Saturday, October 1, 2016

Reza dan Marwah Seperguruan, Beda Fakultas


DUNIA HAWA - Sampai hari ini Reza Artamevia masih konsisten membela Penasehat Spiritualnya AA.Gatot, apa yang dilakukan AA tersayang tidak akan mengubah sikap Reza walaupun sudah jelas dan nyata terbukti melakukan pelanggaran hukum telah menyimpan obat-obatan terlarang dan alat perlengkapan lainnya.

Berharap mendapat ketenangan rohani dengan mendatangi Penasehat Spiritual di Padepokan Brajamusti saat ada masalah "Terbukti", Reza mulai merasakan ketenangan, kedamaian, ketentraman, lebih religius dan lain sebagainya ternyata resepnya adalah direcoki obat-obat herbal tersebut, konon kabarnya makanan tersebut adalah makanan khusus jin, apakah Reza termasuk golongan jin sehingga begitu berani konsumsi makanan jin tersebut ?

Begitu juga hubungan kedekatannya terhadap AA tersayang yang membuat patah hati sebagian arjuna pencari cinta. Tidak hanya mendapat ketenangan rohani, jasmani juga didapat Reza berupa tempat tinggal (Apartemen) yang dilengkapi berbagai fasilitas sehingga ada kabar isu guru dan murid sudah jadi pengantin siri.

Ada apa dengan mereka ? Apakah Reza Istri siri AA tersayang ? Mungkin saja terjadi dan tidak bisa dipungkiri sinyal tersebut dibuktikan dengan pernyataan Reza yang setiap saat selalu membela AA tersayang.

Begitupun dengan kasus yang menimpa Marwah Daud Ibrahim, seorang Doktor lulusan luar negeri, kenyang pengalaman, pernah di DPR RI, ICMI, MUI dan terakhir menjabat Ketua Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng.

Yayasan yang menaungi Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo yang dikepalai seorang Penasehat Spiritual bernama Taat Pribadi.

Sang penasehat spiritual harus menghadapi persoalan hukum akibat perbuatannya yang disangka sebagai otak pembunuhan terhadap dua orang pengikutnya dan disangkakan juga melakukan penipuan penggandaan uang.

Perlahan tapi pasti kasus Kang mas kanjeng terkuak dan terbukti dengan munculnya beberapa video aktifitasnya melakukan sulap bin kadabra dan para korban mulai bermunculan melaporkan, bahkan Polisi harus membuka posko pengaduan masyarakat khusus korban Kang mas Kanjeng.

Artinya, Banyak sekali korban yang berjatuhan ditangan Kang mas Kanjeng sehingga Polisi harus buka Posko dibeberapa daerah.

Catatan penting yang diambil adalah laporan dari anak korban yang sudah almarhumah (ibu pelapor) mencapai sekitar 200 miliar berasal dari Sulawesi Selatan yang kebetulan daerah asal Marwah Daud Ibrahim. Apakah korban tersebut adalah rekomendasi Marwah Daud?

Namun apa yang terjadi dengan para korban, tidak membuat bergeming bagi Marwah Daud seperti halnya dengan Reza, sang ratu tetap konsisten dan ngotot bela sang pangeran Kanjeng, bahwa apa yang dilakukan sang pangeran seperti penggandaan uang diyakini benar adanya, bahkan sang ratu tidak segan memberi beberapa pujian kepada pangeran seperti contoh“Nyamuk mampir ditubuhnya pun tidak ditepuk"

Ya..iyalah..! Wong nyamuknya mau gigit ga bisa karena kulit sang pangeran kebal sudah dibaca mantra phuuusssssss…., makanya sang pangeran ga merasakan gigitan nyamuk

Ada apa dengan ratu Marwah Daud? sebagai Ketua Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng, apa yang didapat Marwah Daud? sudah pasti Marwah Daud menikmati hasil atraksi pangeran Kanjeng. Sudah berapa banyak uang yang dinikmati ratu dari hasil kerja keras sang pangeran?

Apakah di padepokan pangeran terjadi pesta obat-obatan herbal seperti yang dialami Reza? Dan, apakah terjadi juga pesta hubungan beda jenis kelamin juga?

Jika itu terjadi, maka nasib Marwah Daud tidak ada bedanya dengan Reza Artamevia.

Kalau Reza diyakini istri siri AA Gatot, bagaimana dengan Marwah Daud?

Mungkinkah pangeran Dimas Kanjeng suami siri Marwah Daud? Mari bersabar tunggu proses yang dilakukan Polisi.

Jadi, Reza maupun Marwah Daud senasib seperguruan sama-sama menuntut ilmu dari Perguruan Spiritual Negeri Indonesi (PSNI) setara PTN, belum terakreditasi.

Nasibnya sama, fakultas / jurusannya berbeda, Reza mengambil jurusan obat-obatan herbal (Narkoba) sehingga ikut mengalami ketergantungan obat-obatan, sedangkan Marwah Daud mengambil jurusan Keuangan (Penggandaan duit) ikut juga mengalami ketergantungan duit-duitan.

[wara katumba]

Habiburokhman Cs Kecewa dengan Hasil Test Kesehatan Ahok


DUNIA HAWA -  KPU DKI mengumumkan hasil dari tes kesehatan dan narkoba. Hasilnya semua pasangan calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur dinyatakan sehat jasmani dan rohani serta bebas narkoba.

“Seluruh pasangan calon baik Pak Ahok, Pak Djarot, Pak Agus, Bu Sylvi, Pak Anies dan Pak Sandi, semua memenuhi syarat kesehatan,” kata Ketua KPU DKI, Sumarno saat rapat pleno bersama partai pengusung pasangan Cagub dan Cawagub di Kantor KPU DKI, Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (1/10/2016).

“Ketika pemeriksaan di BNN (Badan Narkotika Nasional) juga dinyatakan negatif. Jadi, semua dinyatakan memenuhi kesehatan jasmani, rohani dan narkotika,” lanjutnya.

Dalam rapat pleno tersebut, hasil pemeriksaan kesehatan diserahkan kepada tim sukses para pasangan calon yang hadir. Dari calon yang akan bersaing di Pilgub DKI, hanya Djarot Saiful Hidayat yang hadir. Sedangkan yang lain diwakilkan oleh tim sukses masing-masing.

Beberapa tim sukses yang terlihat hadir dalam rapat pleno tersebut adalah Syarif yang mewakili pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Sedangkan pasangan Agus Harimurti-Sylviana Murni terlihat Vike V Ponto dari Partai Demokrat.

Sebelumnya, para Cagub dan Cawagub DKI mengikuti tes kesehatan dan tes narkoba di 2 tempat yang berbeda dan hari yang berbeda pula. Tes kesehatan dilakukan di RSAL Mintohardjo pada Sabtu (24/9). Sedangkan tes narkoba di Kantor Badan Narkotika Nasional (BNN) pada Minggu (25/9).

Tentu saja hasil ini akan membuat Habiburokhman Cs kecewa besar karena mereka meragukan Ahok bisa lulus tes Psikologi.

"Soal (Ahok) marah itu penting, Kalau orang normal sulit memarahi ibu-ibu. Bicara kotor memaki-maki orang. Bahkan 2015 mengajak berkelahi. Kalau orang normal agak sulit menerimanya," kata Habiburokhman, di Kantor Advokat Cinta Tanah Air (ACTA), Menteng Jakarta Pusat, pada hari Minggu (25/09/2016).

Dia pun menginginkan KPUD membuka hasil tes kerohanian seluruh calon kepala daerah, terkhusus Ahok. Bagi dia, hal tersebut demi kepentingan masyarakat Jakarta.

"Kita sangsi apakah Ahok punya standar menjadi pemimpin. Itu yang kita ingin tahu. Selama ini tidak dipersoalkan. Makanya, kita ingin tahu betul. Ini terkait dengan jutaan rakyat Jakarta yang memilih," kata Habiburokhman.

Calon kepala daerah yang gagal tes rohani pernah terjadi sebelumnya. Hal ini bukan hanya terjadi pada tes anggota legislatif.

