Thursday, December 8, 2016

Membandingkan Gerakan Habib Rizieq dan Rio Dewanto

DUNIA HAWA - Siapa yang tidak kenal dengan sosok yang sedang naik daun ini “Habib Rizieq”.  Sebutan “Imam besar” Front Pembela Islam (FPI) menjadi sosok yang dielu-elukan dan berhasil menjadi “Imam Besar” penggerak aksi bela Islam Jilid 1 hingga Jilid III yang hasil klaimnya pada aksi bela Islam 212 lalu mencapai 7 juta jiwa.


Habib Rizieq bukanlah orang baru yang muncul ke permukaan. Nama Habib Rizieq dahulu sempat dikenal publik karena pada tahun 2003 ia pernah divonis hukuman penjara selama 7 bulan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Ia terbukti secara sah dan meyakinkan menghasut untuk melawat aparat keamanan dan memerintahkan untuk merusak sejumlah tempat hiburan di ibu kota. Selain itu, ia juga divonis 1,5 tahun penjara pada 2008 terkait insiden berdarah di Monas.

Alih-alih meredam aksinya, gerakan FPI yang dikomandoi Habib Rizieq kembali melakukan dakwah yang kian kontroversial. Tak heran, beberapa ceramahnya yang diunggah di Youtube terkesan menyinggung kelompok agama dan etnisitas lain, bahkan para ulama Islam pun dia sindir dengan kata-kata yang kurang pas keluar dari mulut seorang “habib”.

Semangat jihad yang kerap ia gunakan dalam dakwahnya, menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengikutnya ataupun yang baru mengenal sosoknya. Gaya perpakaiannya yang kerap menggunakan sorban dan memakai pakaian serba putih dari atas hingga bawah, menjadi ciri khas dirinya. Belum lagi gaya bicaranya yang meledak-meletup, membuat jantung terkejut bagi mereka yang baru mengenal Ketua Dewan Pembina Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI ini.

Kesuksesannya mengajak umat Islam untuk demo membela Islam, menempatkan nama Habib Rizieq sebagai ulama yang fenomenal, yang setiap ceramahnya dinanti-nantikan umat Islam. Meme-meme pun kian di-reply dan dibagikan ke media sosial. Salah satu yang terkenal adalah meme bertulisakan: “Banyak ulama yang bisa mewakili karakter Abu Bakar, Utsman Bin Affan, Ali Bin Abi Thalib, namun hanya satu yang bisa mewakili Umar bin Khatattab yaitu Habib Rizieq Syihab.”

Sosok yang lain, yang coba saya bandingkan adalah Rio Dewanto. Aktor sekaligus bintang iklan ini mungkin tidak sepopuler dan tidak serelijius Habib Rizieq.

Namun pria yang memiliki tato di lengannya itu tiba-tiba menjadi perhatian para pengguna Instagram, karena dirinya me-repost akun instagram Serikat Petani Indonesia (SPI) yang menampilkan seorang petani yang badannya berdarah-darah karena aksi kekerasan yang dilakukan oleh oknum polisi/TNI di Desa Mekar Jaya Kabupaten Langkat, Sumatera Utara pada 11 November lalu. Ia memberikan caption":

“Hey oknum aparat, janganlah kau jadi budak asing!!! Ini saudara kalian juga.”

Sontak pria yang bermain film Filosofi Kopi ini pun mendapatkan 26 ribu like dan tidak sedikit yang mendukungnya. Singkat cerita, sebagai bagian dari wujud kepeduliannya, Rio Dewanto pun mendatangi markas Serikat Petani Indonesia (SPI) di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta, untuk mengetahui lebih jauh peristiwa kekerasan yang melanda petani tersebut.

Kedatangan Rio Dewanto nampaknya cukup spontan. Bahkan saat berdiskusi dengan rekan-rekan SPI, Rio menjelskan bahwa kedatanganya tidak ada kepentingan dan maksud yang lain. Kedatangan dia hanya wujud keoprihatinannya atas kekerasan yang dialami para petani di Langkat.

Rio pun membangun kampanye dan opini publik melalui media sosial dengan pernyataan sikapnya yang menolak penggusuran lahan petani. Ia memakai topi petani yang di belakangnya terdapat bendera merah putih, Serikat Petani Indonesia (SPI) dan la via Campesina (organisasi petani internasional) di kantor SPI pusat.

Sebagai tindak lanjutnya, ia melakukan konfrensi pers di Kafe Filosifi Kopi dan menegaskan komitmennya untuk mendorong agar pemerintah tidak represif terhadap petani. Rio menyatakan bahwa ia bersama pengacaranya pun siap “turun ke lapangan” di Desa Mekar Jaya, Langkat, untuk mengawal dan mencarikan solusi hukum atas konflik agraria yang terjadi di sana.

Saya kembali mencoba membandingkan kedua sosok ini, meskipun Rio Dewanto bukanlah seorang ulama, namun dia turut memberikan perhatiannya pada kasus kemanusiaan petani di Langkat. Di tengah aksi seorang Habib Rizieq yang terus mengawal kasus Ahok dan mendapatkan dukungan dari jutaan umat Muslim di Indonesia, Rio justru mengambil isu yang tidak menjadi perhatian masyarakat banyak.

Kepekaan Rio terhadap kasus kemanusiaan di Langkat Sumatera Utara menjadi pertanyaan besar bagi saya, kenapa Rio kok mau ambil bagian dalam kasus ini? Kenapa dia tidak ikut berjuang di aksi bela Islam tiap episodenya dan mengawal kasus Ahok yang sudah ditetapkan tersangka namun harus dipenjara sesuai dengan tuntutan massa?

Rio Dewanto mungkin “orang baru” yang latar belakangnya seorang Aktor yang kini mencoba turun menjadi seorang aktivis. Namun bak rasa haus dahaga di tengah gurun pasir, sosok Rio Dewanto hadir membantu rekan-rekan aktivis petani untuk melakukan advokasi dan memperjuangkan petani di Langkat yang mengalami kekerasan fisik.

Rio mungkin berpikir, kasus Ahok yang hanya karena “ucapannya” itu telah mendapatkan dukungan dab dikawal oleh jutaan orang. Sementara itu, kasus petani ini tidak mendapatkan perhatian dari ulama, atau dari seorang “Habib” sekali pun. Tidak ada gerakan nasional mengawal kasus kekerasaan petani di Langkat, dan tidak ada pula aksi doa bersama agar kekerasan petani di Indonesia dihapuskan.

Gerakan Habib Rizieq dengan GNPF MUI-nya, mendapatkan perhatian dari pemerintah dan masyarakat karena alasan “Membela Islam”, sementara Rio dengan aksi spontannya dalam memperjuangkan petani di Langkat atas nama “Kemanusiaan Membela Petani” belum mendapatkan perhatian negara dan masyarakat.

Rupanya, Rio bersama rekan-rekan aktivis petani harus memutar otak agar perjuangan untuk petani mendapatkan perhatian yang lebih serius. Teruslah Berjuang.

@rholand muary


Mahasiswa Magister Sosiologi USU


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment