Wednesday, March 2, 2016

Politik Menjual Islam


Dunia Hawa
Anda yang muslim, yang menganggap pemimpin itu harus muslim, cobalah bertanya, mengapa kita punya begitu banyak partai Islam? Mengapa kita tidak punya satu saja partai Islam? Untuk apa sih partai Islam itu? Untuk memperjuangkan Islam, bukan? Islam itu satu, bukan? Tapi mengapa untuk memperjuangkan sesuatu yang tunggal diperlukan banyak wadah?

Jawabannya sederhana, karena mereka itu partai politik. Anggotanya adalah politikus. Untuk apa orang berpolitik? Untuk meraih kekuasaan, lalu membaginya. Itu dulu. Kekuasaan itu biasanya akan berkaitan dengan uang. Maka, berbagi kekuasaan nyaris identik dengan berbagi uang. Merebut kekuasaan nyaris identik dengan merebut uang.

Itu adalah jawaban yang fatalis dan terlalu menyederhanakan. Masih sangat mungkin ada politikus baik, yang menggunakan kekuasaannya untuk kebaikan. Kita harus percaya itu, kalau tidak kita sulit untuk percaya pada politik. Persoalannya, kita harus menilai, apakah para politikus dari partai-partai Islam itu telah memerankan diri mereka sebagai pejuang Islam, atau sekedar sebagai politikus perebut kekuasaan?

Partai-partai Islam pernah bersatu dalam satu wadah, yaitu Masjumi. Masjumi didirikan oleh tokoh-tokoh organisasi Islam seperti NU, Muhammadiyah, Persatuan Umat Islam Indonesia, dan Partai Sjarikat Islam Indonesia. Namun keberadaan partai ini sebagai partai tunggal hanya berlangsung selama 2 tahun Tahun 1947 PSII keluar dari Masjumi. Motifnya, untuk mendapatkan jatah kursi di Kabinet Amir Sjarifudin. Masjumi yang tadinya menolak kabinet ini akhirnya bergabung juga.

Perpecahan tidak hanya sampai di situ. Orang-orang NU yang sebenarnya merupakan bagian utama Masjumi, hanya mendapat posisi di Majelis Sjura. Posisi eksekutif ditempati oleh kalangan “modernis” yaitu Natsir, Roem, dan Sjafrudin. Hal ini menimbulkan kecemburuan. Lalu akhirnya NU juga menyatakan keluar dari Masjumi. Pada pemilu 1955 keduanya bersaing, menghasilkan Masjumi di posisi kedua, dan NU di posisi ketiga. Posisi pertama ditempati oleh PNI.

Setelah itu partai-partai Islam tidak pernah bersatu. Soeharto mencoba menyatukannya dalam wadah PPP. Tapi yang bersatu cuma wadahnya saja, isinya tetap konflik oleh orang-orang yang saling sikut untuk merebut kekuasaan. Ketika Soeharto jatuh, partai itu kocar kacir, menghasilkan banyak partai baru. Itu masih ditambah lagi dengan partai-partai lain, yang tidak pernah punya sejarah khusus dengan PPP.

Jadi, apa yang mereka perjuangkan? Perebutan kekuasaan. Kalaupun ada yang bekerja dan berjuang untuk kepentingan umat Islam, itu hanya segelintir saja.

Kekuasaan adalah hal yang nikmat. Ada begitu banyak tokoh yang tadinya adalah orang biasa, orang pinggiran. Tiba-tiba mereka bisa jadi orang terhormat, melalui politik. Mereka jadi menteri, anggota dewan, dan pejabat negara lainnya. Uang, kedudukan, eksistensi, semua bisa mereka nikmati. Lalu, bagaimana mungkin orang-orang ini akan menjadikan perjuangan untuk umat sebagai prioritas? Tidak mungkin. Memperjuangkan umat memerlukan sikap konsisten, termasuk di dalamnya mengorbankan jabatan dan kedudukan. Nah, itu yang tidak mungkin terjadi. Yang banyak terjadi adalah penghimpunan kekuatan politik untuk terus bertahan. Kekuatan itu komponen utamanya adalah uang. Jadi, mereka biasanya sangat sibuk mengumpulkan uang.

Tapi kenapa mereka masih didukung oleh banyak orang? Karena mereka menjual ayat. Mereka memanfaatkan ketakutan orang pada siksa neraka. Maka mereka membangun dalil, bahwa haram hukumnya memilih pemimpin yang bukan muslim. Benarkah? Kalau begitu, bagaimana hukumnya bernegara yang bukan negara Islam? Haram atau halal? Kalau memilih pemimpin yang non-muslim itu haram, seharusnya bernegara yang bukan negara Islam juga haram, bukan? Nah, bagaimana hukumnya berpolitik di dalam sistem yang bukan sistem Islam?

Jangan berharap ada konsistensi dari mereka. Mereka tidak benar-benar memperjuangkan kepemimpinan Islam. Ketika mereka benar-benar mendapat kekuasaan untuk jadi pemimpin, mereka juga tidak berkelakuan seperti layaknya pemimpin Islam. Mereka korup dan mencuri.

