Saturday, April 2, 2016

Hadiah Kejutan Yusril Ihza Mahendra Untuk Sang Adik "Yusron"


Dunia Hawa - Bersusah payahnya Yusril Ihza Mahendra kesana kemari mencari dukungan terutama dukungan dari parpol untuk sementara harus menahan amarah akibat dari pernyataan adiknya Yusron Ihza Mahendra yang berbau SARA di twitter.

Acara safari politik yang dilakukan Yusril tentu akan terganggu akibat ulah si adik. Seandainya sang adik tidak mentwit belum tentu Yusril diusung partai politik Electoral Threshold (ET) apalagi ditambah twit berbau SARA semakin mantap parpol ET tidak mengusungnya. Ini akan semakin menambah sakitnya kepala sang kakak.

Apa saja yang dikerjakan Yusron Ihza Mahendra sebagai duta besar Indonesia untuk Jepang disana?negeri yang memiliki wanita-wanita cantik, putih, mulus, negeri yang nun jauh disana masih sempat-sempatnya sibuk urusi persoalan dalam negeri terutama Ahok soal Pilkada DKI Jakarta. Bukannya mempromosikan atau membanggakan Ahok di negara Jepang yang boleh dibilang gestur Ahok mirip dengan orang jepang malah justru menebar kebencian.

Apa gerangan sang adik begitu gatal mentwit tentang Ahok? Tentu ada kaitan dengan majunya sang kakak di Pilgub DKI. Mungkin sang adik berharap dapat simpati khususnya dari warga DKI dan dari sang kakak juga, malah justru disambut anti pati sebagian warga dan relawan Ahok yang bernama "BATMAN" versi Indonesia ikut melaporkan ke Polisi. Sebentar lagi menyusul relawan lain seperti Spiderman, Superman, Cat Woman, Iron Man. Belum lagi relawan Ahok di jepang ada relawan Ultraman, Astro Boy, Megaloman, Naruto, Doraemon, Sinchan. Termasuk juga relawan dari Malaysia ada si Upin Ipin. Jadi lebih baik Yusron berhenti dan pulang ke Indonesia siapa tahu ada relawan seperti Wiro Sableng yang ikut membantu dari serangan super hero dan super lucu.

Pepatah mengatakan buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, cocok digambarkan dua saudara tersebut, adik menebar bau SARA begitu juga kakaknya sama juga menebar SARA, contoh saat diskusi di KB PII beberapa waktu lalu menyatakan "Ahok itu kalau dalam fikih bukan haram zat, haram sifat". Dua saudara dengan cara yang berbeda, ini membuktikan dikeluarga Yusril ada sikap sentimental terhadap etnik tertentu terutama berkaitan isu politik.

Apa yang dilakukan Yusron tentu tanpa sepengetahuan Yusril, sebagai kakak pasti menyayangkan sikap adiknya yang bikin blunder. Tidak cukup rasanya Yusril hanya menegur Yusron lewat telpon. Mungkin sang kakak sudah tidak sabar menunggu adiknya kembali dari jepang untuk mempertanggung jawabkan pernyataannya.

Sebagai tanda sayangnya terhadap sang adik tentu Sang kakak diyakini akan memberi hadiah kejutan berupa buah GAMPAR.

[wara katumba/kompasioner]



Biografi KH Hasyim Asy'ari - Pendiri Nahdlatul Ulama (NU)




Dunia Hawa - Biografi KH Mohammad Hasyim Asy'ari.  Biasa disebut KH Hasyim Ashari beliau dilahirkan pada tanggal 10 April 1875 atau menurut penanggalan arab pada tanggal 24 Dzulqaidah 1287H di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur dan beliau kemudian tutup usia pada tanggal 25 Juli 1947 yang kemudian dikebumikan di Tebu Ireng, Jombang, KH Hasyim Asy'ari merupakan pendiri Nahdlatul Ulama yaitu sebuah organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia. KH Hasyim Asyari merupakan putra dari pasangan Kyai Asyari dan Halimah, Ayahnya Kyai Ashari merupakan seorang pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. KH Hasyim Ashari merupakan anak ketiga dari 11 bersaudara. Dari garis keturunan ibunya, KH Hasyim Ashari merupakan keturunan kedelapan dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang). dari Ayah dan Ibunya KH Hasyim Ashari mendapat pendidikan dan nilai-nilai dasar Islam yang kokoh.

Biografi KH Hasyim Asy'ari
Sejak anak-anak, bakat kepemimpinan dan kecerdasan KH Hasyim Ashari memang sudah nampak. Di antara teman sepermainannya, ia kerap tampil sebagai pemimpin. Dalam usia 13 tahun, ia sudah membantu ayahnya mengajar santri-santri yang lebih besar ketimbang dirinya. Usia 15 tahun Hasyim meninggalkan kedua orang tuanya, berkelana memperdalam ilmu dari satu pesantren ke pesantren lain. Mula-mula ia menjadi santri di Pesantren Wonokoyo, Probolinggo. Kemudian pindah ke Pesantren Langitan, Tuban. Pindah lagi Pesantren Trenggilis, Semarang. Belum puas dengan berbagai ilmu yang dikecapnya, ia melanjutkan di Pesantren Kademangan, Bangkalan di bawah asuhan Kyai Cholil.

KH Hasyim Asyari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun, beliau berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di Sidoarjo. Tak lama di sini, Hasyim pindah lagi di Pesantren Siwalan, Sidoarjo. Di pesantren yang diasuh Kyai Ya’qub inilah, agaknya, Hasyim merasa benar-benar menemukan sumber Islam yang diinginkan.

Kyai Ya’qub dikenal sebagai ulama yang berpandangan luas dan alim dalam ilmu agama. Cukup lama –lima tahun– Hasyim menyerap ilmu di Pesantren Siwalan. Dan rupanya Kyai Ya’qub sendiri kesengsem berat kepada pemuda yang cerdas dan alim itu. Maka, Hasyim bukan saja mendapat ilmu, melainkan juga istri. Ia, yang baru berumur 21 tahun, dinikahkan dengan Chadidjah, salah satu puteri Kyai Ya’qub. Tidak lama setelah menikah, Hasyim bersama istrinya berangkat ke Mekkah guna menunaikan ibadah haji. Tujuh bulan di sana, Hasyim kembali ke tanah air, sesudah istri dan anaknya meninggal.

 Tahun 1893, ia berangkat lagi ke Tanah Suci. Sejak itulah ia menetap di Mekkah selama 7 tahun dan berguru pada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, Syaikh Mahfudh At Tarmisi, Syaikh Ahmad Amin Al Aththar, Syaikh Ibrahim Arab, Syaikh Said Yamani, Syaikh Rahmaullah, Syaikh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As Saqqaf, dan Sayyid Husein Al Habsyi..



Tahun l899 pulang ke Tanah Air, Hasyim mengajar di pesanten milik kakeknya, Kyai Usman. Tak lama kemudian ia mendirikan Pesantren Tebuireng. Kyai Hasyim bukan saja Kyai ternama, melainkan juga seorang petani dan pedagang yang sukses. Tanahnya puluhan hektar. Dua hari dalam seminggu, biasanya Kyai Hasyim istirahat tidak mengajar. Saat itulah ia memeriksa sawah-sawahnya. Kadang juga pergi Surabaya berdagang kuda, besi dan menjual hasil pertaniannya. Dari bertani dan berdagang itulah, Kyai Hasyim menghidupi keluarga dan pesantrennya.