"Caleg banyak (yang tidak lolos), orang itu tidak gila tapi tidak memenuhi standar. Contoh kepala daerah yang gagal (tes rohani) di Way Kanan, Lampung tahun 2005," kata Habiburokhman.

[beritateratas]

Antara “Ajaran Islam” dan “Budaya Arab”


DUNIA HAWA - Saya perhatikan dengan seksama sepertinya banyak kaum Muslim (juga non-Muslim) yang bingung membedakan antara ajaran Islam dan tradisi atau kebudayaan Arab. Padahal itu gampang sekali segampang mencari “warteg” (Warung Tegal) atau “wardang” (Warung Padang) di Jakarta, atau KFC/McD di Saudi. Tapi baiklah saya beri “clue” sedikit saja, selebihnya silakan Anda belajar sendiri dan membaca sendiri sebanyak-banyaknya buku-buku dan tulisan-tulisan berkualitas biar cakrawala dan wawasan kita semakin mengsamudra, tidak sempit seperti “lubang hidung.”  

Begini, kalau “ajaran Islam” ya berarti eksklusif dipraktekkan umat Islam saja dong seperti salat wajib yang lima kali sehari itu, puasa wajib yang sebulan itu, haji yang wajib setahun sekali itu, tauhid yang meng-Esa-kan Tuhan itu, dlsb. Meskipun sebetulnya, secara substansial apa yang kemudian “ditahbiskan” sebagai “ajaran Islam” itu juga bukan “eksklusif Islam” karena semua itu berasal dari ajaran-ajaran umat agama sebelumnya, khususnya Yahudi dan Kristen tapi juga agama-agama suku Arab. 

Ajaran-ajaran atau norma agama pra-Islam itu kemudian ada yang diserap apa adanya (misalnya pengharaman daging babi yang sudah lama diajarkan dalam Kitab Yahudi), tapi ada pula yang “dimodifikasi” (sembahyang, haji, puasa, dll, termasuk dalam kategori ini). Bahkan ajaran paling fundamenal dalam Islam, yaitu “tauhid” atau penegasan tentang ke-Esa-an Tuhan, juga bukan monopoli Islam saja. Ada banyak agama pra-Islam yang menerapkan sistem monoteisme ini, bukan hanya Yahudi dan Kristen saja tapi juga Zoroastrianisme, Mandaeisme, Sabianisme, dlsb.

Lalu, yang tradisi atau kebudayaan Arab seperti apa? Gampang, kalau apa yang oleh umat Islam klaim sebagai “ajaran, norma atau kebudayaan Islam” itu ternyata kok dipraktekkan oleh umat non-Muslim Arab berarti itu tradisi dan kebudayaan Arab. Contohnya hijab, jenggot, jubah, dlsb. Seperti yang sudah sering saya sampaikan, berjubah dan berjenggot juga dipraktekkan oleh masyarakat Arab non-Muslim. Demikian pula dengan tradisi berhijab yang juga dipraktekkan oleh Arab non-Muslimah. Demikian pula “Bahasa Arab” yang juga dipraktekkan oleh masyarakat Arab, apapun agama mereka. 

Singkatnya, hijab, jubah dan jenggot ini sudah menjadi “shared cultures” di antara masyarakat Arab, baik Muslim/Muslimah maupun bukan. Bahkan bukan hanya masyarakat Arab saja tetapi juga masyarakat dari etnis lain yang tinggal di kawasan Timur Tengah atau “Middle Eastern”. Tentu saja dalam perkembangannya, karena satu dan lain hal, tidak semua masyarakat Arab / Timur Tengah ini, baik Muslim maupun bukan, berjubah, berhijab, atau berjenggot. Bahwa dalam sejarahnya, ada tradisi dan kebudayaan Arab itu yang kemudian “diislamkan” (menjadi bagian dari norma Islam) memang iya. Memang dalam sejarah perkembangan agama-agama di dunia ini, ada banyak budaya yang diagamakan, adapula banyak norma-norma agama yang dibudayakan. 

