Thursday, May 12, 2016

E-mail Kaleng, Persepsi yang Salah Tentang Arab Saudi


Dunia Hawa - Belum lama ini saya mengadakan pertemuan terbatas tertutup dengan petinggi kampus untuk membahas tentang beberapa "email kaleng" tentang saya. Intinya, menurut mereka, email-email itu membicarakan tentang "sepak terjang" saya sebagai "gembong Islam liberal", "agen Kristen-Yahudi," "anak didik Amerika" dlsb yang sangat berbahaya untuk mahasiswa, kampus, dan kerajaan Saudi. Oleh karena itu, mereka minta universitas untuk memecat dan mendeportasi saya. 

Bukannya menjawab, saya malah menanyakan tentang pendapat mereka tentang email-email tadi, dan spontan mereka jawab yang membuat saya tertawa ngakak: "Ini pasti email-email dari kelompok konservatif radikal-teroris. Mereka kira semua orang Saudi itu konservatif, anti-non-Muslim, kontra Amerika, dan pro-terorisme. Orang-orang seperti pengirim email ini yang membuat citra Saudi buruk di dunia luar. Kami disini butuh kamu dan sangat berterima kasih dengan kamu, dan tidak ada yang bisa mengintervensi kami."

Sudah sering saya katakan kalau kampusku ini adalah kampus "elit-modern" berbahasa Inggris yang menurut Q.S World Academic Rankings merupakan kampus terbaik di kawasan Arab dan Timur Tengah yang dijuluki sebagai "The Oxford of Arabia". Para pengajar dan pimpinan di kampus ini bisa dipastikan mendapat doktor dari kampus-kampus terbaik di Amerika, Kanada, dan Eropa. Saya juga terlibat dalam komite penyeleksi para profesor baru yang melamar di kampus ini dan yang selalu dicek pertama kali adalah perguruan tinggi tempat pelamar memperoleh gelar doktor. Kalau pelamar mendapatkan doktor bukan dari kampus-kampus top dunia, sudah pasti masuk kotak. Saya juga membimbing sejumlah mahasiswa khususnya di bidang ilmu-ilmu sosial yang akan diberangkatkan untuk studi lanjut di Amerika.  

Kampusku ini memang sangat terbuka dengan aneka ragam agama, sekte, dan pemikiran. Ada banyak para pengajar dan peneliti non-Muslim di kampus ini. Ada banyak sekali komunitas Syiah disini, baik sebagai mahasiswa, staf administrasi maupun dosen, dan bahkan petinggi kampus. Dulu, salah satu yang mendorong saya mau "menerima pinangan" dari kampus ini juga lantaran mendapat saran dari mentorku di Boston University yang ahli tentang kajian Arab & Timur Tengah tentang kualitas dan iklim keterbukaan kampus ini. Dulu saya sempat ragu tapi kemudian menjadi mantap apalagi setelah ditelpon langsung oleh pimpinan kampus disini yang meminta saya ikut membantu mengembangkan program-program akademik ilmu-ilmu sosial dan humanities. Maklum kampusku ini adalah kampus "sciences and engineering" seperti ITB di Indonesia sehingga kurang berkembang di bidang "social sciences and humanities". Kampus ini berobsesi seperti MIT yang tidak hanya maju di bidang "sciences and engineering" tetapi juga "social sciences and humanities". 

Mereka menilai kehadiranku disini membawa perubahan cukup signifikan baik dalam riset maupun ngajar. Sejak saya datang, pendaftar mata kuliahku membeludak, antropologi dan sosiologi diterima dengan laris-manis oleh mahasiswa dan pimpinan. Itulah sebabnya rating mengajarku nyaris sempurna dan komentar para mahasiswa sangat positif. Sekarang saya diminta untuk membuka mata kuliah-mata kuliah baru untuk memperluas cakrawala mahasiswa tentang ilmu-ilmu sosial. Publikasi akademik dan riset juga lancar-car bahkan saya ditunjuk sebagai Kepala Scientific Research di bidang ilmu-ilmu sosial yang sekarang sedang mengorganisir kerja-sama riset dengan berbagai kampus di kawasan Arab. Belum lama, oleh kampus, saya (satu-satunya di departemenku) juga dianugerahi status "Distinguished" (Outstanding Performance). 