Tahun 1899, Kyai Hasyim membeli sebidang tanah dari seorang dalang di Dukuh Tebuireng. Letaknya kira-kira 200 meter sebelah Barat Pabrik Gula Cukir, pabrik yang telah berdiri sejak tahun 1870. Dukuh Tebuireng terletak di arah timur Desa Keras, kurang lebih 1 km. Di sana beliau membangun sebuah bangunan yang terbuat dari bambu (Jawa: tratak) sebagai tempat tinggal. Dari tratak kecil inilah embrio Pesantren Tebuireng dimulai. Kyai Hasyim mengajar dan salat berjamaah di tratak bagian depan, sedangkan tratak bagian belakang dijadikan tempat tinggal. Saat itu santrinya berjumlah 8 orang, dan tiga bulan kemudian meningkat menjadi 28 orang.

Setelah dua tahun membangun Tebuireng, Kyai Hasyim kembali harus kehilangan istri tercintanya, Nyai Khodijah. Saat itu perjuangan mereka sudah menampakkan hasil yang menggembirakan. Kyai Hasyim kemudian menikah kembali dengan Nyai Nafiqoh, putri Kyai Ilyas, pengasuh Pesantren Sewulan Madiun. Dari pernikahan ini Kyai Hasyim dikaruniai 10 anak, yaitu: (1) Hannah, (2) Khoiriyah, (3) Aisyah, (4) Azzah, (5) Abdul Wahid, (6) Abdul Hakim (Abdul Kholik), (7) Abdul Karim, (8) Ubaidillah, (9) Mashuroh, (10) Muhammad Yusuf.

Pada akhir dekade 1920an, Nyai Nafiqoh wafat sehingga Kyai Hasyim menikah kembali dengan Nyai Masruroh, putri Kyai Hasan, pengasuh Pondok Pesantren Kapurejo, Pagu, Kediri. Dari pernikahan ini, Kyai Hasyim dikarunia 4 orang putra-putri, yaitu: (1) Abdul Qodir, (2) Fatimah, (3) Khotijah, (4) Muhammad Ya’kub.

Pernah terjadi dialog yang mengesankan antara dua ulama besar, KH Muhammad Hasyim Asy’ari dengan KH Mohammad Cholil, gurunya. “Dulu saya memang mengajar Tuan. Tapi hari ini, saya nyatakan bahwa saya adalah murid Tuan,” kata Mbah Cholil, begitu Kyai dari Madura ini populer dipanggil. Kyai Hasyim menjawab, “Sungguh saya tidak menduga kalau Tuan Guru akan mengucapkan kata-kata yang demikian. Tidakkah Tuan Guru salah raba berguru pada saya, seorang murid Tuan sendiri, murid Tuan Guru dulu, dan juga sekarang. Bahkan, akan tetap menjadi murid Tuan Guru selama-lamanya.” Tanpa merasa tersanjung, Mbah Cholil tetap bersikeras dengan niatnya. “Keputusan dan kepastian hati kami sudah tetap, tiada dapat ditawar dan diubah lagi, bahwa kami akan turut belajar di sini, menampung ilmu-ilmu Tuan, dan berguru kepada Tuan,” katanya. Karena sudah hafal dengan watak gurunya, Kyai Hasyim tidak bisa berbuat lain selain menerimanya sebagai santri.

Lucunya, ketika turun dari masjid usai shalat berjamaah, keduanya cepat-cepat menuju tempat sandal, bahkan kadang saling mendahului, karena hendak memasangkan ke kaki gurunya. Sesungguhnya bisa saja terjadi seorang murid akhirnya lebih pintar ketimbang gurunya. Dan itu banyak terjadi. Namun yang ditunjukkan Kyai Hasyim juga Kyai Cholil; adalah kemuliaan akhlak.

Keduanya menunjukkan kerendahan hati dan saling menghormati, dua hal yang sekarang semakin sulit ditemukan pada para murid dan guru-guru kita. Mbah Cholil adalah Kyai yang sangat termasyhur pada jamannya. Hampir semua pendiri NU dan tokoh-tokoh penting NU generasi awal pernah berguru kepada pengasuh sekaligus pemimpin Pesantren Kademangan, Bangkalan, Madura, ini.

Sedangkan Kyai Hasyim sendiri tak kalah cemerlangnya. Bukan saja ia pendiri sekaligus pemimpin tertinggi NU, yang punya pengaruh sangat kuat kepada kalangan ulama, tapi juga lantaran ketinggian ilmunya. Terutama, terkenal mumpuni dalam ilmu Hadits. Setiap Ramadhan Kyai Hasyim punya ‘tradisi’ menggelar kajian hadits Bukhari dan Muslim selama sebulan suntuk. Kajian itu mampu menyedot perhatian ummat Islam. Maka tak heran bila pesertanya datang dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk mantan gurunya sendiri, Kyai Cholil. Ribuan santri menimba ilmu kepada Kyai Hasyim. Setelah lulus dari Tebuireng, tak sedikit di antara santri Kyai Hasyim kemudian tampil sebagai tokoh dan ulama kondang dan berpengaruh luas.

KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri, KH. R. As’ad Syamsul Arifin, Wahid Hasyim (anaknya) dan KH Achmad Siddiq adalah beberapa ulama terkenal yang pernah menjadi santri Kyai Hasyim. Tak pelak lagi pada abad 20 Tebuireng merupakan pesantren paling besar dan paling penting di Jawa. Zamakhsyari Dhofier, penulis buku ‘Tradisi Pesantren’, mencatat bahwa pesantren Tebuireng adalah sumber ulama dan pemimpin lembaga-lembaga pesantren di seluruh Jawa dan Madura. Tak heran bila para pengikutnya kemudian memberi gelar Hadratus-Syaikh (Tuan Guru Besar) kepada Kyai Hasyim.

Karena pengaruhnya yang demikian kuat itu, keberadaan Kyai Hasyim menjadi perhatian serius penjajah. Baik Belanda maupun Jepang berusaha untuk merangkulnya. Di antaranya ia pernah dianugerahi bintang jasa pada tahun 1937, tapi ditolaknya. Justru Kyai Hasyim sempat membuat Belanda kelimpungan. Pertama, ia memfatwakan bahwa perang melawan Belanda adalah jihad (perang suci). Belanda kemudian sangat kerepotan, karena perlawanan gigih melawan penjajah muncul di mana-mana.

Kedua, Kyai Hasyim juga pernah mengharamkan naik haji memakai kapal Belanda. Fatwa tersebut ditulis dalam bahasa Arab dan disiarkan oleh Kementerian Agama secara luas. Keruan saja, Van der Plas (penguasa Belanda) menjadi bingung. Karena banyak ummat Islam yang telah mendaftarkan diri kemudian mengurungkan niatnya.