Umat Islam sah-sah saja mengatakan berjubah dan berjenggot itu dalam rangka “nyunah Nabi” sama sahnya dengan pengikut agama lain yang berjubah, berjenggot, dan berhijab yang juga mengklaim mengikuti sunah para pendahulu agama-agama mereka. Nabi Muhammad SAW kan “orang Arab” jadi ya wajar kalau beliau juga mempraktekkan kebudayaan Arab itu. Coba bayangkan kalau beliau itu orang Jawa, kira-kira pakaian apa yang akan beliau kenakan? Kira-kira busana macam apa yang akan beliau anjurkan untuk dikenakan kaum Muslimah? Selamat berefleksi dan berkontemplasi...

Jabal Dhahran, Arabia


Prof.Dr.Sumanto al Qurtuby, MSi, MA
Staf Pengajar Antropologi Budaya di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi

Semua Karena Fauzi Bowo


DUNIA HAWA - Saya setuju dengan pendapat pak Anies kali ini. Memang kita tidak boleh lupa untuk memberi apresiasi apa yang sudah dilakukan Fauzi Bowo. Karena sebenarnya Fauzi Bowo sudah merancang semuanya.

Mungkin sejak lama bersihnya sungai Jakarta dirancang dengan apik dan tertata oleh Fauzi Bowo. Dan untuk itu, Fauzi Bowo juga sudah merancang untuk menggusur kampung kampung pinggir kali, supaya tidak ada lagi kekumuhan yang membuat aliran sungai tidak berjalan.

Tunggu, mungkin Fauzi Bowo juga sudah merancang relokasi ke rumah susun, jadi konsepnya sudah bukan lagi gusur. Bahkan dimana saja rumah susun itu, bagaimana konsepnya, berapa penghuni harus bayar per bulannya, sudah dirancang oleh Fauzi Bowo.

Coba pak Anies telusuri lebih dalam lagi.


Dengar dengar sejak zaman Belanda, tata kota Jakarta sudah dirancang pak Fauzi Bowo? Bahkan pak Fauzi Bowo lah yang merancang Monas dan patung pancoran. Bundaran HI dulunya kotak persegi, dirancang juga oleh Fauzi Bowo.

Hebat sekali Fauzi Bowo..


Kriiingg..
'Halo, ini kami The Avengers. Pak Fauzi Bowo ada?"
"Kenapa emangnya?"
"Mau ngucapin terimakasih, tanpa Fauzi Bowo tidak mungkin organisasi kami terbentuk. Kami dulu bukan Superhero, sampai pak Fauzi Bowo merancang kami... "

Dahsyat. Jangan jangan peristiwa 9/11 di New York juga rancangan pak Fauzi Bowo? Karena saya dengar Neil Armstrong pada waktu menginjakkan kaki pertamanya di bulan berkata, "That's one small step for Fauzi bowo, one giant leap for mankind.."

Terima kasih, pak Fauzi Bowo...



Pak Fauzi Bowo-lah yang merancang menara eiffel. Dulu rencananya mau dikasi nama Fauzi Bowo's tower, hanya karena kerendahan hatinya beliau menolak. Menara Pisa dulunya tegak dan akhirnya miring karena dirancang oleh Fauzi Bowo.

"Hoi, siapa sih Fauzi Bowo???"


Demi Asia Carrera, masak ga tahu Fauzi Bowo? Fauzi Bowo itulah yang merancang Fauzi Bowo ! Tanpa Fauzi Bowo, tidak mungkin ada Fauzi Bowo!


Saya akan berterima-kasih kepada peringatan pak Anies ini. Sungguh membuka mata dan hati bahwa selama ini Ahok sudah berbohong. Awas lu hok, tak coblos matamu waktu pemilihan nanti, kapok kowe ngapusi !

Ah, pusing jadinya lebih baik minum kopi dulu... 


Tapi kok ada yang aneh? Di pantat cangkirnya tertera tulisan "Dirancang oleh Fauzi Bowo".


Saya lelah sekali malam ini, pak Anies..


