Saturday, May 28, 2016

Kerennya Istri Gubernurku


Dunia Hawa - Veronica Tan, sarjana arsitektur yg telah mendesign ruang terbuka bermain anak di 6 wilayah Ibu kota, membuat saya semakin kagum. Selain cantik, ibu vero ternyata punya banyak ide yang luarbiasa.

Beliau juga telah memangkas milyaran anggaran perlombaan ceremonial yang dianggap tidak ada manfaatnya, diganti dengan pengadaan lahan bermain anak yang akan menjadi lokasi yg sangat baik untuk mengembalikan suasana keceriaan anak anak yang selama ini hilang karena pesatnya pembangunan di DKI ysng tak dibarengi pembangunan lahan lahan tempat bermain yang nyaman.

Lahan bermain anak dilengkapi dengan berbagai lapangan olahraga, seperti lapangan bola, bulu tangkis, basket, dan lain lain. Juga ada toilet, tempat bermain, taman, dan berbagai fasilitas lainnya.

Ibu Veronika tidak suka protokoler, berbeda jauh dengan ibu ibu pejabat yang selama ini kita lihat. Beliau sangat rendah hati, dekat dengan rakyat tanpa pembatas. Ibu ibu yang pernah bertemu dalam kegiatan kemasyarakatan banyak yang terkagum-kagum melihat ketulusan bu Vero dalam melayani berbagai keluhan dari mereka yang rata rata selalu terpenuhi dan dikabulkan. 

Ibu Vero disatukan oleh Tuhan dengan pak Ahok sebab mereka memiliki jiwa yang sama. Sama sama tulus, sama sama menginginkan perubahan birokrat antara rakyat dan pejabat sebagaimana budaya yang selama ini dilanggengkan.

Dengan melihat gaya bu Vero, bu Iriana, pak Ahok dan pak Jokowi, saya jadi semakin punya banyak kesimpulan kenapa selama ini pejabat pejabat banyak yang membuat jarak dengan rakyat, sulit ditemui, dan tidak open.

Yaitu antara lain:

1. Mereka sombong
2. Mereka tidak mau dimintai bantuan macem macam
3. Mereka menyembunyikan kekayaan APBD/ N
4. Mereka gak mau rakyat tau banyak 
5. Mereka ingin bebas nilep tanpa diawasi
6. Mereka brengsek

Dengan munculnya bu Vero, pak Ahok, bu Iriana dan pak Jokowi para pejabat brengsek itu Gerah.... Sumuk.. Merasa Terusik....

Makanya jangan heran bila kita mendapati banyak cibiran cibiran berbau SARA juga Fitnah agar orang orang Amanah tersebut tidak menjadi batu sandungan pejabat pejabat rakus sok birokrat anti kritik, non transparan.

Kenapa mereka kegerahan? Sebab keberadaan pejabat pejabat perubah paradigma itu akan membuka aib aib lama sekaligus Membuat Kacau Dunia Pertolepan mereka saat ini.

Bayangkan pejabat pwjabat yang saat ini duduk dibangku DPRD atau DPR waktu pilkada mereka mengeluarkan budget milyaran dengan harapan akan kembali setelah beberapa tahun menduduki kursi jabatannya.

Tapi karena ada pak Jokowi, pak Ahok beserta para istri yang anti hura hura itu, angan angan mereka kandas dan ini sangat menyakitkan hati, membuat galau, stress berkepanjangan.

Mereka harus menunggu minimal 5 tahun masa jabatan pak Aho, pak Jokowi sementara tagihan hutang kian menumpuk.

Kegalauan para pejabat wakil wakil rakyat yang waktu kampanye keluar modal banyak itu telah pula ambil andil vakumnya pembuatan UU yang merupakan kewajiban mereka.

Gimana gak vakum, dulu satu pasal yang dirancang pengusaha nakal nilainya 500juta sekarang boro boro bernilai. Ketauan langsung masuk bui kayak si SANUSI. 

Inilah Jakartaku.... Indonesiaku... yang sedang menggeliat bersemangat menuju arah perubahan yang positif. Jangan ragu ragu menyuarakan Fakta
Bantu Pejabat Amanah Melibas Pejabat Brengsek.

Love you bu Vero.... 
Anda layak dapat jempol!!

