Saturday, June 11, 2016

Razia Warung Ala Firaun


Dunia Hawa - Dalam Islam, baik dalam Al-Quran maupun wasiat Nabi Muhammad SAW, tidak ada satu pun dalil yang mengajarkan umat Muslim memaksa warung tutup saat Ramadhan, apalagi sampai merazia, apalagi sampai mengacak-acak.

Bahkan dalil "amar ma'ruf nahi munkar" pun ditegaskan dalam Al-Quran wajib dilakukan dengan cara baik, bukan dengan pemaksaan apalagi kekerasan.

 "serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah dengan cara yang baik." (Al-Quran, Surat An-Nahl 16:125)

Kecuali bila Islam dijungkur balik dari agama Kebaikan "Rohmatan lil Alamin" (rahmat bagi seluruh alam, seluruh manusia termasuk non muslim) menjadi agama Kesombongan ala Firaun "Rohmatan lil Muslimin" (rahmat bagi muslim saja).

Karena realitanya saat ini memang banyak yang menjadikan Firaun sebagai suri tauladan, lalu menggunakan Al-Quran dan Muhammad SAW sebagai kemasan. Sombong, egois, sewenang-wenang kepada rakyat kecil (penjual warung makan). 

Persis seperti Firaun, sama sekali tidak mencerminkan perilaku Nabi Muhammad. Gaya tiran penguasa lalim yang gila hormat gila penghargaan, sampai ibadah puasa saja harus dihargai orang.

[Ustad Abu Janda al-Boliwudi]

Hoax China Larang Puasa


Dunia Hawa - Dilaporkan jurnalis Pakistan Mian Abrar dari Harian Pakistan Today.

Dari awal isu pemerintah Cina melarang Muslim Uygur berpuasa sudah aneh, rezim brutal israel saja tidak pernah melarang warga Palestina berpuasa, bagaimana mungkin pemerintah Cina melakukan itu?

Mian Abrar menghubungi sejumlah pejabat dan mewawancara warga Muslim Uygur untuk mengklarifikasi hal ini. Pejabat pemerintah RRC menegaskan tidak ada larangan berpuasa di daerah otonomi Xinjiang Uygur, itu adalah isyu murahan propaganda untuk menyakiti citra RRC,

Setiap tahun kedatangan bulan suci Ramadhan, kampanye hitam berdasarkan kebohongan ini selalu digaungkan untuk mendiskreditkan pemerintah. Sama sekali tidak ada larangan puasa di RRC, malah pemerintah Xinjiang memfasilitasi Muslim untuk berpuasa.

Larangan berpuasa adalah 100% propahanda palsu. Pejabat di pemerintahan daerah otonomi Xinjiang juga menegaskan tidak ada larangan resmi seperti yang digosipkan. Kebebasan beragama dilindungi oleh konstitusi, dan umat beragama hidup harmonis, tambahnya.

Berdasarkan Peraturan Agama dari Dewan Negara RRC, serta Peraturan Daerah Otonomi Xinjiang Uygur di bawah Departemen Agama setempat, disebutkan bahwa "Negara melindungi kebebasan beragama dan kegiatan agama yang normal."

Berdasarkan UU tersebut, tidak ada warga yang menderita diskriminasi atau perlakuan tidak adil atas pilihan atas agama apapun. Dan siapa pun yang melanggar hak kebebasan atas keyakinan agama bisa dituntut secara hukum.

Kunjungan ke XINJIANG

Tak hanya klarifikasi ke seluruh pejabat terkait, Jurnalis Pakistan Mian Abrar juga pergi mengunjungi propinsi Xinjiang Uygur untuk memastikan sendiri, dan temuan nya adalah sbb:

"Saya mewawancari Muslim di daerah Urumqi & Kashgar, pengakuan mereka tidak ada hambatan dalam menjalankan ibadah puasa, tidak pernah dilarang maupun ditegur."

"Saya juga mengunjungi Masjid Eidgah (masjid agung) di kota Kashgar, dan mewawancara Mohammad Noor, warga muslim setempat, berikut testimoninya: Tidak ada pembatasan puasa di Xinjiang, kami memiliki kebebasan penuh untuk beribadah.

Begitu juga untuk perayaan hari-hari besar, ada lebih dari 10.000 populasi Muslim di kota Kashgar propinsi Xinjiang Uygur yang merayakan tanpa pernah mendapat gangguan dari siapapun, termasuk dari pemerintah RRC.

Mian Abrar juga mengunjungi sekolah-sekolah di kota Urumqi, Xinjiang Uygur, dan mendapat konfirmasi dari para guru, tidak ada larangan puasa dari pemerintah RRC. Bahkan memuji pemerintah yang memberikan prioritas tinggi bagi pendidikan.

Pemerintah RRC menghormati kebebasan beragama, dan semua berita yang menyebut Muslim Uygur dilarang berpuasa adalah 100% hoax propaganda untuk merusak citra pemerintah RRC.

Sudah kah anda menebar HOAX hari ini?

[ustad abu janda al-boliwudi]

Razia Di Seberang Jendela


Dunia Hawa - Pak Walikota Serang, 

...daripada merazia warung makan kenapa gak lebih dulu merazia hati, apakah bapak lebih mulia daripada seorang ibu yang sedang mencari makan dengan halal?