[denny siregar]

Anda Muslim?


DUNIA HAWA- Ada cukup banyak yang menginbox saya dan bertanya penuh selidik bak intel FBI: “Anda Muslim?”. Saya sendiri malas sekali membalas pertanyaan-pertanyaan model beginian. Meskipun sebetulnya kadang saya tergoda juga untuk membalasnya, tapi selalu saya urungkan. Kemudian saya jawab sendiri dalam hati: “Anda petugas sensus penduduk?”. Emang kalau Muslim kenapa, kalau non-Muslim juga kenapa? Masalah buat loh? 

Lalu, ada pula si penanya yang melanjutkan “pertanyaan santapan rohaninya”. Kalau Anda non-Muslim, kenapa memakai nama “Al Qurtuby”. Bukankah itu “nama Islam”? Sebaiknya Anda jangan menggunakan nama itu. Lagi, saya juga malas menjawab pertanyaan model begini. “Al Qurtuby” itu adalah Arabisasi dari kata Cordoba, sebuah kota di selatan Spanyol yang dulu, pada Abad Pertengahan Islam, menjadi salah satu kota utama Kerajaan Islam (Daulah) Andalusiyah (Andalusia) atau juga dikenal dengan Daulah Umayyah II. 

Di kota inilah dulu pada abad ke-8 M dibangun sebuah masjid megah bernama La Mezquita yang belakangan menjadi gereja Katolik pada abad ke-13 setelah terjadi perubahan politik di Spanyol atau Andalusia. Dari kota ini pula telah lahir berbagai sarjana Muslim top-markotop kaliber dunia di berbagai disiplin. Banyak di antara mereka yang menyematkan nama “Al Qurtuby” di belakang “nama-nama aslinya”. Oleh “lidah Arab”, kata “Cordoba” itu dilafalkan “Qurtuba”, dan orang dari “Qurtuba” itu disebut “Qurtuby”. Itu sama dengan nama Indonesia yang kemudian dalam “lidah Arab” disebut “Indunisi”, Jawa menjadi “Jawi”, Jogja jadi “Jogjawi”, Joko jadi “Jokowi” he he. Intinya kata “Al Qurtuby” itu bukan “nama Islam.” Kalau “nama Arab” iya.

Kemudian, banyak pula yang tanya: “Kalau Anda Muslim, kenapa mengolok-olok Islam?” Tampaknya si penanya sedang kebingungan membedakan antara “mengkritik” (criticize) dan “mengolok-olok” (insult), antara Muslim sebagai “pemeluk / pengikut agama Islam” dan “Islam” sebagai sebuah ajaran, doktrin, atau sistem kepercayaan, atau apalah definisinya. 

Mengkritik (sebagian) Muslim dengan begitu tidak secara otomatis mengkritik (apalagi mengolok-olok) Islam. Apakah kalau saya mengkritik perilaku biadab dan intoleran gerombolan teroris ISIS, Taliban, atau kaum “Muslim pentungan” yang "tengil" di Indonesia, misalnya, sama dengan mengolok-olok Islam? Tentu saja bukan, kan? Kaannnn. Jadi, jadi orang tidak usah “sensi bok”. Lagi pula, saya bukan hanya mengkritik perilaku sebagian umat Islam saja tapi juga sebagian umat agama lain yang melakukan tindakan berlawanan dengan nilai-nilai kemanusian universal. 

Pertanyaan diatas juga tersirat sebuah ansumsi seolah-olah kalau non-Muslim itu sudah biasa mengolok-olok Islam. Padahal, banyak umat non-Muslim yang sangat empati terhadap agama Islam dan kaum Muslim (meskipun ada yang sebaliknya). Sebalinya, ada sebagain umat Islam yang justru melakukan tindakan konyol, arogan, intoleran, dan penuh kekerasan yang justru telah menodai dan merendahkan martabat agamanya sendiri. 

Jabal Dhahran, Arabia


Prof.Dr.Sumanto al Qurtuby, MSi, MA
Staf Pengajar Antropologi Budaya di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi