Thursday, August 25, 2016

Mengaku Dapat Wangsit dari Gunung Kawi, Lakukan 'Tapa Pepe' di Kantor PDIP Untuk Tolak Ahok


Dunia Hawa - Lelaki asal Gunung Kawi, Malang, bernama Djoemali Darmokondo (48) bersama tiga orang beraksi di depan kantor Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Rabu (24/8/2016). Aksi mereka dinamakan Tapa Pepe.

Kemudian tiga rekan Djoemali beraksi duduk sambil bermain wayang. Ketiga orang ini tak mengenakan baju.

Selanjutnya, Djoemali menyiramkan tepung dan air berwarna merah ketiga rekannya.

Djoemali mengatakan aksi ini sebagai bentuk protes rakyat kepada penguasa atas kondisi bangsa yang tidak stabil. 

Ia menceritakan pada zaman kerajaan Majapahit, tradisi Tapa Pepe atau berjemur beramai-ramai juga dipakai untuk menyampaikan aspirasi kepada raja di alun-alun keraton.

"Artinya Tapa Pepe itu berjemur, jika kondisi tidak harmonis, itulah rakyat berkuasa, maka para rakyat jelata yang menyampaikan aspirasi di alun-alun, di pendopo agung ini biasanya ditemui oleh rajanya, kemudian raja menyampaikan apa maumu, apa kehendakmu? Ada persoalan apa?" ujar Djoemali.

"Elit-elit kerajaan punya persoalan seperti di sektor agraria, pertanian kekeluargaan dan mentalitas dan itu biasanya dengan Tapa Pepe. Malamnya mereka juga ritual doa karena bagaimana pun yang namanya penguasa raja di pendopo ini adalah representasi dari illahi. Tuhan pun merepresentasikan untuk menghargai orang-orang miskin," Djoemali menambahkan.

Djoemali dan rekan-rekan sengaja datang ke DPP PDI Perjuangan karena mendengar partai ini akan mengusung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di pilkada Jakarta periode 2017-2022. Wacana tersebut muncul di tengah penolakan sebagian warga yang menganggap Ahok memimpin tidak dengan cara santun dan tidak konsisten, bahkan cenderung seperti kutu loncat, pindah dari satu partai ke partai lain.

"Saya dapat ilham dari lereng Gunung Kawi disuruh ke sini (PDI Perjuangan), yang menyatakan bahwa PDI Perjuangan telah kehilangan telunjuk atau arah," katanya.

Menurut pengamatan Suara.com aksi tersebut sempat membuat kemacetan lalu lintas di depan kantor PDI Perjuangan.

Aparat kepolisian sampai meminta Djoemali dan kawan-kawan berhenti aksi karena dianggap tidak memiliki izin.

[suara]

Pobia Salib; Antara Agama dan Pil Ekstasi



Dunia Hawa - Dalam beberapa hal, agama itu mirip pil ekstasi. Keduanya bisa membuat "mabuk" dan "terbang" orang-orang yang menelannya. Sebagaimana ekstasi atau "pil koplo" ini, agama juga mampu membuat para pemeluk fanatiknya kehilangan nalar-pikiran waras. Beragama, jika tidak diiringi dengan akal sehat, memang bisa menyulap para pengikutnya menjadi "kerbau-kerbau bebal" persis seperti orang mabuk yang otaknya kosong-mlompong.  

Simaklah apa yang dilakukan oleh anggota FPI (Front Pelecehan Islam) yang menganggap jaket paskibraka merah putih bersilang ini sebagai bagian dari modus untuk memasyarakatkan salib dan mengsalibkan masyarakat (di Banten). Hanya orang "mabuk" yang mempunyai pikiran-pikiran tidak waras seperti ini. Hanya orang "mabuk" pulalah yang mempercayai Hawa (Eva)--yang oleh agama-agama Semit dinarasikan sebagai perempuan pertama di dunia--sudah berjilbab sejak detik pertama "turun" ke bumi.     


Banyak contoh orang beragama yang perilakunya bukan seperti manusia tetapi hanya "setengah manusia" saja alias "das man". Lihatlah bagaimana bengisnya perilaku sejumlah kelompok agama yang seperti orang "teler" alias "mabuk" melakukan berbagai tindakan kriminal dan tidak manusiawi: kekerasan, pengrusakan, pembunuhan, pemerkosaan dan sebagainya. Mereka mengkliam melakukan semua itu demi membela agama dan Tuhan. Agama dan Tuhan dengkulmu.

Beragama seharusnya mampu mengantarkan pemeluknya menjadi "manusia sejati" alias "der Ubermensch" yang ramah-toleran dengan sesama umat manusia dan alam semesta. Agama hadir, saya percaya, untuk membantu umat manusia agar menjadi individu-individu yang sempurna atau "manusia sejati" tadi. Apalah artinya beragama, jika hanya menurunkan derajat dan kualitas Anda dari "manusia penuh" menjadi "menusia setengah"? Beragama kalau begini caranya kan "mubazir". Mikir dikit kenapa, dikit saja...

Jabal Dhahran, Arabia

Prof.Sumanto al Qurtuby
Staf Pengajar Antropologi Budaya di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi, dan Visiting Senior Research Fellow di Middle East Institute, National University of Singapore

Kaum Pembenci Tambah-tambahan


Alkisah di negeri ini terdapat satu kaum yang hobinya kejang kejang kelojotan berpikir sebuah gambar tanda PLUS (+) bisa membuat orang murtad pindah agama.

Tahun 2016 di abad Milenium saat ras manusia tengah sibuk berlomba menguasai antariksa (space race) , kaum ini masih meriang panas dingin melihat 2 garis berpalang membentuk tanda Tambah (+) pada Matematika.