[sahara djati]

Sahara Djati

Penulis, Pelestari Lingkungan Hidup, English Teacher dan Safety

Menghina Islam


Dunia Hawa - Anda muslim? Kok status Anda menghina Islam terus? Jangan-jangan ini akun palsu. Anda pakai nama Islam, tapi Anda memojokkan Islam terus.

Kalau mau cek apa agama saya, sini lihat KTP saya. Ooooh, Islam KTP doang. Ya sudah, sini dengarkan saya baca syahadat. Yaaa, syahadat kan bisa saja cuma di mulut, hatinya siapa tahu?

Exactly! Mempertanyakan iman seseorang itu pointless. Itu wewenang Tuhan, dan sama sekali bukan urusanmu. Iman dan keislamanmu juga bisa dipertanyakan orang lain. Tidak ada bukti lain atas keislamanmu selain bahwa itu tertulis di KTP.

Mau menguji keislaman saya? Ayo, kita tanding islam-islaman. Saya tertib, saya bersih. Saya tepat waktu, saya tidak mubazir. Saya tidak memusuhi orang, saya mempromosikan perdamaian.

Anda anggap itu tidak relevan? Ya, karena itu adalah nilai-nilai yang asing bagi Anda. Islam bagi Anda mungkin hanya seputar soal syahadat, salat, puasa, zakat, haji. Molor tidak tepat waktu bukan bagian dari Islam menurut Anda.

Jadi, masih mau menguji keislaman saya? Sekalian aja cek apakah saya berhak masuk surga atau tidak. Tapi sebelum itu cek diri Anda dulu, bakal lolos masuk surga nggak?

Menghina Islam? Bukan. Saya hanya kritis terhadap perilaku segolongan orang Islam, mungkin termasuk Anda di dalamnya. Masalahnya Anda mengidentikkan diri Anda dengan Islam. Maka ketika perilaku Anda dikritik, Anda merasa bahwa Islam lah yang diserang. Maaf, sepertinya Anda masuk golongan Islam GR.

[hasanudin abdurakhman]

Tenggelamnya Kapal Pesiar


Dunia Hawa - Sebuah kapal pesiar mengalami kecelakaan di laut dan akan segera tenggelam. Sepasang suami istri berlari menuju skoci untuk menyelamatkan diri. Sampai di sana, mereka menyadari bahwa hanya ada tempat untuk satu orang yang tersisa. Segera sang suami melompat mendahului istrinya untuk mendapatkan tempat itu. Sang istri hanya bisa menatap kepadanya sambil meneriakkan sebuah kalimat sebelum skoci menjauh dan kapal itu benar-benar menenggelamkannya.

Guru yang menceritakan kisah ini bertanya pada murid-muridnya, “Menurut kalian, apa yang istri itu teriakkan?”

Sebagian besar murid-murid itu menjawab, 
“Aku benci kamu!” 
“Kamu tau aku buta!!” 
“Kamu egois!” 
“Nggak tau malu!”

Tapi guru itu kemudian menyadari ada seorang murid yang diam saja. Guru itu meminta murid yang diam saja itu menjawab. Kata si murid, “Guru, saya yakin si istri pasti berteriak, ‘Tolong jaga anak kita baik-baik’”.

Guru itu terkejut dan bertanya, “Apa kamu sudah pernah dengar cerita ini sebelumnya?”

Murid itu menggeleng. “Belum. Tapi itu yang dikatakan oleh mama saya sebelum dia meninggal karena penyakit kronis.”
Guru itu menatap seluruh kelas dan berkata, “Jawaban ini benar.”
Kapal itu kemudian benar-benar tenggelam dan sang suami membawa pulang anak mereka sendirian.

Bertahun-tahun kemudian setelah sang suami meninggal, anak itu menemukan buku harian ayahnya. Di sana dia menemukan kenyataan bahwa, saat orangtuanya naik kapal pesiar itu, mereka sudah mengetahui bahwa sang ibu menderita penyakit kronis dan akan segera meninggal. Karena itulah, di saat darurat itu, ayahnya memutuskan mengambil satu-satunya kesempatan untuk bertahan hidup. Dia menulis di buku harian itu, “Betapa aku berharap untuk mati di bawah laut bersama denganmu. Tapi demi anak kita, aku harus membiarkan kamu tenggelam sendirian untuk selamanya di bawah sana.”