Jadi, tidak perlu repot-repot mengirim "email kaleng" untuk meminta kampus memecat dan mendeportasi saya, jika waktunya sudah tiba, cepat atau lambat, saya akan pergi dengan sendirinya...

[prof.sumanto al qurtuby]

Sumanto al Qurtuby, Staf Pengajar Antropologi Budaya dan Kepala General Studies Scientific Research, King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi.

@squrtuby

Hizbut Tahrir, Khilafah, dan Sikap Pemerintah


Massa Hizbut Tahrir Indonesia berunjuk rasa di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat

Dunia Hawa - Dalam kalender Islam (hijriyah), saat ini adalah bulan Rajab. Umat Islam di sepanjang bulan ini di berbagai daerah memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Mereka menggelar pengajian atau ceramah agama yang inti dan tujuannya meningkatkan keimanan dan keislaman.

Bagi umat Islam Nusantara, peringatan Isra’ Mi’raj sama sakralnya seperti perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Pemerintah Indonesia pun sudah lama menetapkan hari libur nasional untuk memperingati hari besar umat Islam ini.

Semarak peringatan Isra’ Mi’raj di tanah air belakangan diwarnai kegaduhan di beberapa daerah. Salah satunya akibat organisasi yang menamakan dirinya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mengadakan kegiatan dan mendapat penolakan oleh umat Islam sendiri. HTI dituding mendompleng momentum Rajab dan Isra’ Mi’raj ini untuk kegiatan kampanye penegakan negara Khilafah, hal yang tak lazim sebagaimana dilakukan umat Islam lain di tanah air.

Di Kabupaten Jember, Jawa Timur, misalnya, Banser (Barisan Ansor), sebuah organisasi kepemudaan di bawah naungan Nahdlatul Ulama, menuntut HTI membubarkan kegiatan tersebut karena kampanye cita-cita Khilafah adalah jenis kegiatan makar (bughat) terhadap Republik Indonesia. Sebaliknya HTI membantah gerakannya merongrong NKRI.

Fenomena HTI yang mengusung cita-cita penegakan negara Khilafah bukan hal baru di Republik ini. Yang jelas, sejak era reformasi organisasi ini makin merajalela dan leluasa menyebarkan agenda Khilafahnya.

Apa yang membuat organisasi ini leluasa dan tetap eksis? Padahal di beberapa negara Timur Tengah Hizbut Tahrir masuk dalam daftar organisasi terlarang.

Sebagian pengamat menilai, keberadaan Hizbut Tahrir yang mengusung ide Khilafah adalah sebuah keniscayaan dalam negara yang menerapkan sistem demokrasi seperti di Indonesia, sekalipun Hizbut Tahrir sendiri anti-sistem demokrasi. Ada benarnya, tapi saya menilai itu bukan faktor utama kenapa Hizbut Tahrir tetap leluasa bergerak di Indonesia.

Kegiatan Hizbut Tahrir yang senantiasa berkampanye Khilafah tak hanya dijaga aparat kepolisian, tapi kadang sampai dihadiri oleh para pejabat pemerintahan. Ini sungguh menggemaskan. Saya menduga ini disebabkan karena kesalahpahaman dan ketidaktahuan aparat Pemerintah RI tentang agenda Khilafah yang diusung Hizbut Tahrir. Karenanya HT dianggap bukan ancaman keberlangsungan bangsa ini ke depan.

Secara historis, sejatinya Hizbut Tahrir tidak langsung bertujuan mendirikan negara Khilafah Islamiyah. Awalnya tujuan mereka adalah membebaskan tempat suci Al-Quds dari penjajahan Israel. Itulah mengapa organisasi ini didirikan di Al-Quds pada 1953 oleh tokoh bernama Taqiyuddin An-Nabhani.

