Sunday, May 1, 2016

Teladan Siti Khadijah Menjadi Inspirasi Wanita Modern


Sebagai wanita yang sangat dicintai Nabi Muhammad SAW, Siti Khadijah binti Khuwaylid memiliki banyak teladan yang bisa menjadi inspirasi para muslimah.

Dunia Hawa - Selain kisah cinta Romeo dan Juliet, bagi umat Islam, kisah cinta yang tidak kalah indah adalah kisah cinta Nabi Muhammad SAW dan Siti Khadijah. Bukan hal yang mudah menjadi pasangan seorang rasul, maka kehadiran Siti Khadijah di tengah perjuangan Nabi Muhammad SAW tentulah spesial.

Dibandingkan kepada istri yang lain, rasa cinta Nabi Muhammad SAW terhadap Siti Khadijah sangat besar. Saat menikahi Siti Khadijah, Nabi Muhammad tidak melakukan poligami. Bahkan setelah meninggal, Nabi Muhammad masih sering membicarakan mendiang istrinya. Sebuah rasa cinta yang teramat besar.

Sebagai wanita, kita bisa belajar banyak dari sosok teladan seorang Siti Khadijah. Inilah beberapa di antaranya:

Menjadi Seorang Janda Terhormat

Di masa kehidupan seorang Siti Khadijah, wanita adalah kaum yang dikucilkan dan tidak ada harganya, apalagi seorang janda. Siti Khadijah pernah diceraikan suaminya, tetapi beliau justru memiliki takdir sebagai pendamping seorang Rasulullah. Inilah bukti bahwa tidak selamanya seorang janda itu hina dan boleh dipandang sebelah mata (seperti cap yang diberikan masyarakat hingga saat ini). Jika sang wanita bisa menghormati diri dan perilakunya, maka status apapun yang disandang, dia pantas menjadi wanita mulia yang suatu saat akan memuliakan seorang pria dan keluarganya.

Mandiri Sebagai Saudagar

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Siti Khadijah adalah seorang wirausaha atau saudagar sukses dan kaya raya. Tidak banyak wanita yang mandiri di masa itu, apalagi menjadi seorang saudagar sukses. Inilah bukti bahwa wanita bukan makhluk yang lemah atau bodoh. Wanita bisa menghargai dirinya sendiri dengan menjemput rezekinya dengan mandiri. Dengan menjadi saudagar atau wirausaha, maka terbukalah kesempatan dan rezeki yang lebih besar untuk orang lain.

Tidak Menilai Pria Dari Kekayaannya

Sebagai wanita cantik dan kaya, banyak pria kaya yang ingin melamar Siti Khadijah. Beberapa pelamar itu adalah orang-orang yang berasal dari keluarga kaya dan bersedia membayar berapapun mas kawin yang diinginkan Siti Khadijah. Tetapi wanita mulia tersebut menolak lamaran yang datang secara halus. Harta bukanlah satu-satunya penilaian dalam memilih pasangan hidup.

Melamar Terlebih Dahulu

Jika Anda sering membaca kisah cinta Siti Khadijah dan Nabi Muhammad SAW, Anda pasti tahu bahwa Siti Khadijah yang terlebih dahulu menyatakan keinginannya untuk menikah dengan Rasulullah. Melalui sahabatnya, Siti Khadijah menyampaikan keinginan itu. Hal ini menjadi sebuah jalan bagi wanita untuk tidak malu atau takut mengutarakan keinginan hatinya menikah dengan seorang pria baik, soleh dan berakhlak mulia. Menikah adalah tujuan yang mulia, jadi tidak perlu malu untuk sebuah tujuan mulia yang suci. Kalaupun lamaran itu tidak diterima, janganlah malu, karena Allah SWT pasti punya jawaban terbaik untuk menjawab jodoh seorang wanita.

Istri Yang Taat Pada Suami

Dibandingkan dengan pria kaya raya yang melamar Siti Khadijah, kekayaan Rasulullah saat menikahi Siti Khadijah tidaklah besar. Tetapi Siti Khadijah memilih pria dengan akhlak mulia. Beliau tahu bahwa tugas seorang istri adalah mendampingi suami. Siti Khadijah juga taat dan tidak membawa nama besar keluarganya atau kekayaan yang dimiliki untuk mengurangi rasa hormatnya pada Rasulullah. Pilihlah pria yang taat dan memiliki akhlak mulia, juga pria yang rajin dan pantang menyerah menjemput rezeki halal.

