Wednesday, May 4, 2016

Bangunlah Wahai Raksasa ASEAN


Dunia Hawa – Yang ditakutkan oleh Singapura ketika Indonesia men-sahkan UU tax amnesty, bukanlah hanya ketika uang 4 ribu triliun uang yang diparkir disana akan di tarik balik ke Indonesia.

Singapura sudah mempersiapkan banyak payung cadangan ketika hal itu terjadi. Mereka adalah bagian dari negara persemakmuran atau commonwealth yang akan banyak dibantu oleh anggota2nya terutama Inggris sebagai pusatnya, utk menstabilkan ekonomi Singapura kembali.

Yang mereka takutkan adalah hilangnya kejayaan Singapura sebagai pengendali perekonomian di kawasan ASEAN.

Selama ini Singapura dikenal sebagai negara yang miskin SDA, tetapi kaya dari pengelolaan ekspor dan pariwisatanya. Singapura juga memiliki salah satu pelabuhan tersibuk di dunia dan mereka adalah tempat penukaran mata uang asing terbesar ke empat di dunia. Dikenal sebagai negara yg inovatif dan efisien dimana hampir sebagian penduduknya adalah warga negara asing yg bekerja di perusahaan multinasional.

Dan ketika raksasa yang selama ini tertidur – atau memang sengaja dibius, dipingsankan – terbangun dan mulai menggeliat, maka disanalah mimpi buruk sebenarnya. Singapura melihat kebangkitan Gulliver dan membuat para liliput di negara itu memutar otak jauh lebih keras dari sebelumnya, supaya raksasa ini tidur terus. Mereka akan sibuk mengeluarkan uangnya utk membeli pejabat2 yang bisa dibeli supaya melemahkan pemerintahan yang ada. Mereka juga mempunyai koneksi LSM-LSM lapar di Indonesia yang bisa berteriak keras asal nasi bungkus karet dua selalu tersedia.

Tapi Singapura juga tahu, bahwa ada hal yang tidak bisa mereka cegah. Yaitu perubahan.

Era pemerintahan Jokowi ini Indonesia menemukan jati dirinya kembali sebagai negara raksasa dengan SDA melmpah dan jumlah penduduk yang besar. Dibangunnya infrastruktur yang menghubungkan seluruh pulau2 besar di Indonesia melalui tol laut dan juga jalan darat akan membuat “jalan darah” perekonomian Indonesia kembali lancar. Biaya2 akan banyak terpangkas, waktu bisa lebih diperkirakan dan jauh lebih efsien yang dampaknya ekonomi akan berkembang.

Bukan itu saja, Indonesia juga sedang berusaha keras meng-efisienkan waktu bongkar muat di pelabuhan. Ketika efisiensi bongkar muat tercapai dan setara dgn Singapura saja, maka bisa dipastikan gelar pelabuhan tersibuk Singapura pelan2 menyusut. Selain itu, ketika infrastruktur pada sektor pariwisata selesai, maka wisatawan luar akan banyak tersedot ke sini dan Singapura hanya sbg tempat transit saja. Palak kepala Singapura kan ?

Apalagi ketika UU tax amnesty berjalan, harta karun Indonesia yg ada di Singapura sebesar 4 ribu triliun rupiah dan di negara2 tax haven total 11 ribu triliun rupiah akan menguatkan pundi2 keuangan Indonesia. Gak usah ditarik semua, seperempat-nya ajalah sudah cukup menjadi kan Indonesia sehat dan dipercaya untuk asing menanamkan investasi keuangannya disini. Peran Singapura pelan2 diambil alih.