Di hadapan mereka berdiri orang-orang bodoh yang takut pada siksa neraka bila tidak memilih pemimpin Islam. Mereka menikmati betul kebodohan itu, karena kebodohan itu telah mendatangkan banyak uang. Mereka adalah orang-orang[ yang menjual Islam.

[hasanudin abdurakhman/kang hasan]



KEBENARAN


Adakah kebenaran yang bersifat hakiki dan universal? Saya kira tidak ada. Kebenaran itu bersifat partikular, subyektif, relatif, dan bahkan politis. Jangankan kebenaran hasil produksi kebudayaan manusia (konsep, teori, policy, adat, norma, aturan, dlsb), bahkan agama, kitab keagamaan, dan "Tuhan" sendiri pun tidak bersifat universal karena ada banyak manusia di dunia ini yang tidak mempercayai eksistensi Tuhan (entah itu kaum ateis, agnostik atau apalah namanya).

"Zat Tuhan" mungkin benar (bagi yang percaya tentunya) tapi kata, nama, & konsep tentang "Tuhan" itu sendiri kan bersifat "budaya" karena manusialah yang menamai-Nya yang saya sendiri tidak tahu ada berapa nama-nama tentang Tuhan ini. Nama-nama Tuhan yang beraneka ragam itu (baik yang disebut dalam kitab-kitab suci keagamaan maupun yang tidak disebut seperti dalam praktek komunitas suku yang tidak memiliki dokumen tertulis namun dipraktekkan secara turun-temurun) tidak lain dan tidak bukan karena keterbatasan kita sebagai mahluk yang tidak mampu menangkap "realitas hakiki" dari "Zat Supernatural" bernama "Tuhan" itu. Bukan hanya Tuhan, agama yang kita percayai kebenarannya juga belum tentu benar di mata orang dan umat lain. Kitab keagamaan yang kita yakini kebenarannya juga belum tentu dianggap benar oleh pemeluk agama lain.

Karena tidak ada kebenaran yang benar benar benar, maka idealnya atau seharusnya kita tidak perlu ngotot dan memaksakan orang lain untuk mempercayai kebenaran yang kita yakini. Kita boleh saja mempercayai setengah mati atas sebuah kebenaran (seperti kepercayaan saya terhadap Islam), tetapi hendaknya selalu berpikir ada kebenaran lain diluar kebenaran yang kita yakini. Jika pemikiran seperti ini dipraktekkan, maka kita tidak akan menyaksikan berbagai tindak kekerasan atas nama "kebenaran" itu. Benar?

[prof.santoso al qurtuby]

KPK Masih Waras Untuk Kasus Sumber Waras


Dunia Hawa
Ahok tidak terindikasi Korupsi karena KPK melihat kasus Sumber Waras dengan cara yang waras,

Hanya orang yang bersalah yang akan mendapat hukuman, sebaliknya orang yang tidak bersalah tidak bisa dihukum. Namun kadang dunia tidak adil, orang yang tidak bersalahpun mendapat hukuman. Satu-satunya cara menghukum orang yang tidak bersalah adalah dengan cara yang salah , dan hampir saja ada orang-orang yang hendak menjerumuskan Ahok.

Masalah kasus sumber waras yang digadang-gadangkan oleh sekelompok orang bahwa pembeliannya menyebabkan pihak Sumber Waras rugi, da nada indikasi Ahok korupsi, maka saat ini terkuak, KPK dengan cara jitu dan waras mengumumkan bahwa Ahok tidak bersalah, dan indikasi korupsi yang dituduhkan itu tidak ditemukan. Nah , jikalau KPK sudah ngomong begitu, lalu kalau ada orang yang masih ngotot hendak mempersalahkan Ahok, maka kewarasan orang tersebut perlu dicek.

Sebenarnya menurut penghematan penulis, bila Ahok itu semakin hendak dipojokkan oleh orang-orang maka dia bakal semakin kesohor dan tanpa disadari ia mendapat nilai tambah. Bagi Ahok tuduhan apapun yang dilemparkan kepada dia, selama ia tidak melanggar undang-undang maka ia tidak pernah takut. Jadi hanya tunggu waktu saja, nama Ahok makin harum dan makin melejit.

Bila lawan-lawannya waras, tentu mereka tidak mau mengutak-atik Ahok, semakin diutak-atik si Ahok, maka semakin kuat dan semakin banyak penggemarnya. Terus terang masyarakat telah muak dengan stagnasi, jalan di tempat, saat ini masyarakat pengin melihat yang dinamakan kemajuan. Masyarakat pengin menikmati perubahan yang lebih baik, dan itu mulai dirasakan sedikit-demi sedikit disegala bidang.

