Sunday, June 12, 2016

Mengapa Melarang Berjualan?


Dunia Hawa - Pertama, karena orang mengira negara ini negara Islam. Di negara Islam seperti Saudi Arabia, pemerintah bisa berbuat apa saja atas nama Islam. Mulai dari mewajibkal salat jamaah, melarang perempuan keluar rumah tanpa muhrim, sampai melarang pendirian gereja atau rumah ibadah umat lain. 

Masih banyak muslim Indonesia yang gagap dalam bernegara. "Ini negara mayoritas muslim, maka muslim berhak membuat aturan," klaim mereka. Salah. Aturan apapun harus selaras dengan konstitusi yang menjadi payungnya. Konstitusi dengan tegas berpihak pada keberagaman, termasuk dalam soal iman.

Kedua, orang mengira ia sedang menegakkan Islam. Selama bulan puasa suasana harus islami. Kalau ada yang berjualan makanan, artinya ada yang tak berpuasa. Itu artinya, suasana tak islami. Islami berarti Islam yang mendominasi. Soal menghormati hak-hak orang lain, itu tidak dihitung sebagai sesuatu yang islami. Maka dominasi lebih dipentingkan ketimbang toleransi.

Apakah orang-orang itu akan tergoda melihat orang lain makan? Sebenarnya tidak. Tapi ini soal kecemburuan saja. "Aku harus menahan lapar, kenapa kamu boleh makan?" Tidak pernah kita dengar pertimbangan sebaliknya. "Aku yang butuh tadarus, kenapa tetanggaku mesti ikut mendengar kebisingan yang kubuat melalui pengeras suara?" Karena itu tadi, dominasi lebih diminati ketimbang toleransi.

Ketiga, karena timpangnya nalar, dan rendah diri. Warung kecil tak boleh berjualan, bukan? Bagaimana dengan warung besar? Apakah supermartket juga ditutup? Apakah kedai-kedai minimarket juga ditutup? Lho, apa hubungannya? Coba lihat isinya. Mereka jual makanan, bukan? Di situ ada berbagai jenis roti, biskuit, minuman kemasan, dan masih banyak lagi. Apa itu semua bukan makanan yang bisa membatalkan puasa?

Kenapa tidak sekalian ditutup? Karena pemiliknya bukan orang kecil yang bisa diintimidasi dengan petugas Satpol PP. Berulang kali kita saksikan, yang disebut hukum syariat hanyalah hukum yang keras kepada rakyat kecil yang lemah. Kepada yang kuat, hukum syariat lebih cenderung mati pucuk.

Islam kita lebih sering hadir dalam sosok yang timpang. Alih-alih menjadi rahmat, kehadirannya lebih sering dalam wajah yang usil, kekanak-kanakan, dan minta perhatian. Persis seperti anak bongsor yang manja dan egois.

[abdurakhman.com]

Edisi Peraturan di Bulan Ramadhan


Dunia Hawa - Belakangan ini saya perhatikan sebagian dari masyarakat kita ini dalam beribadah kepada Tuhan yang maha esa, semakin kesini kok malah tidak semakin kesana.

Ini bisa menjadi salah satu contoh dan masalah yang sedang dan terus berkembang dalam masyarakat Islam di Indonesia. Ajaran puasa yang indah di bulan suci Ramadhan, pada akhirnya dinodai oleh kelakuan manusia-manusia yang merasa sekali lagi, “merasa” sebagai pemilik bulan Ramadhan.

“Merasa” sebagai penerima mandat dari Tuhan untuk melakukan hukuman atas orang yang tidak berpuasa. Sebagai catatan, sebenarnya dari mana-sih munculnya sikap “merasa” itu?

Padahal sudah jelas, menurut ajaran Islam bahwa berpuasa itu hanya karena Allah. Puasa itu hanya demi Tuhan semata. Orang yang mau puasa atau tidak mau puasa urusannya hanya dengan Tuhan semata. Hitung-hitungannya hanya dengan Allah saja.

Sekarang setiap bulan Ramadhan, orang Islam mainstream terkadang suka mengeluarkan istilah ‘hormatilah orang yang sedang berpuasa.’ Dengan kata lain, paling tidak, setiap tahunnya orang yang sedang berpuasa minta dihormati.

