Saturday, September 24, 2016

Manfaat Lemon Untuk Wajah Cerah Berseri


DUNIA HAWA - Salah satu buah yang kaya akan manfaat adalah lemon, manfaat lemon untuk wajah telah dikenal sejak dulu sehingga tak heran jika banyak produk kecantikan yang telah memanfaatkan buah ini sebagai bahan dasarnya.

Buah berwarna kuning ini memiliki banyak kandungan yang baik untuk kesehatan tubuh dan kecantikan wajah yaitu vitamin B, vitamin C, protein, karbohidrat, dan potanium. Buah yang memiliki rasa manis keasam-asaman ini dapat berperan sebagai antibakteri dan antiseptik alami untuk mengobati masalah tenggorokan. Apa saja manfaat lemon untuk kecantikan wajah? Berikut beberapa manfaat lemon untuk wajah dan kulit.

Inilah Manfaat Lemon untuk Wajah


1. Lemon Dapat Mencerahkan Wajah


Apakah kamu merasa bahwa wajah sudah terlihat kusam? Jangan khawatir, ternyata ada juga khasiat lemon untuk wajah kusam yaitu mencerahkan wajah. Vitamin C sangat tinggi dalam lemon akan mengangkat sel-sel kulit mati sehingga kulit akan terlihat jauh lebih cerah. Penggunaan lemon ini sangat mudah, buat jus lemon dengan membelahnya terlebih dahulu kemudian diperas.

Lalu, tambahkan 2 sendok teh madu ke dalam lemon dan aduk sampai rata. Madu akan menghaluskan kulit, tetapi bisa juga diganti dengan air ataupun air mawar jika bahan tersebut belum tersedia. Oleskan campuran lemon dan madu tersebut ke seluruh bagian wajah, diamkan 15 menit lalu bilas. Untuk hasil terbaik, lakukan treatment ini 1 kali seminggu. Niscaya wajah kusam bukan lagi menjadi masalah kamu.

2. Lemon Ampuh Mengurangi Jerawat Di Wajah


Manfaat lemon untuk wajah berjerawat adalah cara efektif secara alami dalam mengatasi jerawat di wajah. Masalah jerawat merupakan masalah yang banyak dialami oleh para remaja karena meningkatnya hormon dan wajah tidak mendapatkan perawatan yang baik sehingga banyak kotoran yang menyumbat pori-pori akhirnya menimbulkan jerawat.

Lemon yang kaya vitamin C ini ternyata memiliki manfaat lemon untuk wajah berjerawat, yaitu menguranginya dan menghilangkan bekas jerawat maupun flek hitam di wajah. Kandungan dalam lemon akan mengeringkan jerawat lebih cepat dan mencerahkan noda-noda hitam. Cara penggunaannya sangat mudah, pertama siapkan 1 buah lemon matang. Selanjutnya, belah buah lemon menjadi 2 bagian dan peras sampai keluar airnya. Campurkan air lemon yang masih pekat tersebut dengan sedikit air sampai menjadi agak encer.

Selanjutnya, celupkan cotton bud ke campuran air tersebut dan tempelkan ke bagian wajah yang berjerawat. Diamkan selama 15 sampai dengan 20 menit sampai air lemon di wajah kering. Bilas wajah dengan air dingin bersih dan keringkan. Untuk hasil terbaik, lakukan perawatan ini sebanyak 2 sampai 3 kali dalam seminggu. Niscaya jerawat kita akan lebih cepat kering dan tidak meninggalkan bekas.

3. Lemon Mampu Mengontrol Minyak Di Kulit


Kulit berminyak dapat menimbulkan berbagai masalah seperti jerawat, dan memiliki kulit berminyak dapat merusak penampilan seseorang karena muka akan terlihat seperti penggorengan yang mengkilat karena minyak. Bagi pemilik wajah berminyak, jangan khawatir karena ada juga manfaat lemon untuk wajah berminyak. Asam di lemon dapat meluruhkan minyak di wajah dengan baik dan wajah kita tak akan lagi terlihat sangat mengkilap saat difoto.

Perawatan wajah berminyak dengan lemon ini sangat sederhana, pertama siapkan 1 buah lemon segar. Kemudian, potong lemon menjadi 2 bagian. Basuh wajah dengan air hangat terlabih dahulu dan pastikan sebelumnya bahwa wajah memang dalam keadaan bersih. Gosok-gosokkan salah 1 bagian lemon ke seluruh wajah secara merata. Diamkan air lemon yang menempel di wajah tersebut selama 15 sampai dengan 20 menit hingga kering. Lalu, bersihkan kembali wajah menggunakan air dingin. Perawatan ini bisa dilakukan setiap hari untuk benar-benar mengurangi minyak di wajah.