Namun sempat juga Kyai Hasyim mencicipi penjara 3 bulan pada l942. Tidak jelas alasan Jepang menangkap Kyai Hasyim. Mungkin, karena sikapnya tidak kooperatif dengan penjajah. Uniknya, saking khidmatnya kepada gurunya, ada beberapa santri minta ikut dipenjarakan bersama Kyainya itu. Masa awal perjuangan Kyai Hasyim di Tebuireng bersamaan dengan semakin represifnya perlakuan penjajah Belanda terhadap rakyat Indonesia.

Pasukan Kompeni ini tidak segan-segan membunuh penduduk yang dianggap menentang undang-undang penjajah. Pesantren Tebuireng pun tak luput dari sasaran represif Belanda. Pada tahun 1913 M., intel Belanda mengirim seorang pencuri untuk membuat keonaran di Tebuireng. Namun dia tertangkap dan dihajar beramai-ramai oleh santri hingga tewas.

Peristiwa ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk menangkap Kyai Hasyim dengan tuduhan pembunuhan. Dalam pemeriksaan, Kyai Hasyim yang sangat piawai dengan hukum-hukum Belanda, mampu menepis semua tuduhan tersebut dengan taktis. Akhirnya beliau dilepaskan dari jeratan hukum. Belum puas dengan cara adu domba, Belanda kemudian mengirimkan beberapa kompi pasukan untuk memporak-porandakan pesantren yang baru berdiri 10-an tahun itu.

Akibatnya, hampir seluruh bangunan pesantren porak-poranda, dan kitab-kitab dihancurkan serta dibakar. Perlakuan represif Belanda ini terus berlangsung hingga masa-masa revolusi fisik Tahun 1940an. Pada bulan Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang di Kalijati, dekat Bandung, sehingga secara de facto dan de jure, kekuasaan Indonesia berpindah tangan ke tentara Jepang.

Pendudukan Dai Nippon menandai datangnya masa baru bagi kalangan Islam. Berbeda dengan Belanda yang represif kepada Islam, Jepang menggabungkan antara kebijakan represi dan kooptasi, sebagai upaya untuk memperoleh dukungan para pemimpin Muslim. Salah satu perlakuan represif Jepang adalah penahanan terhadap Hadratus Syaikh beserta sejumlah putera dan kerabatnya. Ini dilakukan karena Kyai Hasyim menolak melakukan seikerei. Yaitu kewajiban berbaris dan membungkukkan badan ke arah Tokyo setiap pukul 07.00 pagi, sebagai simbol penghormatan kepada Kaisar Hirohito dan ketaatan kepada Dewa Matahari (Amaterasu Omikami).

Aktivitas ini juga wajib dilakukan oleh seluruh warga di wilayah pendudukan Jepang, setiap kali berpapasan atau melintas di depan tentara Jepang. Kyai Hasyim menolak aturan tersebut. Sebab hanya Allah lah yang wajib disembah, bukan manusia. Akibatnya, Kyai Hasyim ditangkap dan ditahan secara berpindah–pindah, mulai dari penjara Jombang, kemudian Mojokerto, dan akhirnya ke penjara Bubutan, Surabaya.

Karena kesetiaan dan keyakinan bahwa Hadratus Syaikh berada di pihak yang benar, sejumlah santri Tebuireng minta ikut ditahan. Selama dalam tahanan, Kyai Hasyim mengalami banyak penyiksaan fisik sehingga salah satu jari tangannya menjadi patah tak dapat digerakkan. Setelah penahanan Hadratus Syaikh, segenap kegiatan belajar-mengajar di Pesantren Tebuireng vakum total. Penahanan itu juga mengakibatkan keluarga Hadratus Syaikh tercerai berai. Isteri Kyai Hasyim, Nyai Masruroh, harus mengungsi ke Pesantren Denanyar, barat Kota Jombang.

Tanggal 18 Agustus 1942, setelah 4 bulan dipenjara, Kyai Hasyim dibebaskan oleh Jepang karena banyaknya protes dari para Kyai dan santri. Selain itu, pembebasan Kyai Hasyim juga berkat usaha dari Kyai Wahid Hasyim dan Kyai Wahab Hasbullah dalam menghubungi pembesar-pembesar Jepang, terutama Saikoo Sikikan di Jakarta.

Tanggal 22 Oktober 1945, ketika tentara NICA (Netherland Indian Civil Administration) yang dibentuk oleh pemerintah Belanda membonceng pasukan Sekutu yang dipimpin Inggris, berusaha melakukan agresi ke tanah Jawa (Surabaya) dengan alasan mengurus tawanan Jepang, Kyai Hasyim bersama para ulama menyerukan Resolusi Jihad melawan pasukan gabungan NICA dan Inggris tersebut.

Resolusi Jihad ditandatangani di kantor NU Bubutan, Surabaya. Akibatnya, meletuslah perang rakyat semesta dalam pertempuran 10 November 1945 yang bersejarah itu. Umat Islam yang mendengar Resolusi Jihad itu keluar dari kampung-kampung dengan membawa senjata apa adanya untuk melawan pasukan gabungan NICA dan Inggris. Peristiwa 10 Nopember kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional. Pada tanggal 7 Nopember 1945—tiga hari sebelum meletusnya perang 10 Nopember 1945 di Surabaya—umat Islam membentuk partai politik bernama Majelis Syuro Muslim Indonesia (Masyumi).

Pembentukan Masyumi merupakan salah satu langkah konsolidasi umat Islam dari berbagai faham. Kyai Hasyim diangkat sebagai Ro’is ‘Am (Ketua Umum) pertama periode tahun 1945-1947. Selama masa perjuangan mengusir penjajah, Kyai Hasyim dikenal sebagai penganjur, penasehat, sekaligus jenderal dalam gerakan laskar-laskar perjuangan seperti GPII, Hizbullah, Sabilillah, dan gerakan Mujahidin. Bahkan Jenderal Soedirman dan Bung Tomo senantiasa meminta petunjuk kepada Kyai Hasyim.

Kemampuannya dalam ilmu hadits, diwarisi dari gurunya, Syaikh Mahfudh At Tarmisi di Mekkah. Selama 7 tahun Hasyim berguru kepada Syaikh ternama asal Pacitan, Jawa Timur itu. Disamping Syaikh Mahfudh, Hasyim juga menimba ilmu kepada Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabau. Kepada dua guru besar itu pulalah Kyai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, berguru. Jadi, antara KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan sebenarnya tunggal guru. Yang perlu ditekankan, saat Hasyim belajar di Mekkah, Muhammad Abduh sedang giat-giatnya melancarkan gerakan pembaharuan pemikiran Islam.

Dan sebagaimana diketahui, buah pikiran Abduh itu sangat mempengaruhi proses perjalanan ummat Islam selanjutnya. Sebagaimana telah dikupas Deliar Noer, ide-ide reformasi Islam yang dianjurkan oleh Abduh yang dilancarkan dari Mesir, telah menarik perhatian santri-santri Indonesia yang sedang belajar di Mekkah. Termasuk Hasyim tentu saja. Ide reformasi Abduh itu ialah pertama mengajak ummat Islam untuk memurnikan kembali Islam dari pengaruh dan praktek keagamaan yang sebenarnya bukan berasal dari Islam.

