Saturday, July 30, 2016

Tanjungbalai : Mereka Ingin Kita Pecah


Dunia Hawa - Menurut camat Tanjungbalai, kejadian bermula dari seorang wanita tionghoa yang memprotes toa masjid yang terlalu keras.

Wanita dan warga yang hendak shalat bersitegang, tapi sudah diamankan dan kembali pulang.

Permasalahan muncul ketika di medsos terjadi provokasi. Ada yang bilang masjid dilempari, imam diusir, ada juga yang bilang shalat magrib dihentikan. Postingan postingan provokasi itu menyebar luas disertai seruan pembakaran vihara.

Dan entah darimana datangnya massa kemudian membakar vihara. Tidak jelas juga kenapa vihara, karena si wanita belum diketahui agamanya.

Daripada mengutuk situasi, menyalahkan pihak tertentu dengan berbagai sindiran, lebih baik melihat lebih dalam bahwa konflik di negara kita sebenarnya sedang dipetakan.

Di Deli Serdang misalnya permasalahan babi panggang sebenarnya hanya masalah picu yang sedang ditekan saja. Prosentase jumlah penduduk antara suku Melayu dan suku Karo yang tidak begitu jauh, berpotensi dibenturkan. Sedangkan Tanjungbalai dikenal sebagai wilayah multi-etnis.

Beragamnya suku, ras dan agama di Indonesia di masing-masing wilayah memungkinkan untuk selalu digesek. Kebanggaan kebanggaan simbol dicuatkan dan dipoles terus dengan aura kebencian, sehingga setahap demi setahap bibit dendam di munculkan.

Karena itu, diharapkan kita yang ber-medsos ini cerdas dalam menyikapi berita dan provokasi sehingga tidak selalu meng-generalisasi bahwa itu suku tertentu, agama tertentu atau ras tertentu. Tetapi itu sebuah trik untuk memecah belah kita yang berbangsa satu, bangsa Indonesia.

Mereka menyiramkan api di medsos, kita siramkan air sebagai tandingannya. Propaganda lawan dengan propaganda. Provokasi lawan dengan edukasi.

Goncangan ke depan akan semakin nyata. Banyaknya kepentingan supaya Indonesia ini pecah, baik dari sisi pengambil-alihan pemerintahan dalam konsep khilafah sampai negara luar yang terancam ekonomi dengan bangkitnya Indonesia, menjadikan negara kita seperti gunung berapi yang terus menerus mengeluarkan asap dan siap untuk diledakkan secara nasional.

Semoga NU dan Muhammadiyah segera menyebarkan santri-santrinya untuk meng-edukasi Islam yang ramah bukan yang penuh amarah. Juga para petinggi petinggi agama di daerah rawan konflik segera membuat MOU persatuan menghindarkan konflik SARA.

Konflik Tanjungbalai juga sebagai ucapan selamat datang kepada Menkopolhukam baru. Semoga pemerintah bergerak untuk membangun kembali vihara yang dibakar supaya tidak ada dendam yang tersisa.

Selamat minum kopi semuanya... Seruputtttt..

video pembakaran 1 dari 6 vihara yang dibakar di Tanjungbalai :



[denny siregar]

Islam, Mesjid dan Speaker


Dunia Hawa - Di Tanjungbalai, ada orang Tionghoa yang mengamuk karena merasa terganggu dengan suara speaker mesjid. Kemudian 6 vihara dibakar. Apa hubungannya? Apakah Tionghoa yang mengamuk itu pasti beragama Budha atau Kong Hu Cu? Bagaimana kalau ternyata dia Kristen atau ateis? Kalaupun iya itu rumah ibadah dia, kita tentu tahu bahwa dia bukan pemilik tunggalnya.

Dulu waktu ribut-ribut soal kartun Denmark, gereja di Pakistan dibakar. Padahal kita tahu bahwa pembuat kartun tidak mungkin berada di Pakistan.

Apa yang menghubungkan orang Tionghoa yang memaki tadi dengan pembakaran vihara? Kebencian. Kebencian membuat orang berhenti berpikir. Pokoknya kaum itu adalah musuh kita, maka segala macam cara perlu kita lakukan untuk mengganggu dan menyakiti mereka.

Apa lagi? Mentalitas korban. Kita ini korban. Tuh, lihat di Tolikara, kan kita diserang. Tapi apa hubungan antara Tolikara dengan Tanjung Balai? Tidak ada. Satu-satunya hubungan adalah bahwa umat Islam selalu merasa jadi korban. Maka ketika mereka rusuh, itu adalah tindakan balasan yang dibolehkan. 

Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Kita ucapkan itu sambil nyengir.

