Saturday, April 16, 2016

Jangan Mundur, Pak Kepala BPK ...


Dunia Hawa - Bapak Kepala BPK yang terhormat, Jangan mundur pak... Jangan pernah.

Mundur bukan budaya kita. Budaya kita adalah bertahan. Mempertahankan jabatan. 

Mereka yang teriak2 mundur itu sesungguhnya tidak paham, betapa sulitnya jabatan itu diraih. Harus nyogok sana sini, jilat sini sana, sikut kanan kiri. Trus ketika semua usaha itu menghasilkan jabatan tertinggi, disuruh mundur ?? Nehi ya, nehi !! *sambil joget2 di tiang listrik*

Lalu, siapa yang bisa kembalikan semua investasi itu ? Kalian ? Kalian yang menyuruh mundur ? Wong kalian cuman bisa teriak, tapi gak memberikan solusi. Lalu bagaimana nasib istri dan anak2 kami ? Mereka sudah terbiasa dengan semua kemewahan ini. Biasa belanja di singapura, kencing di jepang, ngadem di kanada dan selfi di Italia. Bagaimana kalian bisa menjamin kami tetap bisa seperti itu ?

Anak kami pun sudah naik mobil. Rumah mereka sudah siap dengan halaman yang luas. Sekolah mereka harus internasional. Dimana muka kami kalau semua itu harus kami buang karena tidak ada lagi uang ? Kalian mau membiayai kami ?

Maaf, panutan kami bukan Perdana Menteri Islandia. Dia mah memang begitu orangnya, malu dikit mundur. Hahaha, bodoh sekali. Contohlah kami, malu bukan sifat kami. Panutan kami adalah bangsa sendiri. 

Seperti Fahri Hamzah, ia panutan kami. Ia berjuang sepenuh hati demi kursi. Kursi adalah Tuhan bagi kami. Disini kami mencari makan dan semua fasilitas. Kalau itu hilang, kalian bisa jamin kami tidak stroke ? Tidak post power syndrome ? Trus bagaimana kami bisa ngomong sama tetangga dan keluarga kami ? "Eh, pak mantan pejabat..." Arrgghh.. Maaf, sekali lagi itu bukan kami. Sama sekali bukan sifat kami.

Jabatan itu bukan amanat, sama sekali bukan. Lha bagaimana bisa amanat, wong meraihnya aja ga gampang ? Jabatan itu peluang, sebuah investasi. Kalau kami kaya dari sini, kenapa juga kalian sirik ? Bilang aja kalau kalian iri ga pernah dapat apapun sebanyak kami disini.

Panama paper itu cuma kertas. Kami tidak salah ! Sama sekali tidak ! Memang kami ga boleh menyimpan uang di luar negeri ? Orang lain boleh kok kami ga boleh ? Itu kan tidak adil. Kalau nama kami tertera disana, itu artinya kami lebih kaya dari kalian. Nama disana itu kehormatan bagi kami, camkan ya... 

Dan perlu dicatat, kami ini muslim. Muslim, karena kami bersyahadat. Dan muslim, mau bagaimanapun kami, tetap masuk surga. Kalian kafir, mau bagaimanapun baiknya tetap di neraka. Hei, yang muslim, sembunyikanlah aib kami... Kan tidak boleh sesama muslim membicarakan aib saudaranya ? Itu dosa, tauk... Gak takut apa ma peci kami ?

Pak Jokowi, jangan dengarkan mereka pak. Tolong hargai semua usaha kami. Bagaimana nasib kami kalau tidak duduk disini lagi ? Uang kami belum kembali... Huhuhu.. Hikss.. Srrrottt *tarik ingus* 

Dasar kalian.. Sukanya ributin rejeki orang. Sukanya mem-bully orang. Ini gara2 Ahok. Semua gara2 Ahok ! Pasti dia yang membocorkan semua ini. Dia punya jaringan cina internasional yang ingin menjatuhkan kami. Panama Papers itu buatan mereka semua. Kalau mau adil, kenapa cuman Panama saja yang dibuka ? Kemana Bunama ? Naknama ? Deknama ? Kemana ? Buka saja semua ? Bukaaaaa.... 