Kedua, reformasi pendidikan Islam di tingkat universitas; dan ketiga, mengkaji dan merumuskan kembali doktrin Islam untuk disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan kehidupan modern; dan keempat, mempertahankan Islam. Usaha Abduh merumuskan doktrin-doktrin Islam untuk memenuhi kebutuhan kehidupan modern pertama dimaksudkan agar supaya Islam dapat memainkan kembali tanggung jawab yang lebih besar dalam lapangan sosial, politik dan pendidikan. Dengan alasan inilah Abduh melancarkan ide agar ummat Islam melepaskan diri dari keterikatan mereka kepada pola pikiran para mazhab dan agar ummat Islam meninggalkan segala bentuk praktek tarekat.

Syaikh Ahmad Khatib mendukung beberapa pemikiran Abduh, walaupun ia berbeda dalam beberapa hal. Beberapa santri Syaikh Khatib ketika kembali ke Indonesia ada yang mengembangkan ide-ide Abduh itu. Di antaranya adalah KH Ahmad Dahlan yang kemudian mendirikan Muhammadiyah. Tidak demikian dengan Hasyim. Ia sebenarnya juga menerima ide-ide Abduh untuk menyemangatkan kembali Islam, tetapi ia menolak pikiran Abduh agar ummat Islam melepaskan diri dari keterikatan mazhab.

Ia berkeyakinan bahwa adalah tidak mungkin untuk memahami maksud yang sebenarnya dari ajaran-ajaran Al Qur’an dan Hadist tanpa mempelajari pendapat-pendapat para ulama besar yang tergabung dalam sistem mazhab. Untuk menafsirkan Al Qur’an dan Hadist tanpa mempelajari dan meneliti buku-buku para ulama mazhab hanya akan menghasilkan pemutarbalikan saja dari ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya, demikian tulis Dhofier. Dalam hal tarekat, Hasyim tidak menganggap bahwa semua bentuk praktek keagamaan waktu itu salah dan bertentangan dengan ajaran Islam.

Hanya, ia berpesan agar ummat Islam berhati-hati bila memasuki kehidupan tarekat. Dalam perkembangannya, benturan pendapat antara golongan bermazhab yang diwakili kalangan pesantren (sering disebut kelompok tradisional), dengan yang tidak bermazhab (diwakili Muhammadiyah dan Persis, sering disebut kelompok modernis) itu memang kerap tidak terelakkan.

Puncaknya adalah saat Konggres Al Islam IV yang diselenggarakan di Bandung. Konggres itu diadakan dalam rangka mencari masukan dari berbagai kelompok ummat Islam, untuk dibawa ke Konggres Ummat Islam di Mekkah. Karena aspirasi golongan tradisional tidak tertampung (di antaranya: tradisi bermazhab agar tetap diberi kebebasan, terpeliharanya tempat-tempat penting, mulai makam Rasulullah sampai para sahabat) kelompok ini kemudian membentuk Komite Hijaz.

Komite yang dipelopori KH Abdullah Wahab Chasbullah ini bertugas menyampaikan aspirasi kelompok tradisional kepada penguasa Arab Saudi. Atas restu Kyai Hasyim, Komite inilah yang pada 31 Februari l926 menjelma jadi Nahdlatul Ulama (NU) yang artinya kebangkitan ulama. Setelah NU berdiri posisi kelompok tradisional kian kuat. Terbukti, pada 1937 ketika beberapa ormas Islam membentuk badan federasi partai dan perhimpunan Islam Indonesia yang terkenal dengan sebuta MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) Kyai Hasyim diminta jadi ketuanya.

Ia juga pernah memimpin Masyumi, partai politik Islam terbesar yang pernah ada di Indonesia. Penjajahan panjang yang mengungkung bangsa Indonesia, menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Pada tahun 1908 muncul sebuah gerakan yang kini disebut Gerakan Kebangkitan Nasional.

Semangat Kebangkitan Nasional terus menyebar ke mana-mana, sehingga muncullah berbagai organisai pendidikan, sosial, dan keagamaan, diantaranya Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) tahun 1916, dan Taswirul Afkar tahun 1918 (dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri atau Kebangkitan Pemikiran). Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar (Pergerakan Kaum Saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar, maka Taswirul Afkar tampil sebagi kelompok studi serta lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.

Tokoh utama dibalik pendirian tafwirul afkar adalah, KH Abdul Wahab Hasbullah (tokoh muda pengasuh PP. Bahrul Ulum Tambakberas), yang juga murid hadratus Syaikh. Kelompok ini lahir sebagai bentuk kepedulian para ulama terhadap tantangan zaman di kala itu, baik dalam masalah keagamaan, pendidikan, sosial, dan politik. Pada masa itu, Raja Saudi Arabia, Ibnu Saud, berencana menjadikan madzhab Salafi-Wahabi sebagai madzhab resmi Negara. Dia juga berencana menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam yang selama ini banyak diziarahi kaum Muslimin, karena dianggap bid’ah.

Di Indonesia, rencana tersebut mendapat sambutan hangat kalangan modernis seperti Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di bahwah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang menghormati keberagaman, menolak dengan alasan itu adalah pembatasan madzhab dan penghancuran warisan peradaban itu. Akibatnya, kalangan pesantren dikeluarkan dari keanggotaan Kongres Al Islam serta tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu’tamar ‘Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekah, yang akan mengesahkan keputusan tersebut.

Didorong oleh semangat untuk menciptakan kebebasan bermadzhab serta rasa kepedulian terhadap pelestarian warisan peradaban, maka Kyai Hasyim bersama para pengasuh pesantren lainnya, membuat delegasi yang dinamai Komite Hijaz. Komite yang diketuai KH. Wahab Hasbullah ini datang ke Saudi Arabia dan meminta Raja Ibnu Saud untuk mengurungkan niatnya.

Pada saat yang hampir bersamaan, datang pula tantangan dari berbagai penjuru dunia atas rencana Ibnu Saud, sehingga rencana tersebut digagalkan. Hasilnya, hingga saat ini umat Islam bebas melaksanakan ibadah di Mekah sesuai dengan madzhab masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah serta peradaban yang sangat berharga.

Pendirian Nahdlatul Ulama (NU)


Tahun 1924, kelompok diskusi Taswirul Afkar ingin mengembangkan sayapnya dengan mendirikan sebuah organisasi yang ruang lingkupnya lebih besar. Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari yang dimintai persetujuannya, meminta waktu untuk mengerjakan salat istikharah, menohon petunjuk dari Allah. Dinanti-nanti sekian lama, petunjuk itu belum datang juga. Kyai Hasyim sangat gelisah. Dalam hati kecilnya ingin berjumpa dengan gurunya, KH Kholil bin Abdul Latif, Bangkalan.  

Sementara nun jauh di Bangkalan sana, Kyai Khalil telah mengetahui apa yang dialami Kyai Hasyim. Kyai Kholil lalu mengutus salah satu orang santrinya yang bernama As’ad Syamsul Arifin (kelak menjadi pengasuh PP Salafiyah Syafiiyah Situbondo), untuk menyampaikan sebuah tasbih kepada Kyai Hasyim di Tebuireng. Pemuda As’ad juga dipesani agar setiba di Tebuireng membacakan surat Thaha ayat 23 kepada Kyai Hasyim.

