Thursday, October 6, 2016

Apa Kata Mereka Tentang Ahok?


DUNIA HAWA - Berikut ini adalah kutipan komentar dari para tokoh penting dan selebriti Indonesia tentang Ahok :

“Lebih baik Indonesia dipimpin bukan orang Muslim tapi adil, daripada dipimpin orang islam tapi Zalim” (Alwi Shihab)

 “Hanya orang berhati kotor yang tidak bisa menilai kebaikan Ahok” (Yenny Wahid)


“Yang menolak Ahok karena ia Tionghoa adalah orang bodoh” (Ridwan Kamil)


“Mencari Figur Seperti Ahok Tidak Mudah Di Negeri ini, Saya Salah Satu Yang Mengaguminya” (Susi Pudjiastuti)


 “Saya ikuti sepak terjang Ahok ini, meskipun belum kenal secara pribadi, dia sosok petarung yang mungkin sudah putus urat takutnya. Urusan membela duit rakyat dia tak kepalang tanggung pasang badan, meski harus dikeroyok partai-partai di DPRD. Saya tidak pernah meragukan ke-Indonesiaan Ahok. Terobos dia bukan hanya soal korupsi saja, tapi ada nilai – nilai yang lain.” (Buya Syafii Maarif)


 “Saya belum tentu punya nyali seperti beliau (Ahok). Saya termasuk orang berani, tapi enggak punya nyali seperti beliau. Saya menghormati yang punya nyali” (Nusron Wahid)

“Ahok adalah Gubernur terbaik buat Jakarta” (Manuarar Sirait)

“Semalam saya nonton Ahok di Kick Andy, sampai mau nangis lihat Ahok bela rakyat. Dia orangnya tegas, apa adanya. Dia seperti Oase. Saya senang lihat Ahok ceplas ceplos dan tanpa beban. Semoga bisa mimpin Jakarta dengan baik sehat terus. Saya kagum karena AHOK pemimpin yang nyalinya gede dan bicara apa adanya” (Iwan Fals)


. “Saya ucapkan terima kasih, terima kasih, terima kasih, kamsiya. Beliau ini Gubernur yang konsisten antara ucapan dan perbuatan. Cepat sekali mengambil keputusan. Ucapannya tidak sekedar janji Surga” (Tito Karnavian)


“Mencari orang pinter itu banyak, tapi cari orang pinter, jujur, berani sekaligus tegas itu, Sekarang ini saya rasa cuma pak Ahok” (Addie MS)

“Dia bukan pemimpin yang cuma ngasih janji, Dia berhasil bikin gw pengen ikut turun tangan buat memperbaiki Indonesia” (Afgan Syah Reza)

“Bukan karena gue ngefans ya, tapi karena logika politik, enggak ada yang bisa melawan track recordnya. Kecuali ada orang yang bisa punya track record lebih panjang. Dia (Ahok) the best, dia masuk revolusi Slank. Nggak ada lagi yang bisa gantiin.” (Bimbim Slank)


“Kesiapan Pemprov DKI Jakarta dalam mengatasi banjir perlu mendapat apresiasi. Cepat surutnya genangan air menandakan perbaikan drainase telah membuahkan hasil.” (Rano Karno)

“Sikap terbuka Ahok telah membuat Jakarta menjadi lebih transparan. Kerja Ahok juga lebih konkret dan cepat dalam bertindak” (Zazkia Adya Mecca)


Jika mereka saja bisa berkomentar demikian untuk Ahok maka yang cuma bisa tuding n teriak kopar-kapir sudah langsung kelihatan kualitas dan tingkat intelektualitasnya wkwkwkw.....

[dh©]

Berpolitik Secara Dewasa


DUNIA HAWA - Baiklah, saya akan cerita. Sabtu minggu lalu Anies mengontak saya lewat WA. Ini adalah kejadian langka. Sudah sangat lama saya tidak komunikasi langsung dengan dia. Terakhir saat minta endorsement untuk buku saya, Minoritas Muslim di Jepang. Sebelum itu pun kami jarang berkomunikasi, kecuali melalui pertemuan yang dihadiri banyak orang. 