Alih-alih berhasil memerdekakan tanah kelahirannya di mana organisasi ini didirikan, HT malah menaikkan level perjuangannya mendirikan Khilafah dan mengekspor ideologinya ke beberapa negara, termasuk di Indonesia.

Sesuai namanya, Hizbut Tahrir artinya adalah Partai Pembebasan. Dalam laman resmi Hizbut Tahrir, disebutkan bahwa organisasi ini adalah partai politik, bukan organisasi kerohanian, bukan lembaga pendidikan, dan bukan pula lembaga sosial (yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan).

Di Indonesia, selama ini banyak yang salah persepsi bahwa HTI adalah ormas, lebih naif lagi disebut ormas Islam dan disejajarkan dengan Muhammadiyah atau NU. Dan jika ditelusuri HTI tercatat sebagai organisasi kemasyarakatan yang terdaftar di Kementerian Dalam Negeri sejak tahun 2000. Padahal, sebagaimana diakui pihak HTI sendiri, mereka memiliki agenda mendirikan kembali sistem Khilafah yang merupakan tujuan politik dan menolak bentuk negara bangsa (nation-state).

Hizbut Tahrir sudah lama merajalela dan menyebarkan gagasan khilafahnya hingga ke pelosok daerah dengan wajah “ormas Islam”, mengadakan kegiatan dengan kedok peringatan hari-hari besar umat Islam  tapi isinya propaganda Khilafah. Selama itu pula masyarakat dan pemerintah umumnya tidak mengambil sikap apa-apa.

Namun, belakangan masyarakat mulai berani menolak bahkan menentang kegiatan Hizbut Tahrir dengan caranya sendiri. Sementara itu, pemerintah masih pada posisi sikap yang sama. Saya tidak tahu apakah ini bentuk kedewasaan pemerintah dalam berdemokrasi atau karena ketidaktahuan gerakan hakiki yang diusung HTI. Kemungkinan besar yang terakhir. Maka, saatnya pemerintah mencermatinya secara seksama dan segera mengambil sikap tegas.

[iqbal kholidi/ geotimes]

Indonesia Tidak Kanan dan Tidak Kiri


Dunia Hawa - Indonesia itu tidak Kiri, tidak juga Kanan. Berani katakan Tidak kepada Komunisme, harus berani juga katakan Tidak kepada Wahabisme dan Khilafah, kedua paham Radikal Kanan (Ekstrimis Agama) yang anti Pancasila, anti Bhineka keberagaman.

Bila anda hanya mengatakan Tidak kepada bahaya laten Komunisme, tapi bungkam terhadap bahaya nyata Wahabisme dan Khilafah, itu artinya Nasionalisme anda palsu, Cinta NKRI anda tipu tipu, sesimpel itu.

Bahaya Wahabisme dan Khilafah sama bahayanya dengan Komunisme. Siapa pun yang mencoba membantah fakta ini bisa dipastikan adalah Calon Teroris yang sedang Taqiah (tipu-tipu), haqul yakin tiada keraguan sedikit pun.

Jadi jangan percaya kepada spanduk, banner, pamflet, selebaran yang hanya mengangkat isu "Bahaya Komunisme" saja, tapi tidak ada satu kata pun tertulis "Bahaya Khilafah", buang saja ke tempat sampah!

Yang benar harusnya:

"Bahaya Komunisme dan Khilafah

Karena Indonesia Tidak KirI, Tidak Kanan. Jangan hanya koar-koar meributkan yang "Kiri", tapi diam seribu bahasa terhadap bahaya "Kanan" (radikalisme Wahabi), aliran yang dianut oleh terorisme global dari Osama, Al-Qaeda, Amorzi, ISIS, Boko Haram, Santoso sampai Abu Sayyaf.

Aliran yang sampai saat ini masih bebas berkeliaran dakwah provokatif haramkan hormat bendera, mengajak MAKAR binasakan Pancasila, kobarkan permusuhan antar aliran agama, hasut permusuhan antar etnis, provokasi konflik horisontal..