4. Menghilangkan Komedo


Salah satu penyebab timbulnya komedo adalah adanya penyumbatan pori-pori pada kulit wajah. Buah lemon dapat berfungsi efektif dalam mengangkat dan mengeluarkan kotoran yang dapat menyebabkan komedo pada wajah. 

Berikut cara penggunaan lemon untuk menghilangkan komedo di wajah:

• Siapkan satu buah lemon segar. 

• Peras lemon ke dalam mangkok.

• Oleskan air lemon itu pada bagian kulit wajah yang berkomedo dengan menggunakan kapas atau cotton bud.

• Diamkan sekitar 15 menit .

• Bilas dengan air bersih, keringkan dengan handuk lembut.

Lakukan secara rutin setiap hari setelah membersihkan wajah

5. Mengecilkan Pori-pori Pada Kulit Wajah


Membesarnya pori-pori kulit wajah dapat menyebabkan berbagai masalah seperti jerawat dan komedo yang dapat merusak penampilan kamu. Ternyata buah lemon mampu mengecilkan pori-pori di wajah secara alami. 

Berikut cara penggunaan buah lemon untuk mengecilkan pori-pori:

• Siapkan satu buah lemon segar. 

• Peras lemon ke dalam mangkok.

• Campurkan air lemon dengan sedikit air kemudian aduk hingga merata.

• Oleskan campuran air lemon itu pada bagian seluruh wajah dengan menggunakan kapas.

• Diamkan sekitar 15 menit, bilas dengan air bersih.

• Keringkan dengan handuk lembut. 

Lakukan secara rutin setiap hari untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

6. Lemon Dapat Melembabkan Wajah


Uniknya lagi, terdapat manfaat lemon untuk wajah kering yaitu melembabkan wajah sehingga bisa juga dijadikan pelembab alami. Vitamin yang terkandung di dalamnya akan menutrisi kulit sehingga kulit akan terasa lebih halus dan kenyal. Penggunaannya memang membutuhkan bahan lain seperti sedikit alpukat dan timun, tetapi kedua bahan tersebut juga sebenarnya mudah ditemukan di sekitar kita. Berikut adalah cara pengolahannya.

Pertama, siapkan satu buah lemon segar, setengah buah timun, dan setengah buah alpukat. Kemudian peras lemon sampai keluar airnya, tumbuk atau parut timun sampai halus, dan blender alpukat sampai teksturnya menjadi seperti krim. Siapkan wadah yang bersih, kemudian campurkan ketiga bahan tersebut sampai rata. Aplikasikan ke seluruh bagian wajah yang kering. Diamkan selama 20 menit, lalu bilas dengan air dingin yang bersih. Untuk melembabkan kulit secara optimal, lakukan treatment ini sebanyak 3 kali seminggu. Jika kamu tidak menggunakan moisturizer, langkah ini bisa dilakukan setiap hari (1 kali sehari).

Menakjubkan bukan manfaat lemon untuk wajah tersebut? Satu buah lemon saja ternyata bisa menghilangkan banyak masalah kulit wajah. Selain itu tidak ada efek samping yang dihasilkan oleh lemon selain berhati-hati terhadap penggunaan yang terlalu banyak karena bisa membuat wajah perih. Tunggu apa lagi, rawat wajah kamu dengan lemon sekarang.

[dh]

Sebel Sama Anies


DUNIA HAWA - "Sebel ih sekarang liat Anies..." Begitu perbincangan emak emak yang tidak sengaja kudengar. Menarik juga mengikuti pembicaraan mereka yang tidak sengaja kudengar saking kerasnya. Mungkin terlalu emosional.

Dan mulailah teori tentang "haus jabatan", "tidak cocok" dan lain lain. Tapi pada intinya mereka sangat kecewa, karena satu dua hari sebelumnya mereka membaca bahwa Anies menolak untuk menjadi Cagub, eh tiba tiba berbalik menjadi Cagub. Mana didukung PKS lagi.. ( hihi ).

Memang banyak teori tentang siapa Anies Baswedan sebenarnnya..

Mulai dari rumor bahwa beliau "dibuang" dari kabinet Jokowi karena terindikasi bukannya bekerja malah menggalang kekuatan untuk pilpres 2019 melalui para guru. 

Rumour semakin kuat ketika Sri Mulyani saat baru menjabat sudah menghapus anggaran tunjangan profesi guru yang over budjeting sebesar 23 triliiun lebih. Saya masih menganggap itu rumor dan tidak mau melakukan cocoklogi, terutama pada musim pilkada ini.

Tetapi ada satu hal yang entah kenapa selalu menjadi alarm bagi saya, bahwa ketika seseorang terlihat tampak sangat baik, sejatinya dia tidak seperti itu.

Begitu banyak hal hal yang dibukakan beberapa waktu ini ketika "seorang baik" tiba tiba menjadi "sangat jahat" saat aibnya terbuka ke publik. Ada bapak yang tidak mau mengakui anaknya. Ada ustad yang tampak alim dan punya padepokan dengan santri ribuan orang, ternyata penipu penggandaan uang dan pembunuh. Ada ketua DPD yang selalu berteriak "basmi korupsi" tertangkap hanya karena uang 100 juta rupiah saja.

Dan banyak lagi....

Sifat dasar manusia selalu ingin muncul ke permukaan dan terlihat baik oleh banyak orang. Dan disitulah dia mendulang popularitasnya, dihormati dan - jika mungkin - berdampak dihargai dengan uang. Itu sifat dasar yang tidak bisa dilawan.

Karena itu "citra" adalah kosmetik yang selalu dicari banyak orang. Dan tanpa sadar, bahkan dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berusaha mencitrakan diri kita dengan hal hal yang baik.

Gak percaya? Coba tegur seorang teman yang keteknya bau supaya dia pakai deodoran, pasti dia marah besar. Padahal itu sebenarnya nasihat berguna baginya, tapi menghancurkan citra baiknya.

Sebelnya para emak yang sedang sibuk membicarakan "siapa Anies" sebenarnya adalah ungkapan kekecewaan yang mendasar, akibat kagum berlebihan dan menemukan ternyata si idola tak lebih dari manusia biasa yang suka juga dengan kekuasaan.

Terlebih sang idola berpartner dengan partai yang selama ini terkenal dengan geraknya yang bertentangan dengan perilaku yang ditunjukkan sang idolanya, padahal sang idola pernah berkata, "orang orang baik hanya berkumpul dengan orang orang baik..". Jadi secara tidak sadar, beliau sudah berkumpul dengan "sesamanya".

Karena itulah kenapa saya lebih suka bergaul dengan orang yang apa adanya. Mungkin karena saya orang Medan, kalau ngomong langsung aja kalau benar katakan benar, begitu juga kalau salah... Lebih baik pahit di depan, daripada tertusuk dari belakang.

Pembicaraan para emak selesai dan mereka sekarang sibuk cekikikan membicarakan arisan, mode terbaru dan hal hal remeh lainnya. Kopiku pun sudah mulai habis, tapi temanku yang sudah janjian tidak kunjung datang.

Kubayar kopiku dengan agak menyesal. Temanku janji traktir dan sekarang uang gojek pula yang kubayarkan.

Terpaksa harus pulang ke rumah berdesakan dengan penumpang lain yang setujuan dengan Kopaja yang busnya entah diproduksi pada tahun berapa. Mungkin saat Marilyn Monroe masih perawan...

[dennysiregar]

Haji Di Mata Warga Saudi: Catatan “Antropologi Haji” (6)


DUNIA HAWA - Sudah lama saya penasaran tentang apakah warga Saudi semua berhaji? Tentu saja yang sudah “akil-baligh” atau yang dewasa, bukan yang anak-anak, dan yang mampu karena haji itu hanya wajib bagi yang mampu saja (baik mampu secara fisik maupun finansial). Ternyata jawabannya sangat mengejutkan: tidak semua warga Saudi (apapun afiliasi keislaman mereka: Sunni, Syiah, Wahabi, dst) yang dewasa dan mampu itu pernah menjalankan ibadah haji. Lo, kok bisa? 

Kesimpulan ini saya dapat dari survei dan obrolan yang saya lakukan dengan para teman, murid maupun kolega Saudiku. Meskipun sebagian murid-muridku ada yang menjadi voluntir saat musim haji untuk membantu lancarnya prosesi haji, tidak secara otomatis mereka menunaikan ibadah haji. Teman-teman sekantorku yang warga Saudi juga saya tanya belum berhaji, termasuk mereka yang ber-KTP Makah. Unik kan? Alasannya macam-macam: mulai dari kewajiban haji yang hanya sekali seumur hidup jadi mereka santai menunggu masa tua, rangkaian ritual haji yang cukup berat dan melelahan berhari-hari di medan yang berat pula sehingga membuat mereka malas atau aras-arasen menjalaninya, sampai biaya haji yang lumayan. Pemerintah Saudi menerapkan besarnya biaya haji yang sama bagi semua warga Muslim yang tinggal disini: baik penduduk “asli” Saudi maupun kaum migran. Aturannya juga sama: kalau sudah berhaji tidak boleh berhaji lagi sampa 5 tahun ke depan (kecuali penduduk Makah yang boleh bolak-balik berhaji kalau mau).  