Ketika Kyai Hasyim menerima kedatangan As’ad, dan mendengar ayat tersebut, hatinya langsung bergentar. ”Keinginanku untuk membentuk jamiyah agaknya akan tercapai,” ujarnya lirih sambil meneteskan airmata. Waktu terus berjalan, akan tetapi pendirian organisasi itu belum juga terealisasi. Agaknya Kyai Hasyim masih menunggu kemantapan hati. Satu tahun kemudian (1925), pemuda As’ad kembali datang menemui Hadratus Syaikh. ”Kyai, saya diutus oleh Kyai Kholil untuk menyampaikan tasbih ini,” ujar pemuda Asad sambil menunjukkan tasbih yang dikalungkan Kyai Kholil di lehernya.

Tangan As’ad belum pernah menyentuh tasbih sersebut, meskipun perjalanan antara Bangkalan menuju Tebuireng sangatlah jauh dan banyak rintangan. Bahkan ia rela tidak mandi selama dalam perjalanan, sebab khawatir tangannya menyentuh tasbih. Ia memiliki prinsip, ”kalung ini yang menaruh adalah Kyai, maka yang boleh melepasnya juga harus Kyai”.

Inilah salah satu sikap ketaatan santri kepada sang guru. ”Kyai Kholil juga meminta untuk mengamalkan wirid Ya Jabbar, Ya Qahhar setiap waktu,” tambah As’ad. Kehadiran As’ad yang kedua ini membuat hati Kyai Hasyim semakin mantap. Hadratus Syaikh menangkap isyarat bahwa gurunya tidak keberatan jika ia bersama kawan-kawannya mendirikan organisai/jam’iyah. Inilah jawaban yang dinanti-nantinya melalui salat istikharah.

Sayangnya, sebelum keinginan itu terwujud, Kyai Kholil sudah meninggal dunia terlebih dahulu. Pada tanggal 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926M, organisasi tersebut secara resmi didirikan, dengan nama Nahdhatul Ulama’, yang artinya kebangkitan ulama. Kyai Hasyim dipercaya sebagai Rais Akbar pertama. Kelak, jam’iyah ini menjadi organisasi dengan anggota terbesar di Indonesia, bahkan di Asia.

Sebagaimana diketahui, saat itu (bahkan hingga kini) dalam dunia Islam terdapat pertentangan faham, antara faham pembaharuan yang dilancarkan Muhammad Abduh dari Mesir dengan faham bermadzhab yang menerima praktek tarekat. Ide reformasi Muhammad Abduh antara lain bertujuan memurnikan kembali ajaran Islam dari pengaruh dan praktek keagamaan yang bukan berasal dari Islam, mereformasi pendidikan Islam di tingkat universitas, dan mengkaji serta merumuskan kembali doktrin Islam untuk disesuaikan dengan kebutuhan kehidupan modern.

Dengan ini Abduh melancarakan ide agar umat Islam terlepas dari pola pemikiran madzhab dan meninggalkan segala bentuk praktek tarekat. Semangat Abduh juga mempengaruhi masyarakat Indonesia, kebanyakan di kawasan Sumatera yang dibawa oleh para mahasiswa yang belajar di Mekkah.

Sedangkan di Jawa dipelopori oleh KH. Ahmad Dahlan melalui organisasi Muhammadiyah (berdiri tahun 1912). Kyai Hasyim pada prinsipnya menerima ide Muhammad Abduh untuk membangkitkan kembali ajaran Islam, akan tetapi menolak melepaskan diri dari keterikatan madzhab. Sebab dalam pandangannya, umat Islam sangat sulit memahami maksud Al Quran atau Hadits tanpa mempelajari kitab-kitab para ulama madzhab.

Pemikiran yang tegas dari Kyai Hasyim ini memperoleh dukungan para Kyai di seluruh tanah Jawa dan Madura. Kyai Hasyim yang saat itu menjadi ”kiblat” para Kyai, berhasil menyatukan mereka melalui pendirian Nahdlatul Ulama’ ini. Pada saat pendirian organisasi pergerakan kebangsaan membentuk Majelis Islam ‘Ala Indonesia (MIAI), Kyai Hasyim dengan putranya Kyai Wahid Hasyim, diangkat sebagai pimpinannya (periode tahun 1937-1942). 

[Biografiku.com]



Alumni Arabia: Dulu Pejuang Nasionalisme, Kini Anti-Nasionalisme


Dunia Hawa - Jika kita perhatikan ada perbedaan yang sangat mendasar antara para ulama alumni Arabia atau santri yang belajar di "Tanah Arab" dulu dan sekarang dalam hal sikap mereka terhadap gagasan nasionalisme. 

Sejarah mencatat, dulu kaum cerdik-pandai dan para ulama hebat Nusantara (dan santri) di Tanah Arab, khususnya Arabia (Makah) tetapi juga Mesir (Al-Azhar), seperti Syeikh Yusuf Makasar, Abdus Samad al-Falimbani, Ahmad Khatib Minangkabau, Notonegoro (Muchtar bin Attarid) serta para ulama pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan masih banyak lagi, begitu gigih dan heroik memperjuangkan Tanah Air mereka dari penjajahan Belanda. Beberapa di antaranya bahkan tidak hanya berdiskusi tetapi langsung memimpin protes dan gerakan anti-kolonialisme. Mereka juga gigih memperjuangkan Tanah Air-nya menjadi negara yang merdeka, independen, dan berdaulat. 

Pada waktu itu para intelektual, ulama, dan santri Nusantara di Makah juga mendirikan Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia di kota suci umat Islam ini. Madrasah di Makah seperti Shaulatiyah (didirikan oleh Syeikh Muhammad Rahmatullah al-Hindi) dan Darul Ulum (didirikan oleh ulama Nusantara: Sayyid Muhsin bin Ali Al-Musawa dan Syeikh Muhammad Yasin al-Fadani) menjadi tempat perkumpulan dan pergumulan para santri Nusantara. 

Disinilah mereka dulu dengan leluasa membahas dan berdiskusi tentang masalah-masalah kepolitikan, nasionalisme, dan anti-kolonialisme yang turut memberi kontribusi bagi pendirian Negara-Bangsa Indonesia. Bukan hanya ulama dan santri, para jamaah haji juga banyak terlibat dalam pergumulan nasionalisme dan perwujudan kemerdekaan Indonesia. Saat itu, Makah menjelma menjadi semacam "melting pot" berbagai suku-bangsa di Nusantara, menjadi area yang nyaman-aman untuk membicarakan isu-isu penting ini--sesuatu yang dilarang oleh Belanda di "Nusantara". 

Lain dulu lain sekarang. Kini, saya menyaksikan para santri dan alumni Arab Saudi (meski tidak semuanya) bukannya gigih membela Tanah Air Indonesia dan mempertahankan spirit nasionalisme yang telah ditanamkan dan diperjuangkan dengan susah payah oleh para ulama "pendahulu" mereka, malah justru sebaliknya: heroik propaganda anti-nasionalisme dan kebangsaan serta anti-dasar negara dengan dalih tidak Islami lah, kafir lah. Makhluk macam apa mereka ini?