Cerita itu selesai. Dan seluruh kelas pun terdiam.
Guru itu tahu bahwa murid-murid sekarang mengerti moral dari cerita tersebut, bahwa kebaikan dan kejahatan di dunia ini tidak sesederhana yang kita sering pikirkan. Ada berbagai macam komplikasi dan alasan di baliknya yang kadang sulit dimengerti.
Karena itulah kita seharusnya jangan pernah melihat hanya di luar dan kemudian langsung menghakimi, apalagi tanpa tahu apa-apa.

Mereka yang sering membayar untuk orang lain, mungkin bukan berarti mereka kaya, tapi karena mereka menghargai hubungan daripada uang.

Mereka yang bekerja tanpa ada yang menyuruh, mungkin bukan karena mereka bodoh, tapi karena mereka menghargai konsep tanggung jawab.

Mereka yang minta maaf duluan setelah bertengkar, mungkin bukan karena mereka bersalah, tapi karena mereka menghargai orang lain.

Mereka yang mengulurkan tangan untuk menolongmu, mungkin bukan karena mereka merasa berhutang, tapi karena menganggap kamu adalah sahabat.

Mereka yang sering mengontakmu, mungkin bukan karena mereka tidak punya kesibukan, tapi karena kamu ada di dalam hatinya. 

Mereka yang sering menyanjungmu setinggi langit, mungkin bukan karena engkau pahlawan, tapi mungkin karena mereka memaafkan keburukanmu. 

Mereka yang selalu menghinamu dan menghakimimu, mungkin bukan karena mereka membencimu, tapi karena mereka ingin menguji ketulusan cintamu.

Silakan SHARE ke teman2 Anda...

[husanto we]

Kasus Baru yang Tidak Ada dalam Qur'an dan Hadis? Ini Baru Kasus


Dunia Hawa - Tahun 1932 Pengadilan Inggris harus memutuskan kasus unik. Nyonya Donoghue meminum bir jahe (ginger beer) yang dibeli temannya. Ternyata di dalam botol dia menemukan snail (bekicot) dan dia mengklaim mengalami sakit setelah meminum botol berisi bekicot itu. Donoghue memutuskan menggugat Stevenson perusahaan pembuat bir jahe. Saat itu tidak ada aturan hukum yang bisa menjerat Stevenson. Tidak ada kontrak atau perjanjian antara penjual dan pembeli. Apa dasar hukumnya menghukum Stevenson? Apakah gugatan Donoghue harus ditolak? 

Dalam tradisi common law pada pengadilan Inggris, mereka melihat ke kasus-kasus sebelumnya untuk memutuskan hukum. Ini yang disebut dengan teori preseden. Memutuskan kasus baru dengan mencari cantolan pada keputusan sebelumnya. Preseden dalam tradisi common law ini mirip dengan Analogi atau Qiyas yang digunakan mayoritas ulama dalam tradisi hukum Islam. Ternyata sistem hukum barat, khususnya common law, punya kemiripan dengan syari'ah. Kalau kita luaskan bacaan kita, kita akan melihat banyak persamaan di antara keduanya, ketimbang sibuk mencari perbedaan dan kemudian menistakan yang satu dengan lainnya.

Para ulama juga harus mencari cantolan hukum ke belakang, yaitu Qur'an dan Hadis, untuk memecahkan kasus baru. Di sinilah para ulama secara brilian mengenalkan konsep Qiyas sehingga hukum Islam selalu bisa menjawab perkembangan zaman. Apa yang dibahas dalam Qur'an dan Hadis itu terbatas. Wahyu sudah terhenti. Nabi Muhammad sudah wafat. Tapi kasus-kasus baru terus bermunculan. Maka Qiyas menjadi jawabannya.