Musim haji adalah musim liburan panjang dan besar bagi warga Saudi seperti libur Idul Fitri di Indonesia. Pada waktu jutaan kaum Muslim dari berbagai negara tumplek-blek di Makah untuk berhaji, warga Saudi sendiri justru memanfaatkan liburan panjang musim haji itu untuk berlibur: baik berlibur di manca negara (di negara-negara Barat, khususnya Eropa dan Amerika, maupun di kawasan Arab Teluk, khususnya Uni Emirat Arab, tempat favorit liburan penduduk Saudi) maupun liburan di rumah santai-santai dan ngumpul-ngumpul bersama keluarga, kerabat, dan teman. Warga Saudi yang di luar negeri juga “mudik” ke kampung halaman untuk merayakan “lebaran haji”. Mereka jadikan liburan “musim haji” sebagai momentum untuk berkumpul dan bersilaturahmi dengan berbagai keluarga dekat maupun jauh persis seperti musim Lebaran di Indonesia.

Jika ada banyak jamaah haji dari Saudi (“haji lokal”), itu tidak otomatis warga Saudi tetapi kaum migran (ekspat) yang bekerja dan tinggal di Saudi. Mereka ini yang “hobi” umroh (dan haji) sehingga menyemarakan berbagai industri transportasi, juga hotel, motel, restoran, warung, toko, dlsb di Saudi. Lebih dari 30% penduduk Saudi adalah kaum migran dari berbagai negara, khususnya India, Pakistan, Bangladesh, Mesir, Yaman, Sudan, Aljazair, Filipina, Sri Lanka, Indonesia, dlsb. 30% itu data resmi, yang “migran bonek” juga banyak sekali. Mereka biasanya datang ke Saudi dengan visa umroh/haji, habis selesai umrah/haji mereka gak mau pulang, “menggelandang” atau ikut keluarga, sanak-famili, dan teman yang sudah terlebih dahulu tinggal disini. Dari rombongan hajiku kemarin yang juga dari “kloter Saudi” (via biro travel “Al-Kaaff”, khususnya yang dari Dammam) juga hanya satu orang yang warga Saudi, itupun dari daerah Jizyan yang sukunya agak dekat dengan suku-suku di Yaman. Mayoritas yang berhaji dari rombongan kami berasal dari Pakistan, India, Mesir, Tanzania, Maroko, Lebanon, dan Bangladesh. 

Coba perhatikan dengan seksama “wajah-wajah” mereka yang berhaji atau berumrah (misalnya saat tawaf atau salat di area Masjid Haram), jika Anda jeli dan paham tentang dunia ilmu keetnisan dan kesukuan, Anda akan tahu kalau mereka kebanyakan bukan warga “Arab Saudi” kecuali tentu saja yang menjadi petugas keamanan (baik tentara, polisi negara, maupun “polisi syariat”). Warga Makah sendiri pada waktu musim haji, lebih suka memilih tinggal berlibur di daerah lain, baik diluar Makah (Jeddah, Taif, Abha, dlsb), maupun diuar Saudi. Lonjakan peminat haji yang mencapai lebih dari 3,000% itu: dari sekitar 50-an ribu pada 1920-an hingga lebih dari 2 juta pada 2015, bukan berasal dari warga Saudi tetapi dari non-Saudi, khususnya non-Arab, khususnya lagi Indonesia yang warganya demen banget “koja-kaji” ke Makah kayak setrikaan he he. 

Jabal Dhahran, Arabia

Prof.Dr.Sumanto al Qurtuby, MSi,MA
Staf Pengajar Antropologi Budaya di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi

Ahok, Si Tukang Gusur


DUNIA HAWA - Kalau ada orang bangun gubuk di lahan kosong di dekat Jembatan Semanggi, apa yang harus dilakukan? Gusur. Tak peduli siapapun gubernurnya, apa pasti akan menggusur. Kenapa? Karena itu bangunan liar, menempati lahan secara ilegal. 

Kita melihat, siapapun gubernurnya, semua melakukan penggusuran. Karena di setiap masa selalu ada saja orang yang menempati lahan secara ilegal. Tidak hanya menyerobot lahan, mereka merampas tempat-tempat yang seharusnya menjadi ruang milik publik, seperti trotoir atau bahu jalan. Tak jauh dari rumah mertua saya di kawasan Setiabudi ada sederet bahu jalan yang berubah fungsi jadi tempat bedeng-bedeng yang dipakai orang untuk berjualan atau sekedar hidup di situ. Bagusnya, bedeng-bedeng ini sekarang sudah digusur.

Jakarta ini dipenuhi oleh manusia-manusia penyerobot ini. Kalau pemda tidak bertindak tegas, seluruh kota ini akan penuh gubuk liar. Maka menggusur itu wajib hukumnya.