Menciptakan, lalu Memuja Simbol 

Apa hukumnya azan memakai speaker? Mubah saja. Tidak lebih dari itu. Tidak ada anjuran khusus agar orang memakainya. Azan memakai speaker dilakukan dengan pertimbangan agar lebih banyak orang mendengarnya. 

Apakah kalau lebih banyak yang mendengar akan lebih banyak yang salat? Tidak juga. Tidak significant. Orang yang memang berniat salat (berjamaah) akan hadir di mesjid sebelum azan berkumandang. 

Perlukah salat memakai speaker sampai suara bacaan terdengar hingga ke luar mesjid? Tidak. Tidak pernah ada ajaran nabi yang menganjurkan seperti itu. Untuk mesjid beukuran besar yang diperlukan hanyalah speaker di dalam ruangan untuk memastikan agar semua jamaah mendenga bacaan imam. Speaker yang mengumandangkan suara keluar hingga jauh tidak diperlukan.

Dalam hal doa dan zikir malah ada larangan untuk mengeraskan suara. "Kau tidak menyeru kepada Zat yang tuli. Maka pelankanlah suaramu."

Adakah ajaran untuk melakukan takbir keliling? Tidak. Yang disunnahkan adalah membaca takbir pada malam sebelum hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, ditambah hari-hari tasyrik. Bagaimana caranya? Sama seperti wirid sehabis salat. 

Takbir keliling adalah kegiatan yang diciptakan kemudian. Ia bukan syariat Islam, melainkan sekedar sebuah kebiasaan belaka, seperti lomba lari karung 17 Agustus. Azan dengan speaker juga begitu. 

Apa yang terjadi kalau azan pakai speaker dilarang? Atau, kalau takbir keliling dilarang? Orang Islam marah. Katanya itu melarang peribadatan. Padahal azan dan memakai speaker itu 2 hal yang berbeda. Demikian pula dengan takbir dan keliling. Azan dan takbir, itu syariat Islam. Melarang orang melakukannya berarti melarang orang beibadah. Adapun memakai speaker dan keliling tidak ada sangkut pautnya dengan ibadah. Jadi kalau mau dilarang, boeh saja.

Di Arab Saudi hanya mesjid tertentu yang dibolehkan memakai speaker untuk azan. Penggunaan speaker luar untuk menyiarkan bacaan salat juga dilarang. Hal yang sama diterapkan juga di beberapa bagian di Mesir dan Pakistan. Setahu saya di Saudi juga tidak ada takbir keliling.

Kakau orang marah ketika azan dengan speaker dilarang, apakah ini soal ajaran Islam? Tidak. Ini justru sebaliknya, soal kebodohan tentang ajaran Islam. Orang-orang bodoh yang tak paham dengan ajaran Islam, memuja simbol-simbol buatan, yang mereka kira ajaran Islam. 

Tentu juga tak ada yang berniat melarang azan pakai speaker. Hanya diperlukan sikap tenggang rasa agar hal ini tidak menimbulkan gangguan. Tapi tenggang rasa itu menjadi sangat mahal. Karena ajaran Islam? Bukan. Karena ego sejumlah orang bodoh yang tidak kenal ajaran Islam.


Video pembakaran salah satu dari 6 vihara yang dibakar di Tanjungbalai, Asahan- Sumut :


[hasanudin abdurakhman, phd]

Tukang Baca Doa


Dunia Hawa - Saya mengenal profesi tukang baca doa saat menemani ibu kos nyekar ke Banjarnegara. Ibu kos saya anak Pak Soemitro Kolopaking, Bupati Banjarnegara zaman dulu. Ia menjadi bupati sejak zaman Belanda. Karena hubungan saya dengan ibu kos sangat dekat, ia sering mengajak saya hadir dalam berbagai acara pribadinya, termasuk saat pergi nyekar.

Tiba di makam saya otomatis melafalkan wirid dan doa, sebagaimana biasa dilakukan oleh ayah saya dulu. Usai berdoa baru saya sadar, ternyata di dekat kami ada seseorang yang ikut duduk.

"Siapa itu, Mbak?"

"Kuncen, yang jaga makam. Biasanya kalau kami nyekar dia yang baca doa."

Waduh. Saya lihat memang wajahnya tak begitu senang melihat saya. Saya jadi merasa tak nyaman karena telah "merampas" pekerjaan orang. Untungnya ibu kos saya tetap memberi dia uang meski dia tak membaca doa.

Ketika berziarah di makam mertua di Karet saat menjelang puasa juga demikian. Ada orang pakai sarung, baju koko, dan peci, datang mendekat waktu kami mulai duduk berziarah. Tapi ia segera menjauh saat mendengar saya mulai membaca doa.