Saking seringnya digembar-gemborkan permintaan ‘minta dihormati selama bulan puasa’ maka kemudian bentuk penghormatan itu dituangkan dalam peraturan atau UU yang sistematik, yang seakan-akan berasal dari ajaran Islam yang dibawa oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Heran... menghukum orang yang terpergok makan saat puasa, apakah sudah tidak ada cara lain lagi yang lebih santun?
Apakah ada Perda ( Peraturan daerah ) dari Nabi?

Pertanyaannya bagaimana jika yang lagi sedang makan itu orang Non Muslim?
Apa masih tetap dihukum?


[moh perdana fedzyan syah

Apa Enaknya Saling Menyesatkan?


Dunia Hawa - Sebagai orang muslim yang memegang teguh prinsip tasammuh, kita tidak diperbolehkan melabeli kata ”sesat” atau ”kafir” kepada kelompok berbeda. Sikap ini sekaligus untuk menghindari kekerasan fisik akibat perselisihan paham.

Istilah sesat dan menyesatkan ( Dlallun mudlill ) sah secara Agama. Tetapi kita juga harus berhati-hati menerapkannya kepada sejumlah kelompok Agama di Indonesia.

Karena ketika label itu dilekatkan kepada sebuah kelompok seakan-akan kita telah memberikan lampu hijau kepada kelompok-kelompok penggemar tindakan Anarkis dan radikalisme dalam beragama untuk menghakimi kelompok yang diberi label Dlallun mudlill ( Sesat dan menyesatkan ) sehingga terjadilah kebencian di antara kita sesama muslim dan bahkan saling membunuh di antara kita.

Mungkin ada sebagian dari kawan kita yang ketika kita di sesatkan oleh mereka dia membalasnya dengan memvonis sesat kembali kepada mereka-mereka yang selama ini menyudutkan kita. Jika ini terjadi maka yang di khawatirkan justeru akan menimbulkan mudarat yang luar biasa, dan apa bedanya kita dengan mereka.

Maka untuk menghindari hal ini. Paling banter adalah bahwa paham yang tadi disinggung ( penyudut paham kita ) adalah paham yang tidak sejalan dengan akidah Ahlussunnah wal Jamaah.
Tetapi ironisnya fakta di lapangan mereka mengklaim dirinya sebagai golongan Ahlussunnah wal Jamaah.

konsekuensi vonis sesat dan kafir adalah penghalalan darah ( Ibahatud dam ). Karena, menurut Imam al-Ghazali, pengklaiman ini menjadi urusan syari’at yang menghakimi seseorang berada di Neraka Jahannam selama-lamanya. ( apa gak Ngeri! ).

”Artinya, orang yang mengikuti paham Ahlussunah wal Jamaah itu tidak boleh saling mengkafirkan. Ahlussunah wal Jamaah tidak diperkenankan membalas pengkafiran itu dengan mengkafirkan mereka yang berbeda dengan kita semua,”

Jangan hanya karena mereka sesatkan kita lalu kita membalasnya dengan predikat sesat kembali kepada mereka, dan ini sudah sangat jelas bahwa dalam Ajaran Nabi pun tidak mengajarkan hal yang seperti ini.

Untuk masalah sesat atau tidak sesatnya seseorang, biarkan saja semuanya kita pasrahkan kepada Allah Tuhan yang yang maha esa, sebab itu hak prerogratif Tuhan. Bukan kita yang menentukan Si A sesat atau Si B kafir.

Yang penting kita sesama warga Negara yang menjungjung tinggi Moral, budi luhur saling rukun dan saling mengasihi, bukankah ini yang selalu di ajarkan oleh Tuhan dan para Nabi.

Apa enaknya Sih kita saling menyesatkan? Terkecuali kita pengen saling membunuh, silahkan! dan lihatlah apa yang terjadi di Timur tengah?
Di bumi Nusantara dengan di sana itu beda budaya, dari dulu masyarakat Nusantara itu mempunyai budaya yang santun dan luhur, masa tiba-tiba kita mau merubah budaya santun dengan budaya ekstrim sebab hanya terinspirasi issue Si golongan A sesat dan Si golongan B kafir. 

Masih pengen menyesatkan dan mengkafirkan?
Silahkan priksa dulu ke dokter Jiwa! pasti di dalam otakmu ada saraf yang tidak beres.

[moh perdana fedzyan syah]

Warung yang Menggoda Iman


Dunia Hawa - Suatu hari yg panas pukul 3 di bulan puasa, seorang pegawai PNS mampir ke sebuah warung nasi utk membeli gorengan dan nasi kucing sbg persiapan berbuka dalam perjalanan pulang ke rumahnya yg berjarak lumayan jauh. Berhubung naik angkot, sehingga sang PNS sering gak kebagian maghrib di rumah, sehingga terpaksa harus menyiapkan makanan utk buka puasa di dalam kendaraan umum

Ketika masuk warung sang pemuda melihat penjualnya duduk mengangkang sehingga nampak kelihatan segitiga mermudanya.

PNS: mbak warungnya tutup dong, menggoda iman aja.

Melihat ada PNS masuk sambil nyolot gitu, tanpa beranjak sang penjual nasi cuek aja. Dalam hati dia berkata: "kalo sampe pns gemblung ini ngambil makanan gue, liat aja gue teriakin maling"

Merasa tak digubris malah si mbaknya asyik mainan hape, sekali lagi PNS itu teriak: "MBAAAAKKK WARUNGNYA JANGAN DIGELAR GITU DOOOOOONG... MENGGODA ORANG PUASAAAAA!!!"

Sambil sewot mbak nya ngomong: "eh mas, apa urusannya sama elu, kalo gak kuat puasa sinih buka, gue kasih lauk yg paling enak, ini Jakarta, pak Ahok gak larang kita jualan nasi... emang di serang sono noh... lu macem2 gue foto, gue kirim muka lu ke pak Ahok, biar nyahoook lu. Emang gue takut!"

PNS: "siapa yg mau ngelarang mbak jualan nasi... itu CELANA DALEM MBAKNYA KELIATAN... !!"

Sambil berdiri benerin rok mbaknya marah : "bilang kek dari tadi, to the point cidi gue keliatan, pake bilang warung... ini kan lagi rame2nya soal grebek warung nasi maaaasss... malah ngeliatin celana dalem orang! Untung celana gue isinya bukan lauk pauk, bisa2 lu ambil, tuang bungkus plastik dah.... buruan mau beli apa?!"

ITULAH BEDANYA WARNAS DI DKI AND WARNAS DI LUARAN SONOH... gak ada tuh tuang bungkus plastik... cukup dibilangin suruh tutup.... PAHAM KAN BOSS???

[sahara djati]

Sahara Djati
Penulis, Pelestari Lingkungan Hidup, English Teacher dan Safety

Tuhan Dalam Masjid 1 Triliun


Dunia Hawa - Bandung akan punya masjid di daerah Gedebage di atas tanah 25 hektar senilai total 1 triliun.

Sungguh mengagumkan penghambaan yang dilakukan oleh Gubernur Jabar kepada Tuhan. Betapa Tuhan diagungkan, dibangunkan tempat yang mewah dan semua itu dianggarkan melalui APBD. 

Pak Aher tidak ingin Tuhan ada di tempat tempat kumuh di Jawa Barat, dimana banjir sungguh memprihatinkan. Beliau juga tidak ingin Tuhan ada di desa desa di Jabar yang tidak punya fasilitas MCK. Apalagi Tuhan kok bisa-bisanya dihadirkan di sampah sampah yang menggenang. Itu tidak boleh. Tuhan begitu agung sehingga harus dibangunkan tempat yang agung pula.

Kenapa Tuhan harus dibangunkan tempat yang agung?

Tentu supaya mudah berdoa dan meminta ketika ada masalah. Tuhan harus di datangi, di tangisi, di teriakkan nama-Nya supaya keluar dan membantu rakyat Jabar. Tidak perlu banyak rencana, penataan kota apalagi pembangunan sarana karena semua itu hanya rencana manusia saja. Berdoa dan semua masalah selesai...