Tapi mereka sudah lama menempati tempat itu. Ya, ibarat penyakit, mereka adalah penyakit maha kronis, karena selama ini mereka lebih sering dibiarkan ketimbang ketimbang ditindak. Ahok membuat perbedaan itu. Ia tak segan menindak, sehingga dalam masa 3 tahun ini ada begitu banyak penggusuran yang ia lakukan, sampai ia dikenal sebagai Tukang Gusur.

Sahkah hak orang yang menguasai tanah itu? Di belakang rumah mertua saya ada lahan yang tadinya hendak dipakai untuk bangunan. Tapi karena krisis moneter tahun 98, perusahaan pemiliknya menghentikan proyek pembangunan. Di lahan itu kemudian muncul bangunan-bangunan liar, rumah penduduk. Sudah belasan tahun mereka tinggal di situ. Mereka mulai merasa bahwa lahan itu hak mereka. Kalau nanti pemilik sahnya hendak memakai lahan itu, mereka akan menuntut berbagai ganti rugi.

Kejadian begini sudah jadi masalah klise di Jakarta. Penyerobotan tanah secara liar tidak terjadi secara acak. Ada preman, bekerja sama dengan aparat korup, yang mengambil untung, mengutip uang sewa dari pengguna, dengan jaminan keamanan semu. Pengguna merasa sudah membayar, mengira ia menempati lahan secara sah.

Masalah lahan ini adalah kombinasi antara kebodohan, kebebalan, premanisme, dan pejabat pemda yang korup. Hanya yang benar-benar bernyali yang berani melawannya. Ahok adalah pejabat yang bernyali itu.

Ahok dituduh orang bengis karena menggusur. Tapi faktanya penggusuran terjadi di Bandung, Tangerang, Depok, dan Surabaya. Hanya Ahok yang dimaki. Kenapa? Ah, panjang penjelasannya kalau soal itu. Tapi intinya, pembangunan Jakarta memang harus menggusur. Membangun itu harus tega. Kalau tidak, Jakarta akan tetap kumuh.

Di dekat kantor saya di Sudirman, di depan Gedung Niaga, ada trotoir dekat zebra cross yang luasnya tak lebih dari 2 meter persegi. Di situ ada penjual ketoprak dan bubur. Bayangkan, ini jalan protokol ibu kota, mau dibuat kumuh oleh pedagang bebal. Mau dibiarkan?

Istilah rakyat kecil sering membuat orang kehilangan akal sehat dalam melihat masalah. Saya tidak. Rakyat kecil harus dibantu. Tapi tidak dengan membiarkan mereka mengotori ibukota. Bantu mereka untuk berdagang dan berusaha di tempat yang benar. Yang tidak punya kemampuan bertahan hidup di Jakarta sebaiknya berhijrah ke tempat lain, misalnya menjadi petani, yang tidak memerlukan banyak modal dan keterampilan. Orang-orang kampung saya di Kubu Raya sana bisa hidup layak dan bahagia dengan jadi petani. Orang-orang seperti ini tidak perlu memaksakan diri hidup di ibukota.

Ahok menggusur, artinya ia membersihkan Jakarta. Lanjutkan Koh Ahok!

[hasanudin abdurakhman,phd]

Drama Pilkada DKI


DUNIA HAWA - Pilkada DKI sebagai miniatur peta politik Indonesia memang menarik untuk dicermati. Sejak Pilkada DKI 2012 isu SARA sudah ramai dihembuskan untuk menjegal Jokowi-Ahok sebagai Cagub-Cawagub DKI 2012-2017 baik melalui brosur, spanduk hingga ceramah di masjid-masjid. Kini menjelang Pilkada DKI 2017 kehebohan serupa juga terjadi lagi bahkan terasa jauh lebih seru, lebih saru, lebih wagu dan lebih lucu lagi.

Yang pertama berani tampil untuk melawan Ahok adalah Yusril. Sebagai mantan menteri dan ketua partai dia bahkan rela turun derajat dengan mengemis pada partai2 agar diajukan sebagai calon Gubernur DKI (yang levelnya masih di bawah menteri) karena partainya sendiri sudah jadi partai gurem yang hidup segan mati tak mau sehingga tidak mempunyai hak untuk mengajukan calon sendiri. Meski sudah menurunkan derajatnya dua kali toh akhirnya dia tetap gigit jari karena tak ada partai yang peduli hihi....

Kemudian ada musisi papan atas Ahmad Dhani. Mungkin karena sadar industri musik sudah tidak profit lagi dan beban karena harus menanggung 7 keluarga yang ayahnya / tulang punggung keluarganya mati ditabrak oleh anaknya dia lalu banting setir jadi politisi. Meski sudah bikin banyak sensasi dan kontroversi toh tak ada juga partai yang meliriknya. Akhirnya diapun rela turun derajat dengan menerima pencalonan sebagai wakil Bupati Bekasi (turunnya jauh banget dari calon Gubernur cuma jadi calon wakil Bupati hihi...)