Birokrasi dibabat Ahok, dengan demikian setiap pengurusan surat-surat dapat dilakukan dengan gampang, Sampah menjadi musuh besar Ahok, ia ingin Jakarta tidak ada yang namanya sampah. Korupsi dibuang jauh-jauh, itu sebabnya ia tidak sungkan-sungkan memberikan gaji kepada pegawai Pemprov DKI dengan jumlah yang besar, dengan demikian ia mau mencegah tergodanya pegawai Pemprov DKI untuk korupsi. Kebersihan dan banjir juga menjadi perhatian penuh Ahok, hasilnya menakjubkan, Jakarta tidak banjir, adapun hanya genangan air yang sebentar saja sudah surut. Namun Ahok sempat marah, karena ia menemukan ada saja orang yang hendak menyabotase banjir, mereka membuang bekas-kabel ke dalam saluran air, jadi diharapkan agar bekas kabelnya menyumbat lubang saluran sehingga terjadi banjir.

Ahok bukan orang yang baru muncul kemarin makanya kepiawaianya menjadi seorang pemimpin sangat terlihat. KPK menilai Ahok bukan karena mereka kong kalikong, tetapi KPK itu sangat berhikmat, dengan demikian mereka melahirkan keputusan yang sangat bijaksana yang bernilai kebenaran. KPK masih waras, Ahok tidak bersalah, yang menuduhnya tinggal gigit jari kelingking.

[saumiman saud/ kompasioner]

Tere Liye, Jawablah !!!


Kamerad, gatal tangan dan panas kepalaku setelah aku membaca status seorang penulis fiksi bernama Tere Liye. Betapa ia bilang kalau kaum sosialis dan komunis tidak pernah punya kontribusi pada kemerdekaan negeri ini. Kali ini ia membuat fiksi yang keterlaluan !

Maka aku lewatkan penghujung senja ini dengan menyusuri teks-teks dan menuliskan ini semua padamu, semoga terbaca oleh semua generasi di negeri ini, betapa berartinya peran kaum sosialis dan komunis di negeri ini. Bahkan, aku yakin 1000 % Indonesia raya takkan pernah ada tanpa peran mereka. Aku mencoba mendaftar beberapa nama ini, masih sangat sedikit memang. Dan untuk itu semua aku mengundangmu, untuk melanjutkan daftar ini, dan jua, untuk meneruskannya kepada kawan-kawan dan adik-adikmu.

Ya teramat penting yang terakhir ini, adik-adikmu ! Karena nampaknya mereka silau pada pesona neokolonialisme baru : neokolonialisme kapital dan neokolonialisme religius. Semoga mereka tahu apa yang mereka warisi, semoga mereka tahu harta apa yang mereka miliki ! Semoga mereka tahu bahwa Indonesia raya dimulai dari 3 sosialisme : sosialisme internasionalis, sosialisme nasionalis, dan sosialisme religius. Dan bahwa sekalipun mereka bersitegang satu sama lain, mereka tetap berjuang bersama-sama, mereka bangga atas sejarah dan kebudayaan mereka sendiri, nusantara !

Sekarang aku minta tolong dirimu dan kawan-kawna yang lain, juga adik-adik muda penerus api negeri ini, buka kembali buku-buku sejarah, terlebih tulisan-tulisan asli para bapa ibu bangsa kita, kenali darah merah yang mengalir bersama karya pena dan hidup mereka !

1. Tan Malaka (mahaguru para pahlawan, wakil Komintern di Asia, mendirikan Murba)

2. Sukarno (mengagas Pancasila, maaf, Pancasila itu sosialisme religius, sosialisme nasionalis dan sosialisme internasional)

3. Muhammad Hatta (PI, sosialisme ekonomi, lewat gerakan koperasi)

4. Sutan Syahrir (mendirikan Partai Sosialis Indonesia pada tahun 1948)

5. Dr. Soetomo (pendiri Boedi Oetomo, mantan ketua Perhimpunan Indonesia, studi buruh dan gerakan Samin)

6. Ki Hadjar Dewantoro, pendiri Indische Partij

7. Cipto Mangunkusumo, pendiri Indische Partij

8. Ernest Eugene Francois Douwes Dekker, pendiri Indische Partij, pendiri Ksatriaan Institute, penggagas nama "Nusantara" sebagai nama untuk Hindia Belanda yang merdeka

9. HOS Cokroaminoto (sosialisme Islam), penulis buku Islam dan Sosialisme juga baca : di sini.

10. Kartini feminis Indonesia, sangat dekat dengan sosialis-feminis Belanda

11. WR. Supratman (pencipta lagu kebangsaan, teman Sneevliet, penulis roman sosial "Perawan Desa")

12. R. Pandji Sosrokartono, (PI)

13. Radjiman Wwedyodiningrat (PI)

14. Nasir Pamuncak, (Perhimpunan Indonesia)

15. Achmad Subardjo (Perhimpunan Indonesia)

16. GSSJ Sam Ratulangi (mantan ketua Indische vereegening/PI, pendiri Algemene Levensverzekering Maatschappij Indonesia)

17. KH Agus Salim (penganjur sosialisme religius, Sarekat islam, penganjur "Sosialisme Berdasarkan Islam"

18. KH Ahmad Dahlan, perintis pendidikan rakyat.

19. Sri Sultan Hamengkubuwono IX (Tahta untuk rakyat, revolusi agraria ala Kraton Yogyakarta)

20. Chaerul Saleh (MURBA)

21. Adam Malik (MURBA)

22. Sukarni (MURBA)

23. Iwa kusumasumantri (MURBA)

24. Bahkan : Soeharto, rajin diskusi kiri di kelompok Pathuk Yogya, pusat gerakan pemuda kiri di ibukota di Yogyakarta

Kamu bisa lanjutkan kawan ?