Itu yang menakutkan Singapura. Bukan sekarang, tetapi 5-10 tahun lagi…

“Ah, mimpi aja lo.. Gak mungkin Indonesia bisa seperti itu. Kita ini sudah terbiasa bla bla bla… ” * pesimis sambil me-lap keringat di kumis lebat dengan celana dalam koyak yang berenda*

PBB melalui salah satu organnya di Asia Pasifik, UN ESCAP, sudah memproyeksikan hal itu akan terjadi. Dan mereka berkata, Indonesia akan menjadi pusat bisnis di kawasan Asia Pasifik pada tahun 2030. Indonesia akan menjadi negara berkembang yg paling cantik dengan demografi dan geografi yang sangat besar.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun lalu sebesar 4,8 persen menurut mereka, menjadi salah satu indikator bahwa negara ini sedang tumbuh. Ditambah SDA yg belum banyak tereksplorasi, efisiensi biaya dan waktu dengan terbangunnya jalan darat dan laut, dan tenaga kerja yang banyak menjadikan Singapura akan seperti upil ngambang di baskom aer.

Indonesia di mata dunia adalah masa depan. Sebuah investasi yang menarik dan menguntungkan dan akan berperan sangat besar di kawasan.

Bangunlah wahai raksasa ASEAN.. Bangunlah…

Sudah terlalu lama kita di pingsankan. Dibius supaya terlena terus. Duduklah sejenak dan hirup secangkir kopi supaya matamu kembali awas. Masa depan milik kita. Masa lalu biarlah milik mereka yang nyinyir tak berkesudahan.

Mungkin buat mereka, nyinyir itu adalah sebagian daripada iman…..

[dennysiregar.com]

Tjoet Nyak Dhien Berhijab?


Foto atau lukisan Tjoet Nyak Dhien yang bersanggul dianggap hasil skenario penjajah dan pemerintah sekuler.
  
Dunia Hawa - Di intetnet dan media sosial beredar foto yang diklaim sebagai foto asli Tjoet Nyak Dhien (1850-1908). Di bawah foto tercantum keterangan: “Foto Asli Cut Nyak Din, lengkap dengan hijab dari Kerajaan Islam Aceh Darus Salam. Bedakan dengan gambar di buku sejarah sekolah!”

Sebuah akun facebook Seuramoe Mekkah menganggap lukisan Tjoet Nyak Dhien, dan pejuang perempuan Aceh lainnya seperti Tjoet Meutia dan Laksamana Malahayati yang digambarkan bersanggul, sebagai skenario penjajah dan pemerintahan sekuler.

Foto yang diklaim sebagai Tjoet Nyak Dhien berhijab tersebut jelas salah. Foto yang diambil tahun 1903 tersebut, sebagaimana dikoleksi KITLV Belanda, adalah foto istri Panglima Polem. Pada foto lain, berpose bersama adik dan ibu mertuanya (Potjoet Awan), istri Panglima Polem tidak berhijab.

Panglima Polem dan Muhammad Daud Syah, sultan kerajaan Aceh Darussalam, memimpin pertempuran melawan pasukan Belanda di bawah Jenderal Johan Harmen Rudolf Kohler pada perang Aceh pertama (1873-1874). Istri dan anak Sultan ditangkap Belanda pada 26 November 1902. Sedangkan Panglima Polem dengan istrinya ditangkap Belanda pada 6 September 1903. Sultan pun menyerah dan menandatangani perjanjian damai pada 10 Januari 1903.

Tjoet Nyak Dhien sendiri melanjutkan perjuangan setelah suami keduanya, Teuku Umar, gugur. Suami pertamanya, Teungku Ibrahim Lam Nga, juga wafat ketika melawan Belanda.

Tjoet Nyak Dhien, yang telah tua, rabun, dan berpenyakit encok akhirnya ditangkap Belanda. Ini foto Tjoet Nyak Dhien (duduk di tengah) setelah ditangkap Letnan E. Firing.

Tjoet Nyak Dhien dibawa ke Kutaraja (sekarang Banda Aceh). Dia dirawat dan penyakitnya mulai sembuh. Namun keberadaannya menambah semangat perlawanan rakyat Aceh. Dia juga masih berhubungan dengan pejuang Aceh yang belum tertangkap. Akibatnya, dia dibuang ke Sumedang, Jawa Barat, dan meninggal pada 6 November 1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang.

