Tuesday, June 14, 2016

'Haters' Ahok Makin Stress, KPK Tidak Temukan PMH pada Kasus Sumber Waras


Dunia Hawa - Kesimpulan yang disampaikan oleh pucuk pimpinan KPK dalam rapat dengar pendapat dengan DPR pada hari ini yang menyatakan tidak ditemukan perbuatan melawan hukum pada kasus Sumber Waras niscaya menimbulkan akibat 'haters' Ahok stress semua. Betapa tidak, berbulan-bulan sudah 'ngarep' Ahok segera jadi tersangka namun apa daya KPK bilang tidak ada apa-apa.

Boleh saja satu persatu 'haters' Ahok yang stress segera minum obat penenang agar supaya tidak tambah stress yang bisa menambah daftar pasien di Rumah Sakit Jiwa.

Kembali ke kasus pembelian lahan RS Sumber Waras, jika semua memperhatikan dengan seksama laporan audit BPK yang menyimpulkan adanya kerugian negara, adalah laporan audit yang 'dipesan' oleh para politikus dari kubu 'haters' Ahok. BPK hebat sekali punya auditor yang bisa diajak main politik kotor. BPK sengaja terus menerus membentuk opini bahwa lokasi lahan ada di Jalan Tomang Utara yang memiliki NJOP lebih rendah dari pembelian aktual berdasarkan NJOP Jalan Kyai Tapa yang dilakukan oleh PemProv DKI Jakarta. Bukan itu saja, BPK juga membandingkan penawaran oleh Ciputra Group yang lebih murah padahal itu setahun sebelum pembelian lahan terjadi.

Sekarangpun setelah KPK menyampaikan tidak adanya perbuatan melawan hukum, masih saja 'haters' Ahok yang terus memaksa bahwa laporan audit BPK itu lah yang benar dan KPK harus mencari dua alat bukti. Ini benar benar sableng, terus saja mengikuti syahwat demi menggusur Ahok dari bursa Pilkada DKI Jakarta 2017. 'Haters' Ahok bahkan menuding KPK pasang badan demi melindungi Ahok. Padahal bagi KPK kasus ini mudah saja; bila saja ada aliran dana 'kickback' ke Ahok maka dari jauh-jauh hari Ahok akan jadi tersangka. 'Haters' Ahok ini terbawa-bawa tabiat mereka sendiri yang gemar menerima 'angpauw' saat menjabat sehingga dengan gampangnya menuduh Ahok juga melakukan serupa. Boleh saja 'haters' Ahok ini kotor, namun janganlah suka su'udzon bilang pihak lain juga serupa mereka.

Sekarang, mumpung masih hangat-hangat stressnya, segera saja semua 'haters' Ahok berobat, jangan dibiarkan, nanti lama kelamaan bisa jadi gila loh!

[immortal unbeliever/ kompasioner]

Haji Lulung Tobat, Doanya pun Terkabul


Dunia Hawa - Komisi Pemberantasan Korupsi, hari ini akhirnya menyimpulkan tidak menemukan adanya tindak pidana dalam kasus pembelian lahan milik Rumah Sakit Sumber Waras oleh Pemerintah Provinsi DKI. KPK tidak akan meningkatkan proses hukum kasus Sumber Waras ke tahap penyidikan. "Penyidik kami tidak menemukan perbuatan melawan hukum," demikian Ketua KPK Agus Rahardjo, hari ini dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi III DPR. 

Selanjutnya, KPK akan melakukan  pertemuan dengan BPK yang sebelumnya menyebut adanya indikasi kerugian negara Rp 191 miliar dalam pembelian sebagian lahan Sumber Waras. Namun, sebagian besar masyarakat tidak percaya atas temuan BPK tersebut, karena dugaan adanya unsur politis dalam audit tersebut menimbang banyaknya orang BPK berlatar belakang partai politik, sehingga Audit BPK dikaitkan dengan Pilkada DKI 2017. Elektabilitas Gubernur Basuki Tjahaja Purnama yang sangat tinggi menyebabkan  lawan-lawan politiknya tidak percaya diri untuk berhadapan dengan petahana di Pilgub DKI 2017.

Tidak ketinggalan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Abraham Lunggana ikut memberi komentar atas kesimpulan KPK yang menyatakan tidak ada tindak pidana korupsi dalam kasus pembelian sebagian lahan RS Sumber Waras. Haji Lulung mengaku sudah menduga bahwa KPK akan mengatakan hal itu. Bahkan ia sudah berdoa, agar tidak ada yang menjadi tersangka dalam kasus pembelian lahan RS Sumber Waras. Dan hari ini, doa Haji Lulung pun terkabul, setelah KPK menyimpulkan bahwa dalam kasus RS Sumber Waras tidak ada tindak pidana, sehingga tidak ada  yang akan menjadi tersangka. Berikut link beritanya.