Waspada Komunisme, Wahabisme dan Khilafah/ Karena Indonesia TIDAK KIRI , TIDAK KANAN !

[Ustad Abu Janda al-Boliwudi/ permadiarya.com]

Ketika si Goblok Menggugat si Dungu


Dunia Hawa - Banyak hal yang kupelajari ketika berinteraksi dengan saudara-saudaraku yang beragama lain.

Saya harus berbicara menyampaikan apa yang saya pahami dalam keyakinan saya dengan bahasa yang juga mereka mengerti, bukan dengan bahasa yang hanya saya mengerti. Dengan begitu mereka pun akhirnya memahami dengan benar apa sesungguhnya yang menjadi keyakinan saya. Dan menariknya, saya juga mulai banyak memahami apa yang ada dalam keyakinan mereka dengan baik.

Dari sana saya mulai kembali kepada pelajaran yang sederhana sebenarnya, tetapi banyak dari kita yang lupa karena begitu kuatnya kebanggaan akan golongan. Bertanya matematika, ya kepada guru matematika. Karena bertanya tentang matematika kepada guru biologi, maka akan terjadi banyak kesalahan dalam penyampaian maupun pemahaman. Alur berfikirnya sudah beda, yang menjadikan cara penafsirannya juga beda.

Begitu juga bertanya tentang Kristen ya kepada orang Kristen... Bukan bertanya tentang Kristen kepada orang Islam yang sok tahu, dan lalu menyimpulkannya sendiri.

Akhirnya yang terjadi si goblok menggugat si dungu...

Si Kristen memaki si Islam dengan kebodohan penafsirannya terhadap kitab Islam, dan si Islam dengan bodoh pula melempar-lempar ayat di kitab Kristen kepada si Kristen. Seperti guru biologi yang memaki guru matematika tentang penafsirannya dalam aljabar dan guru matematika meledek guru biologi melalui konsep reproduksi hewan. Jaka sembung bawa golok, gak nyambung karena lu berdua goblok...

Hal yang sama sangat bisa terjadi di umat agama lain.

Seringnya berinteraksi seperti itu dan mengkoreksi penafsiran penafsiran yang salah selama ini, membuat kita secara otomatis merasa malu diri. Baru mulai memahami bahwa konsep "Untukmu agamamu dan untukku agamaku" adalah bahwa kita masing masing punya petunjuk sendiri. Jalan kita berbeda tetapi tujuan kita sama, yaitu berujung kepada Tuhan. Elu mau lewat barat, gua mau lewat timur, trus kenapa di ributkan? Toh ujungnya juga di garis finish, yaitu kematian.

Barulah saya menyadari benar arti toleransi dalam sebuah ayat di Albaqarah 62.

" Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati..." 

Sebuah mahakarya toleransi tingkat tinggi yang tercantum dalam kitab suci, tetapi selalu tersingkirkan karena kebanggaan akan golongan.

Seperti secangkir kopi. 

Mau dia dibilang black coffee, cappucino, macxhiato dan banyak lainnya, ia tetaplah secangkir kopi. Tidak perlu diributkan bagaimana prosesnya, apa campurannya ,tetapi fokuslah pada kenikmatannya. Karena cara menikmatiku adalah untukku dan cara menikmatimu adalah untukmu. 

"Musuh terbesar umat Islam bukan dari agama lain, tetapi kebodohan pada umat Islam itu sendiri..... " Imam Ali as.

Sruputtt......

[dennysiregar.com]

Ada PKI di Sempak Pink HTI


Dunia Hawa - Saya sempat bertanya-tanya, ada apa pemerintah melalui Kemenhan dan Polri dengan tiba tiba sibuk membahas PKI yang sebenarnya sudah lama mati?

Saya kira tidak sebodoh itu pemerintah mengeluarkan statemen statemen yang cemderung kontra-produktif apalagi itu datang dari kementrian dan institusi pemerintahan. Jika pemerintah tidak bodoh, lalu ada apa sebenarnya?