Mama Banteng ternyata piawai dalam berpolitik. Dengan mengulur waktu pengajuan calon di detik2 terakhir akhirnya analisa para pengamat dan strategi partai2 saingan jadi buyar semua. Dengan mengulur waktu dia bisa menganalisa dan membaca langkah langkah partai yang lain dengan lebih jeli. Dan dengan mengulur waktu ini dia bisa bikin partai lain kerepotan merencanakan strategi dan mensosialisasikan jagonya karena waktunya jadi semakin mepet.

Tapi toh akhirnya Pilkada DKI tidak bisa lepas dari bayang bayang tiga patron politik yaitu : Megawati, SBY dan Prabowo. Tiga tokoh ini sulit akur karena masing2 punya sakit hati dengan yang lainnya. Megawati sakit hati pada SBY karena dulu merasa disalip di tikungan saat Pilpres 2004. Prabowo sakit hati pada SBY karena dulu ikut memecat dirinya dari TNI. Prabowo juga sakit hati pada Megawati karena merasa dikhianati saat perjanjian Batu Tulis. Dan kini akhirnya kubu Megawati mengajukan : Ahok – Jarot. Kubu SBY mengajukan Agus - Silviana. Sedang kubu Prabowo mengajukan Anies – Sandi.

SBY demi memuaskan ego dan ambisinya untuk melanggengkan politik dinasti berhasil “memaksa” anaknya untuk melepaskan karir militernya yang cemerlang. Politik dinasti SBY sudah tampak saat dia melempar wacana untuk mengajukan Ani Yudhoyono sebagai calon presiden 2019. Demi ambisi ini SBY bahkan terpaksa menjilat ludahnya sendiri karena dulu pernah berkata : “Perwira TNI-Polri jangan bercita-cita jadi Gubernur.” Tapi andai Agus gagal menjadi Gubernur DKI toh dia sudah hampir pasti bakal menjadi Ketum Demokrat menggantikan ayahnya. Dan dengan pencalonan ini setidaknya juga menjadi ajang sosialisasi agar Agus makin dikenal publik untuk memuluskan langkahnya apabila nanti akan maju di Pilpres 2019.

Yang agak unik adalah pencalonan Anies Baswedan. Selama ini Anies dikenal sebagai akademisi yang cerdas, santun, demokratis, toleran dan progresif. Tapi dengan diusungnya dia oleh Gerindra dan PKS maka dikhawatirkan dia akan terjebak oleh gaya politik PKS yang gampang tebar hoax, fitnah dan isu SARA sebagaimana dulu Prabowo dan Gerindra yang dikenal demokrat dan nasionalis juga akhirnya ketularan dengan “penyakit” PKS ini. Cyber team dan pasukan hoax, fitnah dan isu SARA yang dikomandani Juragan Jonru Sinting pasti juga akan beraksi dengan lebih masif lagi. Makin unik lagi karena Anies dulu pernah berkata : "Prabowo-Hatta diusung para mafia."


Yang paling lucu adalah Habib Rizieq dan FPI. Dari awal dia adalah yang paling gencar mengkampanyekan anti Ahok bahkan sampai bikin demo besar-besaran yang berujung kerusuhan hingga mengangkat Gubernur tandingan abal-abal segala. Tapi dia sulit mengajukan calon karena tidak punya kendaraan politik sekaligus tidak punya kader yang populer dan dipercaya serta dicintai rakyat. Akhirnya dia cuma bisa teriak kopar-kapir sendirian kayak orang stress tanpa bisa memberi solusi ataupun alternatif pilihan. 

Yang paling ajaib tentunya adalah “Sang Partai Ajaib”. Meski di Pilpres 2014 dan Pilkada DKI 2017 ini tidak ada kadernya yang bisa diajukan (karena mungkin tidak ada kadernya yang populer dan dicintai rakyat) tapi sebagai partai ajaib dan oportunis yang terampil dalam berjungkir balik dan berakrobat politik tentunya dia tidak bakal kehabisan cara. Apapun dilakukan yang penting bisa kebagian jatah. Siapapun akan diperjuangkan yang penting bisa dimanfaatkan demi misi dan tujuannya sendiri.

Jadi mari kita saksikan dagelan politik terbaru ini. Mari kita saksikan bagaimana setiap orang berebut untuk menang meski seringkali dengan mengingkari hati nurani dan menjilat ludah sendiri. Mari kita renungi perkataan Nikita Khrushchev (1894-1971) yang pernah mengatakan : "Politisi itu semuanya sama. Mereka berjanji membangun jembatan meskipun sebenarnya tidak ada sungai di sana."