Seperti yang kita tahu, selain M Taufik,  Lulung merupakan angggota Dewan yang paling yakin dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dalam kasus ini. Bahkan sebelumnya, ia memotori  anggota DPRD DKI juga melakukan kunjungan rutin  ke KPK untuk memastikan bahwa penyelidikan kasus itu terus berjalan sampai Ahok ditangkap.

Jika hari ini ia menyebut dirinya sudah mendoakan supaya tidak ada yang menjadi tersangka, maka tentu saja kita  sangat terkejut, Ternyata Haji Lulung sudah menyadari kekeliruan yang dilakukannya. Walaupun tidak dikatakan, namun kita bisa menduga bahwa Haji Lulung sudah taubat nasuha. Jika tidak, tentulah dia akan menyoal dan memprotes apa yang menjadi kesimpulan KPK hari ini.

Benar kata pepatah, tobat tidak pernah terlambat, sekalipun itu tidak akan mengubah apa yang sudah terjadi. Dan hari ini, kita pantas mengapresiasi Haji Lulung yang sudah bertobat, bahkan lebih dari tobat, karena juga sudah mendoakan kasus Sumber Waras supaya bebas dari tersangka. Dengan demikian, tobatnya Haji Lulung bukanlah tobat asal-asalan, tetapi benar-benar tobat yang diikuti oleh perubahan sikap beliau yang tidak lagi mengingini Ahok ditangkap dan diwajibkan memakai rompi oranye. 

"Selamat untuk Ahok", demikian Haji Lulung turut  bergembira atas apa yang juga dirasakan oleh Ahok, setelah kesimpulan KPK ini secara resmi disampaikan. Suatu sikap yang luar biasa, dan sangat jarang diperlihatkan oleh politisi kita. Umumnya politisi kita tidak pernah mau menerima kekalahan dengan lapang dada, mereka akan selalu berupaya menuntut, dan bila perlu menggunakan segala upaya yang ada untuk bisa menganulir kemenangan lawan.

Namun hari ini kita bisa melihat kebesaran hati seorang Haji Lulung. Betapapun hebatnya perseteruan beliau dengan Ahok sebelumnya, namun ia sanggup melupakan segala hal yang pernah terjadi antara dirinya dan Ahok. Ia menyadari bahwa hari depan lebih penting dari hari kemarin. Banyak hal yang bisa diperbuat dengan waktu dan kesempatan yang masih ada. Yes, you are right Haji Lulung!

Bagaimana dengan haters?

Jika Haji Lulung bisa berdamai dengan dirinya, bahkan sebelumnya sudah mendoakan Ahok supaya tidak menjadi tersangka, sudah semestinya para haters move on. Tidak ada gunanya mengharapkan sesuatu yang buruk terjadi pada Ahok. Haji Lulung saja yang sebelumnya para haters sangat tahu kebenciannya terhadap Ahok sudah sampai di langit bisa melupakan apa yang sudah lalu. Masakan haters yang barangkali saja belum pernah bertemu dan berinteraksi dengan Ahok masih menyimpan kebencian? Tidak ada lagi yang perlu dipersoalkan, kasus Sumber Waras clear sudah. KPK ternyata masih punya nyali dengan menyampaikan kesimpulan penyelidikannya secara langsung kepada Komisi III DPR. Jika Haji Lulung dan DPR, yang selama ini terlihat begitu ngotot supaya kasus ini dinaikkan statusnya sudah melengserkan niatnya, kenapa haters masih bertahan?

Untuk apa sih benci sama Ahok?

Ayolah, lupakan apa yang telah lalu! Mari kita buka lembaran baru, tanpa kebencian, tanpa permusuhan. Kita sama-sama membangun Jakarta yang baru, bersama gubernur Ahok di periode yang baru. Bila ktp haters belum diserahkan ke Teman Ahok, tidak apa. Fotocopy ktp tidak menentukan, yang menentukan adalah keputusan kita memilih dan mencoblos Ahok di Pilkada tahun depan.

Indahnya Jakarta, indahnya Ramadhan ketika musuh menjadi kawan, dan haters menjadi relawan.

Gimana haters, deal?