Anies bilang bahwa ia ingin ketemu. "Saya butuh advice," tulisnya. Saya jawab, ok, tetapkan saja waktu dan tempat. Lalu komunikasi kami terputus. Anies belum memberikan kabar lagi soal waktu dan tempat. 

Senin, saat saya sedang makan siang Anies menelepon. Isinya tetap sama. Minta ketemu. Saya bilang, tentukan waktu dan tempatnya, saya akan datang. Sampai saat ini belum ada kabar lanjutan. Saya maklum saja, dia tentu sangat sibuk.


Apa yang sedang saya lakukan? Teman saya sedang menjadi calon gubernur, dia mau minta nasihat saya. Itu sebuah kehormatan. Maka saya akan beri nasihat, sejauh yang saya mampu. Tapi, saya tetap pendukung Ahok. Tidakkah ada konflik kepentingan di situ? Tidak.

Kepentingan saya yang paling tinggi adalah bahwa setiap pemimpin melayani rakyat dengan baik. Tidak peduli dia jagoan saya atau bukan, kalau dia terpilih dan melayani rakyat dengan baik, maka itu kemenangan bagi saya.

Melayani rakyat itu dimulai dengan melakukan kampanye yang baik. Kampanye yang sehat, kampanye yang mendidik. Tentu saja tujuannya agar dipilih, tapi terpilihlah dengan cara terhormat.

Kalau saya diminta nasihat oleh Anies, saya akan sampaikan nasihat soal strategi memenangkan pilkada, dengan cara-cara yang baik. 

Tidak ada konflik di situ. Yang akan bertarung adalah Anies dan Ahok. Mereka berdualah yang akan menentukan mereka menang atau kalah, bukan nasihat saya. Nasihat saya itu hanya sebuah bumbu kecil saja. 

Tapi bukankah saya sering menyerang Anies selama ini? Ya, menyerang titik-titik lemahnya, untuk dia sadari. Biar dia perbaiki. Hal yang sama juga saya lakukan terhadap Ahok. Blunder dia dalam komunikasi sudah sering saya kritik. Maaf, bukan pada pilihan diksi seperti taik dan sebagainya itu. Ada yang lebih substansial, seperti kecenderungan dia untuk segera menyalahkan orang lain. Misalnya dalam kasus pompa air saat banjir dulu.

Jadi, "serangan" saya terhadap Anies selama ini sebenarnya adalah sebuah nasihat, kalau ia sanggup memaknainya. Saya yakin dia sanggup. Itu semua sudah saya lakukan tanpa diminta. 

Pilkada ini adalah salah satu proses penting untuk berdemokrasi. Saya akan memanfaatkannya dengan baik. 

Tapi saya tetap akan pilih Ahok. Karena saya yakin Ahok lebih baik.


[hasanudin abdurakhman, phd]

Gatot Brajamusti Mengakui Pelecehan Sebagai Bagian Dari Ritual


DUNIA HAWA – Gatot Brajamusti kemarin Rabu 5 Oktober 2016 diperiksa tim penyidik Polda Metro Jaya selama 12 jam. AA Gatot diperiksa terkait tuduhan pelecehan yang dilaporkan oleh wanita berinisial CT dan A.

Selain Gatot Brajamusti, sang istri Dewi Aminah juga diperiksa, karena diduga pelecehan dilakukan dengan bantuan sang istri. Pemeriksaan dilakukan di Polda NTB, Kota Mataram.

Gatot Brajamusti dan istrinya diperiksa pukul 13.00 Wita di salah satu ruangan Mapolda NTB. Kasubdit V Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Azhar Nugroho mengatakan dalam pemeriksaan Gatot Brajamusti dicecar 40 pertanyaan oleh penyidik. Namun hanya sebagian saja yang diakui oleh pelaku.

Salah satu yang diakui adalah pelecehan dilakukan terhadap CT dan A adalah bagian dari ritual. Sebelum melakukan aksinya dia menghisab aspat atau sabu lebih dulu di kamar.

Menurut Azhar yang dilakukan Gatot Brajamusti semacam permainan, dia menyebut ada beberapa permainan. Azhar juga mengatakan Dewi Aminah turut berperan dalam aksi pelecehan sang suami.

AA Gatot keluar dari ruang pemeriksaan sekitar pukul 00.45 Wita. Saat keluar ruangan, baik Gatot maupun Dewi Aminah memilih untuk bungkam.