[vemale.com]

Khadijah, Feminis Islam Pertama


Dunia Hawa - Nama Khadijah binti Khuwaylid, istri dari Nabi Muhammad SAW mengemuka dalam perdebatan mengenai peran perempuan dalam Islam. Ia dianggap sebagai feminis pertama dalam dunia Islam.


• Pebisnis sukses dan terhormat

Ayah Khadijah merupakan saudagar sukses dari suku Quraisy yang bermukim di Mekah. Dalam masyarakat yang didominasi kaum pria, Khadijah mewarisi keterampilan, integritas, dan keluhuran ayahnya. Ia mengambil alih bisnis tersebut dan berdagang, mulai dari mebel, tembikar dan sutra melalui pusat-pusat perdagangan utama pada saat itu, dari Mekah ke Syria dan Yaman.

• Berjiwa mandiri

Dia menikah dua kali sebelum akhirnya menikahi Nabi Muhammad. Kedua pernikahan itu dikaruniai anak-anak. Ketika kembali menjanda, ia sangat hati-hati dalam mencari pasangan. Sebagai perempuan sukses dan hebat, tak sedikit pria ingin meminangnya. Tak ingin lagi menderita ditinggal suami, ia memfokuskan diri sebagai orangtua tunggal, hingga akhirnya meminta Nabi menikahinya. Ia jatuh cinta...

• Umur bukan halangan

Cintanya tak bertepuk sebelah tangan. Khadijah mempelajari sifat dan pengalaman Nabi Muhammad yang mengelola kafilah pada rute perdagangan ketika menyertai pamannya, Abu Thalib. Usianya menginjak 40 tahun ketika menikah dengan Nabi Muhammad yang kala itu berusia 25 tahun.

• Istri ideal, lambang kisah cinta sejati

Pernikahan Khadijah & Muhammad merupakan pernikahan monogami hingga akhir hayatnya 25 tahun kemudian. Kenabian Muhammad mulai sejak pernikahannya dengan Khadijah, ketika menerima wahyu melalui Malaikat Jibril yang membuatnya takut, tegang & merasa sendiri kala tak seorangpun percaya padanya. Khadijah menghibur dan mendukung suaminya di masa paling sulit dalam hidupnya.

• Pemeluk Islam pertama

Khadijah, ibu pertama kaum Mukmin, adalah orang pertama di bumi yang menerima Muhammad sebagai nabi terakhir Allah dan menerima wahyu yang memuncak menjadi Al-Qur'an. Dia disambut dengan "Salam kedamaian” oleh Allah sendiri serta Malaikat Jibril. Dia mewariskan harta duniawi dan menempatkan dirinya untuk menghadapi ancaman bahaya dalam mendukung Nabi Muhammad menegakkan Islam di negeri itu.

• Ia mendermakan kekayaan duniawinya bagi kaum miskin

Khadijah memberikan penghasilannya kepada orang miskin dan anak yatim, untuk para janda dan orang sakit. Dia membantu gadis-gadis miskin untuk menikah dan memberikan mas kawin bagi mereka. Khadijah menjadi salah satu wanita paling luar biasa dalam sejarah. Perempuan saleh, sederhana dan berani mencapai cita-citanya.

[dw.com]

Gereja di Arab Berbahasa...?


Dunia Hawa - Adakah gereja-gereja yang bertuliskan huruf Arab? Ya jelas ada donk cing. Selain Kitab Injil (Kristen) dan Kitab Talmud (Yahudi) berbahasa Arab seperti saya posting sebelumnya, gereja-gereja untuk umat Kristen Arab (juga sinagog untuk umat Yahudi Arab) juga menggunakan Bahasa Arab. Ya jelas donk memakai Bahasa Arab wong itu bahasa mereka, masak memakai Bahasa Jawa? 


Foto ini hanyalah contoh kecil dari sebuah gereja di Mesir dan Suriah yang bertuliskan Arab (diambil dari Kitab Injil surat Yohanes: "Jika kamu minum air biasa kamu akan cepat haus, tetapi jika minum air dariku [Yesus], kamu tidak akan kehausan selamanya". Mohon dibetulkan jika keliru). Selain Bahasa Arab, Bahasa Aram juga digunakan sejumlah umat Kristen di kawasan Arab. 
  