[pendeta sederhana/ kompasioner

Ahok Menang Lebih Cepat dari Bayangannya Sendiri


Dunia Hawa - "Maka dengan selesainya penyelidikan oleh KPK, Gubernur DKI tidak terbukti melanggar hukum dalam kasus RS Sumber Waras.. "

Ketok palu Agus Rahardjo Ketua KPK itu seperti petir di siang bolong di telinga mereka yang selalu memaksakan bahwa Ahok wajib jadi tersangka KPK. "Saking wajibnya", ketika KPK berkata tidak menemukan unsur kejahatan dalam pembelian RS Sumber Waras, KPK pun dituding telah di beli Ahok.

Makin gila lah mereka.....

Tertutup sudah pintu masuk untuk menyingkirkan Ahok dalam pilgub DKI, karena sementara ini hanya itulah satu-sarunya senjata yang pantas untuk mereka. 

Catat saja mulai dari Yusril, Ratna Sarumpaet, Ahmad Dhani sampai ormas seperti FPI bersatu padu secara gelombang untuk menjatuhkan Ahok. Mereka bukan hanya bergerak di media tetapi juga demo demo yang akhirnya berakhir anarkis.

Nasi bungkus bertebaran untuk menjatuhkan Ahok mulai dari yang karet satu, karet dua bahkan yang ternyata di dalam nasinya ada karet kolor pun tidak ketinggalan. Ahok ga kunjung disebut sebagai tersangka. Ia masih baik-baik saja. 
Apakah Ahok licin? Tidak juga. 

Karena memang tidak ada indikasi sedikitpun bahwa RS sumber waras jadi ajang korupsi Ahok, kecuali laporan subyektif BPK dan imajinasi yang berujung onani para lawan-lawannya. Ahok tegar berdiri dan sedang santai menunggu seseorang jatuh dari monas. "Kapan sih bunyi gedebuknya?"

Dampak yang mengerikan bagi lawan lawan Ahok adalah semakin populernya Ahok dengan cap "politisi bersih", yang akan meningkatkan perlawanan terhadap mereka. Juga akan berbaliknya para "suara ngambang" yang menunggu dijadikannya Ahok sebagai tersangka, sekarang mereka akan lebih mantap dalam mencoblos-nya.

Ahok sungguh beruntung.. Banyak orang bersih yang sekarang menjadi pejabat yang mendukungnya. Bayangkan kalau ketua KPK itu Akil Mohtar - mantan ketua MK - yang mudah sekali di beli dan terkenal menjual hukum kepada penawar tertinggi.

Mungkin karena sudah mendengar berita ini sebelum diumumkanlah, PDI-P tampak melunak. Tidak ada jalan lain, mendukung Ahok atau menjadi "Emak di seberang jendela"....

Seruputtt.. ehh puasa yaaa..

[dennysiregar.com]

KPK Tidak Temukan Korupsi Pembelian Lahan Sumber Waras


Dunia Hawa — Komisi Pemberantasan Korupsi tidak menemukan adanya tindak pidana dalam kasus pembelian lahan milik Rumah Sakit Sumber Waras, Jakarta Barat, oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Dari hasil penyelidikan tersebut, KPK tidak meningkatkan proses hukum ke tahap penyidikan.

"Penyidik kami tidak menemukan perbuatan melawan hukum," kata Ketua KPK Agus Rahardjo di sela-sela rapat dengar pendapat dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (14/6/2016).

Empat pimpinan KPK lainnya ikut hadir dalam rapat tersebut, yakni Alexander Marwata, Saut Situmorang, Laode Muhammad Syarif, dan Basaria Panjaitan.

Agus menjelaskan, pihaknya sudah mengundang para ahli untuk memberikan keterangan seputar kasus tersebut, di antaranya ahli dari Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, dan Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI).

"Mereka menyandingkan temuan-temuan," kata Agus.

Hasilnya, tambah Agus, tidak ada indikasi kerugian negara dalam hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan terkait pembelian lahan Sumber Waras.

"Dari pendapat ahli tidak seperti itu (audit BPK). MAPI ada selisih, tapi tidak sebesar itu. Ahli ada yang berpendapat terkait NJOP (nilai jual obyek pajak) itu harga bagus," papar Agus.

Menyikapi hasil kerja penyidik tersebut, KPK akan bertemu BPK. Menurut Agus, kemungkinan pertemuan digelar sebelum Lebaran.

Pimpinan KPK juga akan menjelaskan hasil penyelidikan tersebut kepada Komisi III.

BPK sebelumnya menyebut adanya perbedaan harga lahan yang mengindikasikan kerugian negara Rp 191 miliar.