[prof.sumanto al qurtuby]



Maling Teriak Maling Sembunyi Di Balik Jeruji


Dunia Hawa - Kamis malam (31/03/16) lembaga antirasuah, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi tangkap tangan (OTT) dalam dua kasus yang berbeda. Salah satu dari dua kasus OTT itu telah membuat jagad perpolitikan Indonesia seperti mendapat “durian runtuh”. Bagaimana tidak merupakan “durian runtuh”, jika media massa selama ini berharap dapat memperoleh berita yang sangat seksi kemudian dapat mem-blow up-nya sedemikian rupa, sehingga terkesan sensasional. Yakni berharap mendapatkan berita tentang keterlibatan Ahok dalam kasus Agung Podomoro Group (APG). Salah satu perusahaan yang tergabung dalam group APG adalah Agung Podomoro Land (APL), yang pada kamis  malam lalu tertangkap tangan dalam kasus OTT KPK itu.

Tak sedikit lawan politik Ahok, baik di parlemen daerah, DPRD DKI maupun komponen masyarakat lainnya, yang selama ini berseberangan dengan Ahok, dan tidak setuju dengan sepak terjang Ahok, berusaha menggiring opini publik agar percaya bahwa tudingan yang disematkan kepada Ahok bukan hanya isapan jempol. Salah seorang yang paling nyaring berteriak bahwa Ahok memang “maling” adalah anggota DPRD DKI asal Partai Gerindra, yang juga merupakan Ketua Komisi D, Muhammad Sanusi (MS). Adik kandung dari Ketua DPD Gerindra DKI, Mohammad Taofik ini, dalam setiap kesempatan, di moment dan tempat mana pun terus menerus menyindir Ahok. Bukan hanya menyindir tapi sudah mengarah pada tuduhan.

Menurut MS, Ahok memang tidak pantas untuk memimpin Jakarta. Bukan hanya masalah leadership styles (gaya kepemimpinan), pola komunikasi politik yang kasar, - yang menurut sebagian orang sebagai bahasa toilet -, arogan, dan nilai-nilai minus lainnya, tapi juga karena Ahok di duga keras terlibat dalam pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras (RSSW). Pendek kata, menurut MS, Ahok diduga keras terlibat dalam “permainanan” mark up harga pembelian lahan RSSW yang merugikan Negara hampir Rp. 200 M. Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) proses pembelian lahan RSSW menyaahi aturan dan merugikan keuangan Negara Rp. 191 M.

Atas temuan BPK ini, MS dengan konco-konconya, termasuk pihak-pihak di luar parlemen, misal LSM PUKAT, tak henti-hentinya berkoar-koar menuding Ahok. LSM PUKAT malah bergerak lebih jauh dengan mengajukan gugatan praperadilan terhadap kasus “keterlibatan” Ahok dalam RSSW. Meski kemudian praperadilan yang diajukan itu ditolak hakim, LSM PUKAT seperti tidak patah arang. Segera setelah penetapan hakim menolak gugatan mereka, LSM ini berniat untuk mengajukan gugatan baru.

Begitu pula dengan MS dan konco-konconya berusaha mendatangi KPK dan mendesak agar Ahok segera ditetapkan menjadi tersangka. Bagi mereka bukti pemeriksaan dan hasil temuan BPK sudah sangat jelas, bahwa Ahok terlibat dalam merekayasa harga, mark up pembelian lahan RSSW. Meski KPK sendiri sudah menegaskan bahwa belum menemukan bukti yang cukup, minimal dua alat bukti umtuk meningkatkan status penyelidikan dan menjadi penyidikan terhadap kasus RSSW.

Rupanya upaya yang dilakukan, baik oleh MS dan komponen masyarakat lain, termasuk PUKAT, mempunyai satu target. Targetnya supaya Ahok dapat dijadikan tersangka, baik  oleh KPK maupun Kejaksaan Agung (Kejagung). Mengapa mereka berharap Ahok dapat menjadi tersangka dalam kasus pembelian lahan RSSW, karena dengan status tersangka kemungkinan Ahok maju menjadi calon gubernur menjadi tertutup. Dengan demikian calon-calon gubernur (cagub) yang asal bukan Ahok dapat melenggang kangkung dengan mulus menuju Jakarta 1.

Tak terkecuali cagub yang akan diusung partai Gerindra. Salah satu cagub yang masuk dalam nominasi yang akan diusung Partai Gerindra maju sebagai kandidat Cagub DKI adalah MS. Seorang anggota dan Ketua Komisi D DPRD DKI yang selama ini paling nyaring meneriaki Ahok. MS adalah kader Partai Gerindra, yang menurut kolega sesama kader Partai Gerindra dianggap berprestasi. Menurut MS bahwa Ahok tidak sebagaimana dipersepsikan orang selama ini, bersih dan jujur. Tapi, menurut MS, sesungguhnya public sudah dikelabui dan dibohongi Ahok. MS dan konco-konconya, berdasarkan temuan BPK, percaya dan yakin bahwa Ahok secara terang benderang terlibat dalam kasus RSSW. Mereka seakan tidak mau tahu penjelasan KPK terkait masalah itu. Pokoknya dalam mind set mereka, Ahok telah melakukan tindakan korupsi. Meski sudah diketahui public bahwa ada perbedaan penilaian terhadap pembelian RSSW, baik oleh BPK dan Pemda DKI. Regulasi yang digunakan sebagai referensi berbeda, maka terjadi penafsiran berbeda pula. Dan keduanya bertahan pada sikap masing-masing. Di sinilah, seperti terlihat di luar, KPK berpandangan sama dengan Pemda DKI, sehingga ada yang menganggap  KPK cenderung “membela” Ahok.  

Sayang sungguh sayang, ekspektasi MS yang telah melakukan safari politik wara wiri untuk mengkampanyekan Ahok korupsi, malah berbalik menyerang dirinya sendiri. Ibarat menepuk air di dulang, bukan air di dulang yang berbalik memercik mukanya, tapi sungguh  di luar dugaannya, dulangnya sendiri balik menampar wajahnya. Lebam deh wajah MS, yang selama ini selalu berbinar-binar matanya dan sangat bersemangat menyerang Ahok seperti ada “energy lain“ bila berbicara tentang kasus RSSW.

Tak disangka dan tak diduga, KPK yang selama ini selalu didesak MS dan koncoh-konconya untuk segera menetapkan Ahok sebagai tersangka, malah secara diam-diam bergerak memantau sepak terjang MS. Mungkin KPK sudah sangat paham tentang pepatah, “tong kosong nyaring bunyinya”, sehinga sangat paham dan tahu modus serta tipe orang yang suka berteriak, biasanya dan pasti ada sesuatu yang disembunyikan di balik ketiaknya. Ada U di balik B.

Terbukti kemudian, KPK memang benar-benar membuktikan bahwa “tong” itu memang isinya kosong sehingga sangat nyaring berteriak. Rupanya dalam “tong” kosong itu, ada U yang dia sembunyikan. Sambil berusaha terus berteriak maling, MS juga berusaha mencari “modal awal”  mengisi 'tong kosong" itu untuk modal pencalonannya kelak bila Partai Gerindra benar-benar menetapkannya sebagai Cagub DKI untuk maju pada Pilkada 2017. MS sangat tahu dan paham bahwa untuk sebuah kontestasi seperti Pilkada tingkat propinsi, apalagi setingkat DKI Jakarta, pasti tidak sedikit membutuhkan “mahar politk”. Karena itu, MS perlu mencari “rekanan” yang dapat diajak berkongsi untuk mengumpulkan modal awal itu.