[muhammad zazuli]

Mega Sukses Permainkan Prabowo dan SBY


DUNIA HAWA - Koalisi Mantan akhirnya secara resmi mengusung pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni. Ini memang mengejutkan, saya maklum kalau Muhaimin Iskandar sempat menyebut semoga ada calon turun dari langit. Ternyata memang benar-benar dari langit yang biru (Demokrat). Tapi kejutan ini tak terlalu syuper. Sebab awalnya saya kira kejutannya akan sangat luar biasa, misalnya Chairul Tanjung berpasangan dengan Agus Harimurti atau Ani Yudhoyono. Kan greget.

Di sisi lain, Gerindra dan PKS masih ngotot akan mengusung calon sendiri. Dua partai ini masih sama-sama coba memaksakan kehendaknya. PKS menyodorkan Mardani Ali Sera, sementara Gerindra menginginkan duet Sandiaga Anies Baswedan. Anies jauh lebih berpotensial dibanding Mardani yang sebagaian besar warga tak mengenalnya.

Masalahnya adalah, jika Sandiaga berpasangan dengan Anies, itu artinya PKS tidak mendapat posisi apa-apa. Jika begitu, ada kompensasi sangat mahal yang harus dibayarkan Gerindra atau Sandiaga. Negosiasi perkara kompensasi ini sangat memakan waktu, sehingga wajar kalau sampai pagi ini belum ada keputusan resmi.

Selain itu, ada juga masalah lain. Anies Baswedan menyatakan enggan untuk menerima posisi Cawagub. Dari informan seword devisi konsultan, Anies hanya mau menerima jika di posisi Cagub. Ini artinya, Sandiaga harus mengalah jika mau menggandeng Anis Baswedan. Selain itu Sandiaga juga harus bertanggung jawab memberi kompensasi pada PKS yang tak mendapat posisi.

Dua calon pasangan lawan Ahok-Djarot ini sangat menarik. Sehingga layak dianalisa secara titik-titik oleh Pakar Mantan.

Kecerdasan Megawati


Keputusan Megawati untuk tutup mulut rapat-rapat adalah sebuah sikap serta strategi politik yang sangat mematikan. PDIP yang baru mengumumkan Cagub Cawagub nya malam hari sebelum hari pendaftaran ke KPU dibuka membuat semua partai politik kejang-kejang.

Bayangkan, koalisi kekeluargaan sudah dibentuk dan PDIP termasuk di dalamnya. Semua partai kecuali Golkar, Hanura dan Nasdem sepakat untuk melawan Ahok. Lobi-lobi internal partai terus berjalan. Mereka semua sepakat untuk mengusung Risma Walikota Surabaya ke Jakarta.

Banyaknya politisi dan kader PDIP juga berkomentar tidak akan mengusung Ahok menjadikan peta politik Jakarta seolah selesai, Ahok tak akan didukung PDIP, artinya kemungkinan besar Risma jadi penantang. Dan partai-partai lain akan siap mendukung, jangankan PKB atau PAN, PKS pun menyatakan siap bergabung dengan PDIP jika Risma dimajukan.

Ahok juga memainkan peran. Sehari sebelum pengumuman, Ahok menyatakan tidak akan menunggu PDIP. Kalau pendaftaran dibuka, Ahok akan langsung mendaftar bersama Golkar, Hanura dan Nasdem. Pernyataan tersebut siang hari, sementara Ahok diumumkan secara resmi oleh PDIP malam harinya.

Artinya apa? Semua mereka sedang bermain sinetron politik harapan palsu. Ahok juga dengan liciknya memberi harapan pada partai lain untuk terus menego PDIP. Padahal malamnya Ahok diumumkan secara resmi, mustahil siangnya Ahok belum tahu.

Partai politik selain PDIP, Hanura, Golkar dan Nasdem sama sekali tidak memiliki persiapan. Sampai di detik terakhir mereka masih berharap PDIP mengusung calon sendiri, sehingga mereka bisa merapat ke PDIP atau memilih mendukung Ahok. Namun ternyata PDIP malah mengusung Ahok Djarot. Maka wajar kalau PKB, PAN, PPP dan Demokrat mendadak rapat berkali-kali hingga malam hari. Bahkan semalam mereka tak tidur sampai dinihari untuk merumuskan calon pasangan Cagub Cawagub. Sementara PKS langsung merapat ke Gerindra untuk bisa mengusung calon sendiri.