Soal kasus Sumber Waras ini, Komisi III telah menjadwalkan meminta keterangan mantan Pelaksana Tugas KPK Taufiequrachman Ruki pada pekan depan.

Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo mengatakan, pihaknya kembali memanggil mantan pimpinan KPK untuk menanyakan mengapa KPK meminta audit investigasi kepada BPK.

Pemanggilan mantan pimpinan KPK sebelumnya sudah dijadwalkan pada April 2016 lalu. Namun, mereka menolak hadir karena pengusutan kasus Sumber Waras sedang dalam proses penyelidikan KPK.

Sejumlah pakar dan pegiat antikorupsi sebelumnya meluncurkan catatan dan penilaian atas hasil audit BPK soal pembelian sebagian lahan RS Sumber Waras.

Dalam catatan yang terangkum pada buku berjudul Jalan Lurus Menuju Sumber Waras, tim penulis yang dikepalai mantan auditor BPKP, Leonardus Joko Eko Nugroho, menilai hasil audit BPK keliru.

Mereka menduga adanya unsur politis dalam audit ini. Pasalnya, banyak pegawai dan tenaga berlatar belakang partai politik.

Audit BPK tersebut dikait-kaitkan dengan Pilkada DKI 2017. Tingginya elektabilitas Gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dianggap mengkhawatirkan banyak lawan politiknya.

[nasional.kompas.com]

Saya, Jihad dan Perang


Dunia Hawa - Dulu saya begitu bergairah kalau mendengar ayat-ayat tentang jihad. "Allah telah membeli dari orang-orang mukmin itu diri dan harta mereka. Mereka berperang di jalan Allah, kemudian membunuh atau terbunuh....." Sering saya menangis membaca ayat itu. Menangis karena saya belum kunjung mencapai taraf itu, berada di jalan Allah dengan membunuh atau terbunuh. Tapi sering juga tangisan itu berupa harapan, bahwa suatu saat saya akan beradai di jalan itu.

Siapa yang akan saya perangi? Siapa yang akan saya bunuh? Musuh utama Islam adalah Yahudi dan Nasrani. Quran dengan tegas mengatakan bahwa mereka tidak akan pernah rela dengan kaum muslimin sampai kaum muslimin itu mengikuti agama (millah) mereka. Masa itu adalah masa Orde Baru. Pemerintah meski dipimpin oleh seorang muslim, ia adalah musuh Islam menurut saya. Ia memberangus segala jenis perjuangan umat Islam, memenjarakan bahkan membunuh tokoh-tokohnya. Di belakangnya berdiri tokoh-tokoh sipil dan militer yang beragama Kristen.

Sementara itu orang-orang Kristen gencar melakukan pemurtadan terhadap orang-orang Islam. Mereka menjadikan kaum muslim sebagai target, mereka ubah iman kaum muslim dari Islam ke Kristen. Gerakan ini didukung oleh kekuatan internasional dengan dana yang sangat besar, sulit ditandingi oleh orang-orang Islam. Bersamaan dengan itu negara-negara Barat yang dimotori oleh Amerika tidak pernah berhenti merongrong dan mengganggu negara-negara Islam dengan berbagai cara. Ini semua sekali lagi menegaskan bahwa orang-orang Kristen itu adalah musuh yang nyata.

Maka saya menyiapkan diri saya untuk berperang. Kapan perangnya berlangsung, saya tak tahu. Yang jelas saya sangat mengharapkan bisa terlibat dalam perang itu.

Berbagai kerusuhan di akhir dekade 90-an banyak mengubah saya. Kerusuhan Ambon dan Poso sempat mempertebal kebencian saya pada orang-orang Kristen. Tapi kemudian saya dihentakkan oleh kerusuhan Sambas. Dalam kerusuhan itu orang-orang Sambas yang Melayu dan orang-orang Madura yang bertikai, keduanya sama-sama muslim. Masihkah relevan menganggap kerusuhan itu sebagai wujud dari permusuhan Islam vs Kristen? Lalu saya lihat korban-korbannya. Apa yang dihasilkan dari kerusuhan dan peperangan? Mayat-mayat. Orang-orang yang kehilangan kekasih. Anak-anak terlantar. Kerusakan. Kepiluan dan kepedihan.