[nurdin taher/ kompasioner]



Kafir Itu Politis Bukan Theologis


Dunia Hawa - Label "kafir" itu lebih bernuansa politis ketimbang teologis karena kebebasan agama itu digaransi dalam Islam. Non-Muslim itu bukan "kafir". Mereka hanya beda agama, bukan beda iman. Baik Muslim maupun kelompok teis non-Islam memiliki keimanan yang sama terhadap "Tuhan alam"--Supernatural Being (apapun nama-Nya). Jika ada sejumlah teks keislaman yang mengafirkan non-Muslim (baik Kristen, Yahudi, maupun suku-suku di Makah dan Jazirah Arab pada umumnya) itu pasti dalam konteks politik, yakni kelompok itu menentang dan melawan "misi kenabian" Nabi Muhammad bukan lantaran mereka memeluk agama non-Islam karena buat "Tuhan Islam" (Allah SWT) seperti tersurat dan tersirat dalam Al-Qur'an tidak penting umat manusia mau memeluk Islam atau bukan. Ingat: misi besar Nabi Muhammad di dunia ini bukan untuk mengislamkan umat manusia tetapi untuk menyempurnakan ahlak orang-orang yang bejat dan korup.  

Jika non-Muslim itu "kafir" dan dengan begitu "musuh Islam" tentu Nabi Muhammad tidak menjalin hubungan baik dengan tokoh politik dan agama non-Muslim. Tetapi kenyataannya tidak. Sejarah mencatat misalnya, beliau beserta para sahabat pernah berlindung dan dilindungi oleh Ashama Ibn Abjar atau Najashi, Raja Askum (kini Ethiopia) yang Kristen dari kejaran para "begundal Mekah" kala itu pimpinan Abu Jahal (juga Abu Sofyan). Lantaran jasa baik dan pandangan positif beliau dan para pendeta Kristen Ortodoks Ethiopia terhadap Islam, Nabi Muhammad menyerukan untuk terus berbuat baik dan menjalin relasi positif dengan mereka serta melarang memerangi kelompok Kristen ini. 

Didorong oleh watak terbuka dan toleran Islam, para ulama juga banyak yang tidak memberi status kekafiran terhadap kaum teis non-Muslim. Jadi, sekali lagi, status kafir itu sangat politis bukan teologis. Karena politis, maka sejumlah tokoh Muslim (baik tokoh agama maupun politik) berselisih dalam hal kafir-mengafirkan ini. Dulu para ulama Saudi-Wahabi mengafirkan rezim Turki Usmani atau Ottoman (meskipun Muslim) karena dianggap sebagai penjajah Arabia. Sementara Inggris yang jelas-jelas Kristen malah tidak dikafirkan karena mereka membantu Saudi menghalau tentara Ottoman dari Arabia. Imam Khomeini dan pengikutnya, baik di Iran maupun bukan, mengafir-ngafirkan Amerika atau Israel tetapi tidak pada rezim-rezim Komunis Uni Soviet (atau Russia) atau China. Kenapa? Anda tahu sendirilah jawabannya. Para tokoh Islam di Ambon dan Maluku dulu mengafir-ngafirkan Belanda tetapi tidak pada Jepang karena Jepang membantu pendirian "Laskar Islam" untuk melawan Belanda. 

Jadi, jika sekarang kalian melihat ada sejumlah tokoh Muslim di Jakarta dan Indonesia pada umumnya yang mengafir-ngafirkan Ahok misalnya diketawain saja. Anggap saja mereka sedang mengigau karena sedang ketakutan melewati kuburan tua yang angker. Mereka panik dan takut kalau Ahok kelak akan "mencekik" mereka...

[prof.sumanto al qurtuby]




Head to Toe Pijat Untuk Mama Hamil


Dunia Hawa - Sekitar sembilan tahun lalu saat mengandung Nadine, yang namanya pijat Mama hamil bukanlah suatu ide yang lumrah. Paling banter adalah perawatan pasca persalinan tradisional yang (menurut aku) ribet dan lebih untuk nyenengin mertua daripada nyenengin diri sendiri. Pijat dianggap sebagai sesuatu yang dapat mengakibatkan kontraksi atau berbahaya bagi kandungan sehingga dilarang suami/orangtua/mertua, buang-buang uang, tidak bermanfaat, dan sebagainya.

Sebenarnya asumsi ini tidak salah. Pada tubuh manusia banyak sekali titik yang berkaitan dengan organ tubuh, atau accupoint. Bila titik tertentu dirangsang, memang bisa mengakibatkan rahim menegang (itulah mengapa Mama hamil dilarang melakukan pijat refleksi – karena banyaknya pangkal saraf di telapak kaki). Selain itu, tubuh Mama hamil bereaksi berbeda-beda terhadap berbagai perubahan akibat hormon dan faktor kehamilan lainnya. Bisa menjadi jauh lebih sensitif dan iritasi saat terkena minyak pijatan (walaupun itu hanya minyak zaitun sekalipun), menjadi lebih mudah gatal-gatal, gampang memar, dan sebagainya. Kendati demikian, pijatan untuk Mama hamil sarat manfaat. Ketahuilah dulu bagaimana tubuh bereaksi terhadap pijatan: carilah terapis khusus, gunakan minyak yang paling alami dan pijatan yang ringan, lihat reaksi kulit, dan bila semua aman, lanjutkan.

Manfaat dari pijatan selama hamil adalah meredakan mual, mengatasi sakit punggung dan pegal-pegal akibat perubahan tubuh, tidur pulas, lebih rileks dan menikmati kehamilan, mengurangi bengkak-bengkak dan stretchmarks, dan janin pun mendapatkan manfaat. Saat dilakukan pemijatan, peredaran darah kian lancar, termasuk darah yang mengandung nutrisi dan oksigen ke plasenta. Selain itu dari segi emosional, semakin terasah kontak batin; kehamilan sehat, Mama happy, maka baby pun happy. Demikianlah testimoni Fifi Lim, pemilik spa khusus Mama hamil pertama di Indonesia, Mom and Jo.

Di buku aku “Moms and The City”, aku menulis mengenai pijatan setelah mewawancarai Fifi. Ia menceritakan asal muasal spa yang ia dirikan pada tahun 2006 tersebut berangkat dari kehamilannya yang pertama yang membuatnya merasa serba enggak enak. Dasarnya memang suka pijat, Fifi kemudian browsing di internet mengenai spa khusus untuk Mama hamil. Rupanya di Amerika 5 tahun belakangan sedang cukup hype. Bukan hanya sekedar dari sisi relaksasi, tetapi juga dipelajari aspek medis dan psikologis. Setelah melahirkan, ia bertolak ke Singapura untuk mendapatkan sertifikatnya yang pertama.

Jadi intinya, untuk menikmati manfaat dari pijatan bagi Mama hamil, carilah terapis yang bersertifikasi dan berpengalaman. Memang ada ilmu dibalik ini semua, termasuk area mana yang harus dihindari dan bagaimana alur pijatan untuk mengurangi stretchmark. Selain itu, terapis akan menggunakan produk khusus Mama hamil yang alami sehingga meminimalisir iritasi. Contohnya madu dan natural oil. Natural oil lebih efektif diserap dan melembabkan kulit dibandingkan baby oil yang mengandung petrochemical.

