Wednesday, August 3, 2016

Perkembangan Bayi 6 Bulan


Dunia Hawa - Bayi adalah makhluk kecil yang sangat ajaib. Setiap perkembangannya sangatlah unik dan seringkali menjadi perhatian utama oleh para orang tua. 

Hal ini menjadi yang paling menarik untuk dipahami apalagi pada orang tua baru yang baru pertama kali mengikuti perkembangan buah hatinya. 

Setiap momen bayi adalah yang paling berharga untuk dipahami dan diikuti. Terkadang para orang tua baru tersebut haruslah memiliki pengetahuan yang luas terutama pada perkembangan bayi 6 bulan yang merupakan awal-awal penyesuaian bagi para orang tua baru akan lahirnya buah hati yang sangat mereka idam-idamkan sebelumnya. 

Artikel berikut mungkin akan memberikan gambaran pada anda lebih lanjut tentang detil perkembangan pada bayi di usia tersebut.

Jika anda mempunyai bayi berusia kurang dari 6 bulan, berikut kemungkinan yang sedang terjadi pada perkembangan buah hati kecil anda. 

Pada perkembangan bayi 6 bulan, bayi akan belajar memaksimalkan fungsi jari jemarinya dengan baik. Mereka akan berusaha menggerakkan dengan maksimal organ tangan mereka untuk memegang, mengidentifikasi sekelilingnya dengan kedua tangan yang lengkap denga jari jemarinya yang mungil untuk mengambil sesuatu yang terlihat oleh mata mereka dan mereka tidak segan-segan untuk memasukkan benda-benda tersebut ke dalam mulut mereka untuk membantu proses indentifikasi tersebut. 

Selain mengambil mereka juga akan berusaha menggenggam, memulkul, memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lainnya.

Selanjutnya, penglihatan mereka juga berkembang dengan sangat baik. Mereka menggunakan matanya untuk mengidentifikasi orang-orang yang ada di sekelilingnya bahkan benda-benda kecil ataupun besar yang ada di sekelilingnya. Dalam hal berbahasa, perkembangan bayi 6 bulan juga menunjukkan jika pada seusia ini, bayi akan mengeluarkan kata-kata yang terdiri dari satu hruf konsonan dan satu huruf vokal seperti pada kata ‘ma’, ‘pa’, ‘na’, etc yang dikeluarkan dari mulutnya dengan nada yang ritmis atau berirama.

Tips


Bisa disimpulkan dari uraian di atas bahwa pada perkembangan bayi 6 bulan, bayi sangat belajar dari sekelilingnya dengan menggunakan inderanya dengan baik. Mereka akan mengekplorasi dengan baik keadaan sekelilingnya yang masih merupakan hal yang baru bagi mereka. dalam hal ini orang tua haruslah memfasilitasi dengan baik perkembangan buah hatinya dengan menyediakan mainan bayi yang sesuai dengan perkembangan bayi 6 bulan ini. 

Para orang tua bisa membelikan dan juga memberikan mainan berupa mainan yang lembut dan aman untuk digigit dan juga pilihlah mainan yang berbunyi untuk merangsang inderanya yang lain. 

Selain itu mulailah melakukan kebiasaan untuk membacakan cerita atau dongeng untuk buah hati anda walaupun mereka belum sepenuhnya mengerti dengan cerita yang anda bacakan. 

Yang paling terpenting adalah orang tua haruslah memberikan stimulus yang baik untuk motorik kasar dan juga motorik halusnya.

[dh]

Kami Muslim, Kami Selalu Benar !!


Dunia Hawa - "Anggap warga tanjung balai anarkis, Jokowi bela etnis Tionghoa oknum pembuat rusuh?"

Ini judul sebuah berita di media online yang ada kata "muslim-nya".

Jika anda orang yang sering membaca dan berlogika sehat, tentu menolak judul tersebut.

Kenapa? Karena, pertama seorang ibu etnis tionghoa itu protes terhadap pengeras suara yang mengganggunya. Protes adalah hal yang wajar, menyuarakan hak-nya atas kenyamanan yang terganggu. 

Yang kedua, ada tudingan bahwa Jokowi sangat membela si etnis Tionghoa karena menganggap warga Tanjung Balai anarkis. Tudingan dalam judul berita itu membesarkan protes si ibu yang mereka anggap oknum perusuh dan mengecilkan anarki pembakaran vihara. 

Judul berita itu membalikkan logika berfikir yang masih sehat. Bagaimana bisa orang protes dianggap oknum perusuh, seakan-akan kejahatan protes jauh lebih besar dari membakar vihar ? Dan ketika Jokowi mengutuk aksi pembakaran itu sebagai tindakan anarkis, bagaimana bisa ia dituding membela si orang yg protes yang ber-etnis Tionghoa?

Kaum otak setengah matang tentu pusing memikirkan logika yang - memang sengaja dibalik-balik itu. Daripada berat mikir, maka lebih mudah "salahkan Jokowi" dan " salahkan si etnis Tionghoa", karena Jokowi dan etnis Tionghoa adalah tempatnya salah.

Jadi merekalah akar semua kesalahan yang ada. Kalau pantat mereka bisulan, bisul itu pasti ber-etnis Tionghoa dan ini salah Jokowi.

Sedangkan si pembakar vihara, meskipun mereka salah, tapi kesalahannya tidak sebesar Jokowi dan etnis Tionghoa. Kenapa? Karena mereka muslim, jadi muslim haruslah berada di pihak yang benar, apapun itu kesalahannya. 