Kemudian saya mulai berpikir bahwa perang harus dihentikan. Permusuhan harus ditangkal, dan perdamaian harus dipromosikan. Tapi bukankah Quran sendiri yang menegaskan bahwa permusuhan itu ada, dan kita harus waspada? Itulah salah satu masalahnya. Bila Quran itu dianggap sebagai panduan apa adanya, maka permusuhan itu harus ada dan abadi. Maka saya memilih untuk melihatnya secara berbeda. Bagi saya ayat-ayat seperti itu adalah catatan sejarah saja. Permusuhannya boleh kita tinggalkan. Ajaran utama Islam bukan bermusuhan, melainkan berdamai. Permusuhan seharusnya adalah sesuatu yang sementara saja sifatnya.

Tidakkah pandangan itu naif? Bukankah secara nyata memang pihak Kristen dan Yahudi selalu mencari-cari masalah dengan umat Islam? Tidak. Itu cuma soal perspektif saja. Amerika itu bergerak demi kepentingan politik-ekonomi mereka. Yang mereka usik tidak cuma negara-negara Islam, tapi juga negara-negara Kristen, seperti di Amerika Selatan. Ini sebenarnya soal uang dan kekuasaan.

Manusia manapun tidak ingin berperang. Berdamai itu lebih nyaman bagi semua orang. Ini adalah sesuatu yang alami. Kita menjadi tidak lagi alami, bahkan tidak manusiawi ketika kita dibakar oleh ayat-ayat yang kita sangka ayat-ayat suci. Sangkaan atau tafsir yang demikian adalah salah. Kita harus kembali ke kodrat kita sebagai manusia, yaitu yang menginginkan perdamaian.

Permusuhan tidak akan berhenti bila kita tidak berhenti memusuhi. Kita tidak akan berhenti selagi kita menganggap pihak sana sedang memusuhi kita. Maka kita harus berhenti percaya bahwa mereka memusuhi kita. Kalau mereka memusuhi, maka kita harus menawarkan perdamaian. Lingkaran setan permusuhan harus kita putus.

Kini kalau saya mendengar ayat-ayat jihad, saya bergidik ngeri. Bukan karena saya takut mati. Tapi saya sedih, karena di luar sana masih banyak orang-orang seperti saya di masa lalu. Orang-orang yang siap membunuh dan terbunuh, orang-orang yang hilang kemanusiaannya, karena sesuatu yang mereka anggap suci.


[abdhurakhman.com]

Ayat Ayat Militer


Dunia Hawa - Ayat-ayat Al-Qur’an terdiri dari dua jenis: ayat sipil dan ayat militer. Kegagalan membedakan keduanya dapat berujung petaka.

Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu; dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu, maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir. (QS. Al-Baqarah:191)

Al-Qur’an memiliki sejumlah ayat yang secara jelas menyerukan jalan kekerasan. Para pengkritik Islam kontemporer kerap menuding ayat-ayat ini sebagai bukti bahwa Islam adalah agama kekerasan sehingga harus ditinggalkan dalam dunia yang semakin beradab. Sebaliknya kalangan ekstrimis Islam menjadikan ayat-ayat ini sebagai bahan bakar untuk memprovokasi kebencian pada kelompok yang berbeda, sehingga semakin menegaskan hipotesis para pengkritik Islam. Bagaimana seharusnya kita membaca ayat-ayat kekerasan ini?

Al-Qur’an berbeda dari buku-buku modern yang telah terbagi dalam bab-bab yang rinci berdasarkan tema pembahasannya. Tema-tema dalam Al-Qur’an cenderung acak dan tersebar di banyak bagian. Di samping itu, Al-Qur’an dalam bentuk aslinya tidak memiliki penjelasan atau catatan kaki. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan lebih untuk mengenali tema-tema berikut penjelasannya. Sayangnya, ini yang sering dilupakan orang-orang ketika membaca Al-Qur’an.

Dalam sejarah awalnya, Al-Qur’an tidak pernah dibacakan dalam kondisi netral. Setiap ayatnya selalu memiliki latar belakang peristiwa serta konteks khusus, yang dalam ilmu Al-Qur’an dikenal sebagai Asbabun Nuzul (Sebab-Sebab Turunnya). Latar belakang ini merupakan cara terbaik untuk mengungkap maqasid atau tujuan di balik suatu ayat, khususnya ketika ia berkaitan dengan perintah dan larangan. Contoh pengungkapan maqasid berdasarkan Asbabun Nuzul sudah pernah kita bahas sebelumnya dalam topik hangat mengenai perintah jilbab. Pengungkapan serupa dapat dilakukan pula pada ayat-ayat lainnya, termasuk yang berbicara mengenai kekerasan.