Mendagri pernah mengatakan, " Aher jangan sibuk dengan proyek mercusuar. Setengah rakyat Jabar tidak punya MCK.. " 

Pak Mendagri ini tahu apa? Rakyat Jabar tidak pernah mengeluh mereka tidak punya MCK. Mereka menerima karena ini bagian dari takdir Tuhan. Takdir Tuhan-lah yang membuat mereka mandi, cuci dan beol di tempat sembarangan. Aher tidak mungkin mengubah takdir itu. Apalagi kang Deddy yang kerjanya nangis melulu. Terimalah nasib ini sebagai bagian dari keimanan....

Kalau banjir, tinggal berdoa, " Tuhan, turunkanlah hujan.. tapi jangan lebat lebat ya. Standard ajah. Kalau di daerah sini, hujannya sekian. Di daerah sana, hujannya kalau bisa sekian.." 

Apakah Tuhan bisa disuruh-suruh untuk mengabulkan? 

Tentu tidak bisa karena Tuhan tidak akan mampir di masjid yang biasa biasa saja. Harus masjid bintang 5. Karena itu dibangunlah masjid senilai 1 triliun supaya Tuhan mau istirahat disana dan bisa diminta-mints untuk mengabulkan doa.

Jadi kita harus mengapresiasi langkah langkah strategis yang gemilang ini. Sulit bisa berfikir secerdas ini kalau tidak taat dan shalat tidak pernah telat. 

Karena itu saya langsung malu ketika mendengar berita itu. Bagaimana tidak, saya hanya bisa menyediakan Tuhan dalam secangkir kopi. Ah, sungguh jauh perbedaannya. Semoga Tuhan tetap mau mampir di tempat saya.

" Denny, ada satu Tuhan lagi yang harus kau panggil ketika kau susah.. "
" Oh, siapakah ia gerangan ya, Tuhan?"

" Dia.... adalah Tuhan di seberang jendela..."

[dennysiregar.com]

Agama Timpang


Gambar cuma ilustrasi

Dunia Hawa - Dalam perjalanan ke pasar saya lihat ada 3 anak perempuan, taksiran saya usia kelas 6 SD atau kelas 1 SMP, naik sepeda motor, bertiga di satu motor, tanpa helm. Mereka semua berjilbab.

Ini adalah potret pola pikir masyarakat kita. Ini juga potret pendidikan kita. 

Orang-orang menganggap agama itu begitu penting, sangat penting. Anak-anak harus diajar salat. Kalau perlu dipukul agar mereka salat. Sejak kecil juga dibiasakan puasa. Konon, kalau tidak dibiasakan sejak kecil, anak-anak akan sulit memulainya ketika sudah besar.

Untuk soal jilbab lebih ekstrim lagi. Sejak bayi sudah dipakaikan jilbab. Padahal anak bayi itu tentu saja belum punya aurat.

Tapi anak-anak tidak dididik untuk tertib. Entah mengapa banyak orang tua yang gatal untuk memberi anaknya sepeda motor. Sejak usia SD anak-anak sudah diajar naik sepeda motor dan dibiarkan bermain dengannya. Padahal sepeda motor bukan mainan.

Tidak jarang anak-anak itu celaka. Sudah sangat sering terjadi kecelakaan yang melibatkan anak-anak di bawah umur, dengan akibat fatal: mati atau cacat. Inipun tidak membuat para orang tua itu sadar.

Anak usia SD tak patut naik sepeda motor, karena usia minimal bagi pengendaraa adalah 17 tahun. Membiarkan atau malah mendorong mereka berkendara adalah perusakan mental yang parah. Lebih parah lagi, mereka tidak dituntun untuk menaati aturan. Tanpa helm, berboncengan 3 orang, seperti contoh di atas.

Agama bagi banyak orang hanyalah soal takut masuk neraka. Maka agama hanya soal mematuhi hal-hal yang secara verbal diperintahkan Tuhan. Orang gagal memaknai agama di tingkat yang lebih fundamental, yaitu menciptakan masyarakat yang tertib dan berakhlak.

Orang tua ketiga anak tadi mungkin takut kalau kelak anaknya masuk neraka. Tapi dia tidak takut anaknya masuk liang kubur lebih cepat. Mungkin karena dia yakin, dengan pakai jilbab liang kubur bagi anaknya adalah liang kubur yang indah.