Apakah bapak lebih bersih dalam mencari makan, di bandingkan seorang penjual nasi yang berjualan di bulan Ramadhan?

Apakah bapak merasa nyaman dengan pendapatan yang besar, sehingga sudah tidak perduli lagi dengan mereka yang harus ngebut mencari tambahan menghadapi lebaran?

Bulan Ramadhan sesungguhnya bulan instropeksi.. Ketuklah dulu pintu hati, benarkah saya "berpuasa"? 

Perut saya menahan lapar, tapi terus mencari cara bagaimana korupsi tidak kelihatan..

Perut saya menahan lapar, tapi harus memainkan anggaran dengan bijak supaya semua kebagian dan bisa lebaran..

Perut saya menahan lapar, tapi harus buat kesepakatan dengan rekanan siapa dapat apa, berapa dan bagaimana caranya supaya berjalan dengan aman dan tentram...

Apa bedanya dengan "menjual nasi" di bulan Ramadhan?

Sama sama melayani orang makan.... Sama sama mengejar lebaran.

Hanya yang satu melakukannya dengan terang-tetangan, satunya lagi dengan diam diam, satunya di razia, satunya semoga tidak di razia suatu saat oleh KPK.

Semoga... 

Semoga tidak seperti kata pepatah, " Gajah di pelupuk mata tidak tampak, cowok di seberang jendela kelihatan..."

[dennysiregar.com]

Ngapain Puasa HaHaHa


Dunia Hawa - Puasa itu buat apa sih? Bukannya untuk menguji iman, melatih kesabaran, belajar tawadhu. Caranya, menahan diri dari nafsu. Nafsu lapar, amarah, termasuk memaksakan kehendak itu juga nafsu. Iya kan?

Bukannya yang namanya ujian, latihan, dan belajar itu harus ada materi. Materi ujian orang puasa ya rasa lapar, haus, sebel, jengkel, marah, dsb. Nah, ujian tingkat tinggi itu kalau pas lapar di depan kita ada makanan lezat, pas haus disodorin es buah, pas lagi lemes dibikin marah. Asyik kan? Greget kan ujiannya? 

Puasa tanpa godaan itu seperti ujian tanpa soal pertanyaan. Lulus dengan mudah. Lalu di mana latihannya? Dimana belajarnya?


Merasa sedang beribadah, berpuasa, sok membela orang yang berpuasa dengan maksa warung makan tutup selama bulan puasa itu gimana sih cara mikirnya. Kalo aku sih justru malah merasa sangat dihormati ketika puasa ada yang mau nguji nyodorin makanan dan minuman.

[nurul indra]

Nurul Indra

Penyakit Tahunan Umat Islam


Dunia Hawa - Setiap bulan puasa, sejumlah kelompok dan umat Islam (sejumlah lo ya, gak semuanya, nanti ada yang menuduh lagi saya anti Islam dan kaum Muslim) di Indonesia selalu saja ada yang melakukan berbagai tindakan arogan, anarkis, ngamuk, mau menangnya sendiri, betul-betul memuakkan dan memalukan. 

Yang rutin mereka lakukan setiap tahun di bulan puasa misalnya, "sweeping" warung-warung yang buka di siang hari, ngobrak-abrik tempat-tempat yang mereka anggap "sarang maksiat", kemudian khotbah dimana-mana pletar-pletor kayak petasan minta semua orang, khususnya non-Muslim, untuk menghormati kaum Muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa dengan cara tidak makan-minum di hadapan orang-orang yang berpuasa atau menutup warung makan di siang bolong. Inilah yang saya maksud dengan "penyakit kambuhan tahunan" (sebagian) umat Islam. 

Dengan berlagak seperti "satpam Tuhan", mereka tidak sungkan-sungkan membentak-bentak orang lain atau bahkan melakukan kekerasan terhadap orang/kelompok lain yang menurut mereka tidak "menghormati" bulan Ramadan. Bukankah tindakan ini seperti "anak-anak" balita yang merengek-rengek minta diperhatiin orang tuanya? Atau, barang kali, seperti "Tuan Takur" dalam film India itu atau "tuan-tuan" lain yang "gila hormat"? Apakah kira-kira Tuhan bangga dengan kelakuan arogan mereka? 

Jika kita dengan mudahnya minta umat agama lain untuk menghormati ibadah-ritual kita, apakah kita juga sudah melakukan hal yang sama: menghormati ibadah-ritual umat agama lain? Jika kita ingin dihormati orang lain, maka kita juga harus menghormati orang lain. Jika kita merasa sakit karena tidak dihormati orang lain, maka begitulah umat lain juga akan merasakan sakit jika kita tidak menghormati dan bahkan mengolok-olok mereka. 

Puasa bukan hanya menahan makan-minum tapi juga menahan hawa nafsu, termasuk nafsu amarah dan mau menangnya sendiri. Tuhan tidak butuh "satpam" atau "satpol PP". Jangankan masalah puasa, soal keimanan dan kekafiran orang saja, Tuhan santai banget. Manusia saja yang ribut. 

Akhirul kalam, jika kita minta orang yang tidak berpuasa untuk menghormati orang yang berpuasa, maka kita yang berpuasa juga harus menghormati mereka yang tidak berpuasa. Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang berpuasa, dan selamat menikmati makan-minum seperti biasa bagi yang tidak berpuasa. 

Kent Vale, Singapore

[sumanto al qurtuby]