Ahok, awas lu ya, kami ini pribumi, bukan primata. Jangan mentang2 elu sekarang primadona, trus pringis2. Prilaku lu itu jaga, jangan suka prikaseubeulen. Ieu kumaha ? Kumahaaa ieuu ?

Kami akhir saja surat ini. Semoga hati kalian terbuka semua. Ingatlah, pembalasan akan lebih kejam. Kusumpahi kalian yang meminta kami mundur supaya sehat semua, sejahtera semua. Kami ga mau nyumpahi kalian supaya dapat hidayah, karena semakin kalian dapat hidayah, kalian terus menyerang apa yang kami lakukan.

Ingat pepatah, "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari". Kalian tau, kencing berlari itu susah keluarnya ? Kami sudah pernah nyoba, meleper kemana2.

Tolong pahami kami.. Kami orang susah.

Dari kami,

Pecinta JKT 48. 
Yell : "JKT 48, JKT 48.. Hurreeyyy"

[denny siregar]

Ketika Para Ibu Resah Gara Gara Ahok


Dunia Hawa - Para ibu resah gara-gara Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Lagi-lagi pangkal soalnya adalah ucapan-ucapan Ahok yang membuat bulu kuduk berdiri: ngeri!

“Mas, tolong kasih masukan, dong, ke Ahok agar jangan terpancing emosi gara-gara lawan-lawannya. Kalau ia difitnah, suruh saja tersenyum agar tidak membuang-buang energi. Jangan-jangan lawan Ahok memang sengaja membuat pernyataan yang memancing Ahok agar ia marah-marah dan bicara kasar.”

Pagi tadi (Sabtu 16 April), kata-kata di atas masuk ke grup WA saya. Yang mengirim seorang ibu. Tak lama kemudian, ibu lain menimpali: “Iya, itu urun rembuk buat Ahok, kalau ngomong jangan emosi. Tolong sampaikan ke dia.”

Membaca dua pesan itu, saya cuma bisa tersenyum. Dalam hati, saya hanya bisa berujar: “Memangnya saya siapa?”

Ya, siapakah saya? Kenal Ahok pun saya tidak. Relawan Ahok juga bukan. Bergabung dengan Teman Ahok yang bermarkas di Pejaten Pasar Minggu Jakarta Selatan, saya juga belum pernah. Saya hanya warga Jabodetabek yang doyan iseng menulis di Kompasiana. Itu saja!

Entahlah kalau ibu-ibu di atas menganggap saya berkelas seperti Sunny Tanuwidjaja, orang dekat Ahok, yang dicegah ke luar negeri gara-gara kasus reklamasi Teluk Jakarta  yang bikin Mohamad Sanusi jadi pesakitan KPK karena telah resmi berompi oranye.

Ya, rompi itulah yang diharapkan Karni Ilyas dan para nara sumber yang tidak senang dengan Ahok dikenakan ke tubuh Ahok setelah Basuki diperiksa selama 12 jam di KPK, Selasa (12 April) lalu, bertepatan dengan acara ILC yang dipandu Karni Ilyas di TV One.  Alamak! Mereka kecewa, sebab Ahok keluar dari gedung KPK masih mengenakan kemeja batik. Ada kompasianer yang menulis KPK kehabisan stok rompi aranye yang ukurannya pas dengan badan Ahok.

Gubraaak! Ngeri! Setelah diperiksa KPK, Ahok,  bukannya semakin takut, melainkan tambah bernyali. Ia menuding Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang mengaudit pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras “ngaco”. Ahok pun berang lantaran surat keberatannya yang dikirim ke BPK delapan bulan lalu hingga saat ini tidak direspons. Jebreeet!! Saat menjelaskan soal itu (disiarkan pula oleh banyak televisi), urat leher Ahok menegang sambil mengibas-ngibaskan fotokopi suratnya ke BPK yang dianggap angin lalu.

Boleh jadi gaya Ahok seperti itulah yang membuat  para ibu yang mengirim pesan WA ke saya resah dan berdesah (maklum, mereka, kan perempuan): “O .... seram!”

Saya lantas mencoba mencari referensi tentang gaya Ahok berkomunikasi yang bikin kaum perempuan ngeri-ngeri tak sedap.

