Friday, April 15, 2016

Pindahlah ke Arab Saudi


Dunia Hawa - Orang-orang yang masih ribut mengeluhkan soal Indonesia yang tidak islami sebaiknya pindah ke Arab Saudi. Di sana kalian tidak akan bertemu dengan pemimpin non muslim. Pemimpinnya muslim semua, dan Arab semua. 

Di sana tidak dijual minuman keras. Tidak ada tempat di mana orang bisa minum. Di sana juga tak ada tempat hiburan yang sering kalian sebut tempat maksiat. Tidak ada perempuan keluar rumah dengan aurat terbuka yang bisa menggoda syahwat kalian. 

Islami bukan?

"Tapi kami kan warga negara Indonesia. Kami berhak tinggal di sini."

Ya, kalian berhak. Tapi hak itu disertai dengan kewajiban untuk patuh pada konstitusi dan peraturan yang bernaung di bawahnya. Konstitusi kita telah menetapkan bahwa negara ini bukan negara Islam. Hukumnya tidak ditetapkan mengacu pada syariat Islam.

Negara ini bukan negara Islam, bukan pula negara kaum muslim. Negara ini adalah negara bersama antar berbagai umat. Artinya kita berbagi ruang untuk hidup. Kita juga berbagi peran.

Karena itu setiap orang yang mampu boleh jadi pemimpin, tanpa memandang agama atau sukunya. Setiap kebutuhan hidup diakomodasi sesuai prinsip kesetaraan dan kebersamaan. Engkau tak mau minum minuman keras karena agamamu melarang. Maka cukuplah kau jangan minum. Orang lain ada yang boleh minum, biarkan mereka minum. Selama tidak mengganggu ketertiban.

Engkau mau beribadah dan membangun rumah ibadah. Buatlah. Orang lain pun boleh begitu. Maka jangan halangi.

Itulah cara-cara hidup bersama di NKRI. Kalau kau tak nyaman dengan cara hidup itu, pindahlah ke Saudi.

[DR. Hasanudin Abdurakhman]

Emak Lu Kiper

Denny Siregar

"Ah, elu pendatang. Harus baik2 kalau disini.."
Dunia Hawa - Ketika SMP di Jakarta, saya sering sekali mendapat teguran seperti itu. Maklum, daerah tempat tinggalku dulu masih banyak orang Betawi-nya. Dan karena saya bukan orang betawi, maka di klasifikasi-kanlah saya sebagai pendatang. Dan pendatang harus menghormati masyarakat asli, dalam kondisi apapun.

Saya setuju ketika itu dalam konsep hormat menghormati. Tetapi saya tidak setuju ketika saya dikatakan sebagai pendatang. Sebutan itu seperti "melecehkan" karena secara akta kelahiran, saya lahir di Indonesia. Begitu juga ayah, kakek, buyut dan tetua2 yang lahir jauh sebelum saya, mereka lahir di Indonesia. Jadi, bagaimana saya bisa dikatakan sebagai pendatang ?

Lama saya baru paham, bahwa sebutan dalam bentuk melecehkan seperti itu sebenarnya hanya bagian dari kekhawatiran yg besar. Khawatir ketika mereka yang disebut "warga asli" mulai tergerus ke pinggir, terdesak oleh laju pertumbuhan urbanisasi. Terdesak oleh perubahan. 

Dan mereka sulit bertahan, karena tidak mampu bersaing. Saya melihat sendiri bagaimana "warga asli" itu dengan mudahnya menjual tanah warisan yang luas2 itu kepada "pendatang". Kenapa begitu ? Karena hanya itu yang mereka punya, warisan tanpa keahlian yang memadai.

Pada akhirnya, mereka hanya punya sebuah kebanggaan saja, bahwa mereka adalah warga asli dan yang lain hanyalah pendatang.

Sama persis seperti ketika seseorang menyebut dirinya "kami pribumi..". dan biasanya diikuti pelecehan - kebanyakan terhadap etnis tionghoa - bahwa mereka pendatang. Si Aseng, yang berstatus non pribumi.

