ulama lain mengatakan itu Abu Musa. Dalam kitab Zahratut Tafasir, Abu Zahrah mengatakan kata-kata Umar “mati sajalah si Krsten itu” dilakukan dalam surat menyurat dengan Abu Musa, bukan dialog langsung. Demikianlah kesimpangsiuran kisah di atas, dengan berbagai redaksi dan riwayat yang berbeda. Tapi sekali lagi ini bukan Hadits Nabi. Ini merupakan Atsar sahabat.

5. Qaulus Shahabi atau keputusan Khalifah?


Umar bin Khattab adalah sahabat Nabi. Abu Musa al-Asy’ari juga sahabat Nabi. Keduanya berbeda pandangan dalam hal ini. Pendapat keduanya dalam usul al-fiqh disebut sebagai qaulus shahabi. Singkatnya ini adalah ijtihad para sahabat Nabi yang tidak disandarkan kepada Nabi. Artinya murni pemahaman mereka sepeninggal Nabi SAW.

Para ulama usul al-fiqh ada yang menerima kehujjahan qaulus shahabi sebagai salah satu sumber hukum Islam, seperti pendapatnya Imam Malik, namun Imam Syafi’i (qaul jadid) dan para pengikut beliau seperti Imam al-Ghazali serta Imam al-Amidi menolak kehujjahan qaulus shahabi. Itu artinya, pendapat Khalifah Umar dan Abu Musa sama-sama sah dan bisa dipertimbangkan bagi mazhab Maliki, namun tidka mengapa pendapat keduanya ditolak menurut mazhab Syafi’i.

Itu kalau kita memahami dari sudut usul al-fiqh. Kalau kita melihatnya dari sudut Fiqh Siyasah, maka keputusan Umar lebih kuat karena ia memutuskan dalam posisi sebagai khalifah, dan suka atau tidak suka, sebagai Gubernur bawahan Khalifah, Abu Musa harus ikut keputusan Umar. Namun keputusan Khalifah itu tidak otomatis dianggap ijma’ (kesepakatan) karena jelas ada perbedaan pendapat dikalangan sahabat.

Dengan kata lain, sikap Umar itu adalah kebijaksanaan beliau saat itu, yang seperti dicatat oleh sejarah, berbeda dengan kebijakan para Khalifah lainnya yang mengangkat non-Muslim sebagai pejabat seperti yang dilakukan oleh Khalifah Mu’awiyah, Khalifah al-Mu’tadhid, Khalifah al-Mu’tamid, dan Khalifah al-Muqtadir.

Seperti yang disinggung pengarang al-Asas fi tafsir al-Qur’an di atas, kondisi dan konteksnya berbeda dengan apa yang dihadapi oleh Khalifah Umar. Boleh jadi begitu juga apa yang dihadapi oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia saat ini.

Wa Allahu a’lam bi al-Shawab

Tabik,

Nadirsyah Hosen
Rais Syuriah PCI Nahladtul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School

Mukidi Untuk Indonesia


DUNIA HAWA - Semalem aku heran menonton seorang tokoh MUI (menjabat sebagai Wasekjen) di TV yang mengatakan Ahok seharusnya dibunuh, disalib, dipotong kaki tangannya serta diusir ke luar negeri. Sebelumnya malah ada juga Ketua Komisi MUI bidang Perempuan yang juga jadi ketua yayasan dukun palsu pengganda uang. Juga pernah ada petinggi MUI Bogor yang bikin video porno threesome dengan 2 wanita yang bukan istrinya. 

Saya mendukung keberadaan MUI dan tidak ingin mendiskreditkan MUI. Tapi saya rasa perlu ada perbaikan dari sisi rekruitmen yang ada di tubuh lembaga tersebut sehingga bukan sembarang orang asal-asalan saja bisa menjadi pejabat di MUI.

Dari dulu MUI memang kerap disorot karena mengeluarkan fatwa yang aneh-aneh seperti haram melakukan golput, haram mengucapkan selamat hari raya kepada agama lain, fatwa sesat kepada beberapa aliran tertentu sehingga memprovokasi masyarakat untuk main hakim sendiri (misal fatwa sesat yang ditimpakan pada aliran Ahmadiyah telah memicu serangkaian kekerasan pada kelompok Ahmadiyah).

MUI juga pernah keluarkan fatwa haram melakukan yoga karena berasal dari Hindu India, haram selfie bagi wanita bersuami, haram wanita memakai pakaian ketat (MUI Aceh), haram wanita ngangkang saat naik sepeda motor (MUI Aceh) dan sebagainya. MUI juga mengusulkan agar semua produk harus ada sertifikasi halalnya termasuk sepatu, baju, celana dan lain-lain (kalo celana nyolong milik tetangga jelas tidak bakal dapat sertifikasi halal dari MUI). MUI juga pernah keluarkan sertifikasi halal untuk hijab dan makanan kucing (emang ada hijab dari bahan kulit babi atau kucing yang jadi mualaf ya?)

Bahkan tokoh sekelas KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pernah mengusulkan pembubaran MUI karena dianggap suka mengada-ada. KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) juga pernah heran dan mengatakan : “MUI itu sebenarnya makhluk apa? Enggak pernah dijelaskan. Tiba-tiba dijadikan lembaga fatwa, aneh sekali,”

Bukan rahasia lagi bahwa MUI sudah banyak disusupi oleh kelompok Wahabi.Tidak hanya MUI, beberapa lembaga fatwa di luar negeri yang juga sudah disusupi Wahabi juga pernah mengeluarkan fatwa yang tidak kalah anehnya seperti :

1. Fatwa halal bersetubuh dengan mayat istri. Kepala Riset Fiqih Maroko mengeluarkan fatwa yang memungkinkan pria melakukan hubungan seks dengan istrinya yang sudah meninggal dunia. 