Qiyas ini sebenarnya menggunakan logika. Ini analogi berdasarkan prinsip logika deduktif. Semua minuman yang memabukkan itu haram, whiskey itu memabukkan, maka whiskey hukumnya haram (meski sampai gondrongpun anda mencari dalam Qur'an dan Hadis tidak akan ditemukan kata whiskey). Tentu saja para ulama menjustifikasi penggunaan Qiyas ini dengan sejumlah ayat dan hadis. Tapi susah menolak fakta bahwa bangunan qiyas ini dipengaruhi logika artistoteles. Artinya, mereka yang teriak-teriak tidak boleh pakai akal atau logika dalam memahami kitab suci dapat dipastikan mereka tidak sadar bahwa qiyas itu jelas berdasarkan logika deduktif --En toch diterima juga oleh empat Imam Mazhab terkemuka, meski mereka berbeda-beda dalam intensitas melakukan Qiyas ini.

Namun bagaimana caranya memutus perkara kalau cantolannya tidak ada? Qiyas mengasumsikan bahwa ada hukum asal sebagai pijakan analogi. Tapi kalau hukum asalnya tidak ada, bagaimana? Para ulama kemudian menggunakan istidlal melalui kaidah kebahasaan: ibaratun nash, isyaratun nash, dilalatun nash. Para ulama menganalisa sejumlah indikasi (wajah istidlal) dalam nash untuk mengeluarkan berbagai kaidah ushuliyah dan fiqhiyah guna menjawab kasus-kasus baru yang tidak ada hukum asalnya. Inilah proses pengambilan hukum berdasarkan prinsip induktif. Misalnya dalam kasus asuransi, para ulama menjawabnya dengan menganalisa kata maysir, riba, gharar yang disebutkan dalam Qur'an dan Hadis untuk kemudian mengeluarkan prinsip hukum: tidak boleh ada spekulasi/ketidakpastian, bunga ataupun penipuan. 

Bagaimana bila aspek kebahasaan dan analogi tidak juga meng-cover kasus baru yang ditanyakan? Contohnya penggunaan facebook. Tidak bisa dilakukan qiyas dan juga al-istidlal bil qawa'id al-lughawiyah, apa yang harus dilakukan para ulama? Tidak bisa mengatakan cukup dengan Qur'an dan Hadis karena dicari sampai botak pun gak ada kata 'facebook' الفيسبوك dalam Qur'an dan Hadis, dan belum ada kasus yang mirip di jaman dahulu untuk dilakukan qiyas. 

Di sinilah para ulama menjawab dengan melakukan ijtihad istislahi, yang berdasarkan konsep kemaslahatan. Ditimbang-timbang mana yang lebih besar maslahat atau mudaratnya. Prinsip kemaslahatan ini bertumpu pada maqasid al-syari'ah dengan memperhatikan aspek dharuriyat, hajjiyat dan tahsiniyat. Dalam titik ini, para ulama tetap berusaha merujuk ke nash Qur'an dan Hadis, bukan dari aspek kebahasaan atau hukum asal, tapi tujuan hukum Islam itu sendiri. 

Ini juga yang di alami oleh Pengadilan Inggris dalam kasus Donoghue di atas. Para hakim Inggris melakukan ijtihad melihat kemaslahatan kasus ini. Kalau tidak dihukum, maka Stevenson dan perusahaan lainnya tidak akan menunjukkan kepedulian (duty care) terhadap produk mereka. Hak-hak konsumen terabaikan hanya karena tidak ada kontrak atau perjanjian jual-beli. Lord Atkin, hakim Inggris dalam pengadilan Inggris tersebut, memutuskan Stevenson bersalah dengan mengajukan argumen "neighbour principle". Gemparlah dunia hukum saat itu menyimak terobosan hukum (ijtihad) yang dilakukan Lord Atkin. Sejak itu berkembanglah kajian negligence dalam hukum Inggris, dan kasus-kasus berikutnya mengikuti argumen (illat hukum) apa yang diputuskan Lord Atkin.

Singkatnya begini, untuk berijtihad, itu saya akan melihat secara kebahasaan apa makna telur ayam, kemudian saya akan membandingkan antara telur ayam yang lama dengan telur ayam yang baru, kemudian saya akan mempertimbangkan mana yang lebih maslahat antara bikin telor ceplok atau telor dadar. Hasil ijtihad saya akhirnya memilih telor ceplok. Kalau ijtihad ceplok telor saya ini benar, saya akan mendapat dua pahala, dan kalaupun salah, saya akan mendapat satu pahala.


Nadirsyah Hosen
Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan dosen senior Monash Law School