[lilik krismantoro/ kompasioner]

Konde dan Tingkah-Pola Kaum Muslim 'Unyu-unyu'


Adanya gerakan anti-konde yang dianggap sebagai "kurang Islami" dan "tidak syar'i" semakin menambah daftar kasus "keunyuan" umat Islam Indonesia dewasa ini. Islam sebetulnya adalah "agama intelek" yang sangat inovatif dan menghargai kreativitas berfikir umatnya. Tetapi gara-gara tingkah-polah sebagian kaum Muslim yang "unyu-unyu", Islam kemudian tampak seperti "agama unyu" yang hanya mengurusi masalah remeh-temeh seperti konde, pakaian, rambut, label, klenik, dlsb.

Al-Qur'an berisi ajaran dan wacana yang maha luas dengan topik2 bahasan yang beraneka ragam. Enam ribuan ayat-ayat dalam Al-Qur'an berbicara beragam isu dan tema: sejarah, kebudayaan, pendidikan, pengetahuan, teknologi, pluralitas suku-bangsa, kemajemukan agama, sosial-kemanusiaan, kemiskinan, kebodohan, lingkungan hidup, pelestarian alam, moralitas, kepolitikan, keadilan sosial, dan masih banyak lagi, bukan melulu soal ritual, alam akhirat, siksa kubur, surga-neraka.

Tetapi, lagi-lagi, oleh sejumlah kelompok Islam "tengil" dan unyu-unyu tadi, fakta-fakta dan perspektif Al-Qur'an yang maha luas tadi telah "dibajak" dan "dikorupsi" menjadi "dokumen dunia lain" yang seolah-olah tidak membumi sama sekali. Al-Qur'an yang merupakan "korpus terbuka" dengan aneka ta'wil & tafsir yang fleksibel dan dinamis kemudian menjelma menjadi "korpus tertutup" yang kaku njeku dan anti-perubahan dan kemodernan. Ruh atau spirit Al-Qur'an yang membebaskan umat manusia dari belenggu ke kemerdekaan berfikir itu kemudian berubah menuju arah sebaliknya: dari manusia merdeka menjadi manusia-manusia yang mandeg deg tanpa kreativitas intelektual dan inovasi spiritual-kebudayaan karena semua itu dianggap sebagai "kapir", haram, bid'ah, sesat, tidak relijius dan klaim-klaim omong-kosong lain.

Pelan tapi pasti, sejumlah umat Islam dewasa ini menjadi tampak "antik" karena hidup di alam modern tetapi pola-pikir dan tingkah-polahnya seperti "makhluk purba" di zaman batu...

[sumanto al qurtuby]


Ketika Tuhan Mengantarkan Paket Amal Ke Hadapanmu


“Kasihan dia sekarang..” “Kenapa ?” “Ibunya stroke sejak 7 tahun lalu. Dia anak satu2nya. Istrinya minta cerai karena tidak mau mengurus mertuanya. Anaknya satu, masih kecil. Dia terpaksa keluar dari kerjaan karena mengurus ibunya dan anaknya. Duh, kasihan-lah pokoknya….”

Kutatap wajah temanku. Ada guratan keprihatinan di wajahnya membayangkan kehidupan temannya. Dia merasa sangat bersyukur dengan hidupnya yang lebih baik. Aku tersenyum.

Terbayang ketika aku berkunjung ke seorang sahabat yang terkena kanker stadium akhir. Dia sudah tidak bisa bangun dari tempat tidurnya. Tubuhnya kurus tinggal tulang. Anehnya, wajahnya ceria. Senyumnya terus mengembang.

Aku duduk disampingnya, memegang tangannya dengan jari2 yang kurus. Kami pernah melewati “masa gila” bersama. Masa ketika rasa takut itu bukan menjadi bagian dari diri kami. Masa ketika kami sama sekali tidak berfikir.

“Kamu tahu, den..” Katanya lemah. “Banyak orang yang memandang kasihan padaku. Mereka menganggap apa yang aku alami adalah musibah. Kata-kata mereka mencoba menghiburku. Tapi apa yang harus dihibur ? Aku sedang gembira…”

Begitulah sahabatku. Sisi pandangnya selalu menarik untuk disimak.