2. Fatwa haram memakan roti berbentuk segitiga. Di Somalia, ulama sekaligus mujahidin Al Shabaab mengeluarkan fatwa yang melarang umat Islam mengkonsumsi sambousak, kue berbentuk segitiga yang diisi dengan daging, keju, atau sayuran karena dianggap mewakili lambang Trinitas dalam agama Kristen.

3. Fatwa haram menikahi anggota partai tertentu. Syaikh Amr Sotouhi, kepala Komite khotbah Islam di Al-Azhar, menerbitkan sebuah fatwa yang melarang seorang ayah menikahkan anak perempuannya dengan anggota Partai Demokrat Nasional yang berkuasa sebelumnya. Fatwa serupa juga dikeluarkan oleh Syaikh Imad Iffat, yang melarang umat Islam memberikan suara untuk partai Mubarak.

4. Fatwa bahwa bumi adalah datar dan matahari beredar mengelilingi bumi. Mufti besar dari Arab Saudi Sheikh Ibnu Baaz mengeluarkan fatwa resmi dan panjang lebar bahwa bumi ini datar seperti piring dan matahari mengelilingi bumi. Segala gambar di televisi dan media adalah konspirasi barat untuk membuat islam tampak konyol. 

5. Fatwa untuk membunuh penulis buku fiksi Salman Rushdie (penulis novel Satanic Verses). Imam Besar Syiah Iran Ayatollah Khomehini, menyerukan fatwa untuk membunuh novelis Salman Rushdie dan fatwa bahwa membaca buku karyanya adalah haram. Fatwa ini menyebabkan kematian bagi seorang penerjemah novel tersebut di Jepang yaitu Hitoshi Iragashi.

6. Fatwa mengharamkan gaya Tomboy. Majelis ulama Malaysia mengeluarkan fatwa haram bagi wanita muslim bergaya tomboy, menggunakan celana panjang, dan segala hal yang tidak feminin. 

7. Fatwa membunuh tikus. Muhammad Al Munajid adalah seorang ulama besar dan menjadi duta besar Arab Saudi untuk Amerika. Dia mengatakan bahwa tikus adalah prajurit setan, maka tikus harus dibunuh.  

8. Fatwa haram mengutuk dan menghujat ISIS yang dikeluarkan oleh Imam Besar FPI Dr. Muhammad Rizieq bin Hussein Syihab, Lc.MA.DPMSS. Padahal kelompok teroris ini pernah penggal anak usia 4 tahun dan perkosa anak usia 8 tahun tapi kok kita haram mengutuk perbuatan bejad dan biadab itu ya? Ga mudeng aku....

Saya tahu pasti banyak yang kejang-kejang kalo baca tulisan ini dan langsung akan menuding saya sebagai penghina dan musuh Islam. Silakan berdiskusi tapi pakailah otak jangan pakai dengkul. Sama seperti Gus Dur dan Gus Mus, saya merasa umat kita sekarang ini sedang sakit dan saya melakukan kritik untuk kembali menyadarkan akal sehat dan hati nurani kalian. 

Orang sakit tidak akan pernah sembuh jika tidak menyadari bahwa dirinya sedang sakit. Apa yang saya sampaikan ini adalah obat bukan racun. Tapi bagi yang sudah terbiasa minum racun maka sebaik apapun obat yang diberikan pasti tidak akan diterima.

Wassalam......

[muhammad zazuli]

Untung Ada Nusron Wahid


DUNIA HAWA - Sejak lama agenda untuk memecah belah Indonesia sudah dilakukan oleh kelompok kelompok yang ingin menguasai negeri ini..

Isu itu semakin kencang pada era pemerintahan Jokowi ini, dimana banyak yang kecewa berat ketika Jokowi membelokkan ekonomi yang dulu berkiblat ke barat, sekarang lebih condong ke timur. Mereka yang dulu berpesta-pora menggunakan model kapitalis harus mulai menahan ujung dompetnya ketika Indonesia mengarah ke sosialis.

Karena itu, untuk menghambat laju perekonomian negara kita yang diramal kedepannya akan memimpin ASEAN, maka dihembuskanlah berbagai isu mulai rasial, PKI sampai agama. Ini barang dagangan yang cepat laku di Indonesia. Yang rasial dibakar dgn api kecemburuan, PKI dengan ketakutan dan agama dibungkus dengan kefanatikan.

Bergaungnya masalah surat Al Maidah 51 untuk menghambat Ahok sebagai Gubernur DKI, sejatinya diharapkan mempunyai skala yang lebih luas. Ahok hanya sebagai jembatan saja, tapi yang diincar adalah kerukunan umat beragama di Indonesia.

Situasi yang terjadi menguji hubungan antar agama di Indonesia. Seakan-akan dengan bekal ayat ayat Al-quran yang menjadi pegangan mayoritas penduduk Indonesia, membuat agama lain tidak berhak untuk memimpin negara ini.

Jelas ini berbahaya, bisa memantik kecemburuan di beberapa wilayah dimana umat muslim menjadi minoritas. Mereka yang beragama Kristen, Hindu dan Budha yang dulu kakek dan neneknya berjuang menumpahkan darah untuk kemerdekaan ini, akan merasa dirampas haknya sebagai warga negara.

Dan ketika ayat ayat Alquran dipaksakan sebagai sistem hukum di negara yang berbasiskan Pancasila, jelas kacau adanya. Negara mau dikembalikan pada situasi saat ada piagam Jakarta sebelum dicabut, bahwa negara kita berdasarkan syariat Islam.