Istilah pribumi ( kalau di Malaysia disebut Bumiputera ) menurut sejarahnya diciptakan oleh kolonial Belanda, untuk memisahkan mereka yang melayu dengan etnis lainnya. Yang melayu mereka sebut dengan "inlanders". Dan pembagian etnis lainnya dikelompokkan dalam satu komunitas etnis yaitu arab, cina dan india. 

Kenapa kolonial Belanda menyebut seperti itu ? 

Tentu untuk memecah belah supaya tidak menjadi satu kekuatan yang berbahaya bagi mereka. Maka pemecahan paling awal adalah mengkelompokkan satu dengan lainnya dan diberi sekat. Dikelompokkan supaya saling berperang dan prok prok Belanda yang menang. 

Padahal kalau melihat sejarah, sulit sekali menunjuk siapa yang pribumi dan yang bukan, karena gelombang masuknya ke nusantara ini kurang lebih semua sama. Bahkan budaya antar etnis sudah banyak bercampur. Banyak bahasa cina dan bahasa arab yang menjadi bahasa Indonesia, baik yang baku maupun pergaulan. 

Lalu kenapa istilah pribumi dan non pri masih menjadi isu ?

Karena di pelihara. Saat kepemimpinan Soeharto, isu itu dipelihara betul mengikuti jejak Belanda. Ketika ada kepentingan, maka benturkan. Dan pribumi dan non pri, akhirnya mempunyai makna yg lebih luas yaitu si miskin dan si kaya. Si kaya digambarkan-lah sebagai etnis tionghoa. 

Arab dan India ? Ah, mereka pribumi, karena warna kulitnya agak2 sama. Jadi maklumi saja ketika ada yang berwajah arab tereak, "kembalikan Indonesia kepada pribumi.." Lah, dia sendiri juga bukan pribumi. Gimana sih, berbie ? 

Isu ini menguat akhir2 ini, terutama pada saat kepemimpinan Ahok yang etnis cina dan dituding kongkalikong dengan pengusaha2 etnis cina lainnya yang kaya2. Lucu juga, padahal yang ditangkap KPK ada yang cina ada juga yang betawi. Mana yang lebih salah ? "Ya yang cina dongggg.... dia kan non pribumi", teriak yang ber-etnis India.

Pusing kan ? Begitulah yang terjadi. Dan percaya atau tidak, yang suka teriak pri dan non pri itu, apapun suku dan etnisnya, sebenarnya adalah mereka yg tidak mampu bersaing. Saking takutnya ga dapat kerja karena minimnya keahlian, mereka pun menyebarkannya dengan berita, "tenaga kerja China sekarang menyerbu Indonesia.." 

Mereka bingung sendiri membedakan China sebagai negara dan cina sebagai etnis. Sama seperti mereka tidak mampu membedakan komunis dan atheis. Yah begitu itu, akhirnya onani sendiri. 

Jadi kalau ada yang teriak, "Kami pribumi..", Langsung jawab aja, "Emak lu kiper...."

Dan sambil seruput kopi ditemani hujan sejak pagi hari, saya ketawa membayangkan masa lalu, ketika akhirnya saya menghajar wajah mereka yang mengatakan saya pendatang dan disuruh menghormati mereka, padahal mereka yang memalak saya setiap hari.

"Gak perduli gua pendatang, elu asli, tapi yang gua tahu duit gua cuman cukup buat ongkos sekolah pulang pergi.. Daripada gua jalan kaki, mendingan ancur2an disini..." 

Jakarta dulu emang keras. Kalau lemah, ditindas.

"Mereka yang akalnya melemah, kebanggaan dirinya menguat" Imam Ali as.

[denny siregar]

Euforia Bahasa Arab


Dunia Hawa - Entah apa yang ada di dalam pikiran sejumlah orang yang menuduh saya anti Bahasa Arab hanya karena saya menyindir sejumlah kaum Muslim di Indonesia yang suka "berantum-antum" dan "berikhwan-ikhwat" dalam berkomunikasi. Lucunya lagi, saya dianggap "anti Arab" dan "anti-Islam". Begini ya bapak, ibu, saudara, saudari yang budiman. Saya sama sekali tidak anti Bahasa Arab, apalagi anti Arab (baik orangnya maupun budayanya) dan anti-Islam. Sama sekali bukan. 