[abdurakhman.com]

Kita Butuh Islam Ramah Bukan Islam Marah


Dunia Hawa - Agama Islam yang bersumber dari Kalam Allah dan Sunnah Rosulillah serta berisi ajaran dan nilai-nilai fundamental, ternyata tidak bisa lepas dari persoalan interpre¬tasi, yang pada gilirannya memunculkan keragaman pandangan. Interpretasi ini merupakan manifestasi dari keinginan manusia untuk memahami dan memperkokoh keyakinan akan kebenaran agamanya melalui aktualisasi diri dalam aspek fikir, dzikir, dan amal sholeh.

Timbulnya keragaman pandangan dalam beragama adalah sesuatu yang wajar dan absah adanya. Kondisi ini terjadi karena manusia tidak mampu berhadapan langsung dengan Allah untuk menanyakan secara langsung apa yang dikehendaki dalam firman-firman-Nya yang tertuang dalam kitab suci dengan benar sesuai dengan kehendak dan ilmuNya jika menghadapi kesulitan pemahaman.

Keragaman pemahaman dan penafsiran tersebut pada gilirannya memunculkan pola-pola artikulasi keberagamaan, yang oleh Cak Nur dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) aliran, yaitu: (1) kelompok fundamental yang cenderung sangat literal, dan/atau ketaatan formal dan hukum agama dieks¬presikan dalam bentuk sangat lahiriah semacam simbol/label keagamaan atau gerakan-gerakan keagamaan; (2) kelompok liberal yang lebih mementingkan substansi/isi dari pada label atau simbol-simbol eksplisit dengan memberikan tafsir teks-teks agama secara terbuka; dan (3) kelompok moderat yang lebih menekankan pada pemikiran agama secara toleran dan menghargai perbedaan pemikiran dalam beragama. Kelompok Islam moderat ini sering juga disebut dengan Islam tawasuth atau Islam toleran, yang mencoba mencari penafsiran secara seimbang antara teks-teks kitab suci dengan realitas sosial.

Klaim kebenaran bagi setiap kelompok agama adalah suatu keniscayaan, karena tanpa klaim tersebut, maka agama sebagai sistem kehidupan sosial, politik, dan budaya tidak akan memiliki kekuatan simbolik yang cukup menarik bagi setiap pemeluknya. Selain itu, agama mempunyai asumsi dasar perlunya manusia mempunyai pegangan hidup yang jelas, konkrit, dan rasional. Karena itu setiap pemeluk suatu agama akan berusaha memposisikan diri sebagai umat yang baik, loyal, tanggungjawab, dan bahkan siap meng”infaq”kan jiwa dan raga untuk berjuang dan berkorban demi agamanya kalau memang diperlukan.

Namun demikian, jika klaim kebenaran difahami secara emosional dan segmentatif, maka akan menimbulkan banyak masalah. Sejarah telah mengabarkan kepada kita bahwa adanya perselisihan, pertikaian, konflik dan peperangan antar komunitas agama baik di kawasan Asia, Afrika, Eropa, maupun Amerika, antara lain merupakan akibat dari klaim kebenaran yang melebar memasuki wilayah sosial, politik, dan budaya yang bersifat praktis-pragmatis.

Fenomena yang terjadi pada masyarakat dewasa ini adalah kurangnya memahami Islam secara toleran, sehingga Islam belum menjadi rahmatan li al’alamin. Islam sebagai agama, seringkali dipahami sebatas ritual yang tidak bersentuhan dengan kehidupan duniawi. Padahal Islam kaya dengan berbagai argumen untuk hidup seimbang antara ibadah dan muamalah, antara keshalehan sosial dan keshalehan individual, berkah dan berbagi, serta selalu menghargai pendapat orang lain. Akibat dari pemahaman Islam yang segmentatif tersebut seringkali menjadi faktor penyebab utama dari gerakan radikalisasi agama.

Gerakan radikalisasi agama, semakin lama semakin massif mempertontonkan aksinya. Banyak kejadian pengrusakan, penganiayaan, dan bahkan pembunuhan yang disebabkan oleh sentimen agama dan pemahamaan agama secara segmentatif. Kondisi ini jelas tidak sesuai dengan semangat kebangsaan yang menghargai pluralitas dan toleransi, yang menjamin setiap warga negara untuk hidup tenang dan damai dalam menjalankan aktifitas beragama, berbangsa, dan bernegara.