Azhar menuturkan keduanya saat ini masih berstatus saksi. Pemeriksaan lanjutan keduanya rencananya akan dilakukan lagi pada Kamis siang.

Seperti diketahui Gatot Brajamusti awalnya ditangkap oleh polisi karena kasus obat-obatan terlarang. Kasusnya berkembang setelah ada wanita berinisial CT melaporkan AA Gatot atas tuduhan pelecehan. Selain CT, A juga melaporkan Gatot atas tuduhan yang sama.

Tidak hanya kasus pelecehan di Padepokan Gatot Brajamusti yang terungkap. Ada kasus baru yang muncul dan melibatkan guru spiritual setelah ditangkap karena kasus obat-obatan terlarang.

Kasus tersebut adalah tentang kepemilikan senjata api. Atas kasus tersebut dua artis ikut diperiksa guna mengungkap pemilik senjata api ilegal.

[dh©]

Tafsirmu Bukan Tafsirku


DUNIA HAWA - Ceritanya ada video viral ramai dibagikan berisi Ahok mengatakan "bapak ibu tidak bisa pilih saya karena dibohongi PAKAI surat Al-Maidah".

Disini Ahok menggunakan kata "PAKAI",

..artinya sudah sangat jelas, yang dimaksud Ahok bukan mengkritik Al-Quran, tapi mengkritik pihak pihak yang membohongi rakyat "memakai" tafsiran salah dari surat Al-Maidah.

Yang Dikritik Adalah Tafsir Salah


Ahok mengkritik kesalahan tafsir dari surat Al-Maidah 51, karena ayat tersebut memang bukan tentang pemimpin daerah (gubernur, bupati, dll), karena wajib menggunakan "Asbabun Nuzul" (sebab turun ayat).

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi AWLIYA, dst..." (Al-Quran, Al-Maidah 51)

"Awliya" disini tidak selalu berarti pemimpin, bisa juga penolong, atau sekutu (kawan), sangat-sangat tergantung pada Asbabun Nuzul peristiwa yang memicu ayat tersebut difirmankan.

Al-Maidah 51 turun saat terjadi peristiwa perang, ketika seorang anggota klan Arab dianggap memihak pada musuh, sehingga turunlah ayat tersebut *

*diriwayatkan Ibnu Ishak, Ibnu Jarir, Ibnu Abu Hatim & Imam Baihaqi.

Maka penafsiran yang tepat dari "Awliya" pada Al-Maidah 51 adalah "jangan ambil yahudi dan nasrani sebagai sekutu dalam situasi perang, bukan pemimpin daerah dalam keadaan damai.


Hanya Muncul Saat Pilkada


Pada akhirnya tetap akan ada banyak Muslim yang punya penafsiran berbeda, karena kebanyakan Muslim sudah mengerti dalil "pemimpin kafir" Hanya Muncul Saat Pilkada.

Kebanyakan Muslim mengerti bahwa Gubernur bukan pemimpin agama.. sebaliknya Gubernur adalah pelayan yang diamanahkan untuk melayani rakyat, bukan sebaliknya.

Maka karena Gubernur adalah "Pelayan Rakyat", maka menggunakan dalil "pemimpin kafir" jelas tidak tepat alias salah jurusan, apalagi pakai penafsiran yang salah.

Muslim Sekarang Sudah Cerdas


Yang tidak disadari oleh para penjaja dalil penjual agama demi menang Pilkada ini adalah yang mereka lakukan sebenarnya akan sia-sia karena kebanyakan Muslim saat ini sudah cerdas.

Dan pada akhirnya, kecerdasan akan mengalahkan keserakahan, akal sehat akan mengalahkan nafsu tamak, karena Muslim sudah cerdas, bisa membedakan yang mana benar benarakidah, yang mana kepentingan politik dibungkus akidah. karena Muslim sudah cerdas.


[ustad abu janda al-boliwudi]


Kepercayaan Menurut Papa John's Pizza


DUNIA HAWA - Setiap orang memiliki kepercayaan yang berlainan. Ada yang percaya setengah mati dengan agama. Bagi kelompok ini, agama bukan hanya sekedar "tuntunan hidup" di dunia tapi juga "pegangan hidup" di akhirat. Mereka percaya, agama bisa mengantarkan pemeluknya selamat dunia-akhirat: hidup bahagia di dunia, mati bahagia masuk surga, atau minimal terhindar dari siksa dan malapetaka. 