Bagaimana mungkin saya anti Bahasa Arab wong saya belajar bahasa ini sejak kecil: di madrasah dan pesantren. Juga belajar berbagai kitab tentang tata-bahasa Arab: dari Jurumiyah, Imrithi sampai Alfiyah Ibnu Malik. Di kelas saat mengajar, meskipun bahasa pengantar memakai Bahasa Inggris, saya juga sering menulis dengan Bahasa Arab khususnya untuk menjelaskan sejumlah teori, konsep, dan istilah dalam antropologi dan ilmu-ilmu sosial lain yang kurang familiar buat mahasiswa Arab. 

Tidak hanya itu, saya juga dengan senang hati belajar perkembangan Bahasa Arab dengan para mahasiswaku karena implementasi bahasa ini sangat luas dan masing-masing kawasan memiliki dialek dan kadang kosa kata yang berlainan bukan hanya antar-negara, bahkan dalam satu negara itu sendiri. Di Saudi sendiri juga bermacam-macam. Misalnya Bahasa Arab yang digunakan suku Al-Faifa (atau Al-Fifa) yang tinggal di pegunungan tidak bisa dimengerti oleh suku-suku lain di Saudi. 

Singkatnya, saya sama sekali tidak mempermasalahkan kita mau berkomunikasi dengan bahasa apa saja: Arab, Inggris, Perancis, Mandarin, Korea, Indonesia, Jawa, Betawi, Sunda, dlsb. Dalam dunia modern yang sudah mengglobal seperti sekarang ini, kita tidak bisa menghindar dari pengaruh aneka bahasa manusia di jagat ini. Semakin banyak menguasai bahasa justru semakin bagus karena buku/tulisan sebagai sumber-sumber ilmu-pengetahuan ditulis di berbagai bahasa. 

Yang saya kritik adalah anggapan, persepsi, apalagi keyakinan bahwa berkomunikasi dengan Bahasa Arab itu "lebih agamis", "lebih Islami", atau "lebih syar'i" ketimbang dengan bahasa lain. Semua bahasa itu sama derajat dan kualitasnya. Ucapan "salam" dalam Bahasa Arab itu ya sama dengan "syalom" (Ibrani), "shlomo" (Syriac-Assyria) atau "selamat" (Melayu / Indonesia), dlsb. Bukan hanya kaum Muslim, saya kadang juga merasa aneh dengan sejumlah umat Kristen yang memandang dan meyakini kata syalom "lebih Kristiani" (mestinya kan "lebih Yahudi"). Begitu pula kata "ana-anta/um" sama saja dengan "ane-ente", "saya-kamu/sekalin", "inyong-rika/kabeh" dlsb. Ucapan "shabahul khair" ya sama saja dengan selamat pagi, sugeng injing atau wilujeng injing. 

Sebagai sebuah sapaan, tidak ada bedanya makna "As-salamu alaikum" dengan "sampurasun" (sampura ning ingsun) misalnya. Jadi tidak usah euforia dan lebay lah dalam berkomunikasi. Wong teman-temanku yang "asli Arab" (bukan "Arab KW") saja biasa bilang "good mornang-good morning" tiap ketemu... 

Jabal Dhahran, Arab Saudi

[prof.sumanto al qurtuby]

Cambuk Pertama Atas non-Muslim di Aceh


Pelaksanaan hukuman cambuk terhadap seorang wanita beragama Kristen di Takengon Aceh karena menjual alkohol tak sesuai dengan aturan dalam Syariat yang hanya diterapkan untuk Muslim, menurut kepala dinas Syariat.

Syahrizal Abbas, Kepala Dinas Syariat Islam Aceh mengatakan dalam qanun jinayah diatur jelas bahwa pemberlakuan hukuman hanya untuk Muslim. "Kecuali bila dia (pelaku) dengan sadar minta dihukum cambuk, atas kesadaran sendiri. Garansi bahwa syariat hanya berlaku bagi Muslim adalah UU No 11 tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh," kata Syahrizal kepada BBC Indonesia.