Seperti saya singgung sebelumnya, ada berjuta-juta umat Kristen Arab yang tersebar di duapuluan negara-negara yang tergabung di Liga Arab. Mereka tersebar di Lebanon, Suriah, Irak, Mesir, Palestina, Jordan, Bahrain, dan masih banyak lagi. Beberapa kelompok Arab Kristen yang populer adalah Koptik, Maronites, Assyrians, Chaldeans, Arameans, Gereja Ortodoks Suriah, dan lain sebagainya.  

Umat Arab Kristen (al-'Arab al-Masihiyyin") kontemporer ini dalam sejarahnya merupakan keturunan dari kelompok-kelompok suku dan klan Arab zaman dulu yang menolak konversi ke Islam dan tetap memilih iman Kristen seperti suku Qahtani, Kahlani, Bani Judham, Ghassasin, dlsb. 

Berdasarkan kajian-kajian kesejarahan, suku Arab yang pertama kali memeluk Kristen adalah dari kaum al-Anbath (atau Nabateans) yang mendiami kawasan Jazirah Arab Utara (kini wilayah Saudi) dan Syam (kini Suriah) serta Suku Ghassasinah (Ghassanids) di Jazirah Arab selatan yang kini masuk wilayah Yaman. Ada juga yang merupakan keturunan dari umat Kristen Romawi (Rum) dan Byzantium (Melkites) yang kemudian "di-Arab-kan" oleh sejumlah rezim Islam ketika terjadi penaklukkan kekuasaan.  

Jelasnya, Bahasa Arab adalah bahasa komunikasi orang-orang Arab apakah itu Arab Muslim (Sunni, Shiah, Ibadi, dll), Kristen, Yahudi, Baha'i, agnostik, dlsb, yang tidak ada sangkut-pautnya dengan Islam. Karena itu kaum Muslim di Indonesia tidak perlu sensi, "emongsiong", dan "mayah-mayah" kalau melihat non-Muslim menulis dan mengucapkan sesuatu dengan Bahasa Arab seperti assalamu alaikum, alhamdulilah, subhanallah, dan lain lain.

Bahasa Arab bukanlah monopoli dan properti umat Islam tetapi telah menjadi "bahasa lingua franca" berbagai macam pengikut agama. Ingat ya, Arab itu sudah ada sebelum Islam lahir. Begitu pula, umat Arab Kristen dan Arab Yahudi itu sudah lahir duluan ke muka bumi ini jauuuhhhh sebelum "bayi Muslim" lahir di abad 6/7 M karena baik Yahudi, Kristen, maupun Islam sebagai rumpun "Agama Semit" sama-sama lahir di Timur Tengah, bukan Eropa apalagi Ngamirika. Mafhum ente?

[prof .sumanto al qurtuby]

Para Zombie Berseragam


"Mas, apa bisa melatih kami lebih profesional? "

Dunia Hawa - Dulu saya begitu bangga mendapat permintaan seperti itu dari sebuah dinas di pemerintahan. Saya membayangkan bahwa sebuah badan pemerintahan adalah mesin raksasa yang sangat bisa memberikan pengaruh bagi sekitarnya.

Maka saya pun bersungguh-sungguh membangun sebuah stasiun radio dengan konsep pendidikan untuk semua. Saya merancang, melatih, membangun dan mengeluarkan semua apa yang saya punya, saya ketahui dan saya pelajari.

Hanya dalam waktu 3 bulan saja saya mulai memahami akar permasalahan yang besar di sebuah badan pemerintahan.

Permasalahan terbesar mereka adalah mental.

Inilah musuh mereka selama ini yang mengungkungi mereka berpuluh tahun lamanya. Mental peminta, mental asal bapak senang, mental sikut-sikutan, mental penjilat dan sekian banyak hal buruk lainnya yang tidak pernah saya dapatkan selama saya berada di luar mereka.

Mereka seperti punya dunia sendiri. Dunia yang orang lain tidak boleh sentuh. Mereka merasa abadi disana, tidak mungkin dipecat. Kompetisi buat mereka bukanlah prestasi, tetapi bagaimana menginjak, menjilat, menyuap atasan, kuat-kuatan koneksi.