Sesudah mgobrol panjang dengan seorang teman dan bergelas-gelas kopi terhidang, maka sepakatlah kami bahwa semua itu hanya skenario untuk menghajar ormas yang menolak ideologi Pancasila seperti Hizbut Tahrir Indonesia.

Lho, apa hubungannya PKI dengan HTI? 

Mari kita bedah sebentar saja.. silahkan diminum kopinya.

Salah satu kelicikan ormas ormad model HTI ini adalah mereka selalu membawa nama Islam. Nama 'Islam" dijadikan benteng perlindungan yang kuat ketika mereka "dihajar" langsung oleh pemerintah. Contoh yang kuat terjadi ketika pemerintah Mesir memghajar kelompok Ikhwanul Muslimin. IM langsung berteriak-teriak bahwa pemrerintah menghancurkan Islam dan berteriak HAM ke dunia internasional. Teriakan IM ini memancing para fanatik agama utk turun kelapangan membela IM karena mereka membela "Islam". Dan kita tahu, Mesir sempat chaos berbulan-bulan.

Jika kejadian seperti di Mesir, tentu bahaya bagi Indonesia yang sedang mengundang banyak investor asing. Kita sedang butuh uang dan chaos jelas bukan sebuah pilihan.

Lalu bagaimana cara terbaik?

Bahayanya memang, sekarang ini sedang dibangun paradigma bahwa "Islam" dimusuhi. Propaganda menghancurkan karakter Densus 88 dengan selalu menargetkan Islam dan Islam diasosiasikan teroris... Isu isu tenaga kerja china, investasi china sampai ke etnis cina terus dibangun, supaya ketika mereka dihajar oleh pemerintah, otomatis akan berkobar "Islam" vs Cina. Dan pemerintah sudah dikuasai oleh cina..

Nah, kita sudah sampai pada titik itu sehingga rentan ketika mereka dihajar begitu saja. Oke, kalau begitu supaya jangan ter-image bahwa "Islam" dimusuhi, maka dicarilah pembanding dan penyeimbang. Dibangkitkanlah setan dalam kubur bernama PKI sebagai penyeimbang, dengan begitu pemerintah tidak selalu menyasar "Islam" tetapi juga komunis... 

Benar saja, tidak lama sesudah setan itu dibangkitkan kembali, Mendagri langsung merespon bahwa ormas yang tidak berideologi Pancasila, harus dibubarkan.

Maka bingunglah HTI keti!ka mereka tidak bisa menyerang pemerintah dengan membawa nama "Islam", toh pemerintah juga menghajar komunis.... Lalu, apa yang harus diteriakkan? Mereka pun lalu berkelit bahwa yang dimaksud khilafah bukan mengganti ideologi Pancasila dan bla bla lainnya... Ngeles-lah ceritanya.

Tapi sia sia mereka sudah digiring ke sudut sempit ring dan tidak bisa bergerak, apalagi membesar. Banser pun maju dan menghalangi gerak langkah mereka dengan mencabuti spanduk khilafah, sekaligus menantang siapa yang ingin menjadikan negara ini khilafah maka akan berhadapan langsung dengam banser NU.

Maka yang ada mereka mau tidak mau mengibarkan sempak pink sebagai tanda menyerah dan harus membubarkam diri atau harus mengakui Pancasila sebagai ideologi negara dan hormat bendera.

Menarik kan?

Pasti menarik, ketika ideologi dilawan dengan ideologi lagi bukan dengan kekerasan fisik. Inilah cara Indonesia melawan radikalisme berbalut khilafah di negeri ini, halus tapi mematikan.

Benar kata Ahok.. 

Jokowi ini kalau membunuh katak tidak langsung menembaknya. Tetapi menaruhnya dulu di panci berisi air dingin supaya dia nyaman, kemudian nyalakan api kecil di bawah panci dan tunggu saja sampai dia tidak sadar sudah terjebak dan mati tanpa menyadari dimana letak salah langkahnya sehingga harus skak mat

Saya menonton sambil minum kopi aja nikmat, pasti pemain-nya lebih menikmati lagi sambil seruput ditemani mendung di sore hari...

[dennysiregar.com]