Qanun Jinayat mulai diberlakukan di Aceh sejak Oktober lalu dengan hukuman cambuk antara lain diberlakukan dan mencakup khalwat (mesum), khamr (alkohol) dan maisr (perjudian).
Hanya berlaku pada Muslim

Sejak diberlakukan, sejumlah hukum cambuk telah ditetapkan, langkah yang mendapatkan penentangan dari sejumlah organisasi hak asasi manusia.
"Kalau melakukan pelanggaran yang tak diatur dalam hukum jinayat, maka yang berlaku adalah hukum nasional. Bila ia mau menundukkan diri dan berlaku syariah, boleh. Tapi pada prinsipnya berlaku pada Muslim," kata Syahrizal yang menyatakan belum mendapatkan laporan dari Aceh Tengah terkait hukuman cambuk ini.

Sejumlah komentar dari media sosial terkait hukuman cambuk ini termasuk dari Nani Armayani yang menyebutkan, "Apa kabar dengan ganja yang berhektar-hektar?...Yang menanam perlu dicambuk 28 juta kali?", sementara Tengku Arief Udin Tambusai menulis, "Kalau Pemda Aceh memang berani coba tertibkan rakyatnya yang suka nanam ganja, masak...Jangan cuma mengkaji hal kecil."

Kantor berita AFP menyebutkan wanita itu dicambuk 30 kali dengan rotan di depan ratusan orang bersama satu pasangan yang dicambuk 100 kali karena zinah.
"Inilah kasus pertama non-Muslim dihukum berdasarkan syariat," kata Lili Suparli pejabat di kantor kejaksaan Aceh Tengah kepada kantor berita AFP.

[bbc.com]

Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Merencanakan Kehamilan


Dunia Hawa - Dear Mama dan Papa yang sedang merencanakan kehamilan, Sudah lakukan hal-­hal ini?

Bukan sekedar untuk tes kesuburan. Konsultasi perlu, terutama jika Mama memiliki penyakit bawaan seperti diabetes atau penyakit lainnya. Hal ini penting untuk menjaga kehamilan kelak.

Lepas Semua “Pengaman”
Setelah menggunakan alat kontrasepsi tubuh perlu waktu sebelum siklus kesuburan menjadi normal. Jadi jika memang ingin merencanakan kehamilan, lepas semua alat kontrasepsi Mama dan tunggu 1 minggu – 3 bulan, tergantung hormon Mama.

Pastikan Masa Kesuburan Mama
Bersyukurlah karena sekarang sudah banyak aplikasi untuk memantau masa subur Mama. Karena hubungan seks tidak akan maksimal jika dilakukan di waktu yang kurang tepat. Sekadar info:

Jika siklus haid Mama 28 Hari: masa subur adalah sekitar hari ke-14.
Jika siklus haid Mama 25 Hari: masa subur adalah sekitar hari ke-11.
Jika siklus haid Mama 35 Hari: masa subur adalah sekitar hari ke-21.
Sperma memang bisa bertahan di fallopian tube dan Rahim hingga tiga hari, namun sel telur Mama ‘hanya’ bertahan selama 24 jam. Paling baik adalah melakukan hubungan seks beberapa hari setelah haid berakhir hingga batas ovulasi tadi.

Lakukan Seks
Berbaring terlentang selama beberapa menit setelah orgasme agar sperma tidak ‘tumpah’ keluar vagina akan membuat pembuahan lebih mungkin terjadi. Hindari juga penggunaan pelumas ya

Makan Bergizi
Nutrisi penting itu bukan hanya dibutuhkan saat Mama hamil lho, tapi juga saat perencanaan. Karena saat tubuh bugar, kehamilan sehat juga bisa Mama raih. Jadi, atur pola makan bergizi ya

Perhatikan Berat Badan
Bukan hanya untuk menjaga bentuk tubuh, berat badan perlu dijaga agar kehamilan tetap sehat. Jika berat badan agak berlebih, konsultasikan dulu ke dsog, diet yang terbaik untuk Mama ya

Perbanyak Asam Folat
Baiknya, konsumsi asam folat sebanyak 400mg/hari mulai dari saat lepas kontrasepsi hingga usia kehamilan 12 minggu. Asam folat kaya akan vitamin B yang bagus untuk perkembangan otak janin.

dr. Febriansyah Darus, SpOG  
AHLI OBSTETRI DAN GINEKOLOGI