Apa mau dikata. Hasilnya? Banyak ahli dan “pembela” Ahok yang memaklumi gaya berkomunikasi mantan bupati Belitung Timur itu. Seorang sahabat yang kebetulan berprofesi sebagai wartawan mengatakan: “ Ahok berani  bicara sekeras itu dan bikin merinding banyak orang karena dia bersih. Ya, inilah yang menjadi modal Ahok. Selama yang dihadapi adalah orang-orang yang diketahuinya kotor dan maling, sampai mati pun Ahok ya akan seperti itu.”

Mencoba berselancar ke Google guna mencari tahu karakter Ahok, bertemulah saya dengan tulisan Denny Siregar yang juga memahami Ahok. Argumentasi Denny juga masuk akal.  Denny antara lain menulis karena yang dihadapi Ahok adalah bandit-bandit, maka kata-kata “bandit” juga yang keluar dari mulutnya.

Apakah selamanya Ahok berbicara kasar? Tidak juga. Ahok, menurut Denny, akan berbicara lembut jika ia berhadapan dengan orang-orang yang santun, terutama kelakuannya. Ahok bahkan  bisa menangis saat membicarakan nasib warga DKI yang papa.

Namun, masih menurut Denny, Ahok bukanlah Jokowi. Itulah kekurangannya, tapi sekaligus kelebihannya. Ia tidak ingin menjadi Jokowi. Ahok adalah Ahok. Ia seperti Abu Dzar, yang tidak sanggup menahan lisannya ketika ada ketidakberesan.

“Ibarat bidak catur, Ahok adalah benteng. Ia berjalan dengan lurus dan tidak mampu berkelit seperti kuda. Tapi jangan sampai ada musuh di hadapannya. Pasti diterjangnya. Ia juga berfungsi membatasi gerak raja sehingga tidak bisa menyeberang dari garisnya,” tulis Denny.

Maka wajar pula kalau Christianto Wibisono menulis bahwa Ahok adalah pejuang anak bangsa yang hanya sedikit di republik ini. Ia termasuk manusia langka yang hidup di zamannya. Ia tidak takut resiko, ia maju terus sampai akhir hayatnya. Ia siap menang, siap kalah. Ia siap dicampakkan oleh bangsanya sendiri, namun tidak menyerah.

Dilatarbelakangi semangat itu, Ahok, mungkin akan tenang-tenang saja melihat para musuhnya berkoar-koar dan memaki-makinya di TV One, sebab  dia amat mengetahui semua rahasia orang-orang yang memakinya. Oleh sebab itulah selama ada mereka, Ahok tetap akan melawan tidak dengan kekuasaan yang dimilikinya, tetapi dengan kata-kata dan gaya berbicara.

Halo para ibu. Maaf, saya tidak bisa memenuhi permintaan Anda. Kalaulah saya dekat dengan Ahok, saya pun tidak bisa memberikan saran kepadanya. Lha, bagaimana saya akan memberikan saran, sebab Ahok pernah bilang seperti ini: “Semisal Sunny brengsek, katakanlah dia dapat duit dari Aguan, memangnya Sunny bisa mempengaruhi kebijakan gua? Enggak bisa. Emak gue aja nggak pernah gue dengerin.” (Majalah Tempo 11-17 April 2016).

Begitu, ibu-ibu. Harap maklum, ya, saya tidak bisa menyampaikan pesan Anda. Jika ibu pendukung Ahok, janganlah terlalu berharap Ahok bakal menang dalam  Pilkada Serentak 2017 nanti. Pasalnya, Ahok sendiri siap kalah, kok.

[gan pradana/ kompasioner

BPK, Revolusi Mentallah Kau!


Dunia Hawa -BPK dalam menjalankan fungsi nya sebagai auditor negara, berdasarkan Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara. Dan diundangkan dengan UU no. 15 thn 2006 tentang BPK. 