Lihat saja pergerakan mereka.. Cara mereka memainkan isu yang membakar melalui media online dan media sosial. Edit, pelintir dan sebarkan untuk menggiring persepsi orang, memancing sumbu pendek yang anunya buntet keluar kandang.

Untung ada Nusron..


Meski banyak cendekiawan muslim yang turun memberikan pengetahuan bahwa Al Maidah 51 itu sejatinya bukan untuk politik, tapi suara mereka, tulisan mereka nyaris tak terdengar ditengah riuhnya suara mencaci dari umat di seberang jendela yang persis seperti kumpulan ayam menjelang jam makan. Berisik...

Nusron Wahid tidak menyia-nyiakan panggung yang diberikan kepadanya di acara tv nasional, ia langsung membantai, membanting, menghajar, menabok, mencubit, mengkilikitik, menowel ( makin lama kok makin feminin ya? ), pola pikir barbar yang ditanamkan oleh mereka yang sok berperilaku ulama tapi otak dangkal.

Dengan suara menggelegar, ia berkata keras, tegas dan pedas. Membuka ruang ruang di akal mereka yang muslim dan toleran. Mereka ini yang jumlahnya jauh lebih banyak daripada si bebal bergincu tebal. Mereka hanya ingin diyakinkan bahwa Islam adalah rahmat bagi semesta alam.

Begitu juga dengan agama lain..


Mereka melihat Nusron sebagai wajah Islam yang sesungguhnya, bukan Islam berpunuk onta. Mereka lega bahwa Nusron menjadi perwakilan dari Nahdlatul Ulama yang masih menjadi organisasi muslim terbesar di nusantara.

Dengan pernyataan Nusron, mereka memahami bahwa Indonesia masih layak diperjuangkan, bukan karena siapa yang paling mayoritas agamanya tetapi karena ini adalah tanah kita bersama..

Nusron malam itu seperti kopi pahit bagi si rasis berotak dangkal, tapi manis ketika diseruput seluruh bangsa Indonesia tanpa mengenal ras dan agama..

Tabayyun Tameng Para Munafik


Melihat Nusron Wahid di acara ILC tadi malam saya sungguh bangga..



Di balik orang orang yang mempolitisasi surat Al Maidah 51, Nusron Wahid menghajar pemikiran mereka dengan keras, mengembalikan apa yang selama ini mereka selalu gaungkan yaitu tabayyun, atau cek dan ricek dengan berprasangka baik..

Memang lucu orang orang itu..


Jika ada yang menyerang mereka, mereka selalu berteriak "Tabayyun woi, tidak boleh berprasangka jelek.." Tapi kenapa ini tidak berlaku kepada mereka sendiri yang asyik menafsirkan apa yang Ahok ucapkan pada saat ia berpidato di kepulauan seribu?

Mereka, mulai dari MUI, Ahmad Dhani sampai Din Syamsudin - duh pak Din kenapa jadi begini? - dengan mudahnya menafsirkan apa yang diucapkan Ahok dengan penafsirannya sendiri tanpa mau bersusah payah bertanya kepada Ahok apa maksud dia mengatakan tentang surat Al Maidah 51 itu?

Bahkan orang yang dituduh memplintir video Ahok si Buni Yani pun mengalami kegagalan berfikir. Dia meminta orang orang tidak berprasangka buruk dengannya terhadap kasus video itu, tapi ketika dia mengedit dan menyebarkan video itu dia sudah berprasangka buruk kepada Ahok.

Ketika akhirnya ia yang diserang, senjata "Tabayyun" itu pun dipakai sebagai tameng, perlindungan utama daripada masuk penjara?

Hajaran Nusron Wahid dengan suaranya yang terbiasa menggelegar, seharusnya membuka ruang ruang sempit dari sudut gelap otak otak mereka yang sudah tertutup kebencian berkarat.

Entah bagaimana cahaya bisa masuk jika tidak ada sedikitpun lubang yang mereka buka sekedar untuk menerima kebenaran yang disampaikan, karena selama ini mereka mengisinya dengan pembenaran versi mereka.

Orang bilang "memang lidah tak bertulang" menunjukkan bahwa siapapun bisa berbicara sesuai dengan apa yang ia ingin sampaikan. Tapi lidah digerakkan oleh hati. Ketika hati busuk, maka lidahpun mengeluarkan suara busuk pula.

Apakah mereka yang disentil oleh Nusron Wahid itu mau sedikit membuka hati bahwa apa yang diucapkan Nusron benar adanya?

Ah, bahkan Imam Ali as pun memperingatkan akan bahayanya kemunafikan...

"Dan aku ingatkan kalian tentang orang-orang munafik..


Hati mereka berpenyakit, walau wajah mereka tampak bersih. Mereka bicara obat, padahal perbuatan mereka tak ubahnya penyakit yang tak mungkin disembuhkan.

Mereka lantunkan pujian terhadap sesama mereka. Mereka berharap balasan dari sesama mereka. Bila meminta sesuatu mereka ngotot. Jika memarahi orang, mereka mempermalukannya. Jika memutuskan, mereka berlebihan.

Untuk setiap kebenaran, mereka siapkan jalan sesatnya. Untuk setiap yang lurus disiapkan pembengkoknya. Kalau bicara, mereka ciptakan keraguan. Bila menggambarkan sesuatu, mereka berlebihan. Mula-mula mereka sodorkan jalan lapang, namun setelah itu, mereka sempitkan jalan itu.."

Semoga saya tidak dimasukkan dalam golongan orang munafik.


Kopi tiga rebuan ya saya bilang tiga rebuan. Tidak perlu saya selfie kemudian di upload dengan tagline "Ketika sedang di Starbucks." tapi tidak sengaja di latar belakang tertangkap nama warkopnya, "Warung Kopi Matalupicek, besok gratis sekarang bayar".