“Tidak banyak orang tahu, bahwa sakit, kemiskinan, kepedihan, kesulitan adalah cara Tuhan untuk mengikis dosa2 yg selama ini kita lakukan. Seandainya mereka tahu bahwa penyakit itu adaah anugerah, maka mereka tentu menyambutnya dengan gembira.

Bayangkan, dosa2 dikikis di dunia supaya ringan siksa kita di alam kubur nanti, yang kita tidak bisa membayangkan seberapa keras tekanannya. Betapa mulyanya. Tentu saja aku menjadi gembira. Kamu belum tentu semulya aku sekarang, karena pengikisan dosaku jauh lebih cepat dari kamu… “

Berat rasanya kelopak mataku. Ada embun yang menggantung disana. Bukan karena sedih, bukan. Karena aku sangat kagum akan cara pandangnya dengan dasar ilmu yang kuat.

“Dan dia…” Temanku memandang ke istrinya yang tersenyum di pojok kamar meihat kami berdua ngobrol bersama. “Dia paham, bahwa aku adalah ladang amal-nya yang harus dia jemput. Aku adalah poin2, bonus yang dia kumpulkan untuk bekal perjalanan dia di alam kubur nantinya. Kesabaran dan keikhlasan dia merawatku menjadi penyelamat dia nantinya. Tuhan memberiku sakit sebagai pengikis dosaku, dan Tuhan mengirimkan aku dalam kondisi sakit kepada istriku sebagai “paket amal” yang diantarkan langsung ke depannya untuk dia kumpulkan…”

Temanku menoleh kepadaku. “Hebat, bukan ?” Senyumnya tidak pernah kulupakan. Senyum terakhir yang aku rekam dalam otakku saat aku mengantarnya berbaring di kegelapan kubur. Ketika satu persatu tanah dimasukkan ke liangnya, istrinya terduduk ditanah dengan tangis yang tertahan.

Aku merasa itu tangis kegembiraan karena ia berhasil mengumpulkan poin amal sebanyak2nya yang dikirimkan Tuhan kepadanya.

Ah, aku baru teringat. Temanku dan istrinya mengambil sudut pandang akhirat dalam membaca peristiwa mereka, berbanding terbalik dengan banyak orang yang mengambil sudut pandang dunia sehingga mereka menganggapnya sebuah musibah.

Selamat jalan, sahabatku.. Di perjalanan kedua nanti, semoga engkau sudah menyiapkanku secangkir kopi untuk menemani kita bercerita.

“Dunia adalah tempat amal tanpa perhitungan dan akhirat adalah tempat perhitungan tanpa amal” Imam Ali as

[denny siregar]

Nyunnah Kaffah


"Nyunnah" itu istilah kekinian yang maksudnya mengikuti sunnah Nabi, menjadikan Nabi sebagai suri tauladan. sedangkan "Kaffah" secara definisi bisa diartikan Akurat (tepat).

Jadi seperti apa nyunnah yang kaffah itu? yakni menjadikan Nabi sebagai suri tauladan dengan mendahulukan PRILAKU dan ADAB sebelum berpakaian dan penampilan.

Karena Islam diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk membawa bangsa Arab meninggalkan KEBIADABAN, kata mbah kiyai Dr. Eyad Sarraj, sesepuh Palestina.

Yang membuat manusia biadab itu adalah ketika ia memperlakukan manusia lain TANPA ADAB, makanya manusia yang baik terhadap sesama disebut "BER-ADAB".

Jadi biadab-beradab itu esensinya adalah cara memperlakukan manusia lain, karena kita mahluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain, bukan mahluk planet Namec yang bisa solo karir melanglang jagat.

Oleh sebab inilah Allah SWT menurunkan Islam kepada Nabi Muhammad SAW, untuk mengajarkan bangsa Arab cara memperlakukan sesamanya, memanusiakan manusia, menuhankan Allah.

Konsepnya tidak jauh berbeda dengan 10 perintah Tuhan yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa yang menjadi pilar agama Yudaisme yang dianut bangsa Yahudi..

Jangan menuhankan selain Allah,
Jangan membunuh,
Jangan berzinah,
Jangan mencuri,
Jangan menyakiti tetangga, dst..

Firman Allah dalam Al-Quran dan wasiat Nabi dalam Hadits penuh dengan perintah untuk memperlakukan sesama manusia dengan baik tanpa memandang ras dan agama, tidak ada syarat dan ketentuan yang berbunyi "baik hanya kepada sesama Muslim saja", TIDAK ADA.

Jadi bila hakrkat Islam mewajibkan Muslim menjadi bagian dari umat manusia, mewajibkan beprilaku baik terhadap orang lain tanpa peduli ras dan agamanya.. maka bersuri tauladan kepada siapa mereka yang suka menyakiti manusia lain?

Mengkafir-kafirkan menyakiti perasaan, mengharam-haramkan merusak kerukunan, menyesat-sesatkan aliran lain, bahkan sampai menghalalkan darah.. padahal ngakunya "ISLAM" bersurban, berpeci, bergamis, bercingkrang, berjenggot, jidat legam?