Lalu sebagai alat kerjanya, BPK menggunakan UU sebagai berikut:

UU No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
UU No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
UU No.15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Ketua / Wakli Ketua / Anggota BPK disumpah, sebagai berikut:

”Demi Allah Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya,
untuk menjadi Anggota (Ketua/Wakil Ketua) BPK langsung atau tidak
langsung dengan rupa atau dalih apapun tidak memberikan atau menjanjikan
sesuatu kepada siapapun juga.
Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatan ini, tidak akan
menerima langsung ataupun tidak langsung dari siapapun juga sesuatu janji
atau pemberian.
Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya akan
memenuhi kewajiban Anggota (Ketua/Wakil Ketua) BPK dengan sebaikbaiknya
dan dengan penuh rasa tanggung jawab berdasarkan UndangUndang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan peraturan
perundang-undangan lain yang berkenaan dengan tugas dan kewajiban
tersebut.
Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya akan setia terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

Menilik kejadian-kejadian yang terjadi belakangan ini, maka amat menarik, bahwa BPK lebih merupakan kumpulan badut, yang hasil auditnya ternyata tidak benar. Status Wajar Tanpa Pengecualian ternyata adalah status yang tidak jelas. Ini terbukti dengan Provinsi Banten, Riau, Sumut. Wajar Tanpa Pengecualian artinya, pengelolaan sempurna, anggaran dipakai sesuai peruntukan, tidak ada kerugian negara. Tetapi, Gubernurnya semua menjadi tersangka dan terpidana karena pidana KORUPSI.

Maka, melihat dari kejadian tersebut, maka dirasakan perlu untuk mereformasi BPK secara keseluruhan. Tidak ada yang bisa dipercaya lagi dari BPK. Ada beberapa alasan kenapa bisa timbul hal tersebut:

Auditor tidak memiliki kemampuan inteligensia dan kecakapan yang cukup, sehingga memberikan status Wajar Tanpa Pengecualian, padahal pengelolaan keuangan amburadul.
Auditor mendapatkan imbalan untuk memberikan status Wajar Tanpa Pengecualian.
Auditor tidak dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, ketika melakukan pemeriksaan.
Auditor ditekan oleh atasan, keadaan dan atau sistem, sehingga terpaksa memberikan status Wajar tanpa Pengecualian.
BPK memanfaatkan UU no. 15 thn 2006, Pasal 26  (1) Anggota BPK tidak dapat dituntut di muka pengadilan karena menjalankan
tugas, kewajiban, dan wewenangnya menurut undang-undang ini.

Tetapi, di Pasal 27:
Dalam hal terjadi gugatan pihak lain dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya, BPK berhak atas bantuan hukum dengan biaya negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

 Dan mereka lupa, ketika seorang Kepala Daerah yang pengelolaan keuangannya dianggap bersih dan tidak merugikan negara, kemudian ditetapkan oleh pengadilan telah menimbulkan kerugian negara, maka ketetapan pengadilan dapat menjadi petunjuk awal untuk menyidik BPK. Karena unsur menimbulkan kerugian negara bukan lagi indikasi tetapi bukti yang berkekuatan hukum.

Karena kejadian ini terus menerus berulang, maka sebaiknya, untuk saat ini, sebaiknya dalam jangka waktu sementara, negara menggunakan Auditor Independen. Karena BPK sdh dalam tahap kronis.

Dan, sementara itu, mengambil langkah-langkah memperbaiki BPK, sebagai berikut:

Memeriksa ulang track record dari para auditor dan para pejabat teras BPK, serta semua yang terkait di BPK.
Memeriksa auditor yang telah membuat status Wajar Tanpa Pengecualian, apabila ditemukan pemalsuan informasi dan data, padahal telah terjadi kerugian negara, maka mereka wajib dipenjarakan.
Menambahkan pasal dalam UU tentang BPK. Pasal yang penting adalah apabila di kemudian hari, hasil audit BPK ternyata salah, maka orang yang membuat status Wajar Tanpa Pengecualian ataupun Wajar Dengan Pengecualian, harus mempertanggung jawabkan secara perdata maupun pidana.