Kalau kita telusuri secara seksama, dalam ajaran Islam kita terdapat suatu pandangan yang universal, yaitu bahwa manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang terbaik dan tertinggi/termulia (Q.S. al-Tin: 5), serta diciptakan dalam kesucian (fitrah), sehingga setiap manusia mempunyai potensi benar. Di sisi lain, manusia juga diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang dlaif (Q.S. al-Nisa’: 28), sehingga setiap manusia mempunyai potensi salah. Pandangan semacam ini akan berimplikasi pada sikap dan perilaku seorang muslim yang berhak menyatakan pendapat, harus mau mendengarkan dan menghargai pendapat serta pandangan orang lain, tidak men”tuhan”kan pendapatnya sendiri, serta tidak mengembangkan sistem kultus individu, fanatisme buta terhadap kelompok, karena kultus hanya diarahkan kepada Allah semata.

Apabila pandangan teologi agama dan ajaran yang dipegangi bersifat ekstrim, juga dibarengi dengan model pemahaman dan penghayatan agama yang simbolik, tekstual, skriptural, dan segmentatif karena penjelasan-penjelasan dan arahan dari para guru, dosen, dan tokoh agama yang bersifat normatif-doktriner serta didukung oleh lingkungan sosio-kultural yang eksklusif, maka bisa jadi akan melahirkan sikap intoleran dan agama dapat berperan sebagai faktor pemecah-belah. Suatu hal yang ironi di alam kemerdekaan sekarang ini. Untuk itu, yang perlu ditumbuhkan sekarang adalah membangun pemikiran keagamaan yang toleran, agar cita-cita menjadikan Islam sebagai rahmatan li al’alamin dapat terwujud dengan baik di dunia umumnya dan di bumi pertiwi pada khususnya. Semoga.

Agus Maimun, PR III UIN Malang

Satpol PP Bertindak, Ratna Sarumpaet, Komnas HAM, Fadli Zon 'Ngumpet' Semua!!


Dunia Hawa -  Seorang ibu pemilik warung makan di Kota Serang, Banten, menangis ketika dagangannya disita aparat Satuan Polisi Pamongpraja PP Pemkot Serang, Jumat (19/6/2016). 

Ibu ini dianggap melanggar aturan larangan warung buka siang hari di Bulan Suci Ramadhan.


Tampak ibu tersebut menangis sambil memohon kepada aparat agar dagangannya tidak diangkut. Namun tangisan ibu tersebut tak dihiraukan. Aparat tetap mengangkut barang dagangan ibu tersebut.

Kepala Satpol PP Maman Lutfi kepada Kompas TV mengatakan, warung tersebut kena razia karena buka siang hari dan melayani warga yang tidak puasa.

"(Razia) warung nasi dan restoran di Kota Serang yang buka memberi makan pada orang yang tidak puasa," kata Maman saat pimpin razia, Jumat.

Dalam razia itu, petugas menertibkan puluhan warung makan yang buka siang hari. Semua dagangannya disita.

Video Ibu ini menjadi viral di sosial media dan jadi pergunjingan netizen sampai hari ini.


Namun dimana Aktivis Ratna Sarumpaet yang katanya akan mengejar siapapun yang
menyakiti rakyat? Terpantau di akun Twitternya, Ratna Sarumpaet masih 'sibuk' Ngurusin Ahok. 


Tak ada satu twit pun yang menyuarakan perlakuan satpol PP tersebut. Andai urusan Ratna Sarumpaet hanya terbatas wilayah Ahok dan tidak melayani luar Jakarta, tentunya cuitan bahwa Ratna Sarumpaet akan mengejar siapapun yang menyakiti rakyat Indonesia, tak terbukti nyata alias cuma omdo!


Akan lain cerita bila kejadian Ibu ini terjadi di Wilayah DKI Jakarta, pastilah Ahok langsung disemprot ramai - ramai oleh Ratna Sarumpaet Cs tak ketinggalan KOMNAS HAM komplit dengan DPR diwakili Fadli Zon langsung sidak beraksi!! 

Buntutnya rentetan statemen akan terjadi menyerang Ahok, "jangan semena - mena terhadap rakyat miskin", "kedepankanlah rasa kemanusiaan", "lebih baik duduk bersama untuk mencari solusi". Begitulah.