Bukan sepenuhnya salah mereka. Proses rekruitmen sejak awal mereka sudah membayar sampai menjual semua harta orang tua. Bodoh tapi saudaramu menjabat maka peluangmu jauh lebih besar, dan atasan yang dulunya seperti mereka juga mewariskan hal yang sama.

Sungguh, saya frustasi disini... meski harus saya kuatkan.

Raksasa itu gemuk dan sangat lamban. Kerjanya hanya tidur, bersenang-senang di kantin pagi dan siang, pulang secepat-cepatnya, dan menunggu bagi bagi hasil proyek. Gada uang jangan harap mereka bergerak. Amplop seperti agama, terus diyakini kehadirannya. Mengeluh itu bagian dr hidup mereka.

Dua tahun cukuplah sudah...

Saya yang dulu begitu optimis menjadi pesimis dan akhirnya apatis. Saya keluar supaya tidak berubah menjadi mereka. Sungguh mengerikan dunia mereka, seperti sekalangan zombie yang dikumpulkan dalam kandang. Tidak ada kehidupan disana. Mereka sejatinya mati. Tidak mau berubah, karena perubahan untuk mereka adalah mimpi buruk yang menghancurkan tidur panjang itu.

Jadi saya sangat paham kenapa Ahok selalu emosi ketika berhadapan dengan jajarannya. Saya sangat paham kenapa Ahok akhirnya harus berdiri menantang mereka, "Lu apa gua yang minggat dari sini..." Jika dulu saya punya kuasa seperti dia, tentu akan saya lakukan. Sayangnya, saya dianggap orang luar oleh mereka, bukan bagian dari seragam mereka.

Dan saya tersenyum ketika Menpan Yudi berkata sudah menginventarisasi PNS yang tidak produktif dan membebani keuangan negara. Jumlah mereka ada 56 ribu orang, bayangkan.. Mereka akan dibersihkan. Mundur atau dipaksa keluar.

Revolusi mental memang harus dimulai dari tubuh pemerintah sendiri. Mindset mereka bukan kerja, tetapi uang. Meski ditambahkan sekian miliar sekalipun di kantung mereka, mereka tidak akan pernah berubah. Itu sudah budaya sejak lama yang ditularkan dari generasi ke generasi. Orang orang bodoh jadi atasan, orang orang pintar apatis dan menjadi pemalas, orang orang kreatif berubah menjadi pencuri dan mencari peluang di luar.

Kasihan para kantin, kasihan hotel hotel, kasihan para amplop, kasihan para rumah makan.. mereka akan kehilangan banyak pelanggan. Mungkin mereka sekarang menangis berpelukan, pengguna mereka berangsur-angsur hilang. Hidup sudah kembali menemukan dirinya yang sesungguhnya keras.

Ah, mengenang situasi itu seperti minum kopi pahit yang masih terasa di lidah. Untunglah pemerintahan kali ini berani menambahkan sedikit gula....

Selamat berjuang, para "The Walking Dead.". Izinkan saya menonton sejenak pertunjukan memburu kalian.....

[dennysiregar.com]

ISIS, Negara atau Bukan?


Dunia Hawa - Kelompok militan yang bercokol di Suriah pimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi ini kadang disebut dengan nama yang berbeda oleh media dan banyak kalangan. Kelompok ini memang awalnya memperkenalkan diri dengan nama Daulah Islamiyah fil Iraq was Syam, nama bahasa Arab yang artinya Negara Islam di Irak dan Syam. Masyarakat di Timur Tengah kemudian menyebutnya DAISH sebagai singkatan dari nama tersebut. Hingga saat ini.

Sementara masyarakat Barat kemudian menerjemahkan dalam bahasa Inggris, Islamic State of Iraq and Levant, dan disingkat ISIL. Levant adalah sebuah istilah yang lumrah di era kolonial Prancis untuk menyebutkan kawasan yang mencakup negara Suriah, Yordania, Lebanon, Palestina-Israel, dan bahkan bagian tenggara Turki. Sebuah kawasan dalam bahasa Arab klasik dengan istilah Syam.