Tapi uniknya, doktrin-doktrin keagamaan atau "rumusan teologi-keagamaan" ini pada umumnya bersifat "eksklusif" dan "egois". Mereka hanya "menyelamatkan" pengikut agamanya saja, tidak mempedulikan umat lain. Pengikut agama-agama lain dinilai nyasar ke jurang kesesatan dan bakalan tidak selamat dan bahkan "nyemplung" ke neraka di alam akhirat nanti. Sadis dan ngeri ya?  

Ada pula kelompok yang tidak percaya dengan agama. Mereka menolak tetek-bengek doktrin, dogma, dan ajaran keagamaan yang mereka anggap sebagai "rekayasa" kaum agamawan. Kelompok ini juga sangat besar jumlahnya di dunia ini dan bermacam-macam jenisnya: ateis, agnostik, sekularis, humanis, "scientologist," dlsb. Kaum "spiritualis" tertentu bisa juga masuk dalam gerbong ini. Kelompok ini ada yang menolak tesis-tesis eksklusif-formal agama, dan lebih mempercayai pada "spiritualitas" yang dianggapnya lebih netral, cross-cultural, dan inklusif. 

Ada lagi yang fanatik percaya terhadap ideologi tertentu (Islamisme, kapitalisme, sosialisme, komunisme, dlsb), partai politik tertentu (Republik, Demokrat, "Pilkaes," dlsb), ormas tertentu (FPI, HTI, JTI, HMI, PMII, dlsb), dan seterusnya. Pengikut ideologi, parpol, atau ormas-ormas ini juga tidak kalah fanatiknya dengan "kaum agamis" dan "non-agamis" di atas. Apalagi ideologi, parpol, dan ormas ini sering kali berkaitan erat dengan agama atau "paham sekularisme" tertentu.    

Ada pula lo orang yang "jatuh hati" dan percaya setengah mati dengan keampuhan atau kesaktian kiai, dukun, tuyul, danyang, dokter, tabib, konsultan, kepala suku, dan seterusnya, termasuk antropolog he he.    

Nah, bagaimana dengan Papa John's Pizza? Selidik punya selidik ternyata Papa John mempercayai terhadap "mahluk" yang bernama "Better". Gak percaya? Simak saja dengan teliti foto yang saya jepret ini: "We believe in better". Better apa? "Better ingredient, better pizza..." dan lain-lain. Foto ini saya jepret di sebuah "kedai" Papa John's Pizza di kompleks mall tidak jauh dari tempat saya tinggal di Saudi. Perusahan restauran Amerika yang didirikan oleh John Schnatter pada 1984, dan bermarkas di Louisville, Kentucky ini termasuk yang laris-manis di Saudi, bersaing ketat dengan restoran-restoran cepat saji ala Amerika lain seperti McDonald, KFC, Subway, dlsb. Bagaimana dengan Anda? 

Jabal Dhahran, Arabia

Prof.Dr.Sumanto al Qurtuby, MSi, MA

Staf Pengajar Antropologi Budaya di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi

Dua Sisi Politik Anies Baswedan


DUNIA HAWA - Anies dengan tangkas menjawab pertanyaan-pertanyaan Najwa Shihab dalam acara Mata Najwa yang disiarkan Metro TV tadi malam. Tangkas dan manis. Tidak ada yang salah dengan langkah politik yang dia ambil, menjadi calon gubernur untuk DKI. Secara normatif, itu hak dia sebagai warga negara. Kemudian Anies dengan manis menjelaskan kenapa pindah ke kubu Prabowo itu juga tidak salah. 

Sebenarnya penjelasan Anies pun masih kurang tajam. Ia seharusnya menjelaskan pula, bahwa Ahok, bahkan Jokowi pun sebenarnya pernah berada dalam satu kubu dengan Prabowo, pada pilkada 2012 lalu. Kita semua masih ingat bahwa Ahok tadinya adalah anggota Partai Gerindra, bersama Jokowi dia didukung pula oleh PDIP saat itu.