Bagaimana menurut anda?

[Beritateratas.com]

Kebanyakan Ngoceh, Akhirnya SBY Dipermalukan Demokrat


Dunia Hawa - Ada yang 'aneh' dari sejumlah kritik SBY untuk pemerintahan Jokowi pada acara Refleksi Ramadan Partai Demokrat di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Jumat (10/6/2016) malam. 

Mantan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menilai, RUU Tax Amnesty merupakan asumsi yang keliru. FKebijakan Tax Amnesty dinilai hanya untuk menyelamatkan para pengemplang pajak ketimbang menggenjot potensi penerimaan negara.

"Menghitung penerimaan negara dengan memasukkan perolehan dari pengampunan pajak juga sebuah asumsi yang rapuh," kata SBY pada acara Refleksi Ramadan Partai Demokrat di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Jumat (10/6/2016) malam.

Catat!! SBY jelas menyampaikan bahwa RUU TAX AMNESTY adalah sebuah kebijakan yang keliru. Ini aneh. Mengapa? 

Flasback pada 10 hasil rekomendasi SBY yang sebelumnya dibacakan oleh Sekjen PD Hinca Pandjaitan, 20 Maret 2016.

1. Pemerintah harus menghitung pembiayaan yang tepat untuk pembangunan infrastruktur.

2. Partai Demokrat mendukung upaya pemerintah untuk memerangi tanpa hentu dan tanpa pandang bulu kejahatan narkoba.

3. Pemerintah perlu mencarikan solusi secara rasional dan feasible tentang permasalahan di APBN dan transparan dalam melakukan kebijakan fiskal.

4. Pemerintah harus memasukan tiga pilar utama ekonomi yaitu manfaat ekonomi harus nyata, menjamin keadilan sosial, dan sistem tata kelolanya yang baik ke dalam RUU Tax Amnesty.

5. Tidak boleh ada desain dan kandungan suatu undang-undang yang membuat KPK tak independen dan lemah .

6. Pemerintah harus mengupayakan penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak untuk mencegah PHK dan bertambahnya pengangguran.

7. Partai politik adalah pilar demokrasi oleh karena itu, semua harus menghormati kedaulatan partai termasuk kekuasaan.

8. Kisruh sepakbola dan PSSI harus segera diselesaikan.

9. Pemerintah harus memberikan solusi soal status pegawai dan guru honorer agar masyarakat tidak resah.

10. Partai Demokrat melihat dalam melakukan kebijakan dan langkah pemerintah tidak sinergis. 

Pada poin 4 diuraikan sesungguhnya tujuan pemerintah mengajukan RUU Tax Amnesty itu baik dan juga berlaku di beberapa negara. PD mencatat substansi undang-undang itu harus tepat dan implementasinya baik. 

Dalam 10 rekomendasi SBY sebelumnya, disebut bahwa RUU Tax Amnesty itu BAIK. Tapi mengapa sekarang SBY malah menyampaikan pemikiran Tax amnesty adalah keliru dan rapuh?
Apakah SBY lupa? Tapi Sungguh tak mungkin, bila pemikiran sendiri sampai lupa bukan? Atau SBY ini hanya 'bertugas' membaca? Sementara ada seseorang dibalik ini semua yang membuat 'teks' tersebut? Bila ada 'petugas partai' yang membuat teks tersebut maka itu sama saja 'tanpa sengaja' Demokrat sudah mempermalukan SBY. Bagaimana bisa seorang sekelas SBY menyampaikan rekomendasi kemarin A, hari ini B untuk topik yang sama? Hal ini tentu saja akan membuat bingung pihak yang dikritisi.

Bila sebelumnya SBY mengatakan Tax Amnesty adalah baik, dan sekarang mengatakan Tax Amnesty itu keliru maka SBY harus menjelaskan kembali, mana yang benar? Sehingga tidak terkesan plin -plan. Dan Pemerintah Jokowi tidak bingung dengan rekomendasinya? 

 Lain waktu SBY harus mengecek dulu apa - apa  yang akan dibacanya. Memang terkadang diam itu lebih baik, karena bisa jadi, kebanyakan bicara hanya akan memperlihatkan kebodohan kita yang tersembunyi.
Bagaimana menurut anda? 

[beritateratas.com]