Besoknya kapannn ? Wong tiap saya ngopi pemilik warkop bilangnya sekarang...

[denny siregar.]

Tulisan Yang Menampar Keras MUI Terkait Al Maidah 51


DUNIA HAWA - Jelang Pilkada DKI Isu QS Almaidah 51 seperti sengaja dihembuskan untuk menjegal petahana Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Mengapa seperti terlihat sengaja, buktinya PKS bisa mengusung non muslim sebagai walikota Ambon pada pilkada mendatang. Dan PKS juga yang mengusung petahana yang nota bene non muslim sebagai walikota solo.

Untuk mencerahkan di sini dikutip tulisan Hasanudin Abdurakhman, PhD (sahabat dekat Anies Baswedan) dari halaman Web miliknya "Kang Hasan".

Berikut tulisan Hasanudin Abdurakhman, PhD yang sangat menohok siapapun yang membacanya:



“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”

Ayat di atas sedang populer sekarang. 

Ayat itu selalu populer menjelang pemilu. 

Dalam hal pilkada DKI yang salah satu calon kuatnya adalah Nasrani, ayat ini menjadi semakin kuat bergema. Tapi apakah ayat ini soal pemilu? Apakah ini ayat soal pemilihan gubernur? Menurut saya bukan. Sejarah Islam tidak pernah mengenal adanya pemilihan umum. Juga tak pernah ada pemilihan gubernur atau kepala daerah. 

Satu-satunya pemilihan yang pernah terjadi adalah pemilihan khalifah. Itu pun hanya 5 kali, dan hanya melibatkan sekelompok orang yang tinggal di Madinah. Gubernur khususnya adalah pejabat yang ditunjuk oleh khalifah. Tidak pernah dipilih.

Jadi ayat ini tentang apa? Wali atau awliya itu soal pemimpin wilayah atau daerahkah? Bukan. Bagaimana mungkin ada ayat yang mengatur tentang pemilihan pemimpin, padahal pemilihan itu tidak pernah terjadi?

Jadi, apa yang dimaksud? Apa makna wali atau awliya? Wali artinya pelindung, atau sekutu. Ketika Nabi ditekan di Mekah, beliau menyuruh kaum muslimin hijrah ke Habasyah (Ethopia). Rajanya seorang Nasrani, menerima orang-orang yang hijrah itu, melindungi mereka dari kejaran Quraisy Mekah. Inilah yang disebut wali, orang yang melindungi. Kejadian ini direkam dalam surat Al-Maidah juga, ayat 81.

Adapun ayat 51 yang melarang orang menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai pelindung itu adalah soal persekutuan dalam perang. Tidak ada sama sekali kaitannya dengan pemilihan pemimpin. Ini sudah pernah saya bahas, dan dibahas banyak orang.

Pagi ini, bangun tidur saya menyaksikan berita pilu. 

Orang-orang Arab dari Syiria dan Irak masih terus mengungsi. Ke mana? Ke Eropa. Siapa orang-orang Eropa itu? Muslimkah mereka? Sebagian besar tidak. 

Kebanyakan dari mereka, orang-orang Eropa itu, adalah Nasrani, atau ateis (musyrik). Tapi kini mereka menjadi pelindung bagi orang-orang muslim, persis seperti ketika kaum muslim hijrah ke Habasyah. 

Jadi, cobalah orang-orang yang rajin melafalkan ayat Al-Maidah 51 itu berkhotbah kepada para pengungsi itu. Katakan kepada mereka bahwa meminta perlindungan kepada Nasrani, menjadikan mereka wali atau awliya itu haram hukumnya. Bisakah?

Ironisnya, dari siapa mereka lari? Dari kaum kafir? Bukan.

Mereka lari karena ditindas oleh pemimpin-pemimpin mereka sendiri, kaum muslim. Kaum muslim yang berebut kekuasaan.

Utamanya Sunni melawan Syiah. Tahukah Anda bahwa bibit konflik Sunni-Syiah itu sudah terbentuk sejak Rasul wafat? 

Ketika orang-orang mulai kasak kusuk untuk mencari siapa yang akan jadi khalifah, padahal jenazah Rasul belum lagi diurus. Permusuhan itu abadi, mengalirkan darah jutaan kaum muslimin sepanjang sejarah ribuan tahun, kekal hingga kini.

Tidakkah kita sebagai kaum muslim malu ketika saudara-saudara kita dizalimi oleh saudara kita yang lain, mereka meminta perlindungan kepada kaum Nasrani dan kafir? Tapi pada saat yang sama mulut kita fasih mengucap ayat-ayat yang memusuhi orang-orang Nasrani, memelihara permusuhan kepada mereka.

Ingatlah, musuh abadi kita sebenarnya bukan Yahudi dan Nasrani, melainkan rasa permusuhan itu sendiri. Rasa permusuhan itulah yang telah mengalirkan banyak darah kaum muslimin, mengalir menjadi kubangan darah sesama saudara. Sesama saudara pun bisa saling berbunuhan kalau ada permusuhan di antara mereka. Kenapa mereka berbunuhan? Politik. Perebutan kekuasaan.

Itulah yang sedang dilakukan banyak orang dengan Al-Maidah ayat 51. Berebut kekuasaan politik dengan mengobarkan permusuhan. Mereka sedang mengabadikan kebodohan yang sudah berlangsung 15 abad. Anda mau menjadi bagian dari kebodohan itu? Saya tidak. Karena saya tidak mau menjadi pengungsi seperti orang-orang Irak dan Syiria itu.