Anies pun dengan jurus berkelit bisa memutihkan segala ucapan negatif yang pernah ia keluarkan tentang Prabowo. Termasuk tuduhan dia bahwa Prabowo-Hatta dulu didukung mafia, atau Prabowo itu bagian dari Orde Baru. "Itu konteksnya pilpres, bukan pilgub," kata Anies. 

Intinya, ini politik untuk kebaikan negara. Kita ini mau membangun, mempersatukan. Jadi, janganlah mengungkit-ungkit sesuatu yang menimbulkan permusuhan. Semua biasa saja dalam konteks politik. Begitulah kira-kira kesimpulan akhirnya.

Itu adalah wajah manis politik Anies. Itu wajah yang memang cocok ditampilkan dalam saluran hiburan di televisi. Jadi, nikmatilah. Hanya saja, saya punya sudut pandang lain, yaitu sudut pandang realitas politik dan pragmatismenya.

Mari kita mulai dengan soal berbagai tuduhan negatif Anies terhadap Prabowo. Jadi, berbagai tuduhan itu dulu apa? Sekedar retorika di panggung politik? Kalau konteksnya pilpres, bahwa Prabowo pernah didukung mafia, apakah dia sekarang sudah tidak lagi bersama mafia itu? Apakah kalau dia pernah menjadi bagian Orde Baru, dan fakta itu dianggap penting dalam konteks pilpres, dalam konteks gubernur itu sudah tidak dianggap penting lagi?

Rasanya tidak mungkin kita dapat jawaban logis atas pertanyaan-pertanyaan itu. Satu-satunya jawaban yang menjelaskan adalah pragmatisme politik. Kenapa Prabowo bisa menerima Anies? Kenapa pula sebaliknya, Anies bisa menerima Prabowo? Jawabnya adalah saling membutuhkan, atau mutual interest. Prabowo membutuhkan orang untuk memenangkan kursi gubernur DKI, sedangkan Anies membutuhkan jabatan politik baru.

Anda bisa bebas memaknai istilah saya bahwa Anies membutuhkan jabatan politik baru itu. Ia bisa bermakna bahwa Anies membutuhkan kekuasaan politik untuk mengeksekusi gagasan-gagasannya dalam membangun negara, yang ini adalah sisi manis politik Anies. Bisa pula bermakna bahwa Anies memang membutuhkan jabatan saja. Karena ia tidak sanggup lagi hidup sebagai rakyat biasa.

Politik pada sisi pragmatis adalah soal siapa mendapat apa, siapa menduduki jabatan apa. Jabatan gubernur DKI terlalu besar untuk dilewatkan begitu saja oleh Prabowo tanpa ia ikut berpengaruh dalam perebutannya. Sayangnya, ia tak punya kandidat potensial yang bisa ia mainkan.

Sama halnya, pilkada DKI adalah momen yang terlalu penting untuk dilewatkan oleh Anies, saat ia dalam status menganggur setelah diberhentikan oleh Jokowi dari jabaran Menteri Pendidikan. Apa boleh buat, masuk ke kandang bekas lawan pun bukan masalah bagi Anies.

Tapi, bukankah Ahok pun demikian? Betul, Ahok pun memainkan langkah politik yang sama, pragmatisme. Bukan salah Anies atau Ahok. Sistem politik menggiring mereka untuk begitu. Bedanya adalah, Ahok meninggalkan Prabowo, sedangkan Anies mendatangi Prabowo. Satu lagi bedanya, Ahok setahu saya tidak pernah mencela Prabowo sebelum bergabung ke kubunya. Sederhananya, ia tak menjilat ludah sendiri. Karena itu Ahok tidak perlu berdalih banyak-banyak untuk menutupi ludahnya itu, sebelum ia menjilatnya kembali.

[hasanudin abdurakhman, phd]

Membela Ahok


DUNIA HAWA - Seorang teman pernah menegur saya untuk tidak selalu membela Ahok..

Saya senyum sendiri baca pesannya, dan saya jawab, "Jadi kalau ada sesuatu yang aneh dan gak masuk akal dari serangan yang diarahkan ke Ahok, saya harus diam saja, begitu ya? "

Sebenarnya "membela" bukan kata yang tepat, karena untuk apa saya membela Ahok wong saya bukan apa-apanya. Saya hanya menempatkan sisi saya, bagaimana jika saya sedang berada di sisi Ahok menghadapi serangan serangan itu. Anggaplah melatih nalar berfikir yang sehat.