Mari kita ambil Surat Al-Baqarah ayat 191 sebagaimana kutipan di atas sebagai contoh. Latar belakang dari dibacakannya ayat tersebut adalah masa-masa ketegangan pasca Perjanjian Hudaybiyyah antara entitas politik Madinah yang dipimpin Nabi Muhammad dan Mekkah yang dipimpin para elit kafir Quraisy. Sebelumnya, rombongan umrah Nabi Muhammad ditolak memasuki Mekkah oleh para penguasa kafir Quraisy. Perjanjian Hudaybiyyah berisi jaminan bahwa rombongan Nabi Muhammad diizinkan berkunjung ke Mekkah pada tahun berikutnya. Namun muncul kekhawatiran di antara para sahabat Nabi bahwa rombongan mereka akan ditolak lagi atau bahkan diserang. Kekhawatiran ini sangat beralasan mengingat riwayat peperangan sebelumnya, termasuk perang Khandaq yang begitu genting ketika Madinah telah dikepung oleh pasukan koalisi Mekkah. Maka Al-Baqarah ayat 190 – 193 dibacakan sebagai reaksi atas ketegangan politik tersebut.

Dari Asbabun Nuzul tersebut, kita mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai maksud ayat ini. Yang dimaksud orang kafir pada ayat ini sangat lah spesifik, yaitu orang-orang kafir Quraisy Mekkah, lebih khususnya lagi para elit politik dan tentaranya, yang memerangi umat Islam Madinah pada periode ketegangan antara Perjanjian Hudaybiyyah hingga Penaklukan Mekkah. Di luar konteks itu, ayat ini tidak bisa digunakan sembarangan.

Semua ayat yang berbau kekerasan dalam Al-Qur’an dapat dipastikan memiliki Asbabun Nuzul serupa, yaitu ketegangan politik dan militer pada periode sesudah hijrah. Ini meliputi juga semua ayat yang memiliki kesan diskriminatif seperti larangan berteman dengan orang kafir, larangan memilih pemimpin kafir, dan sebagainya. Ayat-ayat diskriminatif itu tidak pernah ditujukan secara umum, namun memiliki latar belakang konflik yang sangat khusus. Kata ‘kafir’ dalam tiap-tiap ayat tersebut selalu mengacu pada kelompok-kelompok musuh yang sangat spesifik di zaman Nabi, sehingga tidak bisa digunakan secara serampangan di masa kini. Karena latar belakangnya yang berbau konfrontasi serta ketegangan politik militer, baik lah jika kita golongkan ayat-ayat tersebut sebagai ayat militer.

Di sisi lain, Al-Qur’an memiliki ayat-ayat pengecualian yang menjadi rem dari semua ayat militernya.

Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang di antara kamu dengan orang-orang yang pernah kamu musuhi di antara mereka. Allah Mahakuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. (QS. Al-Mumtahanah: 7-8)

Al-Mumtahanah ayat 7-8 tergolong ke dalam ayat-ayat terakhir yang dibacakan sesudah periode hijrah, yaitu sesaat sebelum penaklukan Mekkah. Dengan demikian, ayat ini sah sebagai pengendali dari semua ayat berbau permusuhan pasca periode hijrah. Ayat ini melarang segala bentuk permusuhan dan perbuatan tidak baik terhadap pihak-pihak yang tidak memusuhi, apa pun agamanya. Allah mencintai keadilan, sedangkan memerangi mereka yang tidak memerangi adalah suatu ketidakadilan.

Kata kuncinya adalah diperangi (yuqotaluu).

Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya… (QS. Al-Hajj:39)

Islam adalah agama yang realistis. Ia tidak melarang umatnya untuk membela diri demi menyelamatkan jiwa. Ketika kita diperangi, ketika kita diusir dari kampung halaman kita, dalam ketiadaan lembaga hukum yang lebih tinggi lagi yang mampu melindungi, maka Al-Qur’an mengizinkan kita untuk melawan. Menyerang balik. Menggunakan kekerasan dan taktik militer sebagaimana lazimnya perang. Ayat-ayat militer ini telah menginspirasi para pejuang kita di masa penjajahan untuk berani mengangkat senjata melawan penjajah.

Namun ketika masyarakat berada dalam situasi damai, tidak ada pihak yang memerangi atau menyatakan perang terbuka, maka semua ayat militer sudah seharusnya dianggap berstatus inactive atau tidur.  Ayat-ayat tersebut tidak boleh dicabut keluar dari konteksnya, lalu disebarkan secara liar tanpa penjelasan memadai di tengah-tengah masyarakat sipil yang tenteram. Sebaliknya, ayat-ayat sipil dan perdamaian lah yang harus disebarkan. Ayat-ayat yang menyeru pada toleransi, keadilan, tolong-menolong, serta kesetiakawanan sosial.