Tulisan ini apakah bisa dijawab MUI yang tegas berpatokan Almaidah 51 menjadi dasar dalam memilih pemimpin? Bagaimana dengan para pengungsi suriah yang terusir dari pemimpinnya sendiri dan berlindung kepada negara kafir?? Apalagi dalam dialog yang di pandu oleh bung karni Ilyas,  Tengku Zulkarnain (Wasekjen MUI Pusat) menambahkan, ” untuk kejadian melecehkan Alquran kalau hukum islam, Ahok Harus dihukum mati, dipotong kaki dan tangannya atau minimal di usir dari Indonesia. ”. Bagaimana dengan hukum islam buat para pembunuh, pemerkosa, penjudi, pencuri, perampok, korupsi, berzinah, fitnah  dan lain sebagainya????

[dh©]


Tamparan Keras Cak Nun Soal Al-Maidah 51

Cak Nun : "Yang Bilang Gubernur Itu Pemimpin, Siapa..?!"



DUNIA HAWA - Meski Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) telah meminta maaf secara terbuka, kontroversi soal surat Al-Maidah 51 belum tamat. 

Pasalnya, penanganan pelaporan dari sejumlah ormas tentang dugaan penghinaan Agama di Bareskrim tetap berlanjut.

Seperti diketahui, surat Al-Maidah ayat 51 yang disebut Ahok diyakini sebagian orang sebagai ayat penolakan terhadap pemimpin kafir. Namun menurut Prof. Quraish Shihab, tafsir ayat itu tidak sesederhana itu. Tafsir kata ‘awliya’ dalam ayat itu saja tidak sebatas pemimpin.

Berbicara soal pemimpin kafir, di kesempatan berbeda, budayawan senior Emha Aiun Najib tidak setuju jika kafir dan Muslimnya seseorang dinilai seperti benda mati.

“Status Muslim dan kafir itu dinamis (pada setiap orang), tidak bisa dinilai dengan ukuran statis,” kata pria yang akrab disapa Cak Nun ini sembari menegaskan bahwa pendapatnya tidak ada kaitannya dengan Gubernur Ahok.

Pandangan alternatif pria kelahiran Jombang ini mengingatkan juga pada hadist Nabi Saw yang bersabda: “Tidak termasuk orang yang beriman, siapa saja yang kenyang sedangkan tetangganya dalam keadaan lapar.” (HR. Bukhari)

Selain itu, lanjut Cak Nun, Muslim atau kafir tidak berdiri sendiri.

Kafir kepada siapa? Jika ia kafir dalam arti membangkang atau ingkar pada perintah Iblis, berarti sejatinya ia beriman pada Allah. Sebaliknya, jika ia berserah diri pada rayuan Iblis maka ia sejatinya orang yang ‘Muslim’ pada Iblis.

“Hukum tidak mengadili manusia, tapi yang diadili adalah perbuatannya,” kata penulis buku ‘Slilit Sang Kiayi’ ini menjelaskan filosofi hukum.

Karena itu, menghakimi seseorang bahwa ia Muslim dan kafir bukan dilihat dari identitasnya, tapi perbuatannya. Jadi orang yang sekarang disebut Muslim bisa kafir kapan saja.

“Toh Anda tidak bersyukur aja tergolong kufur ko,” katanya sambil menjelaskan ragam tingkatan kufur.

Jika kita ditinjau dari hadist-hadist Nabi, kekafiran itu identik dengan moral seseorang. Bukhari misalnya meriwayatkan, “Tidaklah beriman seorang pezina ketika ia sedang berzina. Tidaklah beriman seorang peminum khamar ketika ia sedang meminum khamar. Tidaklah beriman seorang pencuri ketika ia sedang mencuri.”

Cak Nun juga menyampaikan kritik soal dikotomi pemimpin kafir tapi adil dan pemimpin Muslim tapi dzalim. Pertama, keduanya bukanlah kriteria pemimpin. Muslim tapi dzalim tidak memenuhi kriteria kepemimpinan, sedemikian sehingga tidak bisa disebut pemimpin.

“Ini bertentangan satu sama lain. Ini kesalahan substantif dalam berfikir”

Cak Nun lalu mempertanyakan bagaimana mungkin ada Muslim tapi disebut dzalim. Baginya, jika dikaji makna substantifnya, kalau dzalim pasti bukan Muslim. “Gula ko pahit?,” katanya memberikan analogi.

Tidak berbeda dengan pernyataan tentang kafir itu adil. Kekufuran itu, kata Cak Nun, bahkan merupakan puncak ketidakadilan.

[ dh©]

Yusuf Mansur Sentil Nusron Wahid dan Ini Jawaban Nusron

Yusuf Mansur : “Jangan Ditiru Melotot-melotot ke Ulama” ?



DUNIA HAWA – Ustad kondang Yusuf Mansur mengungkapkan kesedihannya terkait pernyataan eks Ketua Timses Ahok, Nusron Wahid. Di sebuah acara debat yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta Indonesia, Nusron Wahid dengan lantang membela cagubnya.

Nusron Wahid membela Ahok terkait keputusan MUI yang menyatakan bahwa Ahok telah menghina Islam dan ulama. Atas sikap Kepala BNP2TKI itulah, Yusuf Mansur merasa sedih dan mengungkapkan kesedihannya di akun instagram yusufmansurnew.

Yusuf Mansur mengingatkan kepada anak-anak Indonesia dan para remaja supaya tidak melotot-melotot pada ke ulama. Dia menyebut sesalah-salahnya ulama itu sebenar-benarnya kita. Yusuf Mansur mmengatakan supaya tidak meniru yang suka memaki orang, yang suka bilang orang bodoh ataupun tolol.