Semuanya kaget karena belum punya persiapan. Sementara pendaftaran ke KPU hanya tangal 21, 22 dan 23 September, hari ini terakhir. Dalam waktu 3 hari mereka dipaksa melakukan konsulidasi politik dan harus selesai. Semula pilihan mereka adalah mendukung Ahok atau melawannya bersama PDIP. Tapi setelah PDIP secara resmi mengusung Ahok-Djarot, maka mereka kelimpungan karena hanya punya pilihan harus melawan. Itupun mereka hanya punya waktu 3 hari. Apa ga kelimpungan? Lihatlah betapa cerdasnya Megawati membuat semua partai kebingungan.

Cagub Cawagub mentah yang dipaksakan


Ahok sudah memainkan politik sejak setahun yang lalu dengan Teman Ahok. Dia jelas memiliki suara dukungan dan banyak rencana. Strategi sangat matang. Tidak percaya? Tak masalah. Minimal kita harus sepakat bahwa Ahok satu-satunya kandidat yang sadar akan bertarung di Pilgub DKI. Sementara lawannya adalah orang-orang baru yang sampai dua hari lalu masih belum memiliki kepastian apakah akan maju di Pilgub atau tidak.

Gara-gara strategi injury time Megawati, Koalisi Mantan akhirnya menghasilkan Agus Harimurti dan Sylviana Murni. Sementara Koalisi Hambalang, mengerucut pada Sandiaga, Anies dan Mardani. Selain Anies Baswedan yang pernah jadi menteri, siapa yang kenal sisanya? Saya jamin 80% warga tidak kenal.

Dua pasang calon merupakan nama-nama mentah belum siap saji yang coba dipaksakan melawan Ahok-Djarot. Ibarat mie instan diolah dengan air dingin karena tidak sempat membuat air panas. Bagaimana rasanya? Seperti itulah Agus Harimurti, Sylviana, Sandiaga, Anies dan Mardani.

Dan semua kekacauan ini adalah berkat strategi politik Megawati. Semuanya dibuat kelimpungan, kejang-kejang dan yang sesapian dengannya.

Gengsi SBY Prabowo


Banyak yang bertanya-tanya mengapa Gerindra tidak bergabung dengan Demokrat? Sementara mereka akan melawan calon kuat Ahok Djarot. Menurut kacamata Pakar Mantan, ini soal masa lalu yang masih belum bisa dilupakan.

Pada Pilpres 2014 lalu banyak yang penasaran mengapa Demokrat tidak bergabung dengan Gerindra? Padahal Hatta Rajasa besannya sedang bertarung menjadi Calon Wakil Presiden menggandeng Prabowo. Jawabannya karena SBY gengsi. SBY pernah dipukuli oleh Prabowo, ini karena SBY ember memberi tahu Prabowo kabur dari camp Akabri. Saat itu Prabowo dihukum oleh Gubernur Akabri, Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, yang merupakan ayah Ani Yudhoyono.

“Ini background kenapa nggak mungkin SBY ke sana meskipun kemudian besannya di sana, akhirnya dia dukung tapi nggak terang-terangan. Ini masalah gengsi. Dulu digebukin kok sekarang dukung,” tandas Hermawan Sulistyo mantan Ketua Tim Investigasi TGPF (Tim Investigasi Pencari Fakta) Kerusuhan Mei 1998.

Jadi kalau sekarang Demokrat belum mau berkoalisi dengan Gerindra, sebenarnya bukan hal luar biasa. Jangankan hanya alasan kuatnya seorang Ahok, besannya ikut Pilpres pun SBY tak mau merapat ke Prabowo.

Inilah kenapa sempat ada ultimatum memberi waktu pada PKS Gerindra untuk merapat sebelum jam 23:00 semalam. Semuanya karena gengsi. Prabowo gengsi mau merapat ke partai gurem Demokrat, sementara SBY gengsi mau merapat ke Gerindra karena dulu pernah digebuki. Alhasil mereka kini mengusung calon sendiri-sendiri.

Faktor gengsi tersebut sangat dipahami oleh Megawati. Beliau paham SBY dan Prabowo tak akan berkoalisi. Inilah kenapa partai-partai menunggu PDIP. Prabowo bersedia rujuk dengan Megawati asal tidak mendukung Ahok, mantan kadernya. Sementara SBY dalam posisi wait and see, jika PDIP mengusung Risma maka otomatis Demokrat merapat ke Ahok. Tapi malah tidak dua-duanya. Kemudian SBY dan Prabowo tetap dengan gengsinya masing-masing. Megawati sudah hampir pasti menang dengan Ahok-Djarot, inipun disadari oleh Prabowo dan SBY. Tapi Pilgub DKI bukan hanya soal menang kalah, ini soal gengsi. Ahok silahkan menang, tapi perseteruan gengsi Prabowo SBY akan terus berlanjut. Ini mirip seperti Marquez yang sudah jauh di depan, sementara Rossi dan Lorenzo malah saling pepet di belakang karena memperebutkan posisi dua.

Begitulah kura-kura.

[seword]