Pembacaan yang benar terhadap ayat-ayat militer akan melahirkan jiwa patriot dan cinta tanah air. Sebaliknya pembacaan yang salah terhadap ayat-ayat tersebut dapat berakibat intoleransi dan terkoyaknya kedamaian masyarakat. Tanpa pengetahuan mendalam mengenai kajian ayat-ayat pun, setiap kita sebenarnya telah diberi panduan alami oleh Tuhan untuk menjalani hidup ini. Panduan itu bernama hati nurani.

Di zaman ini, ketika orang-orang yang mengaku paling beragama justru menebar kebencian dan diskriminasi pada sesama, cukup lah kembali kepada nurani. Betapa pun mereka mengatasnamakan ajaran kebencian itu bersumber dari Tuhan, cukup tahu bahwa apa yang mereka katakan itu tidak benar. Karena Tuhan kita adalah Tuhan Yang Maha Adil, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Semoga kita selalu mampu berlaku adil dan mengutamakan kasih sayang di atas kebencian.

[islamreformis.wordpress.com]

Agama Defensif


Dunia Hawa - "Kita menutup warung bulan puasa diributkan. Tuh, Bupati Jayawijaya juga melarang orang jualan di hari Minggu. Sama aja, kan?" 

Ungkapan seperti itu sebenarnya sering saya dengar dari anak-anak saya yang masih SD. Kalau salah satu disuruh berhenti melakukan sesuatu sementara yang lain masih boleh, maka ia akan protes,"Abang kok boleh?" Artinya, orang-orang yang begitu hanya sosok tubuhnya saja yang dewasa. Mentalnya masih kanak-kanak.

"Two wrongs don't make a right." Seharusnya begitu. Hanya karena ada pihak lain melakukan kesalahan yang sama dengan kita, tidak membuat kesalahan kita jadi benar. Tapi ini memang bukan soal salah benar. Ini soal membenarkan diri. Jadi kalau pihak sana melakukan kesalahan, artinya saya juga boleh. Two wrongs make a right.

Kita tidak lagi berlomba-lomba melakukan kebaikan, melainkan berlomba-lomba melakukan kesalahan. Yang penting ego terpuaskan. Saya bisa melakukan yang saya mau, karena saya mayoritas yang berkuasa. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu, saya juga harus bisa. Kemudian harus ada sesuatu yang hanya saya yang boleh melakukan. Itulah previllege mayoritas, yang tidak boleh dilakukan oleh minoritas. 

Orang di daerah mayoritas muslim melarang pendirian gereja, menghalangi kegiatan penginjilan. Orang di daerah mayoritas Kristen melarang pendirian mesjid dan menghambat dakwah Islam. Agama menjadi alat untuk saling menjatuhkan, kemudian saling bunuh.

Bukankah agama seharusnya berdiri di atas fondasi kebenaran? Kalau ada pihak yang melakukan kesalahan seharusnya kita tidak meniru. Kita tetap istiqamah dalam kebenaran. Lucunya kita merasa diperlakukan tidak adil ketika kita dicegah dari kemungkaran, saat ada pihak lain masih melakukan kesalahan. Makna adil pun kita selewengkan. Adil itu basisnya kebenaran, bukan kesamaan.

Karena agama kita menjadi defensif, bertahan mati-matian dalam kesalahan. 

[abdurakhman.com]

"Islam Kaku" Tidak Laku


Dunia Hawa - Dimana-mana, Islam yang dikembangkan secara kaku-njeku itu tidak laku di pasaran. Yang saya maksud dengan "Islam kaku" adalah bentuk, corak, praktek, pemahaman, dan pemikiran keislaman yang kaku-regeng atau, menurut orang Jawa, "ngodor" kayak gantar atau pentungan atau tiang listrik. 

"Islam kaku" adalah Islam yang menganut paham serba dikit: dikit-dikit haram, dikit-dikit kapir, dikit-dikit musyrik, dikit-dikit bid'ah, dikit-dikit maksiat, dikit-dikit jihad, dikit-dikit neraka, dikit-dikit bidadadari dan seterusnya. "Islam kaku" adalah corak keislaman yang mengikuti aliran pokoknya begini, harus begini, tidak boleh begitu. Islam kaku" adalah sebuah jenis keislaman yang tidak mau "berkompromi" dengan aneka ragam budaya dan tradisi lokal masyarakat. Dalam pandangan para pengikut sekte "Islam kaku" ini, semua umat manusia akan masuk jurang neraka kecuali dirinya dan kelompoknya.