Ustad Yusuf Mansur mendoakan pak Haji Nusron Wahid supaya tidak amarah, apalagi sampai penuh amarah. Yusuf Mansur juga mengajak semua mendoakan Nusron Wahid supaya tidak arogan dan menghargai ulama serta para guru.


Yusuf Mansur menjelaskan dari dari guru dan para ulama yang membuat Nusron Wahid bisa membaca Ayat Suci. Dia bertanya kalau bukan dari guru dan ulama yang terus bersambung kepada Rasul darimana beliau dan kita bisa tahu baca dan paham makna ayat demi ayat ?

Di akun instagram tersebut Ustad Yusuf Mansur juga menuturkan supaya saling meluruskan dan menasihati, tapi hangan sampai saling meledek, bertikai, merendahkan atau tidak menganggap satu sama lain. Menurutnya yang terpenting adalah saling mendoakan dan jangan membiarkan saling berantem.

Ustad Yusuf Mansur secara pribadi banyak-banyak minta didoakan supaya  bertambah lagi pelajaran untuknya. Untuk menghargai orang-orang tua, terlebih para guru dan ulama. Supaya tidak meningggikan suara dihadapan ulama terlebih disaksikan jutaan orang yang nantinya akan jadi value tersendiri.

Di postingan tersebut Yusuf Mansur juga mengingatkan jika berdebat dengan ulama maka kita sendiri yang hancur. Kalau bahasa yang biasa digunakan adalah kualat.

Dituding Melototin Ulama, Begini Jawaban Telak Nusron Wahid pada Yusuf Mansur.


Nusron Wahid merespons pernyataan ustadz Yusuf Mansur yang mengingatkan agar anak Indonesia tidak bersikap kurang ajar terhadap ulama. Nusron menuturkan dirinya tak pernah melotot kepada para ulama, namun memang begitu gayanya dalam berdiskusi.

"Maturnuwun ustadz Yusuf Mansur. Saya tidak melotot-melotot kepada ulama. Kalau saya ngomong ya memang begini. Saya orangnya begini ini. Saya menghormati ulama, ilmu dan kealiman," kata Nusron.


"Saya selalu tawadhu dengan para kyai, ulama, dan guru-guru. Apalagi kyai dan guru yang telah memberikan sanad dan ijazah ilmu kepada saya. Apa yang saya katakan semua dari beliau-beliau," sambung Korbid Pemenangan Pemilu DPP Golkar ini.

Nusron lantas menuturkan dirinya tak bermaksud melotot kepada ulama. Ia hanya mengungkapkan kemarahannya terhadap situasi saat ini, saat pernyataan Ahok soal surat Al Maidah ayat 51 jadi polemik.

"Tapi ya memang beginilah saya dilahirkan dengan wajah seperti ini. Kalau ngomong kelihatan melotot. Tidak ganteng seperti antum. Ya inilah saya memang marah melihat keadaan NKRI yang terganggu dengan pemahaman ayat yang sempit. Sebagaimana kyai dan guru-guru saya juga marah. Semoga antum mahfum. Sebagian kyai dan guru-guru saya juga marah Indonesia diganggu seperti ini," katanya.

[beritateratas/newsth]

Apa Isi Berkas Pledoi Jessica Wongso Hingga 3.000 Halaman?


DUNIA HAWA – Sidang Jessica Wongso atas kasus kematian Mirna Salihin kembali digelar hari ini Rabu 12 Oktober 2016 di PN Jakarta Pusat. Agenda sidang adalah pembacaan pedoi atau pembelaan dari kubu Jessica.

Untuk membela diri dan mendapatkan vonis bebas, Jessica Wongso dan kuasa hukumnya telah menyiapkan pledoi setebal 3000 halaman. Pleodi itu telah disusun oleh kuasa hukumnya, sementara Jessica sendiri juga akan menyampaikan pledoi pribadinya.

Kuasa hukum Jessica Wongso, Yudi Wibowo mengatakan selama ini jaksa mengungkap fakta hukum palsu. Itulah sebabnya pihaknya akan membacakan 3000 halaman pledoi. Semantara ketua tim pengacara Jessica, Otto Hasibuan menyebut kliennya akan membacakan pembelaannya secara pribadi.

Yang menjadi pertanyaan berkas setebal itu apa saja isinya ? isi dari berkas pledoi Jessica Wongso adalah bantahan terhadap tuduhan jaksa. Tuduhan yang dimaksud termasuk Jessica yang disebut menaruh sianida 5 gram ke kopi Mirna.

Berka pembelaan itu juga berisi penjelasan tanda-tanda kematian Mirna Salihin yangd isebut jaksa karena racun sianida. Kuasa hukum Jessica Wongso telah mengantongi senjata yang akan digunakan pada nota pembelaan yakni mengenai jasal Mirna Salihin yang tidakdilakukan autopsi.

Otto mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan diskusi dengan ahli patologi di Indonesia, Singapura, Australia dan London. Hasil diskusi semua sama, untuk memastikan adanya pembunuhan maka jasad korban harus diautopsi.

Bahkan Otto menyebut dikampungnya yakni di Siantar kalau ada pembunuhan harus dilakukan autopsi. Menurut Otto, tidak adanya proses autopsi adalah celah untuk Jessica Wongso bebas dari tuntutan jaksa.

Otto menyebut timnya menyatakan akan membuat peldoi satu halaman sudah cukupp karena tidak ada autopsi yang artinya tidak ada pembunuhan. Dibuatnya pledoi dengan 3000 halaman tersebut menurut Otto untuk menghargai proses sidang.

Kubu Jessica Wongso siap membacakan pembelaan, sementara kubu JPU siap maju terus dan pantang mundur. Penuntut umum siap untuk menghadapi semua pembelaan yang disampaikan Jessica pada sidang hari ini.