Mungkin mereka bersuri tauladan kepada Mahluk Planet Namec. RAJA IBLIS PICCOLO. harus dikameha-meha orang begitu mah..

[Ustad Abu Janda al-Boliwudi]

Belum Pakai Jilbab ???


“Kok belum pakai jilbab?” Temanku yang wanita bercerita dengan sangat kesal menceritakan pengalamannya saat reuni ketika ia hanya berdua yang tidak pakai jilbab, sedangkan teman2 wanitanya yang lain jilbab-nya sudah model2. Dan perasaan di-intimidasi dengan pertanyaan seperti itu bukan hanya ketika mereka bertemu, bahkan ketika mereka menyapanya di fesbuk saat meihat foto profil. “Di akhirnya mereka selalu berkata, semoga dapat hidayah yaa ?”

Saya ketawa mendengar gaya ceritanya yg penuh ekspresi menumpahkan kekesalan. “Gua serius mau nanya nih, bang.. Apa kalau ga pake jilbab masuk neraka ?”

Upss.. Ini dia. Tiba2 saya didaulat menjadi Tuhan. Pangkat yang mungkin buat sebagian orang adalah pangkat terhormat, sehingga kemudian dengan keilmuannya yang rendah tapi jenggotnya yang memanjang, langsung berkata dengan mendelik2, “Ooo itu pasti neraka.. . Dibakar sampe seupil2nya..”

Tapi ini permainan yang menarik juga. Sekali2 ah main jadi Tuhan. Mungkin menyenangkan.”Kayaknya ngga. Kamu yang masuk surga, mereka yang masuk neraka.. “

Terbelalak dia mendengar jawabanku yang diluar ekspektasinya bahwa aku akan membawakan dalil, ayat dan segala macam tetek yang sudah bengek lainnya. “Kok malah gua yang masuk surga ? Bukannya mereka yang lebih islami dari gua ?”

Disinilah nikmatnya secangkir kopi. Seruputannya seperti menghentikan waktu sejenak. Temanku penasaran menantikan jawabanku. Kunyalakan sebatang rokok, sebagai bentuk perlawanan terhadap propaganda anti rokok yang digaungkan asing untuk mematikan ekonomi negara ini.

“Ya kamu bisa saja masuk surga. Karena intimidasi mereka, kamu mulai berfikir keras dan bertanya spt sekarang ini. Lama2 ilmumu bertambah, dan semakin bertambah ilmumu maka kamu semakin paham. Semakin paham, kamu akan semakin merendah. Kamu membenahi dirimu dengan baik dalam agama. Urusanmu sudah bukan surga dan neraka, tetapi bagaimana stabill hidup di dunia karena paham kunci2 spiritualnya.. “

“Tetapi mereka.. ” Lanjutku sambil mengangkat secangkir kopiku. “Mereka merasa sudah paling beragama dengan aksesoris2 mereka. Mereka bahkan tidak merasa penting untuk menambah ilmu2 agama supaya menguatkan ahlak mereka terhadap sesama manusia. Mereka terus menerus mengukur dan meninggikan dirinya. Mereka beragama dengan sombong karena akalnya lemah.

Semakin tinggi mereka menerbangkan dirinya, maka mereka akan sibuk memasukkan orang lain ke neraka. Mereka menjadi Tuhan2 baru dalam lingkungan mereka. Apa Tuhan mengijinkan ada kompetitor ? Tidak akan pernah.. “

Temanku tertawa. Aku tertawa. Secangkir kopi memang jujur dalam bertutur. Pahitnya menyadarkan bahwa hidup bukanlah untuk saling mengukur, karena ada yang lebih berhak dalam mengatur.

“Perhatikan..” Aku menutup pembicaraanku. “Kamu mendapat hidayah karena doa mereka, sedangkan mereka malah menjauh dari hidayah itu sendiri…”

Kopi apa ini ? Pahit sekali…

[denny siregar]

Kehebatan Akal



Ketika saya menganjurkan untuk menjadikan sains sebagai salah satu pedoman hidup, saya mendapat nasihat untuk tidak mendewakan akal. "Akal manusia itu sangat terbatas. Sebatas otak saja. Otak itu kalau tidak dialiri oksigen tidak akan sanggup bekerja. Makanya, gunakan ilmu Tuhan yang maha luas. Mengaculah pada kitab suci. Jadikan kitab suci sebagai petunjuk."

Sebentar. Basis kritik di atas adalah pengetahuan hasil pengolahan akal, bukan petunjuk kitab suci. Kitab suci tidak pernah membahas fungsi otak sebagai organ untuk berpikir. Bahkan sejauh yang saya ketahui, tidak membahas eksistensi otak sama sekali. Kitab suci mengatakan bahwa akal manusia dikelola dengan jantung (dalam bahasa Indonesia disebut hati), yang tempatnya ada di dalam dada. demikian pula soal fungsi oksigen pada otak. Kitab suci tidak mengenal oksigen, dan tentu saja tidak membahas fungsinya pada otak. Jadi pernyataan di atas paradoks dengan maksud pengucapnya untuk mengacu pada kitab suci. Terlebih, pernyataan itu diungkapkan melalui media internet, sebuah produk yang dibangun manusia dengan akal, bukan dengan merujuk pada kitab suci.