Nah untuk mengurangi stretchmarks (guratan kehamilan yang biasa ditemui di perut, pangkal paha, payudara, dan area tubuh lain yang mengalami pembengkakan), artinya pijatan harus dilakukan pada yang bermasalah. Untuk perut, berilah tekanan ringan dan lakukan pijatan dengan gerakan memutar hingga terasa hangat. Rasa hangat itulah yang akan merangsang elastisitas kulit agar tidak kemudian pecah saat makin meregang. Mintalah terapis mengajarkan caranya agar kemudian dapat Mama praktikkan di rumah.

Selain pijat, saat ke spa khusus Mama hamil, dapat menikmati juga berbagai body treatment yang lain, seperti scrub untuk mengangkat sel kulit mati, facial, manicure-pedicure (perawatan kuku kaki dan tangan), dan biasanya spa ini juga melayani pijat bayi dan pijatan pasca lahiran seperti untuk mengurangi luka operasi caesar. Lengkap ya!

Untuk meyakinkan Papa ataupun ibu/ibu mertua, ada lho paket pasangan. Coba deh akhir pekan ini rencanakan pergi ke spa berdua suami. Hati-hati berdua malah jadi ketagihan ya, hihihi.

Saat ke spa, ada aturan dan tata krama yang perlu dipenuhi. Baca ini dulu ya sebelum membuat appointment:

Untuk Mama hamil tidak boleh panas-panas, tidak boleh melakuakn sauna. Jika harus membilas badan atau berendam, pastikan panasnya suam-suam kuku dan batasi waktu berendam maksimal 10 hingga 15 menit.
Matikan ponsel. Enjoy aja, dan jangan berpikir untuk mendokumentasi sesi pijat dan “melaporkannya” di Path.
RSVP sebelumnya (membuat janji). Untuk akhir pekan yang biasanya ramai, buatlah reservasi seminggu sebelumnya. Jika mengajak suami atau teman wanita lain, minta kamar khusus yang bisa memuat pasangan atau lebih banyak orang.
Kenakan baju yang pantas. Disarankan untuk membawa pakaian dalam ganti.
Makan sekitar sejam sebelum perawatan. Biasanya setiap habis pijat menjadi lapar. Banyaklah minum air putih untuk membantu fungsi lymphatic drainage yaitu mem-flush out toksin dari tubuh.
Berikanlah tip kepada terapis 5-15% dari harga treatment, atau sesuai kepuasan.
Biasanya spa khusus Mama hamil melayani house call atau panggilan ke rumah. Lakukan melalui prosedur resmi, jangan approach terapisnya langsung dan memintanya melakukan house call tanpa sepengetahuan spa

Adia Mulya AHLI SEPUTAR GAYA HIDUP MAMA HAMIL





Resep Aneka Tampilan Jelly Dingin


Dunia Hawa - Rasa khas dengan gigitan kenyal nan lembut memang jadi ciri khas spesial dari jelly. Karena rasa dan teksturnya yang menarik ini, banyak anak – anak yang suka menikmati jelly sebagai camilan sehat. Meski banyak disukai anak – anak, bukan berarti tak banyak orang dewasa yang menyukai jelly ini.

Karena memiliki banyak penggemar, jelly pun semakin banyak dikreasikan dalam aneka sajian menarik. Salah satunya, disajikan sebagai sajian es jelly. Ya, jelly bisa disajikan dalam bentuk es yang menyegarkan dan sangat menarik.

Mau tahu seperti apa resep es jelly yang bisa Anda buat sendiri di rumah? Simak rangkumannya berikut ini ya.

A. Resep Es Spesial Jelly Stroberi

Bahan yang diperlukan untuk membuat es spesial jelly stroberi (untuk 3 porsi)

-Bahan untuk membuat jelly :

•1 bungkus bubuk jelly merah rasa stroberi
•600 ml air
•6 sendok makan gula pasir

-Bahan pelengkap untuk sajian :

•200 gram cincau hitam siap pakai
•3 sendok makan air perasan jeruk nipis
•6 sendok makan susu kental manis putih
•6 buah stroberi segar (iris jadi empat bagian)
•es batu secukupnya (pecahkan kecil – kecil)
•450 ml air masak.

Cara membuat es spesial jelly stroberi :

Untuk membuat es spesial jelly stroberi, pertama – tama Anda perlu membuat jelly terlebih dahulu. Jelly ini dibuat dengan cara mencampurkan semua bahan jelly, yakni bubuk jelly merah rasa stroberi, gula pasir dan air. Aduk perlahan hingga merata.

Kemudian, panaskan dengan api sedang sambil terus diaduk hingga mendidih. Setelah mendidih, panaskan sekitar 3 menit sebelum diangkat.
Masukkan bubuk asam jelly yang ada dari kemasan, lalu aduk lagi perlahan sampai rata.
Kemudian, siapkan loyang dan tuangkan adonan jelly ini ke dalam loyang persegi, lalu biarkan agar jelly menjadi dingin dan keras. Setalah agak dingin, simpan dalam lemari es.
Jika jelly sudah jadi, keluarkan lalu iris kecil tipis.
Tata di atas mangkok atau gelas saji.
Tambahkan dengan irisan cincau hitam, dan juga irisan buah stroberi.
Lalu, masukkan air perasan jeruk nipis, susu kental manis, serta air masak. Aduk perlahan agar merata.
Tambahkan es batu, dan es spesial jelly stroberi Anda pun siap untuk dinikmati.

B. Resep Es Coklat Jelly Spesial

Bahan yang diperlukan untuk membuat es spesial jelly leci (untuk 5 porsi) 

-Bahan untuk jelly :

•1 bungkus jelly rasa coklat
•500 ml air mineral
•100 gram gula pasir
•2 sendok makan susu bubuk coklat

-Bahan untuk pelengkap sajian :

•100 ml susu kental manis coklat
•5 scoop es krim coklat siap pakai
•5 buah wafer coklat (diremukkan, pilih wafer berkualitas baik)

Cara membuat es coklat jelly spesial :

Langkap pertama, Anda buat adonan untuk jelly terlebih dahulu. Campurkan bubuk jelly rasa coklat, air minral, gula pasir dan susu bubuk coklat. Aduk perlahan sampai rata.
Panaskan di atas api kecil sambil terus diaduk hingga mendidih. Setelah mendidih, panaskan beberapa menit sebelum mematikan api.
Kemudian, tuang dalam loyang persegi dan tunggu hingga dingin. Jika sudah dingin, masukkan ke dalam freezer selama 2 hingga 3 jam agar sedikit membeku.
Jika sudah membeku, keluarkan jelly dari dalam freezer lalu iris persegi agak besar.
Siapkan 5 buah mangkok saji, lalu letakkan potongan jelly coklat dalam mangkok saji. Bagi lima sama rata.
Kemudian, letakkan es krim coklat di atasnya.
Hiaasi dengan susu kental manis dan taburan wafer coklat yang telah diremukkn. Es coklat jelly spesial pun siap untuk dinikmati.

[ resep masakan nusantara]