Jessica Wongso Tulis Pembelaan Khusus, Pengacara Siap Ungkap Tak Ada Sianida Ditubuh Mirna Salihin


Ketua tim dan kuasa hukum dari terdakwa pembunuhan dangan racun sianida Otto Hasibuan memiliki sebuah rencana untuk kliennya. Dalam persidangan dirinya dan tim akan membuktikan bahwa meninggalnya Mirna bukan karena sianida dalam kopi.

Pihaknya juga menyebutkan kasus kematian dari Mirna tak ada unsur mencelakai atau membunuh. Ia percaya bahwa tak ada sianida dalam tubuh Mirna dan hal ini juga tak dapat dibawa keranah hukum.

Sidang yang digelar beragendakan pembacaan nota pembelaan dari pihak Jessica Wongso. Otto memberikan penjelasan tentang pledoi yang dibacakan oleh kliennya saat persidangan.

Bukan hanya Jessica namun tim kuasa hukum juga membacakan pembelaan secara langsung di hadapan Majleis dan JPU. Namun Jessica membacakan terlebih dahulu pledoi yang ia ajukan kepada Majelis.

Otto mengungkapkan bahwa pledoi dibacakan oleh kliennya dibuat sendiri, karena memang ia mempunyai pembelaan sendiri. Sementara kuasa hukum membacakan nota pembelaan setelah Jessica Wongso, dan isinya berbeda dengan kliennya.

Kuasa hukum Jessica menambahkan bahwa pembelaan yang telah dibuat dalam sidang berisikan curahan hatinya. Perasaanya selama ini dan isi hati dari tersangka dapat ditulis dan dijadikan nota pembelaan.

Sedang untuk kuasa hukum membacakan pledoi berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia. Selain memberikan penjelasan tentang pembacaan pledoi Otto juga memberikan gambaran bagaimana keadaan kliennya setelah mengalami sakit mata.

Jessica : "Saya Disebut Pembunuh Berdarah Dingin, Mirna Tau Saya Tidak Merancuninya"


Kasus Jessica Wongso saat ini sudah melalui babak pembacaan atas nota pembelaan. Jessica telah membacakan pledoinya dengan tangisan dan cucuran air mata saat di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Terdakwa mengungkapkan beberapa pengalaman terberatnya saat harus menjalani proses hukum yang berat dan panjang. Salah satunya adalah saat melakukan reka ulang di Cafe Olivier tempat Wayan Mirna Salihin meregang nyawa.

“Apapun tujuannya, berhasil mengintimidasi saya dengan berbaju tahanan saya mendapakan tetapan sinis terutama dari pegawai Cafe Olivier,” ungkap Jessica sambil menitihkan airmatanya.

Namun yang paling berat dilalui adalah saat harus melihat bahwa keluarga sahabatnya memberikan tatapan kepadanya. Saat melakukan rekontruksi Jessica Wongso mengaku harus berdoa agar mendapatkan jalan keluar atas permasalahan yang menyangkutkan namanya.

Penderitaannya tak selesai sampai tatap yang diberikan publik mengenai sosok Jessica. Yang paling parah datang dari hujatan yang menyebutkan bermacam kata kasar untuk kejadian racun sianida dalam es kopi Vietnam.

“Saya dihujat pengunjung mal sebagai pembunuh berdarah dingin,” tambah Jessica saat membacakan pembelaan. “Saya tak peduli dengan kondisi sel saya karena tak sebanding dengan kepedihan batin saya,” tandas Jessica.

Selain itu Mirna Selihin juga disebut oleh terdakwa kasus kopi maut ini sebagai sosok sahabat yang baik. “Mirna itu teman saya. Dia akan tetap hidup di hati saya. Dia tahu saya tidak meracuninya,” tambah Jessica Wongso.

Nampaknya Jessica memberikan pendapatnya sendiri tentang pengadilan yang mengadilinya. Ia mengatakan bahwa pengadilan menghakiminya sebagai pembunuh dari Mirna Salihin dengan cara menaburkan racun.

“Saya bersumpah karena saya bukan pembunuh,” tambah Jessica. Ia juga memberikan harapan besar agar majelis hakim dapat memberikan keputusan yang adil dalam kasus tewasnya Wayan Mirna Salihin pada awal tahun ini.

Jessica Wongso sendiri dituntun kurungan penjara selama 20 tahun atas dakwaan pembunuhan berencana. Jaksa memberikan lima hal yang memberatkan Jessica tanpa ada hal yang meringankannya.

[newsth]

Khasiat Tanaman Mahkota Dewa


Tanaman Obat yang ini mungkin sudah akrab terdengar di telinga Anda. Mahkota dewa memang tanaman yang memilik banyak manfaat untuk mengatasi berbagai penyakit kanker, diabetes, hepatitis,

Tingkatkan Imunitas Bayi dengan Konsumsi Ikan


DUNIA HAWA - Konsumsi ikan sangat disarankan oleh ahli gizi karena mengandung nutrisi yang penting untuk perkembangan otak. Bahkan pemberian ikan tidak saja dikhususkan pada makanan pendamping ASI melainkan pemberiannya dapat dimulai sejak bayi di dalam kandungan hingga pertumbuhan dewasa. Kandungan yang sangat bermanfaat adalah omega 3 asam lemak yang terkandung di dalam ikan, salah satunya untuk meningkatkan imunitas bayi.