Hal paling praktis yang perlu dilakukan pada saat ini adalah:

Ketua BPK harus segera mundur. Hal ini karena namanya tercantum dalam Panama Papers. Apa pun alasannya, hal ini sama saja dengan pengkhianatan kepada negara. Seorang Kepala BPK adalah pemeriksa/auditor tertinggi di negara ini. Kalau Auditor tertinggi menyembunyikan fakta dia memiliki perusahaan di negara asing, maka dia telah melanggar etika, moral dan hukum pidana perpajakan. Apakah pantas dia tetap menjabat?
Harus dibentuk suatu badan Adhoc untuk memperbaiki sistem Audit Keuangan Negara, sesegera mungkin.
BPK harus dibekukan dalam jangka waktu tertentu.
Diangkat auditor independen untuk sementara menjalankan fungsi BPK.
Mengundang KPK untuk memeriksa Ketua, Wakil dan Anggota serta para auditor BPK yang terindikasi melakukan penyelewengan.
Apabila terindikasi penyelewengan wewenang, maka aparat POLRI dapat dililbatkan untuk menyidik oknum-oknum yang terlibat.

Suatu keadaan yang telah berjalan terus menerus, menjadi ritual, bahwa pengelolaan APBN  yang diperiksa oleh BPK dan harus mendapatkan status Wajar Tanpa Pengecualian. Maka, tidak heranlah, akhirnya, tugas BPK menjadi tukang stempel dengan memberikan status WTP.

Adalah sangat wajar, bila saat ini, BPK dianggap dalam keadaan tidak mampu bekerja. Karena sudah terlalu banyak kesalahan audit yang dilakukannya. Karena itu, lebih baik BPK dimasukkan ke dalam 'bengkel', diperbaiki total. Sparepart yang usang, diganti yang asli, kalau perlu mesinnya pun diganti yang baru. Kalau BPK masih disuruh bekerja, maka pasti tidak dapat diperbaiki dengan baik. Peran dari suatu Auditor Keuangan adalah sangat teramat penting. Tetapi, kalau yang mengaudit sedang sakit, maka hasilnya bukan hanya salah, tapi ngaco!

Dan sepertinya untuk pertimbangan hukum, seorang aparat yang melanggar hukum, yang di mana dia berwewenang melakukan penindakan atau pemeriksaan, harus dihukum berlipat kali dari pada masyarakat awam biasa yang melakukan pelanggaran.

Demikian pendapat saya.

[anto medan]

Terima Kasih Sumber Waras


Dunia Hawa - Terima kasih Sumber Waras, akhirnya kami tahu siapa yang waras dan siapa yang ngaco. 

Bukan kebetulan namamu Sumber Waras, tidak kebetulan  pula namamu sering disebut. Sumber Waras; seperti namamu, engkau  membuat banyak orang menjadi waras. Mereka yang sebelumnya tidak waras, kurang waras, dan berpura-pura waras, sekarang  ketahuan sudah berkat namamu. Ahok, pejabat  yang memang waras telah membuktikan bahwa yang waras pasti menang. Kebenaran pasti berpihak kepada orang waras. Adapun orang ngaco, kelihatannya saja tidak ngaco namun satu ketika ngaconya akan keluar walaupun mengaku waras.

Mengapa ada banyak orang ngaco di republik ini?

Sebenarnya ada banyak orang ngaco di tengah-tengah kita, namun selama ini dianggap  waras. Justru orang yang berseberangan dengan mereka-mereka inilah yang dianggap ngaco. Namun akhirnya ketahuan siapa yang waras dan siapa yang ngaco ketika mereka berurusan dengan Sumber Waras. Namanya saja Sumber Waras, bukan Sumber Ngaco, tentulah ia tahu siapa yang waras dan siapa yang ngaco. Jadi, kasus  ini bukan suatu kebetulan.

Dan entah kenapa pula orang-orang ngaco ini dengan cara keroyokan berusaha menghajar Ahok, orang waras. Entah apa saja sudah mereka upayakan untuk menyingkirkan Ahok, namun sialnya Ahok tidak tergoyahkan. Apalagi Pilkada sudah di depan mata, yang artinya penderitaan mereka akan berlanjut untuk 5 tahun ke depan jika Ahok tidak berhasil mereka lengserkan. 