Keislaman jenis ini tentu saja tidak laku di masyarakat. Manusia adalah mahluk elastis yang lentur-tur laksana karet. Manusia bukanlah robot atau malaikat. Manusia adalah mahluk yang selalu merindukan relaksasi dan hiburan apa saja. Itu adalah "fitrah manusia". "Islam kaku" tidak sesuai dengan "fitrah manusia" yang lentur itu, makanya mengalami penolakan dimana-mana. Lihat saja di Afganistan, di negara-negara pecahan Soviet, di Afrika Barat dan Utara, di Asia Tengah dan Selatan, di Iran, bahkan di negara-negara Arab, kehadirannya mendapatkan perlawanan sengit dari masyarakat setempat. 

Dalam konteks Indonesia, sejak dulu kahdiran kelompok "Islam kaku" ini selalu ditentang dengan sengit oleh masyarakat setempat: di Minangkabau, Maluku, Jawa dlsb. Di Jawa, kelompok "Islam kaku" diledek dan mendapat perlawanan heroik dari "kaum abangan" atau "kaum abritan". 

Jangan dikira kalau "Islam kaku" itu diterima secara luas dan suka-rela oleh mayarakat Arab dan Timur Tengah. Anda keliru besar kalau menganggap Arab Muslim menerima kehadiran "Islam kaku". Seperti kaum Muslim di berbagai belahan dunia, kaum Muslim di "padang pasir" juga sebetulnya tidak suka dengan "Islam kaku". Salah satu bentuk ketidaksukaan atau ketidaksetujuan mereka dengan "Islam kaku" misalnya diekspresikan melalui berbagai bentuk "perlawanan budaya"--sebuah typical perlawanan dari masyarakat yang tidak mempunyai kekuasaan. James Scott menyebutnya, "weapon of the weak" (senjata kaum lemah) atau "power of the powerless". Masyarakat Indonesia juga banyak yang melakukan aneka ragam "perlawanan budaya" terhadap kelompok sekte Islam kaku ini.

Karena merasa tidak laku, pendukung "Islam kaku" selalu menggunakan cara-cara kasar, kekerasan, premanisme. dan pemaksaan untuk memasarkan dagangan "Islam kaku" mereka. Karena itu memang satu-satunya cara untuk mendagangkan "Islam kaku" itu. Kalau laku kan ngapain repot-repot pakai cara-cara kekerasan, kan? Mereka bahkan tidak segan-segan untuk melakukan pembunuhan, penganiayaan, terorisme, dan bahkan perang demi mewujudkan "Islam kaku" ini. 

Terhadap kelompok "Islam kaku" ini, jangan dilawan dengan pendekatan "Islam kaku" yang lain. Nanti yang terjadi adalah "kekerasan komunal" yang justru akan merugikan masyarakat banyak yang tidak tahu-menahu dan tidak ada sangkut-pautnya dengan sekte "Islam kaku". Juga jangan lupa kita doakan mereka ya, semoga para penganut sekte "Islam kaku" ini mendapatkan hidayah dan segera insaf, taubat, menyadari kekhilafannya, dan berubah sim salabim menjadi pengikut setia "Islam lentur". Amin, eh salah, aaamiiinnn...

[santo al qurtuby]

Rumah Makan Jual Menu Babi Dirazia


Dunia Hawa - Bukan hanya warung makanan pada umumnya, Satpol PP Kota Banjarmasin juga mendatangi sejumlah rumah makan yang dicurigai menjual menu babi. Kebanyakan berada di Jalan Veteran.

Bahkan, rumah makan yang notabene untuk nonmuslim juga didatangi. Apalagi jika di depan rumah makan ada tulisan : 'Jual Menu Babi, melayani bungkusan'.

"Di sini kan ada makanan dari babi. Mana ada muslim yang makan disini," kata seorang pemilik satu depot di Jalan Veteran.

Namun, Danton 1 Satpol PP, Rizkan menjelaskan, aturan dalam Perda Ramadan itu untuk semua warung, rumah makan dan restoran. Mereka dilarang buka sebelum pukul 15.00 Wita.

Namun, khusus rumah makan yang notabene melayani nonmuslim hanya diberi teguran. Jika mengulang juga akan ditindak.

"Besok jangan lagi ya," kata Rizkan.
Dalam razia itu ada dua pemilik yang dibawa ke markas Satpol PP. Mereka adalah pemilik warung di Cendana dan Jalan Pierre Tendean.

[Murhan/ Banjarmasin Pos]