Hal kecil ini sedikit menyentuh pikiran kritis saya. Ada sangat banyak dari orang Islam yang tidak bisa baca doa. Sekedar doa ziarah untuk mendoakan orang tua, kerabat, dan kaum muslim yang sudah meninggal. Berdoa itu dianggap sesuatu yang sulit. Pertama, karena ia harus pakai bahasa Arab. Kedua, bacaannya sudah tertentu dan panjang. Padahal tidak ada ketentuan soal bacaan khusus yang harus dibaca. Doa kita kepada Tuhan bisa berupa apa saja yang ada dalam pikiran kita, dan bisa diungkapkan dengan bahasa apapun. Lagipula, orang-orang ini bisa hafal begitu banyak teks lagu, tapi tak sanggup menghafal lafal doa. Ini adalah kombinasi antara tidak tahu dan tidak punya niat untuk tahu/bisa.

Profesi tukang baca doa adalah jawaban atas keadaan tadi. Karena ada banyak orang yang tak bisa, maka membaca doa itu dianggap sebuah keterampilan khusus, hanya orang tertentu yang bisa melakukannya. Maka muncullah profesi tukang baca doa. 

Kalau kita lihat dari konteks hubungan antara manusia dengan Tuhan, tidakkah ini lucu? Doa adalah permintaan seorang hamba kepada Tuhan. Tapi si hamba tak sanggup mengatakan keinginannya. Ia kemudian minta pertolongan orang lain. Bagaimana hamba ini berkomunikasi dengan Tuhannya kalau ia tak bisa melakukannya sendiri? Bagaimana ia bisa mendekat kalau ia masih memerlukan perantara?

Doa dalam konteks ini tidak lagi dianggap sebagai komunikasi antara Tuhan dengan hamba. Doa adalah mantera untuk membuat sesuatu terjadi. Tuhan dianggap sebagai sosok gaib yang akan bergerak bila kepadaNya dibacakan mantera tertentu.

Ada lagi satu jenis tukang baca doa. Mereka sering hadir di laman Facebook saya, menulis komentar berupa doa untuk saya. "Semoga kamu segera mendapat hidayah dari Allah." Baik sekali doanya. Tapi itu doa yang tersurat. Yang tersirat sebenarnya adalah, penulis doa itu tak setuju dengan isi tulisan saya. Namun ia tak sanggup untuk membantahnya dengan argumen. Yang ada hanyalah rasa dongkol yang kemudian diekspresikan dengan cara tadi. Penulisnya sebenarnya sedang berkata,"Aku sungguh jengkel kepadamu dengan pendapatmu itu. Tapi aku tak sanggup membantahnya. Aku hanya bisa berharap semoga Tuhan berkenan mengubah sikap dan pendapatmu."

Ada juga yang doanya lebih seram lagi. "Semoga kamu segera mati, masuk neraka, bla bla bla........."

Tukang baca doa jenis pertama adalah orang cerdik yang mencari hidup dari ketidakmampuan orang lain dalam membaca doa. Tukang baca doa jenis kedua adalah manusia tak berdaya yang berharap Tuhan datang kepadanya setiap saat ia membutuhkan. Ia memanggil Tuhan dengan doa-doa mantera, seperti dukun membaca mantera untuk memanggil jelangkung.

[hasanudin abdurakhman, phd]

Tanjungbalai Mencekam, 6 Vihara Dibakar Massa


Dunia Hawa – Kota Tanjungbalai , Sumut mencekam, Sabtu (30/7) dinihari ini, dilaporkan ada enam vihara yang dibakar warga. Informasi yang diperoleh, persoalan ini dipicu seorang warga Tanjungbalai yang merasa terganggu dengan suara adzan.

Disebutkan, kericuhan bermula saat seorang warga etnis Tionghoa yang identitasnya belum diketahui, warga Jalan Karya Tanjungbalai, mengamuk saat mendengar suara adzan.

“Massa membakar rumah seorang warga chinese. Informasi sementara dari masyarakat bahwa, warga chinese tersebut membuat keributan di mesjid dan memaki imam yang sedang adzan di masjid karena tidak senang akan adanya adzan di mesjid hingga menyebabkan umat islam menjadi marah,” demikian status yang diunggah laman media sosial facebook RRI Tanjungbalai.

Hingga saat ini, Kota Tanjungbalai masih mencekam. Sejumlah rumah ibadah warga beragama Budha masih terbakar. Pihak Polres Tanjungbalai tidak dapat berbuat banyak karena jumlah massa yang terus bertambah.

Berikut video pembakaran salah satu vihara di Tanjungbalai :





[taslab.ga]