Ketemulah mereka dengan Sumber Waras, diawali dengan kejengkelan Kepala BPK perwakilan DKI kepada Ahok karena tidak kunjung membeli tanahnya di TPU Pondok Kelapa, Sumber Waras pun dieksploitasi untuk menekan Ahok. Tentu Ahok yang waras bukan type orang yang bisa digertak. Persoalan pun kemudian naik levelnya ke BPK. Oleh KPK, mereka disuruh melakukan audit investigasi, dan BPK berkeyakinan bahwa kerjaan Efdinal sudah benar. Entah darimana mulanya dan seperti apa kisahnya, bagaimana negosiasinya  beberapa anggota DPRD DKI menyambut laporan BPK ini sebagai modal untuk melengserkan Ahok secara legal dengan menggunakan tangan KPK.

Untunglah KPK waras, tidak ikut-ikutan ngaco seperti orang-orang ini yang sudah begitu yakin bahwa Ahok pasti akan menjadi tersangka. Sadar bahwa ada yang tidak beres atau ngaco di laporan audit BPK, KPK menyatakan tidak menemukan alat bukti untuk menaikkan kasus Sumber Waras. Namun orang-orang ini tidak berhenti sampai di situ, dengan menggerakkan massa hingga mendatangkan dukun amatiran, mereka menunjukkan ngaconya mereka dengan memaksa KPK menangkap Ahok. Memang bisa main tangkap?

Dengan cerdasnya KPK memeriksa Ahok guna membuktikan bahwa KPK masih waras. Dan 12 April menjadi hari yang paling dinantikan oleh orang-orang ngaco ini yang merasa yakin bahwa hari itu Ahok akan keluar dari KPK dengan menggunakan rompi. Sialnya, KPK tidak punya rompi yang pas untuk Ahok, sehingga Ahok bisa pulang tanpa rompi. 

Akhirnya mereka menjadi frustrasi, dan satu per satu terlihatlah bahwa orang orang inilah sebenarnya yang ngaco. FADLI ZON dengan komentarnya yang ngaco mengenai HGB Sumber Waras yang akan habis tahun 2018 membuat banyak orang menjadi tahu bahwa wakil ketua DPR kita ternyata ngaco.

Audit investigasi BPK sebagai auditor resmi negara ternyata bisa juga ngaco, bagaimana tidak ngaco? Mereka menyebut kerugian negara 191 M namun  di laporan yang sama menyatakan NJOP Sumber Waras hanya sekitar 7.4 Juta/M karena berada di Tomang Utara, artinya, kerugian negara seharusnya 480 M, bukan 191 M. Jadi ada ketidak pastian jumlah kerugian negara di laporan audit investigasi yang mereka lakukan, dan mereka terlihat bingung dan tidak yakin berapa sebenarnya kerugian negara. Belum lagi audit yang mereka lakukan menggunakan aturan yang tidak pas, sehingga makin terlihat ngaconya. Mengapa BPK bisa ngaco? Entahlah, mungkin ada oknum BPK yang ngaco lalu bekerja sama dengan orang orang ngaco supaya laporannya dibuat ngaco sehingga mereka yang memang waras lalu berubah menjadi ngaco.

Tanpa disengaja dan  entah kenapa kelompok orang orang ngaco ini lalu dengan sukarela mempertontonkan kengacoannya.  Imam Supriadi dengan ngaconya menantang orang waras duel sampai mati di bundaran HI. Auditor BPK ini benar-benar deh, ngaconya kelewatan. Haji Lulung, berani iris kuping kalau Ahok berani menggugat BPK ke pengadilan. Yang ini apalagi, ngaco makin tidak karuan.

Untunglah KPK memilih tetap waras, demikian juga Ahok tidak mau ikut-ikutan ngaco untuk meladeni orang-orang ngaco ini. Dan akhirnya, masyarakat kini tahu siapa sebenarnya yang waras dan siapa yang ngaco. Semua itu berkat Sumber Waras. Terima kasih Sumber Waras, engkau menyadarkan kami betapa banyaknya orang yang ngaco di republik ini.

[pendeta sederhana/kompasioner]

Babymoon Liburan Romantis Saat Hamil


Dunia Hawa - Berbagai perubahan yang terjadi setelah si kecil lahir membuat Mama dan Papa akan kesulitan untuk mendapatkan waktu luang untuk berlibur selama beberapa saat. Kurangnya kesempatan untuk menikmati liburan setelah si kecil lahir inilah yang membuat banyak calon Mama dan Papa melakukan babymoon alias liburan saat hamil sebelum si kecil lahir.