Imunitas bayi dapat diperoleh secara alami dari air susu ibu akan tetapi untuk memberikan imunitas tambahan pada bayi yang sudah memasuki usia 6 bulan maka anda dapat memberikan beberapa nutrisi tambahan yang bermanfaat memberikan imunitas pada bayi. Dengan pemberian imunitas tambahan diharapkan dapat membantu bayi anda untuk menurunkan resiko terkena gangguan atau penurunan sistem imun yang mengakibatkan kondisi bayi menjadi buruk. Penurunan imun dapat disebabkan faktor lingkungan, cuaca yang tidak menentu, atau beberapa kondisi lain seperti infeksi virus.

Pentingnya dalam pemilihan variasi makanan tidak saja ditujukan untuk menambah nafsu makan pada bayi melainkan juga dapat membantu anda dalam menjaga imunitas tubuh bayi, salah satu makanan yang dapat meningkatkan imunitas bayi adalah ikan. Ikan kaya akan kandungan DHA dan EPA yang bermanfaat dalam mencegah penyakit dan juga menurunkan resiko peradangan pada bayi. Pernyataan bahwa ikan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Kandungan nutrisi yang terdapat pada ikan yaitu DHA tisak selalu dapat mengurangi respon imunitas saja akan tetapi dalam keseluruhan untuk menurunkan resiko peradangan.

Tidak saja daging dari ikan saja akan tetapi minyak ikan berpengaruh besar dalam meningkatkan kekebalan tubuh yang dapat menguntungkan bayi anda.Minyak ikan akan meningkatkan aktivitas sel B dan juga produksi antibodi yang berhubungan dalam membantu respon imun dengan bantuan patogen sehingga memungkinkan meredam totalitas dan juga respon inflamasi. Dalam memilih ikan yang memberikan manfaat yang terbaik anda dapat memilih ikan yang berasal dari ikan tawar maupun ikan laut yang tidak mengandung merkuri. Kandungan merkuri yang tinggi dapat mengganggu kesehatan bayi, sehingga pemilihan ikan laut yang tepat seperti salmon yang rendah kalori sangat aman untuk dikonsumsi oleh bayi. Hindari pemberian kerang terlebih dahulu karena kandungan merkuri lebih beresiko tinggi mengganggu kesehatan bayi anda.

Pada dasarnya pemberian ikan dapat diberikan sejak bayi anda pertama kali diberikan MPASI akan tetapi sebaiknya pemberiannya bertahap. Hal ini untuk menghindari alergi makanan pada bayi dan dapat dideteksi dengan tepat oleh anda. Pemberian ikan pada bayi dapat anda variasikan dengan sayuran sehingga tidak membuat bayi anda bosan. Dengan demikian bagi anda yang akan memberikan MPASI, variasikan jenis bahan yang akan digunakan sehingga membuat bayi anda tidak bosan. Hal terpenting adalah perhatikan asupan makanan bergizi pada bayi anda termasuk pemberian ikan yang dapat meningkatkan sistem imunitas bayi. Kandungan DHA yang terdapat di dalam susu formula yang mengandung minyak ikan akan membantu meningkatkan kadar protein sehingga membantu fungsi kekebalan tubuh dibanding balita yang hanya minum susu sapi saja.

[dh©]

Jus Buah dan Sayur untuk Menghilangkan Jerawat


DUNIA HAWA - Kalau jerawat mulai muncul, segera atasi. Banyak cara mudah yang bisa kita coba. mulai dari bikin masker sendiri hingga menghindari makanan yang berlemak. Selain perawatan dari luar, ada baiknya kita juga mengatasi jerawat dari dalam, seperti minum jus buah dan sayur. Jus apa ya, yang ampuh untuk menghilangkan jerawat?

Apel dan Blueberry


Bukan rahasia lagi kalau vitamin C itu ampuh untuk mengusir jerawat. Nah, gabungan buah apel dan blueberry pastinya bakal bisa mengusir benjolan merah ini dari wajah. Soalnya, kedua jenis buah ini punya kandungan vitamin C tinggi yang berfungsi sebagai antioksidan. Mulai sekarang, yuk mulai rajin minum jus apel dan blueberry.

Mentimun dan Lemon


Apel dan blueberry saja ampuh mengusir jerawat, apalagi lemon yang punya kandungan vitamin C yang lebih tinggi. Tapi, kalau cuma mengonsumsi lemon saja, tentu asam banget! Karena itu, campurkan dengan mentimun. Jangan salah, kulit dan buah mentimun mengandung silika yang baik untuk kesehatan kulit. Cukup campurkan dua buah mentimun beserta kulit dengan perasan dua buah lemon, jus pun enak disantap.

Air Kelapa dan Blewah


Selain vitamin C, zat yang baik untuk menyembuhkan peradangan jerawat adalah vitamin A. Nah, jenis vitamin ini bisa kita temukan di blewah. Sementara itu, air kelapa punya banyak kandungan yang berfungsi menjaga kesehatan kulit, membersihkan racun dan menyembuhkan banyak penyakit. Mulai dari zat natrium, sulfur, magnesium sampai mineral potassium, terdapat dalam air kelapa.

Melon


Kandungan vitamin A yang tinggi juga bisa kita temui di melon, lho. Bila kita rajin mengonsumsi melon dalam bentuk jus, salad atau dimakan langsung, tentunya bisa terhindar dari jerawat.

Temulawak


Waktu kecil, mungkin kita sering diberi temulawak oleh mama agar nafsu makan kita bertambah. Tapi, tahu nggak, sih? Temulawak ternyata juga bisa menyembuhkan wajah kita dari jerawat, lho! Tinggal cuci bersih temulawak sebesar jari orang dewasa, lalu potong menjadi beberapa bagian. Setelah itu, rebus menggunakan empat gelas air mineral. Setelah rebusan tersebut dingin, campurkan madu secukupnya. Konsumsi minuman ini dua kali sehari sebanyak satu gelas. 

[dh©]