Kita bisa ketawa keras ketika bertemu dengan mereka yang logikanya kebalik seperti itu. Kita biasanya jadikan meme-memean dan ngikik sampe kopi pun muncrat sekeras-kerasnya. Tapi jangan salah, kaum yang kita namakan kaum 2D itu banyak jumlahnya.

Merekalah yang dengan kecepatan cahaya menshare berita dengan logika terbalik begitu. Hanya dengan membaca judul saja.

Selama berita itu sesuai dengan pembenaran mereka, maka wajib ketik amin dan bagikan. Dan lalu komen bla bla sampai kadang mengutip ayat dan hadis yang juga penafsirannya keliru. "Kami muslim, kami selalu benar".

Orang bodoh dalam jumlah yang besar adalah senjata yang berbahaya. Bungkuslah kebodohan dengan nama agama, maka perhatikan kerusakan yang dibuatnya.

Para pemain di belakang layar tentu paham ini. Mereka membangun ribuan website, membuat ribuan akun di medsos, upload peristiwa terbakarnya vihara dengan judul yang bombastis. Pada intinya, mereka mengarahkan ke satu titik bahwa peristiwa Tanjung balai ini terjadi karena kesalahan Jokowi dan Etnis Tionghoa.

Mengerikan, ya? Seruput kopi dulu biar tenang...

Pahami, begitulah model yang terjadi pada kerusuhan di timur tengah. Membangkitkan kebanggaan akan golongan setinggi-tongginya, memposisikan golongan pada posisi yang selalu benar dan menjatuhkan kredibilitas orang yang kontra dengan mereka. 

Ketika kita kontra, maka keluarlah label syiah, kafir, JIL, liberalis, pluralis sampe margarito kamis. Kadang dibumbui peran Yahudi yang selalu pake Remason. 

Begitulah fakta di lapangan, betapa berbahayanya media sosial dan online dalam mengacaukan logika berfikir mereka.

Kacau logika ini bukan hanya milik kaum penggemar nasi bungkus karet dua, bahkan mereka yang bergelar S2 pun menjadi kacau logikanya. Ini akibat kebanggaan berlebih terhadap golongan sehingga pakaian suku, agama dan ras mereka terlalu ketat membungkus jiwa yang penuh lemak.

Inilah musuh kita yang nyata meski mereka ada di dunia maya. Karena itu tidak salah ketika banyak pemuka agama yang jalan berfikirnya sehat menyerukan jihad di media sosial melawan propaganda kebodohan yang mereka doktrin setiap waktu. Internet menjadi medan perang antara sebelum menuju perang fisik yang sesungguhnya.

Jadi sekali lagi pahami pola mereka.

Sesungguhnya kejadian seperti pembakaran vihara di Tanjung balai itu hanya sebagai pelengkap peristiwa saja. 

Tujuan mereka sebenarnya menanam bibit bibit permusuhan yang pelan pelan tumbuh dalam dada kaum intoleran yang akalnya melemah dengan kebanggaan dirinya yang semakin tinggi.

Persis kata Imam Ali as, " Mereka yang kebanggaan dirinya meninggi, akalnya melemah.."

Terbukti lagi kata kata beliau dalam memisahkan mana kebenaran dan mana kesalahan.. Seruputtt..

[denny siregar]

Tanjung Balai : "Kebencian dan Kesenjangan"


Dunia hawa - Ahmad Taufik, pembuat posting provokatif tentang kerusuhan Tanjung Balai adalah seorang penganggur. Sedihnya, ia sedang sakit, stroke. Dalam keadaan sakit seharusnya ini berpikir tentang hal-hal yang damai, yang bisa membantu penyembuhan. Ia melakukan sebaliknya.

Orang-orang seperti Taufik ini sangat gampang terjebak pada sterotype. Cina itu kaya, dan mereka mendapatkan kekayaannya dengan cara yang curang. Mereka angkuh dan arogan, mendiskriminasi orang, dan tidak peduli. Ini semua adalah bahan bakar untuk mengobarkan kebencian.

Setiap kali kami pergi ke hotel atau makan di restoran mewah, istri saya sering berkata,"Hampir semua tamunya orang Cina, ya." Saya bilang,"Itu salah. Yang benar adalah, semua orang di sini adalah orang berduit. Temasuk kita. Setiap orang bisa berduit, kalau mereka berusaha." Lalu saya ingatkan istri saya tentang bagaimana kami berjuang, dari dulu hingga sekarang.

Orang-orang seperti Taufik ini hanya melihat hasil, yang sudah diraih oleh orang lain. Ia tidak melihat proses yang dilalui orang lain, dan tidak belajar dari situ. Ketika ia tidak mendapatkan sesuatu seperti orang lain, maka ia marah, menyalahkan pihak-pihak lain. 

Kesenjangan memang ada di tengah kita. Sebagian besar sebabnya adalah soal pola pikir. Kemudian soal etos kerja. Maka kalau kita mau mengurangi kesenjangan caranya tidak sekedar membagikan uang receh kepada pengemis. Kita harus berbagi pengetahuan dan pengalaman, agar pola pikir orang-orang berubah. Dengan modal itu mereka dapat mengubah nasib, menaikkan taraf hidup, dan dengan tangan mereka sendiri mereka memperkecil kesenjangan.



[hasanudin abdurakhman, phd]