Benarkah otak dan akal manusia itu terbatas? Kalau kita melihat struktur tubuh manusia, tentu kita harus mengakui bahwa otak manusia itu ada batasnya. Demikian pula halnya dengan akal, produk yang dihasilkan otak. Persoalannya, di mana batas tersebut?

Kapasitas (storage capacity) otak manusia diperkirakan antara 10-100 terabyte. Tapi ada pendapat yang mengatakan bahwa kapasitas memori otak manusia mencapai 2,5 petabyte. Kapasitas itu setara dengan 3 juta jam siaran TV. Maksudnya, kalau seluruh data video dan audio siaran TV itu disimpan selama 3 juta jam, data itu masih sanggup ditampung oleh otak. 3 juta jam itu setara dengan 300 tahun. Jadi, kapasitas otak manusia itu setara dengan data siaran TV selama 300 tahun. Itukah yang disebut terbatas?

Tapi persoalannya bukan sekedar kapasitas fisik belaka. Data yang tersimpan di otak kita tidak semuanya berasal dari proses belajar kita sendiri. Sebagian besar pengetahuan kognitif kita sebenarnya adalah akumulasi dari pengetahuan seluruh manusia selama ribuan tahun. Kita mendapat transfer ilmu pengetahuan dari manusia sebelum kita. Ketika manusia belajar sesuatu, ia tidak perlu lagi mengulang pencarian yang sudah selesai dilakukan oleh orang pada masa sebelumnya.

Di zaman modern ini kita tidak lagi mereka-reka bentuk atom. Model atom yang dulu dikembangkan Dalton, Rutherford, dan Bohr, sudah berkembang jauh. Manusia kini berpikir tentang sub-partikel, dan dunia yang lebih kecil dari itu. Di masa depan orang akan berpikir tentang atom mulai dari titik terdepan yang dihasilkan oleh sains. Nah, kita bisa bayangkan bahwa batas kemampuan berpikir manusia itu sendiri dinamis, bukan statis. Ibarat kita sedang berlayar di laut, kita melihat garis cakrawala, dan (dulu) orang mengira, itulah batas tepi laut. Tapi ketika kita berlayar lebih jauh lagi, batas itu ikut maju. Apa yang dulu tidak diketahu manusia, kini diketahui. Yang dulu mustahil diselesaikan, kini berhasil. Yang kini belum kita ketahui, akan kita ketahui di masa depan.

Jadi, terbataskah otak dan akal kita? Iya, terbatas. Tapi kita tidak tahu batasnya. Jadi, pernyataan soal batas akal manusia itu adalah pernyataan kelemahan dari orang-orang yang memang tidak mau menggunakan akalnya.

Bagaimana dengan kitab suci? Kitab suci ya begitu itu. Ia tidak berubah, karena tidak boleh dan tidak mungkin diubah. Ia masih memuat pernyataan-pernyataan yang dianut manusia belasan abad yang lalu. Eh, tentu saja saya mafhum bahwa ada banyak manusia yang percaya bahwa apapun yang dikatakan sains, semua sudah tercantum dalam kitab suci. Cuma sayangnya, mereka baru sadar kandungan itu setelah ilmuwan merumuskannya. Tanpa sadar orang-orang ini bahkan menggunakan sains sebagai panduan untuk memahami isi kitab suci.

[hasanudin abdurakhman/ kang hasan]

Timur Tengah Tanpa Israel




Pernah ada gagasan yang sebenarnya sinis, untuk memberi saja orang-orang Israel sebidang wilayah di tengah wilayah Amerika Serikat. Ini memang hanya gagasan imajinantif, atau sebenarnya frustratif. Orang-orang frustrasi melihat betapa Israel begitu kuat, dikelilingi oleh musuh-musuh Arab tidak membuat mereka goyah. Tapi ada baiknya kita membuat simulasi bila gagasan itu benar-benar dilaksanakan, apa yang akan terjadi? Akankah berdiri sebuah negara merdeka bernama Palestina? Akankah Timur Tengah lebih damai?

Mari kita simulasikan soal kemerdekaan Palestina dulu. Apakah bila tidak ada negara Israel di wilayah konflik itu akan berdiri negara Palestina?

Palestina adalah sebuah negeri dengan sejarah yang teramat panjang, khususnya Jerusalem. Sejarah mencatat bahwa peradaban sudah ada di wilayah ini sejak 7000 tahun yang lalu. Sepanjang sejarah itu, wilayah ini selalu menjadi rebutan. Jerusalem sudah pernah dihancurkan sebanyak 2 kali, dikepung 23 kali, ditaklukkan dan dibebaskan sebanyak 44 kali. Karenanya sulit untuk melakukan klaim yang sahih atas siapa sebenarnya pemilik sah wilayah ini.