Mungkin ini alasan mereka hobi mengkafirkan yang tidak sealiran dan mengkavling surga hanya untuk golongan mereka saja. Mereka ingin mengurangi populasi surga karena mereka hanya suka tanda Kurang (-) pada Matematika.

Benci Tambah-Tambahan, Suka Kurang-Kurangan

Mungkin itu juga sebabnya mereka cenderung Minus dalam segala hal.. Minus akhlak, Minus Adab, Minus Perilaku, Minus Pendidikan, Minus Moral, Minus banyak hal.. disebabkan karena mereka membenci segala sesuatu yang berbau Plus.

Benci Plus, Suka Minus

Ustad Abu Janda Al Boliwudi

Kekonyolan Simbol 


Lambang palang merah tadinya diambil dari lambang bendera Swiss, negara asal Henry Dunant, pendiri gerakan palang merah. Simbol ini ditetapkan pada sebuah konferensi yang dihadiri oleh 14 negara pada tahun 1863.

Tapi dalam perang melawan Rusia pada tahun 1876 Turki menolak memakai lambang palang merah. Simbol inj dianggap mewakili Kristen. Maka Turki memakai lambang bulan sabit merah, yang kini dipakai di banyak negara muslim. 

Tahun 2005 diperkenalkan simbol baru, yaitu kristal merah, yang lebih netral, tidak salib, tidak pula bulan sabit.

Palang merah tadinya adalah gerakan yang netral, tujuannya menyelamatkan orang-orang yang terluka pada peperangan. Ternyata dalam semangat yang netral itu masih ada prasangka-prasangka lain, sehingga simbolnya pun dipermasalahkan.

Kekeonyolan soal anti salib ini masih terus berlanjut.

Hasanudin Abdurakhman, PhD

Momen Persalinan Dilihat dari Sudut Pandang Suami


Dunia Hawa Siapa bilang persalinan adalah suatu momen menegangkan yang hanya dialami oleh para calon ibu saja? Tanpa disadari kita sering lupa bahwa beberapa suami juga mengalami ketegangan atau bahkan ketakutan yang sama ketika istrinya akan menghadapi persalinan. Hal ini sering dilupakan oleh para calon ibu karena mereka terlalu tegang, stress, panik atau justru terlalu menikmati detik-detik menuju persalinan, sehingga mereka pun tidak sempat memperhatikan kondisi psikologis suaminya. Berikut ini adalah beberapa macam ketakutan suami saat menghadapi persalinan dan beberapa tips untuk mengatasinya. 

Ketakutan Pria saat menghadapi Persalinan


Ketika anda akan segera melahirkan sang buah hati, tidak dipungkiri bahwa terkadang beberapa suami mengalami beberapa macam ketakutan yang bisa membuatnya merasa bingung dan gelisah. Ketakutan yang pertama adalah ketakutan akan keselamatan si ibu dan bayi. Saat melakukan persalinan, taruhan yang anda berikan untuk melahirkan si buah hati adalah nyawa dan suami anda mungkin sadar betul akan hal itu. Meskipun ia mungkin tidak menunjukkan kekuatiran dan ketakutannya secara terang-terangan, tetapi di dalam hati ia pasti merasa gelisah dan tidak tenang sampai ia benar-benar melihat anda dan si kecil berhasil melalui proses persalinan dengan sukses. 

Ketakutan yang kedua adalah ketakutan akan hari depan. Sebagai kepala keluarga, merupakan hal yang wajar jika ia mengkuatirkan kehidupan keluarganya di masa yang akan datang. Momen kehadiran si kecil akan membuatnya tersadar bahwa kini tanggung jawabnya semakin besar dan kebutuhan yang harus dipenuhi pun akan semakin banyak.

Yang terakhir adalah kekuatiran akan perubahan hubungan anda dan dia sebagai suami istri. Suami anda mungkin saja kuatir jika kemesraan antara anda berdua akan semakin berkurang karena kehadiran si kecil. Anda mungkin akan terlalu sibuk dan lelah mengurus si kecil sehingga lupa untuk memperhatikan kebutuhan suami. Inilah yang menjadi ketakutan terbesarnya.

Tips untuk Mengatasi Ketakutan Tersebut


Sebagai istri yang baik, tentu tidak ada salahnya jika anda meluangkan waktu sejenak untuk memperhatikan kondisi serta kebutuhan suami di tengah-tengah hiruk pikuk persiapan persalinan. Cukup lakukan beberapa tips berikut ini dan anda pasti akan bisa membantu mengurangi atau setidaknya menghibur suami saat ia merasa kuatir dan takut.

Yang pertama, yakinkan suami bahwa ia pasti akan menjadi suami sekaligus ayah yang hebat. Pujilah dia dengan segala kelebihannya dan berikan motivasi agar ia tak perlu merasa terlalu kuatir akan masa depan keluarga. Katakan kepadanya bahwa ia akan menjadi ayah, suami sekaligus pekerja yang hebat, yang dapat memenuhi segala kebutuhan rumah tangga. Berikan juga semangat dan dorongan agar ia tidak menjadi lesu.

Yang kedua, buatlah perjanjian dengan suami untuk meluangkan waktu di akhir pekan hanya untuk anda berdua. Tak perlu pergi ke luar rumah jika memang kondisinya tidak memungkinkan. Cukup dengan mengobrol dan bersantai di teras rumah atau menonton film berdua di rumah saja sudah cukup untuk mendekatkan hubungan anda berdua sebagai suami istri.

Proses Persalinan Normal :


[dh]