Berminat melakukan babymoon? Perhatikan beberapa tips berikut ini untuk babymoon yang menyenangkan:

1. Saat paling tepat untuk melakukan babymoon adalah pada trimester ke-dua. Pada saat ini, masalah seperti mual sudah mulai berkurang dan kehamilan Mama belum terlalu besar. Menurut The American College of Obstetrics & Gynecology, saat terbaik untuk bepergian adalah saat kehamilan berumur 18-24 minggu.

2. Lokasi yang dipilih sebaiknya tidak terlalu jauh, sehingga perjalanan tidak membutuhkan waktu terlalu lama.

3. Tiap maskapai penerbangan memiliki ketentuan yang berbeda dalam menetapkan umur kehamilan yang masih diperbolahkan untuk melakukan perjalanan dengan pesawat. Kalau Mama berencana bepergian dengan pesawat terbang, jangan lupa untuk memperhatikan ketentuan ini.

4. Beritahukan rencana perjalanan Mama ke dokter kandungan, sehingga dia bisa memberikan saran terbaik bagi Mama untuk menjaga kesehatan kehamilan Mama.

5. Pastikan lokasi liburan Mama memiliki fasilitas kesehatan yang memadai. Catat informasi mengenai rumah sakit terdekat dari tempat Mama menginap.

6. Hindari duduk terlalu lama selama perjalanan. Jadi, usahakan untuk berdiri dan berjalan-jalan setiap 1-2 jam sekali untuk menjaga sirkulasi darah Mama. Selama perjalanan, angkat sedikit kaki Mama untuk mencegah kaki kram serta bengkak.

7. Pasang sabuk pengaman dengan tepat. Sabuk pengaman bagian bawah sebaiknya berada di bagian bawah perut Mama, sehingga tidak akan menyakiti perut Mama.

8. Jaga asupan cairan selama perjalanan untuk menghindari dehidrasi Dengan persiapan yang cermat, babymoon romantis akan berjalan menyenangkan tanpa mengganggu kesehatan kehamilan Mama. Selamat berlibur.

Nadia Mulya  
AHLI SEPUTAR GAYA HIDUP MAMA HAMIL

Jika Mama Hamil Nyeri di Selangkangan


Dunia Hawa - Di usia kehamilan trimester 3, banyak Mama mengalami nyeri di selangkangan dan semakin terasa ketika menggerakkan kaki atau ketika bangkit dari posisi duduk.

Menurut Dr. dr. Ali Sungkar, SpOG, nyeri diselangkangan biasanya disebabkan oleh kondisi yang disebut Symphysis Pubis Disfunction (SPD). Hal ini terjadi karena pelepasan hormon relaksin yang jumlahnya akan maksimal pada usia kandungan trimester 3 (38-42 mingu), yang mengakibatkan pelunakan dan merenggangnya tulang panggul.

Peregangan ini mengakibatkan ini mengakibatkan terbentuknya celah pada sambungan tulang. Selain itu, kondisi kepala janin yang sudah mulai memasuki jalan lahir menyebabkan adanya tekanan pada sambungan tulang yang menimbulkan rasa sakit ketika berjalan, berdiri untuk waktu yang lama, naik tangga dan membalikkan badan saat tidur.

Untuk mengurangi keluhan cobalah beberapa hal berikut ini:

- Tidak melakukan aktivitas fisik berlebihan

- Hindari berdiri, jongkok dan berjalan terlalu lama

- Duduklah ketika melakukan pekerjaan yang terlalu lama

- Jangan mengangkat dan menjinjing benda berat

- Jangan melalukan gerakan melompat atau membuka kaki terlalu lebar

- Tekuk lutut dan rapatkan kedua kaki ketika hendak naik dan turun dari tempat tidur.

- Lakukanlah olahraga khusus untuk hamil seperti preganancy pilates dan preganancy fitness

Walaupun rasa sakit di selangkangan adalah hal yang wajar, namun ada baiknya jika Mama ke dokter, konsultasikanlah hal ini, sehingga jika ada hal yang tidak diinginkan dapat segera diatasi.

dr. Febriansyah Darus, SpOG  
AHLI OBSTETRI DAN GINEKOLOGI