Sebagian lagi memadukannya dengan menyebut Islamic State of Iraq and Syam disingkat ISIS. Hanya saja karena kata Syam masih terlalu asing bagi penutur di luar bahasa Arab, lalu diubah dengan kata Syria (Suriah), tetap disingkat ISIS. Beberapa media banyak menggunakan istilah yang terakhir ini.

Di saat publik belum mencapai kesepakatan (konsensus) bagaimana harus menyebut kelompok militan tersebut, setidaknya dalam bahasa Inggris, kelompok ini pada pertengahan tahun  2014 memperbarui namanya. Lebih tepatnya memperpendek menjadi Daulah Islamiyah atau Islamic State. Mereka beralasan ini sebagai penegasan dari negara Khilafah, konsep negara global yang mereka tegakkan. Beberapa media seperti Vice News dan BBC pun akhirnya menggunakan nama “Islamic State” yang selanjutnya disingkat IS.

Lepas dari semua itu, saya pribadi menggunakan nama ISIS untuk menyebut nama kelompok ini. Bukan berarti saya menyetujui kelompok ISIS ini sebagaimana arti dari kepanjangan  ISIS. Saya menggunakan nama ini hanya karena sudah telanjur populer, seperti masyarakat Arab yang menggunakan nama DAISH. Toh, pada kenyataannya kelompok ini juga tidak menguasai wilayah Irak dan Suriah sepenuhnya, apalagi tanah Syam yang jelas secara geografis lebih luas.

Dan lagi yang saya tahu dan dengar kelompok ini keberatan dengan penggunaan nama ISIS atau DAISH. Belakangan beberapa media di Indonesia mulai ada yang menggunakan nama NIIS untuk penyebutan nama kelompok ini, maksudnya Negara Islam Irak dan Suriah. Tapi tampaknya nama ISIS tetap lebih akrab di telinga. Jadi, izinkan saya tetap menggunakan kata ISIS di tulisan ini.

Negara atau Bukan?

Menurut kacamata pendukung ISIS, ISIS tentu adalah sebuah negara. Tak tanggung-tanggung mereka menyebutnya Negara Islam atau Daulatul Islamiyah. Mereka meyakini doktrin agama sekaligus negara, jadi Islam agama sekaligus negara.

ISIS bukan satu-satunya kelompok yang meyakini doktrin agama satu paket dengan negara. Al-Qaidah beberapa kali sejak tahun 2000-an juga mengungkapkan memiliki rencana mendirikan negara yang mereka sebut Khilafah .

Hizbut Tahrir mungkin organisasi yang paling getol mengampanyekan Khilafah selama ini. Organisasi ini didirikan pada 1959 di Al-Quds, dipelopori oleh Taqiyuddin An-Nabhani, mantan hakim agama di Palestina. Hizbut Tahrir memiliki cabang di beberapa negara. Di Indonesia, Hizbut Tahrir Indonesia atau HTI kerap melakukan demonstrasi dan rapat akbar mendorong penegakan negara Islam atau Khilafah.

Meski memiliki keyakinan yang sama tentang kewajiban mendirikan Khilafah, ISIS, Al-Qaidah, dan Hizbut Tahrir kenyataannya malah berseberangan satu sama lain. Klaim ISIS mendirikan negara ditolak mentah-mentah, Al-Qaidah dan Hizbut Tahrir menganggap Khilafah yang didirikan ISIS tidak sah.

Jadi, publik tidak perlu repot-repot mengkaji untuk mencapai sebuah konsensus ISIS ini apakah sebuah negara atau bukan. Di kalangan mereka yang memiliki akar keyakinan yang sama dengan ISIS menganggap ISIS bukan negara, tapi hanya “ormas”.

[iqbal kholidi/geotimes.com]

Iqbal Kholidi

Penulis adalah pemerhati terorisme 
dan politik Timur Tengah

Beberapa Posisi Seks Sebagai Referensi Hubungan Intim Anda


Dunia Hawa - Pasangan suami istri perlu mencoba berbagai posisi seks agar kehidupan asmara tetap menggelora. Mencoba posisi misionaris terus menerus bisa membuat kehidupan seksual menjadi hambar. Alasan tersebut yang membuat pasangan suami istri perlu mencoba posisi yang baru dan jarang digunakan agar mendapat sensasi baru.

Berikut beberapa posisi seks yang dapat anda jadikan sebagai referensi hubungan seks bersama pasangan anda :