Sepanjang sejarah itu, pernahkah orang-orang Palestina memerintah di wilayah mereka sendiri? Ini pertanyaan yang sebenarnya agak tidak bermakna. Istilah "Palestina" dalam pengertian bangsa menurut beberapa ahli sejarah justru baru menguat dalam atmosfer perlawanan terhadap Israel, setelah negara Israel berdiri. Sebelum itu istilah ini relatif tidak dikenal.

Secara ringkas bisa kita catat bahwa wilayah ini tadinya dikuasai oleh Kekaisaran Turki Usmani, sebelum direbut oleh Inggris pada Perang Dunia I. Di bawah kekuasaan Turki tentu tidak ada negara Palestina. Adalah Inggris yang menguasai wilayah ini dalam sistem administrasi Mandat Palestina, yang punya gagasan untuk memberikan wilayah itu menjadi 2 negara. Satu untuk orang-orang Arab yang diberi identitas baru, yaitu Palestina, dan satu lagi untuk orang-orang Yahudi, sebuah negara Israel. Wilayah utama yang hendak diberikan kepada Palestina adalah Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Acre. Gagasan ini didukung oleh PBB. Sayangnya gagasan ini ditolak oleh pihak Arab. Sebagai respon, orang-orang zionis Yahudi memproklamirkan negara Israel, kemudian diperangi oleh Mesir, Syiria, dan Yordania.

Melalui perang di tahun 1948, Mesir menguasai Jalur Gaza,Yordania menguasai Tepi Barat, dan wilayah Acre dikuasai Israel. Mesir pernah secara formal mencanangkan pemberian otoritas kepada Palestina di wilayah Gaza setelah merebut wilayah itu. Namun hal itu hanya sebatas formalitas saja. Faktanya, Mesir terus mengontrol wilayah itu sampai direbut Israel pada perang tahun 1967. Demikian pula, Yordania juga terus mengontrol wilayah Tepi Barat sampai tahun 1967. Tidak pernah kedua negara itu memberi wewenang kepada orang-orang Palestina untuk memerintah di wilayah mereka sendiri.

Wilayah untuk Israel pernah dipertimbangkan untuk disediakan di wilayah Amerika Selatan. Seandainya wilayah Israel tersebut tidak diberikan di Timur Tengah, melainkan di Amerika Selatan, atau di suatu tempat di Amerika Serikat, akankah berdiri sebuah negara Palestina medeka? Menurut saya tidak. Tanpa Israel negara-negara Arab mungkin tidak akan pernah punya gagasan untuk mendirikan negara Palestina. Wilayah yang kini diperjuangkan sebagai wilayah Palestina akan menjadi wilayah negara-negara lain di wilayah itu, yaitu Mesir, Yordania, dan Syiria. Tidak ada Palestina.

Lalu, apakah Timur Tengah akan damai? Itupun tidak. Ketiga negara di atas mungkin akan sibuk berperang berebut wilayah. Atau, perang saudara akan pecah di dalam wilayah itu. Kita tahu bahwa antara orang-orang Arab itu tidak saling bersahabat satu sama lain. Sama-sama hendak memperjuangkan Palestina, dengan musuh bersama bernama Israel saja pun mereka saling berbunuhan. Tanpa Israel, mereka akan makin garang dalam hal saling berbunuhan.

Timur Tengah adalah wilayah yang minim demokrasi dan kebebasan. Negeri-negeri di wilayah ini dikendalikan oleh pemerintah monarki absolut, atau pemerintah tiran. Situasi ini menyimpan bara perlawanan untuk kebebasan. Ada pula masalah antara agama, Kristen dan Islam. Lalu ada persoalan etnis seperti masalah Kurdi, juga ditambah masalah mazhab seperti Syiah-Sunni. Kemudian ada pula persoalan perebutan pengaruh antara Barat dan Timur. Irak dan Syiria (dulu) lebih dekat ke Rusia, Saudi, Mesir, Yordania, lebih dekat ke Amerika. Tanpa Israel, wilayah ini tetap rawan konflik.

Fakta sejarah menunjukkan bahwa kisruh di Timur Tengah tidak melulu soal Israel. Perang Iran-Irak adalah soal Sunni-Syiah dan persaingan Saddam vs Khomeini. Pemberontakan suku Kurdi adalah soal nasionalisme etnis berhadapan dengan penguasa Tiran. Assad sudah menjadi tiran sejak abad lalu dan masih tiran hingga di zaman anaknya kini. Ia membunuhi sejumlah aktivis Ikhwanul Muslimin. Mesir juga tidak pernah berhenti dari rundungan konflik internal.

Singkat kata, tidak akan banyak berubah di Timur Tengah bila Israel tak ada. Tidak akan ada negara Palestina, dan tidak akan ada perdamaian.

[hasanudin abdurakhman/ kang hasan]