Dan memang kenyataannya serangan kepada Ahok ini menghina nalar berfikir, malah bisa dibilang tanpa nalar.

Seperti ada yang memaksa KPK supaya Ahok harus jadi tersangka di kasus sumber waras. Lha wong KPK aja susah nyari bukti bahwa Ahok korupsi. Sampai KPK harus mencari 'niat jahat" Ahok, tapi ya gak dapat dapat. Trus apanya yang harus dijadikan tersangka? Bukankah memaksa sebuah lembaga untuk men-tersangkakan orang yang tidak punya bukti bersalah, itu bukti serangan yang tidak bernalar?

Ada lagi pernyataan Adhie Massardi supaya KPU dan Banwaslu memeriksa kerjasama Ahok dan Google hanya karena nama ""foke" kalau digoogling berganti nama "ahok". Bukankah mengaminkan itu malah menjadikan saya tidak bernalar?

Ketika saya menolak untuk tidak bernalar, lalu saya distempel selalu "membela" Ahok. Oh come on, saya ini orang berakal, bukan orang buta.

Banyak lagi kasus serangan kepada Ahok yang ketika saya teliti sama sekali jauh dari akal sehat.

Sebagai contoh, Ahok dilaporkan ke polisi karena dianggap menghina surat Al maidah 51 yang berbunyi, "Janganlah kamu mengambil orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpinmu". Ahok berkata, jangan pilih saya jika meyakini surat Al Maidah 51.

Lalu salahnya Ahok dimana kok sampai harus di polisikan karena dianggap rasis dan mencatut kitab suci? Ahok kan benar, kalau gak mau milih dia karena berdasarkan surat itu, ya gak usah pilih dia. Dimana sisi rasisnya? Dia malah mengajak kepada orang yang mengaku sebagai "orang beriman" untuk tidak memilihnya.

Lagian orang yang memilih Ahok, itu karena dia memilih "administratur wilayah", bukannya pemimpin umat. Ahok tidak mengatur cara beragama seseorang, dia hanya mengatur administrasi di wilayahnya supaya tertib dan teratur.

Ketika saya menjelaskan itu, apakah berarti saya membela? Demi Tante sonya, semoga Johan segera mendapat hidayah !

Sebenarnya ketika kita berbicara politik, bukan berarti kita sok tahu terhadap situasi politik, tetapi melatih nalar berfikir melalui tema politik. Supaya nalar kita sehat, jangan cuti terlalu lama.

Lalu kenapa abang tidak membela Anies?

"Untuk apa? Toh, Anies tidak ada yang menyerangnya. Dia sempurna. Seorang muslim ditengah negara yang mayoritas muslim. Santun, terdidik baik, mantan menteri, bijaksana karena sering mengeluarkan nasehat nasehat dan wajahnya ganteng. Lalu, apanya yang harus dibela ketika seseorang begitu sempurna?"

Oke deh, bela mas Agus aja sekali sekali ...

"Maaf, saya gak bisa melawan garis tangan mas agus yang katanya sudah men-takdirkannya menjadi pemimpin. Dengan garis tangan takdir Tuhan itu, mas agus gak perlu ngapa-ngapain, gak perlu kampanye, gak perlu program, cukup duduk sama penjual bakwan, difoto wartawan, cekrek.. abrakadabra, sudah menjadi pemimpin.. Melawan takdir garis tangan sama dengan melawan Tuhan. Ingat itu !"

Rasanya perlu secangkir kopi lagi siang ini, biar nalarku bekerja kembali... Tuhan, betapa susahnya ternyata menjadi manusia..

[denny siregar]

Jihad Melawan Ahok


DUNIA HAWA - Dulu Amin Rais pernah menyerukan Perang Badar melawan Jokowi. FPI juga sudah menyatakan jihad melawan Ahok. Sekretaris Jenderal DPP FPI Jakarta Habib Novel Chaidir Hasan Bamu'min pernah berorasi, ”Yang tidak berani melawan Ahok pasti akan masuk neraka. Salatnya, ibadahnya juga tidak akan diterima Tuhan. Hati-hati saudara.‎ Lawan Ahok sampai darah penghabisan, tidak usah takut ”.