[ Hendri F. Isnaeni/ historia.id

Negara Islam? Lupakan Saja!


Dunia Hawa - Bagi saya wacana tentang negara Islam itu sudah selesai. Lupakan saja. Kubur mimpi tentang itu. Jalani saja hidup sebagai WNI, warga negara Republik Indonesia. Kenapa harus dilupakan?

Pertama, secara politik sudah tidak ada lagi legitimasinya. PPKI sudah memutuskan bahwa Republik Indonesia adalah sebuah negara yang berdiri di atas semua agama. Hal itu dicerminkan dengan pencoretan 7 kata yang memberikan porsi khusus kepada umat Islam. Kemudian melalui Konstituante pun kekuatan pro negara Islam tidak mendapat dukungan memadai. Terakhir, pada amandemen konstitusi tahun 1999 usulan untuk kembali ke Piagam Jakarta juga tidak mendapat dukungan memadai.

Jadi para pendukung gagasan negara Islam harus tahu diri. Rakyat Indonesia sudah memutuskan, bahwa negara ini adalah negara republik, negara bangsa, bukan negara agama.

Kedua, sudah terjadi beberapa pemberontakan bersenjata yang bertujuan untuk menjadikan negara ini negara Islam. Namun gerakan ini tidak mendapat dukungan memadai dari rakyat. Hanya segelintir orang yang mau terlibat. Jadi sekali lagi, gagasan ini tidak laku.

Bagaimana dengan tinjauan syariatnya? Menarik untuk diperhatikan bahwa saat memikirkan fondasi negara bapak-bapak kita di BPUPKI maupun PPKI berpikir untuk membangun sebuah negara republik berbasis kebangsaan. Mereka tidak berminat pada gagasan daulah islamiyah yang berskala global. Padahal di antara mereka banyak orang-orang yang fakih seperti KH Wahid Hasjim, Ki Bagus Hadikusumo, dan Kasman Singodimejo.

Apa maknanya? Orang-orang itu memandang bahwa gagasan daulah atau khilafah itu adalah gagasan usang yang tak perlu lagi dibangkitkan. Kebetulan bahwa masa persiapan kemerdekaan kita tak berjarak lama dari runtuhnya Turki Usmani. Mereka sepertinya telah mengambil pelajaran bahwa format imperium atau kerajaan bukan lagi sesuatu yang cocok untuk masa depan.

Pertimbangan keempat, kita menyaksikan kehadiran negara-negara Islam sepanjang abad 20 hingga abad 21 ini. Lihatlah Pakistan, Malaysia, Bangladesh, Saudi Arabia, dan negara-negara kerajaan Islam di Teluk. Apakah negara-negara itu istimewa? Tidak. Bahkan cenderung tertinggal. Saudi dan negara-negara Teluk sangat tertinggal dalam hal pendidikan. Pakistan dan Bangladesh masih di bawah kita dalam hal ekonomi. Malaysia tak banyak berbeda dengan kita. Lantas, apa yang membuat negara Islam itu istimewa sehingga kita perlu menujunya? Tidak ada.

Kelima, republik ini memang bukan hanya milik umat Islam. Sejak ratusan tahun yang lalu kita mendiami negeri ini bersama dan berdampingan. Perjuangan memerdekakan negara ini juga dilakukan bersama. Kita juga sudah bersama membangun negara ini selama 70 tahun. Kalau sekarang masih ada yang ingin menjadikan negara ini negara Islam, sama artinya mengabaikan kontribusi umat lain. Bagi saya itu sebuah kezaliman.

Jadi sekali lagi, lupakan soal negara Islam. Mari pertahankan dan bangun NKRI.

[abdurakhman.com]