Tapi yang paling jagoan adalah ISIS. Tangan kanan gembong ISIS Indonesia Bahrun Naim yaitu Arif Hidayatullah alias Abu Mushaf telah mendapat perintah untuk membunuh Ahok. Dia juga pernah mendapat perintah untuk melakukan sejumlah serangan bom ke tempat-tempat ibadah di kota Bogor. Hal itu terungkap dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang berakhir dengan pembacaan vonis enam tahun penjara pada tanggal 3 Oktober 2016.

Kalo kalah adu prestasi dan adu program masih bisa adu argumen. Tapi kalo otak ga mampu argumen paling ya bisanya cuma adu caci maki atau tebar gosip, hoax dan isu SARA. Kalo dirasa masih sulit menang ya akhirnya pake cara-cara kekerasan. Itulah bahasa orang pecundang dan depresi / putus asa. Tapi mereka ga paham bahwa dengan memaksakan kehendak dan memberangus orang yang berbeda dengannya justru akan membuat keyakinannya sendiri jadi makin tampak buruk dan dibully orang. 

Begitulah manusia jika otak sudah ditaruh di dengkul.....

Rencana Bunuh Ahok, Militan ISIS Dihukum 6 Tahun Penjara


Arif Hidayatullah alias Abu Mushaf dijatuhi hukuman enam tahun penjara. Arif adalah tangan kanan gembong ISIS untuk Indonesia Bahrun Naim dan pernah mendapat perintah untuk membunuh Ahok.

Arif Hidayatullah dipilih oleh Bahrun Naim sebagai koordinator dan penerima dana ISIS di Indonesia. Dia kemudian mendapat perintah untuk melakukan sejumlah serangan bom ke tempat-tempat ibadah di kota Bogor, dan membunuh Gubernur Jakarta Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama.

Hal itu terungkap dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang berakhir dengan pembacaan vonis enam tahun penjara hari Senin (03/10).


Bahrun Naim dan Arif Hidayatullah melakukan kontak lewat aplikasi pesan Telegram. Kelompok ini dianggap bertanggung jawab atas serangkaian serangan teror di Indonesia, antara lain aksi penembakan di kawasan Sarinah Thamrin, Jakarta bulan Januari dan aksi bom bunuh diri di Solo Juli lalu.

Terpidana menyiapkan bahan peledak


“Terdakwa dinyatakan secara meyakinkan bersalah atas kejahatan terorisme dan dijatuhi hukuman enam tahun penjara,” kata Hakim Siti Jamzanah.

Arif Hidayatullah ditangkap polisi akhir Desember 2015 bersama-sama dengan seorang warga Uighur bernama Ali yang disiapkan untuk melakukan aksi bom bunuh diri. Tapi selama persidangan, Arif mengaku tidak meneruskan rencana serangan bom bunuh diri, karena tidak yakin bom-bom itu benar-benar akan meledak. Bulan Juli lalu, anggota jaringan ini bernama Nur Rohman melakukan aksi bom bunuh diri di Markas Kepolisian Resor Kota (Mapolresta) Solo. Tidak ada korban tewas dalam aksi itu, selain pelakunya.

Sekongkol lakukan aksi terorisme


Hakim Siti Jamzanah mengatakan, dia yakin dengan bukti-bukti yang dipaparkan, bahwa Arif telah bersekongkol untuk melakukan aksi terorisme dengan bom dan “sepenuhnya menyadari” bahwa bom akan menyebabkan kehancuran jika meledak.
Bahrun Naim dan Arif Hidayatullah sudah saling mengenal sejak kuliah dan tinggal di Bekasi. Bahrun Naim kemudian mendorong Arif Hidayatullah berlatih membuat bom. Dia juga meminta Arif membuka rekening di bank.

Pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2015. Bahrun Naim memerintahkan Arif Hidayatullah untuk membantu keberangkatan beberapa orang dari jaringan militan ke Suriah. Arif diminta menjemput dan menampung seorang warga Uighur yang lari dari kejaran pemerintah Cina. Keduanya kemudian tertangkap oleh Detasemen Khusus ( Densus ) 88 pada Desember 2015.

[dw.com]